Anda di halaman 1dari 12

PAPER

Isu Legal, Etik, Kepercayaan dan Budaya dalam Home Care


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elektif Home Care Nursing
Dosen Pembimbing:
Ns. Niken Safitri Dyan K., S.Kep., Msi. Med.

Oleh:
Destini Puji Lestari
22020111130032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

A. Aspek Legal dan Etik Home Care


1. Pengertian Home Care
Home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka dengan tujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan akibat dari penyakit (Depkes, 2002 dalam Handra, 2013).
Menurut American Nurses Association (ANA) tahun 1992, pelayanan
kesehatan di rumah (home care) adalah perpaduan dari pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat dengan pelayanan perawatan spesialis
yang terdiri dari perawat komunitas, perawat maternitas, perawat gerontic,
perawat psikiatri dan perawat medikal bedah.
2. Dasar Hukum dalam Home Care
Dasar hukum dari praktik home care adalah praktik pelayanan mandiri
perawat yang diatur dalam beberapa undang-undang. Diantaranya yaitu:
a. UU Kes. No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
b. PP. No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah
c. UU. No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
d. UU. No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
e. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat
f. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
g. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas
h. SK Menpan No. 94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang jabatan fungsional
perawat.
i. PP. No. 32 tahun 1996 tentang pelayanan medik swasta
j. Permenkes RI No. HK. 02.02/MENKES/148/2010 tentang izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat.
3. Ruang Lingkup dalam Home Care
Menurut PPNI (2009) ruang lingkup dalam pelayanan home care adalah:
a. Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif dan holistik (bio,
psiko, sosio, spiritual, cultural)
b. Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang diberikan kepada
klien
c. Melakukan koordinasi dengan tim yang lain jika praktik dilakukan secara
berkelompok
d. Sebagai pembela (advokat klien)
e. Menentukan frekuensi atau lamanya pelayanan keperawatan pada klien.
f. Melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya
g. Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga.
4. Prinsip Pelayanan Home Care

Menurut PPNI (2009) prinsip pelayanan home care adalah:


a. Pengelolaan home care dilaksanakan oleh perawat
b. Pelaksanaan home care terdiri dari profesi kesehatan yang ada (dokter,
bidan, perawat, ahli gizi, apoteker, sanitarian dan tenaga profesi lain).
c. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam
praktik
d. Mengumpulkan data secara akurat, sistematis, dan komperhensif
e. Menggunakan data hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan dalam
menetakan diagnosa
f. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada kebutuhan dasar
pasien
g. Memberi pelayanan paripurna yang terdiri dari preventif, kuratif,
promotif, dan rehabilitatif
h. Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi
keperawatan, medik, dan lainnya
i. Bertanggung jawab terhadap pelayanan
j.
k.
l.
m.

yang

bermutu

melalui

manajemen khusus
Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim
Mengembangkan kemampuan profesional
Berpartisipasi dalam kegiatan riset untuk pengembangan home care
Menggunakan kode etik profesi dalam pelaksanaan pelayanan home
care.

5. Kode etik profesi perawat


Kode etik perawat menurut PPNI:
Perawat dan Klien
a. Perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan menghargai
harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis, kelamin,
aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social.
b. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menhormati nilai-nilai bidaya,
adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien
c. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka

yang

membutuhkan asuhan keperawatan


d. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Perawat dan Praktik

a. Perawat

memelihara

dan

meningkatkan

kompetensi

di

bidang

keperawatan melalui belajar terus menerus


b. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta
ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan kilen
c. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang
akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang
bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi
kepada orang lain.
d. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukan perilaku profesional
Perawat dan masyarakat
a. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan dan kesehatan masyarakat
Perawat dan teman sejawat
a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya dan di dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh
b. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis, dan
illegal.
Perawat dan profesi
a. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan
dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan
b.

pelayanan dan pendidikan keperawatan


Perawat berperan aktif dalam kegiatan

keperawatan

pengembangan

profesi

c. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan


memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.
B. Perijinan dan Akreditasi Home Care
1. Perijinan
Perijinan praktik keperawatan home care diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2014 tentang Klinik. Hal
tersebut diatur dalam bab V tentang penyelenggaraan dengan isi pasal sebagai
berikut:
Pasal 32
(1) Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
(2) Pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif da
rehabilitatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam
bentuk rawat jalan, rawan inap, pelayanan satu hari (one day care) dan/
atau home care.
(3) Pelayanan satu hari (one day care) sebagaimana dimaksud pada aya (2)
merupakan pelayanan yang dilakukan oleh pasien yang sudah ditegakkan
diagnosa secara definitif dan perlu mendapatkan tindakan atau perawatan
semi intensif (observasi) setelah 6 (enam) jam sampai dengan 24 (dua
puluh empat) jam.
(4) Home care sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian atau
lanjutan

dari

pelayanan

kesehatan

yang

berkesinambungan

dan

komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat


tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan
atau memulihkn kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan
meminimalkan dampak penyakit.
Syarat bagi perawat home care sendiri adalah harus memiliki registrasi dan
lisensi, memiliki kemampuan tindakan keperawatan profesional, memiliki
knowledge, skill dan sikap yang profesional, etik dan moral yang baik serta
adanya standar profesi. (Handra, 2013)
Menurut Permenkes 1239/2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan
menyebutkan jika untuk melakukan praktik mandiri perawat harus memiliki SIP

(Surat Ijin Perawat), SIK (surat ijin kerja) dan SIPP (Surat Ijin Praktik Perawat)
yang dikeluarkan oleh organisasi profesi.
Di Indonesia sendiri ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan
layanan home care, antara lain Institusi pemerintah dalam bentuk perawatan
kasus/keluarga risiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang
dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas. Klien yang dilayani oleh
puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Institusi sosial yang
melaksanakan pelayanan home care dengan sukarela dan tidak memungut biaya
biasanya dilakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang
dananya adalah donatur. Institusi swasta dalam bentuk praktik mandiri baik
perorangan maupun kelompok menyelenggarakan pelayanan home care dengan
menerima imbalan baik jasa secara langsung dari klien atau pembayaran melalui
pihak ketiga (asuransi).
Hospital home care adalah perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat
di rumah sakit, keluarga masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka
dilanjutkan di rumah.
Pendirian home care yang bersifat swasta adalah berbadan hukum yang
ditetapkan dalam akte notaris kemudian mengajukan ijin usaha Home Care
Dinkes kepada kab/kota setempat dengan melampirkan:
a.
b.
c.
d.
e.

Surat rekomendasi dari PPNI untuk mendirikan usaha Home Care


Ijin lokasi bangunan
Ijin dari lingkungan setempat
Ijin usaha
Persyaratan tata ruang bangunan meliputi: ruang direktur, ruang
manajemen pelayanan, gudang sarana dan peralatan, sarana komunikasi,

sarana transportasi
f. Ijin persyaratan tenaga meliputi ijin praktik profesi dan sertifikasi home
care.
2. Akreditasi Home Care
Akreditasi home care diatur dalam akreditasi fasilitas kesehatan (Faskes)
primer. Penerapan standar akreditasi mutu Puskesmas dan Fasyankes primer
dibedakan

standar untuk fasyankes di perkotaan, pedesaan, dan DPTK

(daerah tertinggal). Akreditasi Faskes Primer meliputi: PKM, Klinik


Pratama, Balai/Lembaga Yankes dan Praktik Mandiri.
Komite Joint Commmission International (JCI) mengeluarkan standar
akreditasi khusus home care. Standar penilaian akreditasi ini merupakan
standar penilaian penerapan home care berfokus pada pasien. Penilaian
tersebut meliputi keselamatan pasien, askes dan asesmen pasien, hak dan
tanggung jawab pasien, perawatan pasien dan kontinuitas pelayanan,
manajemen obat dan pasien, serta pendidikan pasien dan keluarga.
Perawat juga memiliki peran advokatsi yang bertanggung jawab dalam
mempertahankan keamanan pasien, mencegah terjadinya kecelakaan dan
melindungi paisen dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan. Penerapan
pendidikan bagi pasien dan keluarga perawat dapat memberikan informasi
tambahan untuk pasien yang sedang berusaha memutuskan suatu masalah,
memberikan pendidikan kesehatan yang menunjang kesehatan pasien. Halhal tersebut dapat ditunjang dengan pengetahuan perawat terkait penerapan
dan pelaksanaan pendidikan pada pasien dan keluarga di unit pelayanan
home care.
C. Kebijakan Home Care di Indonesia
Departemen Sosial RI (2003) dalam Loka Karya Nasional Pelayanan
Lanjut Usia di Rumah (Home Care) menyebutkan jika jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2000 adalah 203. 456.000 orang. Dari jumlah tersebut
sebanyak 17.767.709 jiwa atau 7.79% adalah lanjut usia. Prediksi pada tahun
2010 jumlah lanjut usia meningkat menjadi 11.2% (28.822.879 jiwa).
Menurut Munandar (2013) saat ini masa rawat inap di rumah sakit bisa
dikelola menjadi semakin pendek untuk mengurangi beban pasien, juga akan
meningkatkan efisiensi kepada RS. Permasalahan yang timbul dari hal ini adalah
tidak semua keluarga siap untuk merawat pasien di rumah karena ketidak
mampuan dan ketidakmauan keluarga untuk merawat pasien di rumah setelah
pulang dari rumah sakit. Berdasarkan kondisi tersebut, pelayanan kesehatan di
rumah menjadi alternatif solusi untuk memudahkan keluarga dalam merawat
klien.
Pada saat klien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan sistem
pelayanan keperawatan di rumah (Home Care)

maka klien dan keluarga

menginginkan pelayanan keperawatan yang tidak diperolehnya di rumah sakit.

Namun, tidak sedikit juga yang menginginkan perawatan pasien sakit di rumah.
Kondisi ini tidak semua pasien bisa menikmatinya karena tingkat ekonomi setiap
pasien berbeda. Hal yang terburuk dari kondisi ini adalah banyak pasien yang
pasrah dengan kondisi sakitnya, bahkan sampai ada yang berakhir dengan
kematian.
Kebijakan Home Care mengacu pada hak perawat untuk melakukan
asuhan mandiri kepada klien. Aspek legal keperawatan mandiri sendiri sudah
tertulis dalam UU. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 32 ayat 4 yang
berbunyi: Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran dan/ilmu keperawatan hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyaki keahlian dan kewenangan untuk itu,. Dasar
hukum praktik mandiri lain adalah UU. No. 20 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, pasal 73. KepMenkes 1239/2007 tentang Registrasi dan Praktik
perawat dan juga RUU Keperawatan tentang Praktik Keperawatan yang
berbunyi: Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui
kolaborasi dengan sistem klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan kesehatan, termasuk praktik keperawatan individual
dan berkelompok,.
Menurut PPNI kebijakan pembiayaan Home Care adalah:
Prinsip Penetuan Tarif
a. Pemerintah/masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara kesehatan
b. Disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan keadaan sosial
c. Mempertimbangkan masyarakat berpenghasilan rendah/asas gotong
royong
d. Pembayaran dengan asuransi ditetapkan atas dasar saling membantu
e. Mencakup seluruh unsur pelayanan secara profesional
Jenis pelayanan dengan tarif
a. Jasa pelayanan tenaga kesehatan
b. Imbalan atas pemakaian sarana kesehatan yang digunakan langsung oleh
pasien
c. Dana transportasi untuk kunjungan pasien

Kebijakan pengelolaan pelayanan home care masih termasuk dalam pelayanan


keperawatan dalam keluarga. Menurut KMK No. 908 tentang Pelayanan
Keperawatan Keluarga, kebijakan yang diatur adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan Jangkauan Pelayanan
Peningkatan jangkauan pelayanan keperawatan keluarga meliputi
penyediaan sumber dana dan sumber daya manusia yang profesional
serta penyediaan sarana pelayanan secara merata dan terjangkau oleh
masyarakat.
b. Penetapan Prioritas Sasaran Pelayanan
Upaya pelayanan keperawatan keluarga diprioritaskan pada keluarga
rawan kesehatan maupun keluarga risiko tinggi serta keluarga yang
memerlukan tindak lanjut pelayanan keperawatan, sedangkan sasaran
untuk upaya perluasan jangkauan pelayanan lebih ditujukan kepada
kelompok keluarga berpenghasilan rendah, tinggal di daerah terpencil
(kepualuan dan perbatasan), daerah pemukiman baru, daerah kumuh
perkotaan.
c. Penggerakan dan Pemberdayaan Keluarga dan Lingkungan
Upaya pelayanan keperawatan keluarga merupakan pelayanan yang
difokuskan pada keluarga dengan melibatkan peran serta anggota
keluarga dan lingkungannya serta berkolaborasi dengan disiplin lain
sesuai kebutuhan.
d. Peiningkatan Kualitas Pelayanan
Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan keluarga dilaksanakan
dengan pendekatan holistik dan koordinasi terpadu baik lintas program
maupun lintas sektor.
e. Pemantapan Tatanan Pelayanan Keperawatan Keluarga
Upaya pelayanan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan pada tatanan
pelayanan kesehatan di Puskesmas (termasuk home care), rumah sakit
sebagai rujukan, klinik sesuai kebutuhan.
f. Peningkatan Pembiayaan Pelayanan Keperawatan Keluarga
D. Kepercayaan dan Budaya dalam Home Care
Pelayanan home care adalah pelayanan yang langsung terjun ke
masyarakat. Pelayanan keperawatan dalam home care harus tetap berlandaskan
prinsip pelayanan keperawatan holistik, dimana unsur cultural menjadi hal yang
penting. Pelayanan keperawatan harus didasari oleh pemahaman tentang adanya

perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Bila hal tersebut
diabaikan maka akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock
akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan

munculnya

rasa

ketidaknyamanan,

ketidakberdayaan

dan

beberapa mengalami disorientasi.


Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah
yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dengan kebudayaan yang
ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit
yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat,
dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat
berkembang luas.
Contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini
masih ada di beberapa daerah pedesaan di Papua. Makanan pokok penduduk
Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa-rawa. Selain rawa-rawa, tidak
jauh dari mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut
beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang dapat menghukum
setiap orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran dapat berupa
menebang, membatan hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain. Perbuatan ini
akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi,
mennggigil, dan muntah. Penyakit tersbut dapat sembuh dengan cara minta
ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu,
dibuat ramuan untuk diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam
beberapa hari penderita akan sembuh. Persepsi masyarakat mengenai penyakit
diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun
temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, mahluk gaib, roh-roh jahat,
udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian
penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara
menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramua dan jampi-jampi oleh
dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunaka sebagai obat malaria.
Berdasarkan persepsi masyarakat yang beragam, sebagai tenaga
kesehatan khususnya perawat tidak bisa langsung memberikan judgement jika
tindakan masyarakat tersebut salah. Hal ini dapat mengakibatkan penolakan

masyarakat terhadap kehadiran tenaga kesehatan. Sebaiknya dilakukan


pendekatan kepada masyarakat dilihat dari kedua sisi yakni sisi kesehatan dan
sisi budaya karena masyarakat Indonesia khususnya masyarakat pedalaman dan
desa tertinggal lebih menaruh minat dan percaya terhadap pelayanan kesehatan
yang bersifat tradisional. Pelayanan kesehatan di rumah sakit yang masih
cenderug mahal juga menjadi alasan lain bagi masyarakat untuk melakukan
perawatan di rumah. Selain faktor dari keluarga, pelayanan home care lebih
menarik minat karena sebagian besar pasien merasa lebih nyaman saat dirawat
di rumah sehingga akan mempercepat proses penyembuhan.

Daftar Pustaka
Efendi, Ferry & Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas. 2009. Jakarta:
Salemba Medika
Handra,
Dipa.
2013.
Praktik
Keperawatan
Mandiri.
Diakses
di
http://www.slideshare.net/SandraAja/praktik-mandiri-keperawatan pada tanggal 28
Oktober 2014 pukul 24.50 WIB

PERSI. Joint Commission International Akreditasi Rumah Sakit Edisi ke-4. 2011.
Jakarta: Gramedia
Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia. 2003. Direktur
Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 908/Menkes/SK/VII/2010
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Keluarga. Diakses di
www.hukor.depkes.go.id/.../KMK%20No.%20908%2.. Pada tanggal 28 Oktober
2014 pukul 24.57 WIB
Konsep Home Care. Diakses di http://ppnicilacap.blogspot.com/2009/12/konsephomecare.html pada tanggal 28 Oktober 2014 pukul 24.59 WIB
Munandar, Dadang. 2013. Analisis Penentuan Segmen, Target, dan Posisi Pasar Home
Care di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Jurnal Ilmiah Unikom Vol. 6, No. 2
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik.
Diakses di www.hukor.depkes.go.id/.../PMK%20No.%209%20tt... Diakses pada
tanggal 28 Oktober 2014 pukul 24.53 WIB
Rancangan
Undang-Undang
Keperawatan
2014.
Diakses
https://andaners.files.wordpress.com/2011/07/undang2-prakt-keperawatan.pdf
pada tanggal 28 Oktober 2014 pukul 01.03 WIB

di

Setianto, Yudi. 2008. Panduan Lengkap Mengurus Segala Dokumen Perijinan, Pribadi,
Keluarga, Bisnis & Pendidikan. Jakarta: Niaga Swadaya
Supriyantoro. 2012. Kebijakan Upaya Pelayanan Kesehatan Dalam Implementasi UU
SJSN/BPJS
Kementrian
Kesehatan
RI.
Di
akses
di
http://manajemenrumahsakit.net/files/dr%20Supriyantoro%20SpP%20MARS_
%20Kebijakan%20Upaya%20Pelayanan%20Kesehatan.pdf pada tanggal 28
Oktober 2014 pukul 10.04 WIB

Anda mungkin juga menyukai