elektrik propulsion
BAB VIII
APLIKASI MOTOR DC UNTUK ELEKTRIK PROPULSION
Pendahuluan
Materi pada bab ini menjelaskan tentang aplikasi penggunaan motor DC untuk elektric
propulsion dimana disini dibahas tentang karakteristik pembebanan yang harus dimiliki oleh
motor DC untuk dapat menggerakkan kapal, peralatan-peralatan apa saja yang diperlukan
untuk mendukung motor DC dapat berfungsi sebagai kapal. Selain itu juga menjelaskan
tentang tipe-tipe kapal yang menggunakan sistem ini.
Selain kapal type ice breaker, kapal yang menggunakan prime mover motor DC adalah kapal
oceanographic (Agor 23, Maruta Jaya 900) dan cable ship (Global Link dan Sentinel) serta
kapal keruk/dredger (Hurley). Sedangkan untuk kapal yang tidak memerlukan torsi yang
besar dalam eksploitasinya menggunakan motor AC yakni pada type kapal-freight carriers,
car carrier dan Yacths (Osbourne, 1944). Propulsi motor AC juga digunakan pada kapal type
Cruiser (Crystal Harmony). Tetapi pada masalah-masalah tertentu misalnya kapal pariwisata
dengan menggunakan sumber energi alternatif tenaga surya lebih simple jika menggunakan
motor listrik DC sebagai penggerak (Hadi, 1998). Pada sistem electric propulsion baik
dengan motor AC maupun DC perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan motor
listrik antara lain arus awal, metode pengaturan kecepatan, metode pembalikan putaran dan
lain-lain.
Sistem propulsi motor listrik mempunyai banyak keuntungan utama dibandingkan sistem
propulsi lain. Keuntungan sistem ini adalah investasi awal yang tidak terlalu besar,
menghemat tempat, lebih ringan dan sedikit kehilangan power pada sistem transmisi
dibandingkan dengan sistem propulsi tipe lain. Hubungan elektrik antara generator dan motor
propulsi lebih leluasa dalam penempatan peralatan dalam ruangan jika dibandingkan dengan
sistem propulsi yang lain. Selain itu dapat menggunakan berbagai penggerak utama seperti
diesel, turbin gas, turbin uap, dan hasil keluarannya dapat lebih mudah digabung
dibandingkan dengan sistem mekanik. Untuk tipe penggerak mula tidak langsung, penggerak
elektrik mempunyai keuntungan dapat membalikkan putaran propeller dengan relatif lebih
mudah kontrolnya. Dalam beberapa kasus yang masih dalam tahap pengembangan, power
yang dibutuhkan oleh propeller dengan menggunakan beberapa penggerak mula dengan tipe
medium dan high speed, sistem penggerak elektrik mampu memecahkan persoalan ini tanpa
menggunakan kopling mekanik.
Dalam pengontrolan putaran propeller dan arah putaran, sistem elektrik propulsion
mempunyai gambaran yang lebih atraktif, hal ini berkaitan dengan letak remote ataupun
kontrolnya dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan propeller. Sistem penggerak
elektrik dalam aplikasinya mempunyai kemudahan dalam hal kontrol, fleksibilitas rencana
umum dan dapat menggunakan bermacam-macam penggerak mula untuk generatornya.
Secara umum propulsi elektrik digunakan pada tipe-tipe kapal sebagai berikut :
1. Kapal dengan tingkat manuver tinggi.
Pada kondisi ini perubahan kecepatan dan arah putaran propeller menjadi suatu hal yang
sangat penting dalam operasi kapal. Untuk kapal-kapal ini digunakan motor DC, sebab motor
DC dapat memberikan kontrol kecepatan dan arah putaran yang lebih bagus dibandingkan
dengan pengerak yang lain.
1. Kapal dengan tujuan khusus.
Yang tergolong dalam tipe ini misalnya kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, kapal
pengeboran, kapal untuk pengisi bahan bakar. Dalam operasinya kapal ini membutuhkan
power yang besar untuk pompa dan kargo dibandingkan dengan power propulsi. Dengan
menggunakan sistem electric propulsion dapat menghemat biaya dari total power yang
terpasang.
1. Kapal dengan daya tampung penumpang yang besar.
Pada tipe ini semua kebutuhan listrik kapal untuk keperluan operasional, penumpang dan
untuk power propulsinya dapat menggunakan beberapa diesel generator untuk menghemat
rata-rata pemakaian bahan bakar.
1. Kapal-kapal berpenggerak mula non-riversible.
Kapal ini umumnya menggunakan turbin gas, turbin uap dan diesel putaran tinggi yang dalam
penggunaannya tidak mungkin membalikkan putarannya dengan cepat. Dengan
menggunakan propulsi elektrik pengaturan dan pembalikan putaran dapat dilakukan dengan
lebih mudah.
dapat diatasi oleh 600 Volt circuit breakers. Pada kasus tegangan tinggi (4160 V) semua
sistem menggunakan transformer untuk menurunkan tegangan, biasanya hingga 600 V untuk
mesin penggerak 500 Hp. Untuk motor 1000 Hp, jenis konverter yang sering digunakan
adalah konverter 6 pulsa.
Konverter 6 pulsa digunakan untuk mengatur bow thruster dan motor DC untuk propulsi
utama. Pada kasus ini generator dirangkai secara paralel pada bus 600 V yang juga mensuplai
tegangan 480 V dengan transformer step down. Setiap 3 konverter daya 6 pulsa dihubungkan
secara langsung ke bus 600 V untuk mengurangi penambahan jarak dan berat dengan
transformer.
Motor dengan HP tinggi dan motor khusus disuplai dengan arus DC dari konverter 12 pulsa
atau lebih. Pemilihan ini biasanya berdasarkan pada faktor ekonomi, dimana aliran 12 pulsa
hanya cocok pada sistem yang besar sejak dibuat transformer 12 pulsa. Pemilihan tegangan
untuk motor jangkar DC dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
1. Tegangan yang dihasilkan motor maksimum 1000 V. Batasan ini untuk mesin DC
dioperasikan dengan memperhatikan akibat getaran, rawan basah dan manuvering
yang semuanya diatur oleh IEEE Committe On Marine Transportation.
2. Untuk beban sistem dengan power konverter dihubungkan langsung ke bus tanpa
menuju ke transformer. Tegangan DC yang dihasilkan menggunakan standar 600 V
line to line, umumnya tegangan 750 V dengan perbandingan 1 : 1,25.
Jika transformator diletakkan diantara konverter dan sumber tegangan. Ratio tegangan
transformer ditentukan dengan menambah atau mengurangi tegangan jangkar. Berdasarkan
jumlah lilitan transformer, tegangan yang mungkin dihasilkan antara 750 V sampai 1000 V.
Untuk transmisi dan daya lainnya, penurunan tegangan sebanding dengan arus yang
dihasilkan dan peningkatan arus membutuhkan komutator yang besar dan kabel yang besar.
Juga berhubungan dengan biaya, kebutuhan ruang dan berat sistem, sehingga kapasitas yang
diberikan sangat kecil dibandingkan power konverter yang dihubungkan langsung ke terminal
AC. Arus jangkar yang dialirkan oleh kabel DC adalah hasil data pabrik atau data
perhitungan. Jika itu diperhitungkan untuk menghitung arus motor, SHP motor yang biasa
digunakan adalah sekitar 50 HP. Arus jangkar yang dihitung dikonversi dalam Kw dan dibagi
tegangan DC dan efisiensi motor. Sebagian besar dari efisiensi motor DC sekitar 92 % 96
% dengan direct drive. Mesin kecepatan rendah memberikan efisiensi yang kecil dan putaran
mesin 400 sampai 900 rpm.
Untuk membalik arah putaran motor DC yang biasanya dilakukan pada propeller jenis Fixed
Pitch, ada dua pendekatan yang mungkin digunakan. Pertama adalah membalik arah aliran
arus pada medan motor. Metode yang kedua adalah merubah arah arus jangkarnya. Sistem
penggerak elektrik DC sering kali dilengkapi dengan pengatur medan shunt yang menjaga
motor beroperasi pada daya konstan. Secara mekanik digambarkan sebagai pengaturan ratio
reduction gear sehingga memungkinkan mesin utama beroperasi dengan kecepatan putaran
propeller yang berubah-ubah. Pada kapal-kapal besar daya torsi diperkirakan 70 % dari rpm
putaran propeller.
Sistem DC telah digunakan secara luas pada instalasi. Kebanyakan sistem DC dipakai pada
beberapa mesin diesel kecepatan tinggi bersama dengan generator AC yang dihubungkan ke
terminal daya konverter statis dimana AC diubah menjadi DC dan menghasilkan daya untuk
menjalankan motor DC guna memutar shaft propeller. Motor listrik dibuat dengan satu atau
dua dinamo pada shaft, umumnya ditahan oleh dua bantalan. Didasarkan pada standar biaya
yang minimum dan berat yang ringan, motor dengan satu dinamo lebih disukai. Perencanaan
lain yang mungkin digunakan akibat terbatasnya ruangan dan berat pada sebuah motor
kecepatan tinggi adalah menghubungkan shaft propeller dengan reduction gear. Motor DC
yang menggunakan reduction gear sering kali dilengkapi sistem pelumasan gemuk untuk
menghindari pergeseran bantalan.
Pada pemakaian motor propulsi berukuran kecil selalu dilengkapi dengan thrust bearing yang
dipasang pada bagian belakang motor tersebut. Bila motor memakai gear, thrust bearing biasa
dipasang pada reduction gear. Untuk motor DC berukuran besar, thrust bearing dipasang pada
bagian depan terpisah dari motor. Thrust bearing dan motor bearing memiliki minyak
pelumas yang termasuk dalam sistem pelumasan.
Motor propulsi DC yang lebih kecil biasanya ditempatkan terpisah dengan blower yang
digerakkan oleh motor AC untuk mensirkulasi udara pada ruang mesin. Karena blower harus
dioperasikan kapan saja maka kebutuhan starter motor AC kecil untuk blower dan dikontrol
dari power konverter. Pada instalasi yang lebih besar dimana kehilangan kehilangan panas
perlu dipertimbangkan pada jarak tertentu, motor dipasang dengan suatu sistem ventilasi,
dimana blower digerakkan oleh motor AC yang mengalirkan udara untuk pendinginan.
Karakteristik Beban
Untuk mendapatkan karakteristik beban tentunya kita harus mengetahui besar tahanan dari
kapal tersebut. Tahanan kapal dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus pendekatan
yang telah ada misalnya dengan metode Holtrop, Harvald, Taylor, Lapkeller, dan lain-lain
atau dengan menggunakan CFD. Setelah mengetahui besar tahanan kapal tersebut, kemudian
kita menentukan power yang diperlukan dengan rumus pendekatan untuk mengatahui
efisiensi dari propeller, serta mengetahui putaran (rpm) dari propeller dibandingkan dengan
power yang disalurkan dengan menggunakan grafik hasil open water test.
Pada tahap ini kita menggabungkan dua kontur grafik yang ada, yaitu grafik karakteristik
penggerak mula yang dalam hal ini motor listrik DC dengan grafik karakteristik dari
propeller yang digunakan. Dari hasil ploting grafik tersebut kita dapat mengetahui mengapa
pada kapal-kapal pemecah es yang mempunyai kecepatan 2-5 knot dengan kemampuan
memecahkan es secara kontinyu selalu menggunakan motor DC sebagai sumber penggerak
utama untuk propellernya (Tachibana, 1985).
Reference:
1. Adji, Suryo Widodo; [1995]; Evaluasi Teknis Sistem Propulsi Motor Sailing Boat
Maruta Jaya 900; Laporan Penelitian TSP-FTK ITS; Surabaya.
1. Berahim, Hamzah Ir.; [1991]; Pengantar Teknik Tenaga Listrik; Andi Offset;
Yogyakarta.