1.1 Definisi
Impaksi gigi adalah gigi yang sebagian atau seluruhnya tidak erupsi, jalan erupsi
normalnya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitar dan jaringan patologis. Impaksi
dapat diperkirakan secara klinis bila gigi antagonisnya sudah erupsi dan hampir dapat
dipastikan bila gigi yang terletak pada sisi yang lain sudah erupsi. Secara umum,
impaksi adalah keadaan jika suatu gigi terhalang erupsi untuk mencapai kedudukan
yang normal.1,2
Gigi posterior rahang bawah yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi
molar ketiga (38 dan 48). Gigi-gigi tersebut merupakan gigi yang paling akhir erupsi
dalam rongga mulut, yaitu pada usia 18-24 tahun. Keadaan ini menyebabkan gigi
molar tiga lebih sering mengalami impaksi dibandingkan gigi yang lain karena
seringkali tidak tersedia ruangan yang cukup bagi gigi untuk erupsi.3
1.2 Etiologi
Impaksi gigi dapat terjadi akibat kekurangan ruang, kista, gigi supernumerari,
retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali, dan kondisi sistemik. 4 Faktor yang paling
berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah ukuran gigi. Sedangkan faktor
yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi adalah bentuk gigi yang ditentukan
pada saat konsepsi.5
Pada umumnya, gigi susu memiliki besar dan bentuk yang sesuai serta letaknya
terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi, jika saat gigi susu tanggal tidak terjadi
celah antar gigi, maka diperkirakan tidak ada ruang yang cukup bagi gigi permanen
penggantinya sehingga dapat terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan salah satu
penyebab terjadinya impaksi.5
Istilah impaksi biasanya diartikan untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu sebab
terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang
normal di dalam deretan susunan gigi geligi. Hambatan halangan ini biasanya berupa
hambatan dari sekitar gigi atau hambatan dari gigi itu sendiri.6
Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena:6
1
1.
2.
3.
4.
yang terlalu dini, tidak adanya tempat bagi gigi untuk erupsi, rahang terlalu sempit
karena pertumbuhan tulang rahang kurang sempurna. Menurut teori Mendel, jika
salah satu orang tua mempunyai rahang kecil, dan salah satu orang tua lainnya
bergigi besar, maka kemungkinan salah seorang anaknya berahang kecil dan bergigi
besar. Sebagai akibat dari kondisi tersebut, dapat terjadi kekurangan tempat erupsi
gigi permanen sehingga terjadi impaksi.5
c.
Menurut Berger7
Impaksi dapat terjadi akibat:
Faktor lokal
1. Iregularitas posisi dan desakan/tekanan dari gigi tetangga
2. Kepadatan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
3. Inflamasi kronis terlokalisir yang menyebabkan penebalan mukosa di
4.
5.
6.
7.
8.
9.
sekeliling gigi
Kurangnya ruang karena perkembangan rahang tidak sempurna
Gigi desidui yang persisten
Obstruksi
Dilaserasi
Kehilangan prematur gigi desidui
Penyakit dapatan, seperti nekrosis karena infeksi atau abses
Faktor sistemik
1. Kausa prenatal
a. Keturunan
b. Misconception
2. Kausa postnatal
Semua keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan pada
anak-anak seperti ricketsia, anemia, sifilis kongenital, tuberkulosis, gangguan
kelenjar endokrin, malnutrisi
3. Kelainan pertumbuhan (jarang)
a. Cleidocranial dysostosis
b. Oxycephali
c. Progeria
d. Osteopetrosis
e. Celah palatum (cleft palate)
1.3 Keluhan yang ditimbulkan dari gigi impaksi:6
1. Inflamasi, yaitu pembengkakkan di sekitar rahang dan warna kemerahan pada gusi
2.
3.
4.
5.
Kista (folikuler)
Rasa sakit atau perih di sekitar gusi atau rahang dan neuralgia.
Fraktur rahang
Gambar 1. (A) adanya lebar anteroposterior yang cukup untuk erupsi gigi molar
tiga (B) gigi molar tiga yang impaksi sebagian tertutup tulang (C) gigi molar
tiga yang impaksi seluruhnya tertanam dalam tulang7
a. Berdasarkan jumlah tulang yang menutupi gigi impaksi7
Posisi A
Bidang oklusal gigi impaksi berada pada tingkat yang sama dengan oklusal
gigi molar kedua tetangga. Mahkota molar ketiga yang impaksi berada
pada atau di atas garis oklusal.
Posisi B
Bidang oklusal gigi impaksi berada pada pertengahan garis servikal dan
bidang oklusal gigi molar kedua tetangga. Mahkota molar ketiga di bawah
garis oklusal tetapi di atas garis servikal molar kedua.
Posisi C
Bidang oklusal gigi impaksi berada di bawah tingkat garis servikal gigi
molar kedua. Hal ini juga dapat diaplikasikan untuk gigi maksila. Mahkota
gigi yang impaksi terletak di bawah garis servikal.
Gambar 2. (A) Bidang oklusal gigi impaksi molar tiga berada pada level yang
sama degan bidang oklusal molar kedua (B) bidang oklusal gigi impaksi molar
tiga diantara bidang oklusal dan garis servikal molar kedua (C) impaksi molar
tiga berada dibawah garis servikal molar kedua7
3.
Klasifikasi Winter
Teori Winter didasarkan atas inklinasi gigi impaksi molar tiga terhadap sumbu
panjang molar kedua7
Mesioangular
Gigi impaksi miring (tilted) terhadap gigi molar kedua dalam arah mesial.7
b.
Distoangular
Sumbu panjang molar ketiga mengarah ke distal atau ke posterior menjauhi
molar kedua.7
Horizontal
Sumbu panjang gigi yang impaksi adalah horisontal. 7
Vertikal
Sumbu panjang gigi impaksi berada pada arah yang sama dengan sumbu
panjang gigi molar kedua.7
f.
Transversal
Gigi secara utuh mengalami impaksi pada arah bukolingual.7
g.
Signifikansi
Tiap inklinasi memiliki arah pencabutan gigi tertentu. Sebagai contoh, impaksi
mesioangular sangat mudah untuk dicabut dan impaksi distoangular merupakan
posisi gigi yang paling sulit untuk dicabut. Selain itu, gigi maksila dengan posisi
bukal lebih mudah dicabut karena tulang yang menutupi gigi lebih tipis,
sedangkan gigi pada sisi palatal tertutupi banyak tulang sehingga membuat
ekstraksi sulit untuk dilakukan.7
4.
6.
1.5 Penatalaksanaan
Pencabutan gigi impaksi molar ketiga rahang bawah
Indikasi dan Kontraindikasi pencabutan impaksi gigi molar tiga rahang bawah:11
a. Indikasi11
a. Pencegahan tehadap penyakit periodontal
Gigi yang berdekatan dengan gigi yang impaksi merupakan salah satu
faktor predisposisi dari penyakit periodontal. Kehadiran gigi molar ketiga
rahang bawah mengurangi jumlah tulang pada bagian distal dari gigi
sebelahnya (molar kedua). Karena permukaan gigi yang paling sulit untuk
dibersihkan adalah bagian distal dari gigi terakhir pada lengkung, pasien juga
bisa mengalami inflamasi gingival dengan migrasi apikal dari perlekatan
gingival pada daerah distal gigi molar kedua. Gingivitis minor yang disebabkan
oleh bakteri juga memiliki peluang yang besar terhadap permukaan akar di
mana menghasilkan periodontitis yang parah. Pasien dengan gigi impaksi pada
molar ketiga sering memiliki pocket periodontal yang lebih dalam pada bagian
distal molar kedua.
Dengan menghilangkan gigi molar tiga yang mengalami impaksi secara
cepat, penyakit periodontal bisa dicegah dan kemungkinan terjadinya
8
c.
10
e.
Persiapan alat
Handle scalpel No. 3
Pisau Bard Parker No. 15
Raspatorium
Bur
Hammer dan Chisel
Elevator lurus dan bersudut
Tang ekstraksi
11
Kuret
Bone file
Jarum dan benang jahit
Neddle holder dan gunting
Sonde, pinset, dan kaca mulut
12
3.
Anestesi lokal12
Untuk molar mandibula dan kaninus - blok saraf pterygomandibular.
Infiltrasi yang baik merupakan suatu keharusan untuk memberikan hemostasis dan
menetapkan bidang jaringan:
Adrenalin Saline dalam konsentrasi 1: 400000
13
14
5.
Pembuangan tulang12
Tujuan :
1. Untuk membuka mahkota dengan membuang tulang yang menutupinya.
2. Untuk membuang tulang yang menghalangi jalan pencabutan gigi
Dua cara pembuangan tulang :
1. Menggunakan teknik bur
2. Teknik chisel dan mallet.
Teknik Bur12
Menggunakan salah satu dari bur bulat nomor 7/8 atau bur fisur lurus nomor
703, yang dapat digunakan untuk membuang tulang atau untuk memotong gigi.
Bur sebaiknya selalu digunakan bersama dengan irigasi saline yang banyak
untuk menghindari trauma termal pada tulang.
Tahap pertama :
Bur digunakan dengan gerakan menyapu di sekitar aspek oklusal, bukal, dan
distal dari mahkota molar tiga mandibula untuk membuka mahkota dan sebagai
orientasi.
Tahap Kedua :
Setelah mahkota terposisikan, permukaan bukal dibuka menggunakan bur
sampai batas servikal dari kontur mahkota dan terbentuk sebuah palung atau
15
cekungan bukal. Cekungan bukal sebaiknya dibuat pada tulang cancellous. Ini
penting karena jumlah cekungan yang memadai dibuat untuk membuang
berbagai obstruksi tulang sebagai pembuka dan pembebasan gigi, khususnya
disekitar aspek distal pada mahkota. Bagian distolingual gigi sebaiknya dibuka
tanpa memotong melalui plat tulang lingual untuk mencegah kerusakan pada
nervus lingualis. 12
Tindakan pencegahan yang perlu dilakukan selama pengeburan :
1. Lindungi jaringan disekitarnya dengan pencabutan menggunakan periosteal
elevator atau Langenback retractor.
2. Irigasi terus-menerus menggunakan 1% povidon-iodin atau dengan saline
untuk mengurangi nekrosis termal dari tulang.
16
distal dari molar ketiga. Hal ini menghasilkan pembuangan bagian triangular
dari distal plat bukal ke molar kedua. Bagian triangular tambahan dari tulang
dibuang pada pertemuan potongan tulang vertikal dan oblik untuk masuknya
ujung elevator. Tulang distal harus dibuang sehingga ketika gigi dielevasi, tidak
ada halangan pada bagian distobukal. 12
Gambar 10. Pencabutan impaksi molar 3 mandibula dengan chisel dan mallet12
Teknik Lingual Split Bone12
-
17
5. Akhirnya wedge kecil tulang, yang tersisa pada distal gigi dan antara
potongan bukal dan lingual, dipotong dan dihilangkan.
6. Elevator lurus tajam kemudian diterapkan dan kekuatan minimum digunakan
untuk mengangkat gigi. Pergerakkan gigi ke atas dan ke belakang, plat lingual
fraktur dan memfasilitasi lepasnya gigi.
7. Setelah gigi dihilangkan, plat lingual dipegang dengan hemostat dan
dibebaskan dari jaringan lunak dan dihilangkan.
8. Penghalusan tepi dilakukan dengan bone file. Luka diirigasi dan dijahit. 12
Pemotongan gigi12
Impaksi Horizontal
Sama seperti impaksi distoangular
Impaksi Mesioangular
Setengah distal dari mahkota dipotong dari bukal groove sampai dengan CEJ,
dari bukal ke lingual dan meluas ke dalam furkasi. Elevator lurus ditempatkan
pada potongan dan diputar untuk meretakkan bagian distal mahkota yang
dibuang. Lalu, elevator lurus ditempatkan pada aspek mesial molar 3 dibawah
daerah servikal. Purchase point dapat dipersiapkan ke dalam mahkota pada
sudut garis mesiobukal dengan menggunakan bur bulat kecil, jika akses ke
elevator tidak memungkinkan. Lalu cryer atau crane pick elevator dapat
digunakan untuk menaikan gigi, menggunakan purchase point.
Impaksi vertikal
Prosedur pemisahan mirip dengan prosedur disimpaksi mesioangular
Impaksi distoangular
18
Elevasi12
Coupland elevator : diletakkan di dasar mahkota
Winter Cryers : Dapat digunakan saat tindakan wedging / elevasi bukal. Elevasi
bukal kemungkinan dapat dilakukan pada gigi molar dan caninus dengan
pengeboran pada titik tumpu di akar tepat di bawah CEJ.
Tindakan wedging sangat bermanfaat ketika mahkota gigi molar dibelah secara
vertikal hingga mencapai bifurkasi akar.
Tindakan pencegahan yang penting :
Dukung tepi inferior dan korteks lingual tulang pada impaksi rahang bawah dan
dukung gigi tetangga untuk mencegah luksasi yang sama.
8.
Penutupan (suturing) 12
Gunakan benang hitam 3-0. Lakukan penjahitan interrupted dan biarkan selama 7
hari. Pada kasus gigi molar, penjahitan distal molar kedua sebaiknya diposisikan
terlebih dahulu dan di airi untuk mencegah terjadinya pembentukan poket
Gambar 13. Prosedur bedah untuk pembuangan gigi impaksi molar tiga: (1) radiografi
secara mesioangular impaksi gigi molar tiga kanan rahang bawah (2)gambaran klinis
intraoral (3)insisi dan refleksi flap mukoperiosteal (4) pemotongan gigi (5) bedah
ekstraksi selesai dilakukan (6) penjahitan (7) gigi yang diekstraksi12
10. Medikasi
11. Follow-up
Komplikasi Pembedahan13
a. Komplikasi Intra Operatif
1. Perdarahan masif dapat terjadi. Penanganannya dengan penekanan dan
penjahitan.
2. Fraktur tuberositas maksila pada odontektomi molar tiga atas. Penanganannya
penempatan kembali fragmen dan ikat dengan penjahitan atau dental wire
selama 3-4 minggu, kemudian rencanakan untuk pencabutan gigi setelah
20
prosedur
21
Diterangkan pada pasien bahwa proses penyembuhan tergantung pula pada pasien
untuk melaksanakan instruksi setelah pembedahan. Kondisi yang biasa terjadi yaitu
rasa sakit, perdarahan, dan pembengkakan.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kontrol
Pasien kembali kontrol setiap hari sampai jahitan dibuka. Kontrol perdarahan.
Kontrol rasa sakit dan rasa tidak nyaman, termasuk diet, oral hygiene, edema,
infeksi, trismus, ekimosis.13
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
22
4.
Pertiwi ASP, Sasmita IS. Penatalaksanaan kekurangan ruangan pada gigi impaksi
secara pembedahan dan ortodontik. Indonesian Jurnal of Oral and
Maxillofacial Surgeon 2004:229-30
5.
Chanda MH, Zahbia ZN. Pengaruh bentuk gigi geligi terhadap terjadinya
impaksi gigi molar ketiga rahang bawah. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi
2007; 6(2):65-6
6.
Jakarta:Cahaya Sukma;1989,p.145-148
7.
8.
9.
Pedlar J, Frame JW. 2001. Oral and maxillofacial surgery. New York:Churchill
Livingstone
10. Obimakinde
OS.
Impacted
mandibular
third
molar
surgery;
an
overview.Dentiscope 2009;16:2-3
11. Anderson, Lars, Karl-Erik Kahnberg, M. Anthony Pogrel. 2010. Oral and
Maxillofacial Surgery. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd.
12. Malik, Neelima Anil. 2012. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery 3rd
Edition. New Delhi: Jaypee
13. Pedersen W.G. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC
Bedah Mulut 1
Impaksi Gigi Posterior Rahang Bawah
Kelompok 4 :
Apriko Merza
(04111004001)
(04111004002)
(04111004003)
23
(04111004004)
(04111004005)
Diana Aprilia
(04111004006)
Mayang Pamudya P.
(04111004007)
(04111004008)
Keitria Twinsananda
(04111004009)
(04111004010)
(04111004011)
Veralita Israjannah
(04101004012)
(04091004046)
Trisa Fahrani
(04091004023)
Dosen Pembimbing :
drg.Djamal Riza, Sp.BM
24