TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
1. Tuberkolusis
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan
salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian
besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone
infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon (Hood Alsagaff, th 2007. hal 73).
2. Efusi pleura
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan
berlebihan di rongga pleura, dimana kondisi ini jika dibiarkan akan
membahayakan jiwa penderitanya (Waspadji Sarwono (2001, 786).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan
cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura
viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman
Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 2004, 111).
Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal
jantung, adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat
metastasis tumor yang berasal dari organ lain), tuberculosis paru, infark
paru, trauma, pneumoni, syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain
sebagainya. (Allsagaaf H, Amin M Saleh, 2001, 68)
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat,
eksudat dan hemoragis
1) Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis),
syndroma vena cava superior, tumor, sindroma meig.
2) Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya,
tumor, ifark paru, radiasi, penyakit kolagen.
besar daripada bronkus kiri cabang bronkus yang lebih kecil disebut
bronkiolus yang pada ujung ujung nya terdapat gelembung paru atau
gelembung alveoli (H.Syaifuddin B Ac th2006, hal 89-90).
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung gelembung .paru-paru terbagi menjadi dua yaitu
paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Paru-paru
terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah
rongga dada / kavum mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari
arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan dengan darah arteri
pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya muat udara oleh
paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil
udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut.
Sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat di capai
masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paruparu dapat menampung sebanyak kuranglebih 5 liter. (Evelyn,C, Pierce ,
2007 hal 221).
Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru
berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga
lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke
dalam dua lobus atas dan bawah (John Gibson, MD, 2007, 121).
Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau
hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut Pleura
(Syaifudin B.AC , 2004, 104).
Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi
paru dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan
paru dan lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari dinding dada.
Kedua lapisan tersebut berlanjut pada radix paru. Rongga pleura adalah
ruang diantara kedua lapisan tersebut.
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara dari
luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta
mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi
Manifestasi Klinik
Klasifikasi
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
paru, tidak termasuk pleura. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak,
menurut Depkes RI (2002), TB paru dibagi dalam :
a. Tuberkulosis paru BTA positif
Sekurang-kurangnya dua dari 3 spesimen sewaktu pagi dan sewaktu
(SPS) dahak hasil positif.
Satu spesimen sewaktu pagi sewaktu (SPS) dahak hasil BTA positif
dan foto rontgen dada menunjukkan tuberkulosis aktif.
b. Tuberkulosis Paru BTA negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasil negatif dan foto
rontgen dada menunjukkan tuberkulosis Positif, TB Paru BTA rontgen
positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk
berat dan ringan. Bentuk berat ini bila digambarkan dalam foto rontgen
menunjukkan gambaran kerusakan paru yang luas atau keadaan umum
penderita buruk.
c. Tuberkulosis Extra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain yang selain
paru-paru misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar
limfe, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan
lain-lain. TB extra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahannya
yaitu :
TB extra Paru ringan misalnya: TB kelenjar Limfe, pleuritis, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
TB extra Paru berat misalnya : meningitis, Milie, Perikardis,
peritonistis, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan
TB alat kelamin ( DepKes RI, 2002).
e.
Komplikasi
a. Atelektasis (pengembangan paru-paru yang tidak sempurna)
b. Hemoptisis
c. Pneumotoraks
d. Kekambuhan
e. TB miliaris
(Mansjoer A, dkk, 2001).
f.
Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk
melalui tiga tempat yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan
adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi
melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan droplet yang
mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya .
(Sylvia.A.Price.2007.hal 754)
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC
membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan
atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya,
sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana.
Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta
berkembangbiak di paru-paru. (dr.Hendrawan.N.2009,hal 1-2 )
Pada
permulaan
penyebaran
akan
terjadi
beberapa
e.
b)
c) Kronis
Penderita dengan hasil pemeriksaan BTA positif setelah
selesai pengobatan ulang kategori 2.
f.
Penularan Tuberkulosis
Menurut Depkes RI (2002), ada 2 penularan tuberkulosis yaitu :
Penularan secara langsung
Sumber penularan dari penyakit ini adalah penderita,
tuberkulosis BTA positif, yang dapat menularkan kepada orang lain yang
sehat di sekeliling terutama kontak erat. Penularan dapat ditularkan pada,
waktu bersin, batuk, berciuman. Maka kuman penderita akan menyebar
di udara dalam bentuk droplet. Partikel dapat hidup dalam udara suhu
kamar selama beberapa jam. Droplet akan terhisap oleh orang yang sehat
dan akan masuk ke dalam saluran pernafasan kemudian masuk ke
paru-paru menuju organ tubuh yang lain melalui sistem peredaran darah,
saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
Penularan secara tidak langsung
Bila penderita batuk dan meludah di tempat yang teduh dan
lembab, ludah tersebut akan mengering dan kuman akan terbang oleh
angin. Ludah yang menghasilkan Tuberkulosis menyebar di udara dan
debu terhisap oleh orang yang sehat, atau penularan ini dapat juga
melalui alat makan dan minum dari penderita tuberkulosis yang tidak
disiram dengan air panas atau direbus yang langsung dipakai oleh orang
sehat.
g.
Penatalaksanaan
Obat TB Paru diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa
jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya
semua kuman (temasuk kuman persister) dapat dibunuh. Dosis tahap
intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal,
sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang dimakan
tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), kuman TB
dapat berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk
menjamin kepatuhan penderita memakan obat, pengobatan perlu
dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT=Directly Observed
Treatment) oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
Obat Anti Tuberculosis (OAT) yang biasa digunakan antara lain :
a) Isoniazid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90%
populasi kuman dalam beberapa hari pengobatan. Obat ini sangat
efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu
kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5
mg/Kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali
seminggu dengan dosis 10 mg/Kg BB.
b) Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dormant
(persister), yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniazid. Dosis 10
mg/Kg Bb diberikan sama untuk pengobatan harian maupun
Dampak Masalah
3) Pola aktivitas
Pada penderita TB paru akan mengalami penurunan aktivitas
dan latihan dikarenakan akibat dari dada dan sesak napas (Marilyn.
E. Doenges, 2000).
4) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya nyeri dada dan baluk darah pada penderita TB
paru akan mengakibatkan tergantung kenyamanan tidur dan istirahat
(Marilyn. E. Doenges, 2001).
5) Pola hubungan dan peran
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan dalam
hal hubungan dan peran yang dikarenakan adanya isolasi untuk
menghindari penularan terhadap anggota keluarga
yang lain.
membuat
perasaan
tak
Lamanya
perawatan
pasien
banyaknya
biaya
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (2007). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Airlangga University Press. Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (2010). Pengantar Ilmu Penyakit Paru.
Airlangga University Press. Surabaya.
Blac,MJ Jacob. (2006). l.uckman & Sorensens Medical surgical Nursing A
Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.
Barbara Engram. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1.
Penerbit EGC. Jakarta.
Carpenito, L.J., (2001). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2.
EGC Jakarta.
Diana C. Baughman. ( 2000 ), Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Hudak & Gallo, ( 2006 ). Keperawatan kritis : suatu pendekatan holistic, EGC,
Jakarta
Keliat, Budi Anna. (2006). Proses Keperawatan. Arcan. Jakarta.
Mansjoer, Arif., et all. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran
UI : Media Aescullapius Jakarta.
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk
Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. (2010). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.