Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
..............................................
........ Dibacakan pada
tanggal:
REFERAT
DISTOSIA BAHU
Oleh:
R. Bonifacius Bayu Erlangga Kusuma
Pembimbing :
Dr. Maya Mewengkang, Sp. OG
BAB I
PENDAHULUAN
Distosia bahu adalah suatu keadaan darurat obstetri dengan hasil luaran
yang berpotensi kurang baik. Setelah kepala lahir, pelahiran bahu dan badan tidak
mudah karena impaksi bahu bayi dengan panggul ibu. Biasanya distosia bahu
merupakan istilah untuk menggambarkan kelahiran dengan manuver tambahan
kecuali traksi ringan ke bawah untuk melahirkan bahu anterior. Insidensi distosia
bahu bervariasi berdasarkan berat janin, terjadi pada 0,6% - 1,4% kelahiran
dimana berat bayi antara 2500 gram 4000 gram. Pada bayi dengan berat lahir
4000 gram 4500 gram, tingakt kejadian distosia bahu meningkat menjadi 5% 9%.1 Insidensi juga bervariasi tergantung pada kriteria yang digunakan untuk
diagnosis.2,3
Distosia bahu juga dikaitkan dengan risiko tinggi komplikasi fisik maupun
psikologis pada ibu dan bayi baru lahir. Komplikasi pada ibu umumnya meliputi
ruptur uteri, perdarahan post partum (11%), dan kerusakan jaringan lunak serviks
dan vagina (3,8%).1 Secara psikologis ibu mungkin mengalami depresi setelah
melahirkan, sindroma stress paska trauma, dan mungkin memiliki masalah pada
interaksi ibu-bayi.2
Konsekuensi yang segera terjadi pada janin termasuk asfiksia dan aspirasi
mekonium. Pada persalinan, cedera pleksus brakialis umumnya terjadi pada 4% 15% bayi baru lahir.1 Pleksus brakialis merupakan jaringan saraf utama yang
mempersarafi ekstremitas atas, mulai dari leher, meluas ke aksila, dan bisa juga
cedera karena peregangan yang berlebihan pada leher selama proses persalinan.
Sebagian besar cedera pleksus brakialis pulih dalam waktu 6 hingga 12 bulan.
Kasus lain mungkin memerlukan operasi untuk memulihkan fungsinya, tetapi
kurang dari 10% yang mengalami cedera permanen. Cedera pada tulang
melibatkan klavikula, lebih jarang, melibatkan humerus.4
Meskipun usaha untuk memprediksi kasus distosia bahu secara bener
memiliki keberhasilan yang terbatas, beberapa faktor risiko berhubungan dengan
peningkatan kejadian tersebut. Makrosomia merupakan denominator umum yang
dikaitkan dengan sebagian besar laporan terkini mengenai faktor risiko pada ibu
dan bayi untuk distosia bahu. Faktor risiko pada ibu meliputi diabetes, obesitas,
dan multiparitas. Pada tahun 1911, Keller mengidentifikasi distosia bahu pada 7%
kehamilan dengan penyulit diabetes gestasional. Hal ini penting untuk dicatat
bahwa wanita diabetes dengan bayi makrosomia lebih mungkin mengalami
kesulitan dalam persalinan pervaginam.3,4
Pada tahun 1998, McFarland melaporkan bahwa bayi makrosomia dari
ibu diabetes memiliki bahu yang lebih besar dan terjadi penurunan rasio kepalabahu daripada ibu non-diabetes. Perbedaan karakteristik antropometri ini dapat
menjelaskan kecenderungan untuk terjadinya distosia bahu.2,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Distosia bahu didefinisikan sebagai persalinan pervaginam letak kepala
yang memerlukan manuver obstetrik tambahan setelah traksi ringan pada kepala
gagal untuk melahirkan bayi. Secara objektif juga didefinisikan sebagai
perpanjangan waktu pelahiran kepala-badan lebih dari 60 detik.5
2.2.2 Diabetes
Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes memiliki
kemungkinan lebih tinggi terjadinya distosia bahu, tetapi makrosomia
sangatlah susah diprediksi pada ibu diabetes seperti halnya pada pasien non
diabetes.
Etnisitas
10,11
Juga
banyak dilaporkan pada kala I lama, partus macet, stimulasi oksitosin, dan
persalinan pervaginam dengan tindakan.5
2.2.7 Obesitas dan Peningkatan berat badan berlebihan
Beberapa penelitian melaporkan bahwa BMI yang tinggi dan
peningkatan berat badan berlebihan selama kehamilan merupakan salah satu
faktor terjadinya distosia bahu.
2.2.8 Multiparitas4
2.3 Diagnosis
Beberapa klinisi menggunakan penilaian sendiri untuk mendiagnosis
distosia bahu, dan sebaguan membagi distosia bahu menjadi ringan atau berat
tergantung jumlah manuver yang digunakan untuk melahirkan bayi.8 Klinisi
lain menggunakan waktu pelahiran kepala-badan dengan acuan lebih dari 60
detik untuk mendiagnosis distosia bahu dan atau untuk mengambil tindakan
berupa manuver obstetrik.3
Salah satu gambaran yang sering terjadi adalah turtle sign dimana bisa
terlihatnya kepala janin namun juga bisa retraksi (analog dengan kura-kura
menarik ke dalam cangkangnya) dan wajah bayi yang eritematous. Ini terjadi
ketika bahu bayi mengalami impaksi didalam panggul ibu.12
2.4 Penanganan14
Dalam penanganan distosia bahu diusahakan untuk menghindari:
a. Pull
penekanan suprapubik.
Menyiapkan penolong untuk resusitasi neonatus.
Rubin manoeuvre
f. Episiotomy 14,15
Prosedur ini secara tidak langsung membantu penanganan distosia
bahu, dengan memungkinkan penolong untuk meletakkan tangan penolong
ke dalam vagina untuk melakukan manuver lainnya.
g. Roll over onto all fours 14,15
Mengubah ibu ke posisi all fours meningkatkan dimensi pelvis
dan memungkinkan posisi janin bergeser, dengan ini diharapkan terjadi
disimpaksi bahu. Dengan tekanan ringan pada bahu posterior, bahu
anterior mungkin menjadi semakin terimpaksi (dengan gravitasi), tetapi
akan membantu membebaskan bahu posterior. Selain itu, posisi ini
memungkinkan akses yang mudah ke bahu posterior untuk manuver rotasi
atau mengeluarkan lengan posterior secara manual.14
Jika cara-cara tersebut diatas telah dicoba berulang kali namun tidak
berhasil, ada cara-cara lain yang diusulkan, yaitu16
a. Mematahkan tulang klavikula bayi
b. Simfisiotomi
c. Zavanelli manoeuvre - cephalic replacement
Manuver ini membalikkan gerakan kardinal persalinan dan dilakukan
seksio sesarea.
Sedangkan
Royal
College
of
Obstetricians
and
Gynecologist
episiotomi,
dimana
dapat
dapat
digunakan, dimana
penolong harus
bisa
2.5.3
BAB III
KESIMPULAN
Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah
karena tidak ada metode yang akurat untuk mengidentifikasi komplikasi
ini, bahkan sebagian besar kasus terjadi tanpa adanya suatu faktor resiko.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baxley E. G., Gobbo R.W. 2004. Shoulder Dystocia. American Family
Physician 2004; Vol. 69, N. 7: 1707-1714
2. Athukorala C, Middleton P, Crowther CA. 2007. Cochrane review:
Intrapartum interventions for preventing shoulder dystocia.The Cochrane
Library.
3. Okeke T. C., Anyaehie B. U. 2014. Shoulder dystocia. Annual Research &
Review in Biology 4(14):2414-2426.
4. Lerner H. 2004. Shoulder dystocia review- Facts, Evidence and
Conclusions. http://shoulderdystociainfo.com/index.htm
Oxford: Oxford