Oleh:
Destini Puji Lestari
22020111130032
yang
bermutu
melalui
manajemen khusus
Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim
Mengembangkan kemampuan profesional
Berpartisipasi dalam kegiatan riset untuk pengembangan home care
Menggunakan kode etik profesi dalam pelaksanaan pelayanan home
care.
yang
a. Perawat
memelihara
dan
meningkatkan
kompetensi
di
bidang
keperawatan
pengembangan
profesi
dari
pelayanan
kesehatan
yang
berkesinambungan
dan
(Surat Ijin Perawat), SIK (surat ijin kerja) dan SIPP (Surat Ijin Praktik Perawat)
yang dikeluarkan oleh organisasi profesi.
Di Indonesia sendiri ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan
layanan home care, antara lain Institusi pemerintah dalam bentuk perawatan
kasus/keluarga risiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang
dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas. Klien yang dilayani oleh
puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Institusi sosial yang
melaksanakan pelayanan home care dengan sukarela dan tidak memungut biaya
biasanya dilakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang
dananya adalah donatur. Institusi swasta dalam bentuk praktik mandiri baik
perorangan maupun kelompok menyelenggarakan pelayanan home care dengan
menerima imbalan baik jasa secara langsung dari klien atau pembayaran melalui
pihak ketiga (asuransi).
Hospital home care adalah perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat
di rumah sakit, keluarga masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka
dilanjutkan di rumah.
Pendirian home care yang bersifat swasta adalah berbadan hukum yang
ditetapkan dalam akte notaris kemudian mengajukan ijin usaha Home Care
Dinkes kepada kab/kota setempat dengan melampirkan:
a.
b.
c.
d.
e.
sarana transportasi
f. Ijin persyaratan tenaga meliputi ijin praktik profesi dan sertifikasi home
care.
2. Akreditasi Home Care
Akreditasi home care diatur dalam akreditasi fasilitas kesehatan (Faskes)
primer. Penerapan standar akreditasi mutu Puskesmas dan Fasyankes primer
dibedakan
Namun, tidak sedikit juga yang menginginkan perawatan pasien sakit di rumah.
Kondisi ini tidak semua pasien bisa menikmatinya karena tingkat ekonomi setiap
pasien berbeda. Hal yang terburuk dari kondisi ini adalah banyak pasien yang
pasrah dengan kondisi sakitnya, bahkan sampai ada yang berakhir dengan
kematian.
Kebijakan Home Care mengacu pada hak perawat untuk melakukan
asuhan mandiri kepada klien. Aspek legal keperawatan mandiri sendiri sudah
tertulis dalam UU. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 32 ayat 4 yang
berbunyi: Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan/ilmu keperawatan hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyaki keahlian dan kewenangan untuk itu,. Dasar
hukum praktik mandiri lain adalah UU. No. 20 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, pasal 73. KepMenkes 1239/2007 tentang Registrasi dan Praktik
perawat dan juga RUU Keperawatan tentang Praktik Keperawatan yang
berbunyi: Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui
kolaborasi dengan sistem klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan kesehatan, termasuk praktik keperawatan individual
dan berkelompok,.
Menurut PPNI kebijakan pembiayaan Home Care adalah:
Prinsip Penetuan Tarif
a. Pemerintah/masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara kesehatan
b. Disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan keadaan sosial
c. Mempertimbangkan masyarakat berpenghasilan rendah/asas gotong
royong
d. Pembayaran dengan asuransi ditetapkan atas dasar saling membantu
e. Mencakup seluruh unsur pelayanan secara profesional
Jenis pelayanan dengan tarif
a. Jasa pelayanan tenaga kesehatan
b. Imbalan atas pemakaian sarana kesehatan yang digunakan langsung oleh
pasien
c. Dana transportasi untuk kunjungan pasien
perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Bila hal tersebut
diabaikan maka akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock
akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan
munculnya
rasa
ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan
dan
Daftar Pustaka
Efendi, Ferry & Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas. 2009. Jakarta:
Salemba Medika
Handra,
Dipa.
2013.
Praktik
Keperawatan
Mandiri.
Diakses
di
http://www.slideshare.net/SandraAja/praktik-mandiri-keperawatan pada tanggal 28
Oktober 2014 pukul 24.50 WIB
PERSI. Joint Commission International Akreditasi Rumah Sakit Edisi ke-4. 2011.
Jakarta: Gramedia
Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia. 2003. Direktur
Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 908/Menkes/SK/VII/2010
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Keluarga. Diakses di
www.hukor.depkes.go.id/.../KMK%20No.%20908%2.. Pada tanggal 28 Oktober
2014 pukul 24.57 WIB
Konsep Home Care. Diakses di http://ppnicilacap.blogspot.com/2009/12/konsephomecare.html pada tanggal 28 Oktober 2014 pukul 24.59 WIB
Munandar, Dadang. 2013. Analisis Penentuan Segmen, Target, dan Posisi Pasar Home
Care di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Jurnal Ilmiah Unikom Vol. 6, No. 2
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik.
Diakses di www.hukor.depkes.go.id/.../PMK%20No.%209%20tt... Diakses pada
tanggal 28 Oktober 2014 pukul 24.53 WIB
Rancangan
Undang-Undang
Keperawatan
2014.
Diakses
https://andaners.files.wordpress.com/2011/07/undang2-prakt-keperawatan.pdf
pada tanggal 28 Oktober 2014 pukul 01.03 WIB
di
Setianto, Yudi. 2008. Panduan Lengkap Mengurus Segala Dokumen Perijinan, Pribadi,
Keluarga, Bisnis & Pendidikan. Jakarta: Niaga Swadaya
Supriyantoro. 2012. Kebijakan Upaya Pelayanan Kesehatan Dalam Implementasi UU
SJSN/BPJS
Kementrian
Kesehatan
RI.
Di
akses
di
http://manajemenrumahsakit.net/files/dr%20Supriyantoro%20SpP%20MARS_
%20Kebijakan%20Upaya%20Pelayanan%20Kesehatan.pdf pada tanggal 28
Oktober 2014 pukul 10.04 WIB