Anda di halaman 1dari 22

GASTROENTERITIS

1. Konsep Dasar Gastroenteritis


1. Definisi
Gastroenteritis (diare) merupakan suatu keadaan dimana frekuensi buang
air besar lebih dari 4 kali dan pada bayi lebih dari 3 kali pada anak,
konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah, atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Setiap sel-sel dalam tubuh kita memerlukan adanya suplai makanan yang
terus menerus untuk dapat bertahan hidup terus. Makanan tersebut akan
memberikan energi, membangun jaringan-jaringan baru, mengganti jaringanjaringan yang tua atau rusak dan memegang peranan utama dalam
pertumbuhan. Fungsi utama Sistem Gastrointestinal ialah menyediakan suplai
yang berkesinambungan untuk tubuh seperti air, elektrolit, zat gizi dan lain
sebagainya.
Sebelum zat-zat air, elektrolit, zat gizi ini diperoleh tubuh makanan yang
kita makan harus berjalan atau digerakkan sepanjang saluran pencernaan
dengan kecepatan yang sesuai agar dapat berlangung fungsi pencernaan dan
absorbsi.
Tractus Gastrointestinal merupakan sebuah saluran makanan yang
panjang terbentang mulai dari mulut sampai dubur. Dalam keseluruhan
dinding Tractus Gastrointestinal terdiri dari empat lapisan dinding, yaitu :
tunico mukosa (lapisan terdalam yang merupakan lapisan terdalam dan
didalam tunico mukosa terdapat enzim yang membantu proses makanan
secara kimiawi). tunico submukosa merupakan lapisan jaringan ikat longgar
yang banyak mengandung pembuluh darah, tunica muskularis (merupakan
dua lapisan otot : lapisan otot sirkuler dan lapisan otot logitudinal), tunica
serosa / tunica adventitia merupakan lapisan terluar dan sangat tipis.
a. Mulut
Mulut (OS) dan rongga mulut merupakan bagian permulaan tractus
Gastrointestinal. Cavum Oris, mempunyai batas-batas : sebelah depan
(rima oris), belakang (istmus favcium), dinding samping bibir dan pipi,
batas atas (maxila) terdiri dari palatum mole dan palatum durum.

Dasar rongga mulut terdiri dari mandibula (rahang bawah), lidah,


regio submandibularis. Didalam mulut terdapat lidah yang merupakan
organ otot yang dilapisi mukosa, merupakan alat bantu pada proses
mengunyah (mastikasi), menelan (deglution) bicara (spech) dan pengecap,
kemudian terdapat kelenjar air utama yaitu : glandula parotis, glandula
sublingualis, glandula submaksilaris. Selain lidah terdapat pula gigi yang
merupakan salah satu alat bantu sistem pencernaan karena berperan
sebagai alat pengunyah dan bicara.
b. Pharing
Pharing atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa, panjang
kira-kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis cranii (dasar
tengorokan) yaitu setinggi vertebra cervikalis VI hingga kebawah setinggi
tulang rawan cricoidea. Jadi pharing penting untuk lalunya bolus
(makanan yang sedang dicerna mulut) dan lalunya udara.
c. Esophagus
Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari
jaringan otot yang terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea dan
bermuara pada lambung yang merupakan lanjutan lambung.
d. Lambung
Lambung

yang

merupakan

bagian

terlebar

dari

Tractus

Gastrointestinal dan merupakan lanjutan dari esofagus, bentuknya seperti


huruf J terletak dibagian atas agak kekiri sedikit pada rongga abdomen
dibawah diafragma. Fungsi lambung sebagai pencernaan makanan secara
mekanis dan kimiawi, sebagai bacterisid oleh asam lambung HCL dan
membantu proses penyembuhan eritrosid.
e. Usus Halus
Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus
sampai muara ileocaecalis dan menempati bagian terbesar rongga
abdomen terletak sebelah bawah lambung dan hati, panjang kurang lebih
7 meter. Usus halus dibagi menjadi :
1)

Duodenum
Disebut juga usus dua belas jari. Panjang kira-kira 20 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri. Pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Bagian kanan terdapat selaput lendir yaitu papila
vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan yang banyak

mengandung kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi getah


intestinum yang diebut kelenjar brunner.
2)

Yeyenum dan Ileum


Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan Yeyenum dan Ileum merekat
pada dinding abdomen posterior lipatan peritonium yang sikenal
sebagai mesentrum. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum
dengan perantara lubang orifisium ileosinkalis. Dialam tunica propria
(bagian alam tunica mukosa) terdapat jaringan-jaringan limfoid,
noduli lymphatici yang ada sendiri-sendiri atau berkelompok.
Sementara di ileum plicae cirkulares dan villi akan berkurang,
sedangkan kelompok noduli lympathici akan menjadi banyak, tiap
kelompok berkisar antara 20 noduli lympathici. Kumpulan kelompok
ini disebut Plaque Payeri, yang menjadi tanda khas ileum.
Fungsi dari usus halus antara lain menerima zat-zat makanan yang

sudah dicerna, menyerap protein dalam bentuk asam amino, menyerap


karbohidrat dalam bentuk emulasi lemak.
f. Usus Besar
Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seolaholah seperti huruf U terbalik dan mengelilingi usus halus, panjangnya
kurang lebih 140 cm terbentang dari valvula ileocaecalis sampai anus.
Usus besar terdiri dari colon asendens, colon transversum, colon desenden
dan sigmoideum. Fungsi usus besar adalah untuk absorbsi air untuk
kemudian sisa masa membentuk masa yang semisolid (lembek) disebut
feses.
g. Anus
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar, terletak didasar pelvis dindingnya diperkuat
oleh tiga spinter yaitu :
1)

Spinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak

2)

Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak

3)

Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak.

3. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
a.

Faktor infeksi:
1)

Bakteri;

enteropathogenic escherichia coli, salmonella, shigella,

yersinis enterocolitica, campylobacter.


2)

Virus;

enterovirus-echoviruses, adenovirus, human retrovirus

seperti agent rota virus, astrovirus.


3)

Jamur; candida enteritis.

4)

Parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, srongyloides), protozoa


(entamoebahystolityca, giardialamblia).

5)

Infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis


media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.

b.

Faktor malabsorbsi
1)

Malobsorbsi karbohidrat : disakarida (intolerensi laktosa, maltosa


dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa,

c.

2)

Malabsrobsi lemak.

3)

Malabsorbsi protein.

Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d.

Faktor fsikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).

4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
e.

Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.

f.

Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

g.

Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun kan mengakbatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Menurunnya pemasukan/ hilangnya cairan akibat muntah, diare, demam,
hiperpentilasi
Tiba-tiba dengan cepat cairan ekstraseluler hilang
Ketidak seimbangan elektrolit
Hilangnya cairan dalam intra seluler
Disfungsi seluler
Syok hipovolemik
Kematian

3. Tanda dan Gejala


Mula-mula klien cengeng, gelisah atau suhu tubuh biasanya meningkat,
napsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, tinja cair,
mungkin disertai lendir atau darah, warna tinja makin lama berubah kehijauhijawan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya
timbul lecet karena sering defikasi dan tinja makin lama makin asam sebagai
akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapt
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan

asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak

kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi, BB menurun, pada


bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir
mulut dan bibir terlihat kering. Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat
dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila berdasarkan tonisitas
plasma dibagi menjadi dedhidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik.
Pasien diare yang dirawat biasanya dalam keadaan dehidrasi berat dengan
rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5 %. Pada dehidrasi berat, volume
darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovelimik dengan gejala
denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun,
pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, samnolen, kadang sampai
soporokomateus).
Akibat dehidrasi diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah
terjadi asidosis metabolik pasien tampak pucat dengan perbapasan yang cepat
dan dalam (perna[asan kussmaul) asidosis metabolik terjadi karena :
a.

Kehilangan Na HCO3 melalui tinja diare.

b.

Ketosis kelaparan.

c.

Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat


dikeluarkan (karena oliguria atau anuria)

d.

Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan


intrasel.

e.

Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan).

4. Komplikasi
a.

Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, Ashwill and Droske (1997)
membagi dehidrasi atas:
1.

Dehidrasi ringan;

berat badan menurun 3%-5%, dengan

volume cairan yang hilang kurang dari 50 ml/kg.


2.

Dehidrasi sedang; berat badan menurun 6%-9%, dengan


volume cairan yang hilang 50-90 ml/kg.

3.

Dehidrasi berat;

berat badan menurun lebih dari 10%,

dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100
ml/kg.
Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas:
1)

Dehidrasi isotonik, bila kadar Na dalam plasma antara 131-150


mEq/L.

2)

Dehidrasi hipotonik, bila kadar Na plasma kurang dari 131 mEq/L.

3)

Dehidrasi hipertonik, bila kadar Na plasma lebih dari 150 mEq/L

b.

Syok hipovolemik

c.

Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,


bradikardi, perubahan elektrokardiogram).

d.

Hipokalsemia

e.

Hiponatremia

f.

Hipoglikemia

g.

Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase


karena kerusakan vili mukosa usus halus.

h.

Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

i.

Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita


juga mengalami kelaparan.

j.

Asidosis.

5. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis
(kausal) yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang perlu dikerjakan:
a.

b.

Pemeriksaan tinja
1)

Makroskopis dan mikroskopis.

2)

Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.

3)

Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik.

4)

pH dan kadar gula jika diduga ada sugar intolerance.

Pemeriksaan darah
1)

Darah lengkap
Darah perifer lengkap, analisa gas darahdan elektrolit (terutama
Na, Ca, K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia
(hipokronik, kadang-kadang nikrosiotik) dan dapat terjadi karena mal
nutrisi/malabsrobsi tekana fungsi sumsum tulang (proses imflemasi
kronis), peningkatan sel-sel darah putih.

2)

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui


faal ginjal.

c.

Pemeriksaan elektrolit tubuh.

Terutama kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat terutama pada


penderita diare yang mengalami muntah-muntah, pernapaan cepat dan
dalam, kelemahan otot-otot, ilius paralitik.
d.

Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara


kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

6. Pengobatan
Dalam garis besarnya pengobatan diare dibagi dalam:
a.

Pengobatan kausal
Pada penderita diare antibiotik hanya boleh diberikan kalau:
1)

Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan/atau


biakan.

2)

Pada pemeriksaan makroskopik dan/atau mikroskopik ditemukan


darah pada tinja.

3)

Secara klinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi


enteral.

b.

c.

4)

Di daerah endemik kolera.

5)

Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nasokomial.

Pengobatan simptomatik
1)

Obat-obat anti diare.

2)

Adsorbent.

3)

Antiemetik.

4)

Antipiretik.

Pengobatan cairan
Ada 2 jenis cairan, yaitu:
1)

Cairan rehidrasi oral (CRO)


Ada beberapa macam cairan rehidrasi oral:
a)

Cairan rehidrasi oral dengan formula lengkap mengandung


NaCl, KCl, NaHCO3 dan glukosa penggantinya, yang dikenal
dengan nama oralit.

b)

Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung keempat


komponen di atas, misalnya larutan gula-garam (LGG), larutan
tepung beras-garam, air tajin, air kelapa, dan lain-lain caiaran yang
tersedia di rumah, disebut CRO tidak lengkap.

2)

Cairan rehidrasi parenteral (CRP)

Sebagai hasil rekomendasi Seminar Rehidrasi Nasional ke I s/d IV


dan pertemuan ilmiah penelitian diare, Litbangkes (1982) digunakan
cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal untuk
digunakan di Indonesia, dan cairan inilah yang sekarang terdapat di
puskesmas-puskesmas dan di rumah-rumah sakit di Indonesia. Pada
diare dengna penyakit penyerta (KKP< jantung, ginjal) cairan yang
dianjurkan adalah Half Strength Darrow Glukose yaitu cairan
Hartmann setengah dosis di dalam 2,5 % glukosa atau cairan Darrow
setengah dosis di dalam glukosa 2,5%, karena keduanya mengandung
natrium, kalium, klorida, laktat (basa), dan glukosa.
Kebutuhan cairan dapat dihitung sebagai berikut:
a)

24 jam pertama:
(1) Dehidrasi ringan; 180 ml/kg (sekitar 3 fl. oz per lb) per
hari.
(2) Dehidrasi sedang; 220 ml per kg (sekitar 4 fl. oz per lb) per
hari
(3) Dehidrasi berat; 260 ml per kg (sekitar 4 fl. oz per lb) per
hari

b)

Hari-hari berikutnya:
Kebutuhan normal sehari-hari adalah 140 ml per kg (sekitar 2,5 fl.
oz per lb), ditambah dengan penggantian pengeluaran cairan, yang
dihitung secara kasar lewat buang air besar atau lewat muntahnya.
Semua cairan yang diberikan dalam berbagai cara diatas harus
dicatat dan dijumlahkan sertiap hari.

d.

Pengobatan diuretik
1)

Untuk anak kurang dari 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg


Jenis makanan:
a)

Susu (ASI/ susu formula yang mengandung laktosa rendah dan


asam lemak tak jenuh misalnya; LLM, almiron.

b)

Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi


tim) bila anak tidak mau minum susu karena di rumah sudah biasa
diberi makanan padat

c)

Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau


susu dengan asam lemak berantai sedang/tidak jenuh,

sesuai

dengan kelainan yang ditemukan.

2)

Untuk anak diatas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 kg


Jenis makanan: makanan padat atau makanan cair/susu sesuai dengan
kebiasaan makan di rumah.

e.

Obat-obatan
Prinsif pengobatan diare ialah menggantikan yang hilang melalui tin ja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan
sebagainya).

7. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gastroenteritis


Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji
respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana
keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masaalah-masalah tersebut.
Masalah kesehatan yang berhubungan dengan klien, keluarga, orang terdekat,
daan manusia (Allen, 1998: 21)
Asuhan keperawatan bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang
ada dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi:
8. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Lyer et. Al, 1996). Pada tahap ini
semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan
dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Tujuan dari pengkajian
adalah untuk mengumpulkan data, menganalisa data sehingga ditemukan
diagnosa keperawatan.
Adapun langkah-langkah dalam pengkajian adalah sebagai berikut:
a.

Pengumpulan data
1)

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,


suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan nama ortu.

2)

Keluhan utama klien


Biasanya mengeluh berak-berak encer dengan atau tanpa adanya
lendir dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari, berwarna kehijauhijauan dan berbau amis. Biasanya disertai muntah, tidak napsu

10

makan dan mungkin ada demam ringan atau demam tinggi pada anakanak yang menderita infeksi usus (Ngastiyah 1997).

3) Riwayat penyakit sekarang


a) Lamanya keluhan : masing-masing orang berbeda tergantung pada
tingkat dehidrasi, status gizi, keadaan sosial ekinomi, hygiene dan
sanitasi (Jellife, 1994)
b) Akibat timbul keluhan : anak menjadi rewel dan menjadi gelisah,
badan menjadi lemah dan beraktifitas bermain kurang (Ngastiyah,
1997).
c) Faktor memperberat : ibu menghentikan pemberian makanan,
anak tidak mau makan dan minum, tidak ada pemberian cairan
tambahan (larutan oralitr atau larutan gula garam).
4)

Riwayat penyakit dahulu


Dalam pengkajian ini perlu ditanyakan tentang riwayat penyakit yang
pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua.
Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit
keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga harus
dirawat di rumah sakit.

5)

Riwayat kehamilan dan kelahiran


Disini hal-hal yang ditanyakan meliputi keadaan ibu saat hamil, gizi,
usia kehamilan dan obat-obatan. Hal tersebut juga mencakup
kesehatan anak sebelum lahir, saat lahir, dan keadaan anak setelah
lahir.

6)

Tumbuh kembang
Dalam pengkajian ini yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
dengan usia anak sekarang yang meliputi motorik kasar, motorik
halus, perkembangan kognitif atau bahasa dan personal sosial atau
kemandirian.

7)

Imunisasi
Dalam pengkajian ini yang ditanyakan kepada orang tua adalah
apakah anak mendapatkan imunisasi secara lengkap sesuai dengan

11

usianya dan jadual pemberian serta efek samping dari pemberian


imunisasi seperti panas, alergi, dan sebagainya.
8)

Psikososial
Dalam pengkajian ini yang ditanyakan meliputi tugas perkembangan
sosial anak, kemampuan beradaptasi selama sakit, mekanisme koping
yang digunakan oleh anak dan keluarga. Respon emosional keluarga
dan penyesuaian keluarga terhadap stress mencakup juga harapanharapan keluarga terhadap kesembuhan penyakit anak.

9)

Kesehatan fisik
Beberapa hal yang perlu ditanyakan meliputi pola nutrisi seperti
frekuensi makan, jenis makanan, makanan yang disukai atau tidak
disukai dan keinginan untuk makan dan minum. Pola eliminasi seperti
frekuensi buang air besar dan buamg air kecil di rumah dan di rumah
sakit. Selain itu ditanyakan tentang konsistensi , warna dan bau dari
objek eliminasi. Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam, kebiasaan
sebelum dan sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan baik di
rumah maupun di sekolah, juga bagaimana pola hygiene tubuh seperti
mandi, keramas, gosok gigi dan ganti baju.

10)

Kesehatan mental
Dalam hal ini ditanyakan mengenai pola interaksi anak, pola kognitif
anak, pola emosi anak saat dirawat, pola psikologi keluarga serta
kopingnya dan pengetahuan keluarga dalam mengenali penyakit
anaknya.

11)

Kesehatan sosial dan spiritual


Dalam pengkajian ini yang perlu ditanyakan meliputi pola kultural
atau norma yang berlaku dalam keluarga dan pola rekreasi serta
keadaan lingkungan rumah. Mengenai pola spiritual yang ditanyakan
mengenai pola ibadah apakah klien sudah bisa beribadah dan nilainilai spiritual yang sudah ditanamkan oleh keluarga.

b.

Pemeriksaan fisik
1)

Keadaan umum klien


Pada anak terdapat keluhan dan kelainan-kelainan yang mendukung
perlu dikaji adanya tanda-tanda dehidrasi seperti mata cekung, ubunubun besar cekung, mukosa bibir kering dan turgor kulit berkurang

12

keelastisitasannya, kemudian ditanyakan frekuensi BAB, adanya nyeri


atau distensi abdomen, demam dan terjadinya penurunan berat badan

2)

Dasar

data

pengkajian

pasien

dengan

gastroentritis

(Marylinn.E.Doenges, 1999)
a)

Aktifitas/istirahat
Gejala : gangguan pola tidur, misalnya : insomnia dini hari,
kelemahan , perasaan hiper dan atau ansietas.
Tanda : periode hiperaktifasi, latihan keras terus menerus.

b)

Sirkulasi
Gejala : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat.
Tanda : tekanan darah rendah, bradikardi, distritmia.

c)

Integritas Ego
Gejala : ketidak berdayaan putus asa
Tanda :status emosi depresi, menolak , marah, ansietas.

d)

Eliminasi
Gejala : Diare, nyeri abdomen tidak jelas dan distres, kembung,
penggunaan laktatif atau diuretik

e)

Makanan/cairan
Gejala lapar terus menerus atau menyangkal lapar nafsu makan
normal atau meningkat (kadang menghilang sampai gangguan
lanjut.)

f) Hygene
Tanda : rambut rontok, kuku kotor dan rapuh, tanda erosi email
gigi, kondisi gusi buruk.
g) Neurosensori
Tanda : efek depresi, perubahan mental (apatis, bingung, gangguan
memori) karena mal nutrisi/kelaparan.
h) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejal : sakit kepala
i)

Keamanan

13

Tanda : peningkatan suhu tubuh, berulangnya proses infeksi,


eksim atau masalah kulit lain.
j)

Interaksi sosial
Gejala : merasa tidak berdaya

3)

Pemeriksaan penunjang
Pada gastroenteritis biasanya dilakukan pemeriksaan tinja untuk
mengetahui jenis kuman penyebab, pemeriksaan elektrolit, BUN,
creatinin dan glukosa serta perlu diketahui adanya riwayat alergi
terhadap makanan dan obat-obatan.

c.

Analisa data
Analisa data merupakan tahap kedua dari proses keperawatan yang
merupakan proses memeriksa dan mengkategorigan informasi untuk
mendapatkan sebuah kesimpulan tentang kebutuhan klien (Doenges,
2000: 42). Setelah data dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian
dianalisa sebagai berikut :

untuk menganalisa data dapat dibedakan

menjadi 2 jenis yaitu data subyektif dan data obyektif.


Data subyektif yaitu data yang didapat dari ungkapan atau keluhan
klien dalam hal ini anak dan ortu sedangkan data obyektif yaitu data yang
didapat dari suatu pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil
pemeriksaan. Data-data tersebut dikelompokkan berdasarkan peranannya
untuk menunjang suatu masalah, dimana masalah tersebut berfokus pada
klien dan respon klien.
9. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menjelaskan status
atau masalah kesehatan potensial atau aktual (Gaffar, 1999: 61). Diagnosa
keperawatan berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan masalah klien
yang dapat ditangani oleh perawat (Doenges, 2000: 46).
Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang sering ditemukan pada
pasien diare, yaitu :
a. Menurut Lynda Juall Carpenito ( 1999 ), halaman 188-191
1). Resiko tinggi terhadap defisit cairan berhubungan dengan kehilangan
sekunder terhadap muntah dan diare.
2). Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan kram abdomen, diare
dan muntah sekunder terhadap dilatasi sekunder dan hiperperistaltik.

14

3). Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik


yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pembatasan diit dan tanda-tanda serta gejala komplikasi.
b. Menurut Tucker et all ( 1999 ), halaman 958-960
1). Diare yang berhubungan dengan iritasi usus, proses infeksi atau mal
absorbsi usus.
2). Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
mentoleransi cairan peroral tanpa muntah dan diare.
3). Perubahan integritas kulit yang berhubungan

dengan seringnya

defekasi sehingga iritasi pada daerah anal dan bokong.


4). Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai kebutuhan perawatan di rumah dan prosedur yang diikuti
jika diare berulang.
c. Menurut Walley and Wong ( 1996 ), halaman 406-407
1). Defisit volume cairan yang berhubungan dengan cairan yang
berlebihan melalui muntah dan diare.
2). Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare dan intake tidak adekuat.
3). Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan masuknya
mikroorganisme dalam saluran gastrointestinal.
4). Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi akibat frekuensi
diare yang sering.
5). Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi,
kurangnya informasi.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk
memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi klien (Depkes RI, 1998).
Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan dimana tujuan/
hasil ditentukan dan intervensi dipilih. Sedang rencana perawatan adalah
bukti tertulis dari tahap dua dan tiga proses keperawatan yang
mengidentifikasi masalah atau kebutuhan klien, tujuan/ hasil perawatan, dan
intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan menangani masalah
atau kebutuhan klien (Marilynn E. Doenges, 1999). Adapun

rencana

keperawatan yang sesuai dengan penyakit gastroenteritis adalah sebagai


berikut :

15

Dx. 1. Diare b/d mal absorbsi usus


Tujuan :
Diare teratasi
Kriteria hasil :
Orangtua mengatakan frekuensi BAB kurang dengan konsistensi tidak
encer.
Rencana Keperawatan :
a. Kaji dan observasi defekasi, karateristik, jumlah dan factor pencetus.
b. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare.
c. Mulai berikan pemasukan cairan peroral secara bertahap, hindari
minuman dingin.
d. Jelaskan manfaat istirahat adekuat.
e. Observasi demam, letargi,takikardi.
f. Kolaborasi dalam pemberian antikolinergik dan antibiotic.
Rasional :
a. Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya
diare.
b. Untuk menghindari iritasi dan meningkatkan istirahat usus.
c. Memberikan istirahat kolon dengan menurunkan/ menghilangkan
rangsangan makanan/ cairan.
d. Istirahat menurunkan mobilisasi usus, juga menurunkan laju
metabolisme bila terjadi infeksi.
e. Untuk menentukan intervensi yang tepat untuk dilakukan.
f. Anti kolinergik untuk menurunkan peristaltic usus, antibiotic
mengobati infeksi supurati lokal.
Dx. 2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake dan output
tidak seimbang.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Berat badan dalam batas normal sesuai dengan tinggi dan umur klien,
porsi makan dihabiskan.
Rencana Tindakan :
a. Kaji status nutrisi klien serta intake dan outputnya.
b. Timbang BB setiap hari.

16

c. Observasi dan catat respon terhadap diit yang diberikan.


d. Sesudah dehidrasi, anjurkan untuk tetap memberi ASI.
e. Berikan lingkungan yang menyenangkan selama makan.
f. Anjurkan untuk memberikan makanan sedikit tetapi sering.
Rasional :
a. Sebagai perbandingan dalam menentukan perubahan nutrisi klien
selama sakit.
b. Untuk mengetahui perkembangan nutrisi klien selama sakit.
c. Untuk menilai toleransi klien terhadap diit yang diberikan.
d. Pemberian ASI dapat membantu dalam mempercepat proses
penyembuhan.
e. Nafsu makan terangsang pada situasi yang rileks dan menyenangkan.
f. Pemberian makan sedikit tapi sering tidak akan menekan gastric
sehingga mengurangi perasaan mual dan muntah.
Dx. 3. Resiko terjadi defisit volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan
melalui diare dan muntah.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan tubuh
dalam batas normal.
Kriteria hasil :
Berat badan normal, mukosa bibir lembab, keluaran urin normal 10-20
ml/ jam dan turgor kulit normal.
Rencana tindakan :
a. Kaji masukan dan haluaran tiap delapan jam.
b. Ukur tanda-tanda vital tiap 1-2 jam.
c. Timbang BB tiap hari.
d. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
e. Beri anti diare sesuai program.
Rasional :
a. Untuk mengetahui keefektifan terapi.
b. Untuk mengetahui hipotensi dan peningkatan suhu tubuh akibat
dehidrasi.
c. Untuk mengetahui perkembangan nutrisi setiap hari.
d. Pemberian makanan cair sedikit demi sedikit tidak akan menekan
gastric sehingga mengurangi perasaan mual dan muntah.

17

e. Agen dari diare mengurangi jumlah cairan feses.


Dx. 4 Perubahan integritas kulit (iritasi pada daerah anal) b/d frekuensi diare
yang sering.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kulit tanpa eksloriasis
lebih lanjut.
Kriteria hasil :
Tanda kemerahan pada daerah anal tidak ada lagi.
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat perubahan integritas kulit.
b. Anjurkan orangtua untuk membersihkan daerah perianal dengan air
dan sabun bebas parfum.
c. Anjurkan orangtua untuk memberikan pakaian yang terbuat dari
bahan katun.
d. Anjurkan orangtua menjaga daerah popok tetap bersih dan kering.
Rasional :
a. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kedaruratan kulit.
b. Pembersihan membantu mengontrol baud an menghilangkan substansi
pengiritasian.
c. Bahan katun membantu sirkulasi udara dan menyerap keringat.
d. Kelembaban meningkatkan pertumbuhan bakteri.
Dx. 5 Ansietas orangtua b/d perubahan terhadap status kesehatan anaknya.
Tujuan :
Orangtua menyatakan bahwa sudah tidak cemas lagi.
Kriteria hasil :
Ekspresi wajah tenang dan rileks.
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat cemas.
b. Pertahankan kontak sering dengan orangtua, selalu sedia untuk
mendengarkan dan bicara bila dibutuhkan.
c. Identifikasi

cara-cara

dimana

pasien

mendapat

bantuan

jika

dibutuhkan.
d. Sediakan informasi yang kurang sesuai kebutuhan dan jika diminta
oleh pasien atau orang terdekat.
Rasional :

18

a. Respon individu dapat bervariasi tergantung pada pola kultural yang


dipelajari.
b. Persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat memperbesar
perasaan.
c. Memantapkan hubungan dan membantu orangtua untuk melihat
realisasi dari penyakit/ pengobatan yang diberikan.
d. Memberikan jaminan bahwa staf bersedia untuk mendukung /
membantu.
Dx. 6 Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anak sakit di rumah
b/d kurang informasi.
Tujuan :
Ibu mengerti tentang kondisi penyakit dan perawatan anak sakit di rumah,
Kriteria hasil :
Ibu mampu menjelaskan kembali tentang apa yang telah dijelaskan.
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit dan perawatan
anaknya.
b. Berikan penjelasan tentang penyakit dan kondisi anaknya.
c. Berikan penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan
keperawatan.
d. Berikan penjelasan kepada orangtua tentang perawatan anak diare di
rumah, seperti pembuatan larutan gula garam.
Rasional :
a. Untuk dapat menentukan intervensi secara tepat.
b. Menurunkan rasa takut dan cemas terhadap kondisi anaknya.
c. Berbagai tingkat bantuan mungkin diperlukan berdasarkan kebutuhan.
d. Pembuatan larutan gula garam dilakukan sebagai penanganan pertama
untuk mengganti cairan tubuh akibat diare dan muntah.
4. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan/ atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat
(Marylynn E. Doenges, 1999). Intervensi dipilih untuk membantu pasien dalam
mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangannya. Harapannya
adalah bahwa prilaku yang dipreskripsikan akan menguntungkan pasien dan

19

keluarga dalam cara yang dapat diprediksi, yang berhubungan dengan masalah
yang di identifikasi dan tujuan yang telah dipilih.
Intervensi atau tindakan keperawatan dibagi menjadi dua, yaitu tindakan
mandiri (dilakukan perawat) dan tindakan kolaboratif (dilakukan oleh pemberi
perawatan lainnya). Contoh dari kedua tindakan yang dilakukan secara
professional berbeda ini adalah :
Tindakan mandiri : membatasi jumlah pengunjung, merapikan tempat tidur
pasien, menimbang berat badan anak, menganjurkan ibu untuk tetap memberikan
ASI pada anaknya yang sakit diare.
Tindakan kolaboratif : memberikan obat anti diare seperti yang dipesankan.
5. Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dan tolak ukur dari
hasil yang telah dicapai . Sebagai proses akhir berarti evaluasi merupakan
umpan balik bagi perawat akan berhasil atau tidaknya tujuan atau mungkin
bahkan timbul masalah baru yang sama sekali tak terduga.
Dalam hal ini evaluasi berarti juga sebagai langkah koreksi terhadap
langkah perawatan semula untuk melakukan rencana perawatan berikutnya
yang lebih relevan. Evaluasi dalam hal ini berupa penentuan kriteriase yang
telah dicapai sebagian maupun semuanya dan sama sekali tidak tercapai atau
bahkan timbul masalah baru. Bila masalah teratasi maka rencana tindakan
dipertahankan tapi bila rencana tindakan belum teratasi maka perlu
modifikasi dan begitu pula bila timbul masalah baru. (Tucker et all, 1998)
Adapun rencana tindakan dikatakan tercapai apabila memenuhi kriteria :
anak akan menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi, anak
akan menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan, anak tidak
menunjukkan tanda tanda penurunan kesadaran yang lebih lanjut, anak dapat
melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat perkembangan
anak-anak akan menunjukkan tanda tanda vital dalam batas normal.

20

DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, Petrus (1992), Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut, Edisi
kedua, EGC, Jakarta.
Bates, Barbara (1997), Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan, Edisi
kedua, EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall (1999), Rencana Asuhan dan Dekumentasi Keperawatan,
EGC, Jakarta.
Doenges Marilynn E (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi ketiga, EGC,
Jakarta
Gaffar La Ode Jumadi (1997), Pengantar Keperawatan Propesional, EGC, Jakarta.
Hull, David (1994), Kesehatan Anak, Pedoman Bagi Orang Tua, Jakarta, Arcan.
Hudak, Gallo (1996), Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume dua, EGC,
Jakarta.
Jellife, D.B (1994), Kesehatan Anak Di Daerah Tropis, Edisi keempat, Bumi Aksara,
Jakarta.
Keliat, Budi Anna (1990), Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arief (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid Pertama,
Media Aesculapius, Jakarta.
Mansjoer, Arief (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid kedua, Media
Aesculapius, Jakarta.
Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Puspita Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI (1992), Asuhan
Kesehatan Anak Dalam Kontek Keluarga, Jakarta, Depkes.

21

Suharyono (1998), Gastroentrologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,


Jakarta.
Supriadi, Rita Yulianti (2001), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi pertama, CV.
Sagung Seto, Jakarta.
Tucker, Susan Martin (1998), Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan,
Diagnosa dan Evaluasi, Edisi kelima, Volume empat, EGC, Jakarta.
Wong And Walley (1996), Clinical Manual Of Pediatric Nursing, Edisi keempat,
America Graphic Waull.

22

Anda mungkin juga menyukai