DisusunOleh :
1.
2.
3.
4.
5.
P17420213022
P17420213023
P17420213024
P17420213025
P17420213026
Tk. II / Smt.IV
KEHAMILAN KEMBAR
(GEMELI)
A. PENGERTIAN
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih (Manuaba,
1998 : 265).
Kehamilan ganda adalah bila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih dari
satu (Saifuddin, 2001 : 311).
Kehamilan ganda adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. (Mochtar,
1990).
Kembar siam adalah keadaan anak kembar dimana tubuh keduanya bersatu yang
terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna.
Kehamilan ganda adalah suatu keadaan kehamilan dengan jumlah janin dua atau
lebih.(Taber, 1994 : 282).
Kehamilan ganda adalah kehamilan dimana terdapat dua atau lebih janin dalam
satu uterus pada waktu kehamilan tersebut (sewaktu hamil). (Wikipedia
Indonesia, 2003).
B. KLASIFIKASI
Jenis kehamilan kembar menurut Manuaba dan Mochtar (1990) meliputi:
1.
2.
Dapat terjadi satu janin meninggak dan yang lain tumbuh sampai
cukup bulan.
Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda) atau
pada kehamilan agak tua janin jadi gepeng disebut fetus papyraseus atau
kompresus.
Kembar Monozigote
1 (70 %)
2 (30 %)
Khorion
2 (100 %)
1 (70 %)
2 (30 %)
Amnion
Kembar Dizigote
2 (100 %)
1 (70 %)
2 (30 %)
2 (100 %)
2 bersekutu
2 terpisah
2 lapis
4 lapis
Jenis kelamin
Sama
Sama / tidak
Sama
Agak berlainan
Sama
Berbeda
Ukuran antropologik
Sama
Berbeda
Sidik jari
Sama
Berbeda
Tali pusat
Cara pegangan
kanan
Sama
Sama / tidak
Golongan darah
Suporfokundasi
ialah perbuahan 2 telur yang dikeluarkan pada ovum yang sama pada dua kali
koitus yang dilakukan pada jarak waktu yang pendek.
Suporfetasi
Adalah kehamilan kedua yang terjadi pada beberapa minggu atau setelah
kehamilan pertama.
LetakJanin
Padakehamilankembarseringterjadikesalahanpresentasi
dan
posisikeduajanin. Begitu pula letakjaninkeduadapatberubahsetelahjaninpertamalahir,
misalnyaletaklintangberubahjadiletaksungsangatauletakkepala.
Berbagaikombinasiletak, presentasi dan posisibisaterjadi; yang paling
seringdijumpaiadalah:
1. Keduajanindalamletakmembujur, presentasikepala; (44-47%);
2. Letakmembujur, presentasikepalabokong (37-38%);
3. Keduanyapresentasibokong (8-10%);
4. Letaklintang dan presentasikepala (5-5,3%);
5. Letaklintang dan presentasibokong (1,5-2%);
6. Dua-duanyaletaklintang (0,2-0,6%);
7. Letak dan presentasi 69 adalahletak yang berbahaya, karenadapatterjadi
kuncimengunci (interlocking).
C. ETIOLOGI
lebih ringan dibanding janin pada kehamilan tunggal di usia kehamilan yang
sama. Perbedaan berat saat persalinan bisa mencapai 1000-1500 gram.
Penyebabnya diperkirakan adalah regangan berlebih pada uterus, hingga
sirkulasi darah di plasenta mengalami penurunan.
D. PATOFISIOLOGI
Pada kembar identik atau kembar monozigote, proses terjadinya yaitu
pada saat pembuahan, satu ovum dibuahi oleh satu sel sperma. Kemudian
terbentuk zigote. Zigote membelah secara mitosis, dari 1 sel menjadi 2, dari 2 sel
menjadi 4 dan seterusnya yang disebut fase morula, blastula, gastula, dan
neurula.
Bila pembelahan seperti diatas terjadi pada fase morula (1-3 hari setelah
pembuahan), maka setiap embrio akan memiliki kantong ketuban yang berbeda
dan satu plasenta. Kemudian pada fase primitif, akan terjadi pemisahan
sempurna yang akan berkembang menjadi 2 (atau lebih) janin yang kembar
identik.
Bila pada fase primitif terjadi gangguan, atau terdapat kegagalan pembelahan,
maka biasanya akan menimbulkan kecacatan fisik atau dempetnya bagian tubuh
tertentu. Ketidaksempurnaan akibat gangguan segmentasi inilah yang
menyebabkan proses pemisahan dua jabang bayi tak berlangsung sempurna dan
disebut kembar siam.
Pada kembar fraternal atau kembar dizigote, dimana terjadi dua ovum yang
matang secara bersama sama dibuahi oleh masing masing 1 sel sperma.
Sehingga pada proses pembelahan selanjutnya akan terbentuk 2 janin dengan 2
plasenta, 2 amnion dan 2 korion yang terpisah, tetapi masih dalam satu rahim.
E. PATHWAY
1 sel sperma
Membuahi 1 ovum
(1 zigot)
2 ovum dibuahi
2 sperma
2 zigot
KehamilanGanda (gemeli)
Mal Presentasi
Bayi Prematur
Presentasi janin
Kepekaan
Normal
uterus meningkat
Ansietas
Pembedahan (SC)
Persalinan pervaginam
Resikotinggiinfeksi Post
Operasi (SC)
Ancamankematian
Ibu dan janin
perubahan
hormon
Resting
intoleransi
aktivitas
Uterus membesar
Sesuai Usia kehamilan
Tekanan abdomen
Meningkat
mual,
muntah anoreksia
KurangInformasi
Perubahan eliminasi urine
KurangPengetahuan
(sering berkemih)
Perubahan eliminasi urine
(sering berkemih)
F. MANIFESTASI KLINIS
a Uterus atau perut ibu hamil lebih cepat membesar melebihi pembesaran
rahim yang sesuai untuk kehamilan pada umumnya.
b
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. VT
Kemungkinan teraba kepala dalam rongga panggul, di atas shympisis masih
teraba bagian besar janin.
2. Ultrasonografi memudahkan diagnosis kehamilan ganda, evaluasi pertumbuhan
janin dan identifikasi presentasi janin.
3. Rontgen foto abdomen (bilaperlu)
Tampak 2 kerangka janin, lebih jelas pada usia kehamilan> 7 bulan.
4.
Elektrokardiogram total
I. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan dalam Kehamilan
1) Prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah
komplikasi yang timbul, dan bila diagnose telah ditegakkan periksa ulang
akan lebih sering (1 kali seminggu pada kehamilan 32 minggu ke atas).
2) Setelah kehamilan 30 minggu, perjalanan jauh dilarang, karena akan
merangsang partus prematurus.
a. Pemakaian guritakorset yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya
terasa lebih ringan.
b. Pemeriksaan darah lengkap, Hb dan golongan darah.
c. Makanan dianjurkan mengandung banyak protein dan makan
dilaksanakan lebih sering dalam jumlah lebih sedikit.
d. Bila ada tanda-tanda partusprematurus yang mengancam dengan
pemberian betamethason 24 mg per hari untuk pematangan janin.
e. Anjurkan rawat inap bila:
- Ada kelainan obstetri,
- ada his/pembukaan serviks,
- adanya hipertensi,
- pertumbuhan salah satu janin terganggu,
- kondisisosial yang tidak baik,
- profilaksis/mencegah partusprematurus dengan obatt okolitik,
2. Penanganan dalam Persalinan
a. Bila anak I letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong
seperti biasa dengan episiotimimediolateralis.
b. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk
menentukan keadaan janin II. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah
ibu dan lain-lain.
c. Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila janin II letak
membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak
deras mengalir keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak II seperti
biasa.
d. Awas atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka
sebaiknya dipasang infuse profilaksis.
e. Bila ada kelainan letak anak II, misalnya melintang atau terjadi prolaps
tali pusat dan solusi oplasenta, maka janin dilahirkan dengan cara
operatif obstetrik;
- Pada letak lintang coba versi luar dahulu.
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Pada anamnesa dapat diketahui adanya anak kembar dalam keluarga, umur dan
paritas ibu hamil juga diperhatikan.
Ibu merasa bahwa perutnya lebih besar dari semestinya kehamilan, dan
pergerakan anak mungkin lebih sering terasa.
Kaji keluhan subjektif seperti: perasaan berat, sesak napas, bengkak kaki dan
lain lain.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi
Perut lebih besar dari tuanya kehamilan.
b. Palpasi
Fundus uteri lebih tinggi tidak sesuai dengan usia kehamilan. Teraba 3
bagian besar janin, teraba 2 balotement, teraba gerakan gerakan janin yang
lebih banyak, serta teraba banyak bagian bagian kecil
c. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau sama sama
dihitung dan berselisih 10.
d. Vaginal toucher
Mungkin teraba kepala yang sudah masuk kedalam rongga pinggul diatas
simphisis teraba bagian besar.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OPERASI
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,
anoreksia.
2. Perubahan eliminasi urine b.d pembesaran uterus dan peningkatan tekanan
abdomen.
3. Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d kepekaan uterus meningkat.
4. Ansietas b.d kemungkinan kelahiran prematur, ancaman yang dirasakan atau
aktual terhadap janin dan diri sendiri.
5. Kurang pengetahuan mengenai situasi resiko tinggi b.d kurangnya informasi.
POST OPERASI
1. Resiko tinggi infeksi b.d prosedur pembedahan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
PRE OPERASI
Diagnosa I: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
mual, muntah, anoreksia
Tujuan: kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil:
Intervensi:
Intervensi:
1. Anjurkan klien melakukan aktivitas dengan istirahat yang cukup.
Rasional: menghemat energi dan menghindari pengerahan tenaga terus menerus
untuk meminimalkan kelelahan.
2. Anjurkan istirahat yang adekuat dan penggunaan posisi miring kiri.
Rasional: meningkatkan aliran darah ke uterus dan dapat menurunkan kepekaan
uterus.
3. Instruksikan klien untuk menghindari aktivitas / kerja berat, dan perjalanan jauh
(dengan motor) lebih dari 1 2 jam.
4. Tekankan pentingnya aktivitas hiburan yang tenang.
Rasional: mencegah kebosanan dan menigkatkan kerja sama dengan pembatasan
aktivitas.
Kriteria hasil:
- Klien tampak rileks.
- Klien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
1. Perhatikan tingkat ansietas dan derajat pengaruh terhadap kemampuan untuk
berfungsi / membuat keputusan.
Rasional: stress yang tidak diatasi dapat mempengaruhi penyelesaian tugas
tugas kehamilan.
2. Tinjau ulang kemungkinan kemungkinan sumber ansietas.
Rasional: kehamilan tidak lengkap dihubungkan dengan beberapa ansietas bagi
klien.
3. Kaji tingkat stress klien / pasangan berhubungan dengan komplikasi medis,
hubungan pasangan, hubungan dengan anggota keluarga, dan ketersediaan dan
jaringan kerja pendukung.
Rasional: pola hubungan yang buruk akan meningkatkan tingkat stress.
4. Anjurkan klien / pasangan mengekspresikan perasaan frustasi yang berkenaan
dengan aturan terapi dan atau perubahan gaya hidup. Jelaskan pada klien bahwa
pengungkapan dapat diterima dan penting.
Rasional: Klien membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk mengungkapkan
rasa marah/frustasi tentang perubahan dalam hidup keluarga untuk
meminimalkan ansietas.
5. Berikan informasi yang tepat secara individu mengenai intervensi atau tindakan
dan dampak potensial kondisi pada klien dan janin.
Rasional: membantu untuk menurunkan ansietas karena ketidaktahuan.
POST OPERASI
Diagnosa I: Resiko tinggi infeksi b.d prosedur pembedahan.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:
- Tidak terdapat tanda gejala infeksi
- TTV dalam batas normal.
Intervensi:
1. Kaji suhu dan pernapasan klien
Rasional: Peningkatan TTV dapat mennunjukkan terjadinya infeksi.
2. Perhatikan jumlah dan bau rabas lokhea. Tinjau ulang kemajuan normal dari
rubra ke serosa ke alba.
Rasional: Lokhea normal mempunyai bau amis, namun ada endometritis, rabas
mungkin purulen dan bau busuk tidak menunjukkan perubahan normal.
3. Rawat luka post operasi SC dengan teknik aseptik secara rutin, dan laporkan bila
terdapat tanda gejala infeksi.
Rasional: Perawatan lukan secara aseptik dapat mengurangi resiko infeksi.
4. Kolaborasi medis pemberian antibiotika, anti inflamasi.
Rasional: Untuk penatalaksanaan mencegah infeksi.
5. Beri nutrisi yang cukup dan menu seimbang, serta masukan cairan yang adekuat.
Rasional: Mempercepat penyembuhan luka.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F., Gary, et al., 1995, Obstetri Williams, Ed. 18, EGC, Jakarta.
Hacker, Neville F, Moore, J. G., 2001, Essential Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2,
Hipokrates, Jakarta.
Manuaba, I.B.G., 2001, Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetric Ginekologi & KB,
EGC, Jakarta.
Mochtar, Rustam, 1990, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, EGC,
Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 1984, Pengantar Ilmu dan Praktek Kebidanan Bag. I, FKUI,
Jakarta.
Taber, Ben Zion, 1994, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Ed. 2,
EGC, Jakarta.
Wikrojosastro, Hanifa, 1999, Ilmu Kebidanan, Ed. 3, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta