yang
merupakan
bagian
terlebar
dari
Tractus
Duodenum
Disebut juga usus dua belas jari. Panjang kira-kira 20 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri. Pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Bagian kanan terdapat selaput lendir yaitu papila
vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan yang banyak
2)
3)
3. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
a.
Faktor infeksi:
1)
Bakteri;
Virus;
4)
5)
b.
Faktor malabsorbsi
1)
c.
2)
Malabsrobsi lemak.
3)
Malabsorbsi protein.
Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d.
Faktor fsikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
e.
Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
f.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
g.
b.
Ketosis kelaparan.
c.
d.
e.
4. Komplikasi
a.
Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, Ashwill and Droske (1997)
membagi dehidrasi atas:
1.
Dehidrasi ringan;
3.
Dehidrasi berat;
dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100
ml/kg.
Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas:
1)
2)
3)
b.
Syok hipovolemik
c.
d.
Hipokalsemia
e.
Hiponatremia
f.
Hipoglikemia
g.
h.
i.
j.
Asidosis.
5. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis
(kausal) yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang perlu dikerjakan:
a.
b.
Pemeriksaan tinja
1)
2)
3)
4)
Pemeriksaan darah
1)
Darah lengkap
Darah perifer lengkap, analisa gas darahdan elektrolit (terutama
Na, Ca, K dan P serum pada diare yang disertai kejang), anemia
(hipokronik, kadang-kadang nikrosiotik) dan dapat terjadi karena mal
nutrisi/malabsrobsi tekana fungsi sumsum tulang (proses imflemasi
kronis), peningkatan sel-sel darah putih.
2)
c.
6. Pengobatan
Dalam garis besarnya pengobatan diare dibagi dalam:
a.
Pengobatan kausal
Pada penderita diare antibiotik hanya boleh diberikan kalau:
1)
2)
3)
b.
c.
4)
5)
Pengobatan simptomatik
1)
2)
Adsorbent.
3)
Antiemetik.
4)
Antipiretik.
Pengobatan cairan
Ada 2 jenis cairan, yaitu:
1)
b)
2)
24 jam pertama:
(1) Dehidrasi ringan; 180 ml/kg (sekitar 3 fl. oz per lb) per
hari.
(2) Dehidrasi sedang; 220 ml per kg (sekitar 4 fl. oz per lb) per
hari
(3) Dehidrasi berat; 260 ml per kg (sekitar 4 fl. oz per lb) per
hari
b)
Hari-hari berikutnya:
Kebutuhan normal sehari-hari adalah 140 ml per kg (sekitar 2,5 fl.
oz per lb), ditambah dengan penggantian pengeluaran cairan, yang
dihitung secara kasar lewat buang air besar atau lewat muntahnya.
Semua cairan yang diberikan dalam berbagai cara diatas harus
dicatat dan dijumlahkan sertiap hari.
d.
Pengobatan diuretik
1)
b)
c)
sesuai
2)
e.
Obat-obatan
Prinsif pengobatan diare ialah menggantikan yang hilang melalui tin ja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan
sebagainya).
Pengumpulan data
1)
2)
10
makan dan mungkin ada demam ringan atau demam tinggi pada anakanak yang menderita infeksi usus (Ngastiyah 1997).
5)
6)
Tumbuh kembang
Dalam pengkajian ini yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
dengan usia anak sekarang yang meliputi motorik kasar, motorik
halus, perkembangan kognitif atau bahasa dan personal sosial atau
kemandirian.
7)
Imunisasi
Dalam pengkajian ini yang ditanyakan kepada orang tua adalah
apakah anak mendapatkan imunisasi secara lengkap sesuai dengan
11
Psikososial
Dalam pengkajian ini yang ditanyakan meliputi tugas perkembangan
sosial anak, kemampuan beradaptasi selama sakit, mekanisme koping
yang digunakan oleh anak dan keluarga. Respon emosional keluarga
dan penyesuaian keluarga terhadap stress mencakup juga harapanharapan keluarga terhadap kesembuhan penyakit anak.
9)
Kesehatan fisik
Beberapa hal yang perlu ditanyakan meliputi pola nutrisi seperti
frekuensi makan, jenis makanan, makanan yang disukai atau tidak
disukai dan keinginan untuk makan dan minum. Pola eliminasi seperti
frekuensi buang air besar dan buamg air kecil di rumah dan di rumah
sakit. Selain itu ditanyakan tentang konsistensi , warna dan bau dari
objek eliminasi. Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam, kebiasaan
sebelum dan sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan baik di
rumah maupun di sekolah, juga bagaimana pola hygiene tubuh seperti
mandi, keramas, gosok gigi dan ganti baju.
10)
Kesehatan mental
Dalam hal ini ditanyakan mengenai pola interaksi anak, pola kognitif
anak, pola emosi anak saat dirawat, pola psikologi keluarga serta
kopingnya dan pengetahuan keluarga dalam mengenali penyakit
anaknya.
11)
b.
Pemeriksaan fisik
1)
12
2)
Dasar
data
pengkajian
pasien
dengan
gastroentritis
(Marylinn.E.Doenges, 1999)
a)
Aktifitas/istirahat
Gejala : gangguan pola tidur, misalnya : insomnia dini hari,
kelemahan , perasaan hiper dan atau ansietas.
Tanda : periode hiperaktifasi, latihan keras terus menerus.
b)
Sirkulasi
Gejala : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat.
Tanda : tekanan darah rendah, bradikardi, distritmia.
c)
Integritas Ego
Gejala : ketidak berdayaan putus asa
Tanda :status emosi depresi, menolak , marah, ansietas.
d)
Eliminasi
Gejala : Diare, nyeri abdomen tidak jelas dan distres, kembung,
penggunaan laktatif atau diuretik
e)
Makanan/cairan
Gejala lapar terus menerus atau menyangkal lapar nafsu makan
normal atau meningkat (kadang menghilang sampai gangguan
lanjut.)
f) Hygene
Tanda : rambut rontok, kuku kotor dan rapuh, tanda erosi email
gigi, kondisi gusi buruk.
g) Neurosensori
Tanda : efek depresi, perubahan mental (apatis, bingung, gangguan
memori) karena mal nutrisi/kelaparan.
h) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejal : sakit kepala
i)
Keamanan
13
Interaksi sosial
Gejala : merasa tidak berdaya
3)
Pemeriksaan penunjang
Pada gastroenteritis biasanya dilakukan pemeriksaan tinja untuk
mengetahui jenis kuman penyebab, pemeriksaan elektrolit, BUN,
creatinin dan glukosa serta perlu diketahui adanya riwayat alergi
terhadap makanan dan obat-obatan.
c.
Analisa data
Analisa data merupakan tahap kedua dari proses keperawatan yang
merupakan proses memeriksa dan mengkategorigan informasi untuk
mendapatkan sebuah kesimpulan tentang kebutuhan klien (Doenges,
2000: 42). Setelah data dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian
dianalisa sebagai berikut :
14
dengan seringnya
rencana
15
16
17
cara-cara
dimana
pasien
mendapat
bantuan
jika
dibutuhkan.
d. Sediakan informasi yang kurang sesuai kebutuhan dan jika diminta
oleh pasien atau orang terdekat.
Rasional :
18
19
keluarga dalam cara yang dapat diprediksi, yang berhubungan dengan masalah
yang di identifikasi dan tujuan yang telah dipilih.
Intervensi atau tindakan keperawatan dibagi menjadi dua, yaitu tindakan
mandiri (dilakukan perawat) dan tindakan kolaboratif (dilakukan oleh pemberi
perawatan lainnya). Contoh dari kedua tindakan yang dilakukan secara
professional berbeda ini adalah :
Tindakan mandiri : membatasi jumlah pengunjung, merapikan tempat tidur
pasien, menimbang berat badan anak, menganjurkan ibu untuk tetap memberikan
ASI pada anaknya yang sakit diare.
Tindakan kolaboratif : memberikan obat anti diare seperti yang dipesankan.
5. Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dan tolak ukur dari
hasil yang telah dicapai . Sebagai proses akhir berarti evaluasi merupakan
umpan balik bagi perawat akan berhasil atau tidaknya tujuan atau mungkin
bahkan timbul masalah baru yang sama sekali tak terduga.
Dalam hal ini evaluasi berarti juga sebagai langkah koreksi terhadap
langkah perawatan semula untuk melakukan rencana perawatan berikutnya
yang lebih relevan. Evaluasi dalam hal ini berupa penentuan kriteriase yang
telah dicapai sebagian maupun semuanya dan sama sekali tidak tercapai atau
bahkan timbul masalah baru. Bila masalah teratasi maka rencana tindakan
dipertahankan tapi bila rencana tindakan belum teratasi maka perlu
modifikasi dan begitu pula bila timbul masalah baru. (Tucker et all, 1998)
Adapun rencana tindakan dikatakan tercapai apabila memenuhi kriteria :
anak akan menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan nutrisi, anak
akan menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan, anak tidak
menunjukkan tanda tanda penurunan kesadaran yang lebih lanjut, anak dapat
melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat perkembangan
anak-anak akan menunjukkan tanda tanda vital dalam batas normal.
20
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, Petrus (1992), Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut, Edisi
kedua, EGC, Jakarta.
Bates, Barbara (1997), Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan, Edisi
kedua, EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall (1999), Rencana Asuhan dan Dekumentasi Keperawatan,
EGC, Jakarta.
Doenges Marilynn E (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi ketiga, EGC,
Jakarta
Gaffar La Ode Jumadi (1997), Pengantar Keperawatan Propesional, EGC, Jakarta.
Hull, David (1994), Kesehatan Anak, Pedoman Bagi Orang Tua, Jakarta, Arcan.
Hudak, Gallo (1996), Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume dua, EGC,
Jakarta.
Jellife, D.B (1994), Kesehatan Anak Di Daerah Tropis, Edisi keempat, Bumi Aksara,
Jakarta.
Keliat, Budi Anna (1990), Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arief (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid Pertama,
Media Aesculapius, Jakarta.
Mansjoer, Arief (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid kedua, Media
Aesculapius, Jakarta.
Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Puspita Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI (1992), Asuhan
Kesehatan Anak Dalam Kontek Keluarga, Jakarta, Depkes.
21
22