PENDAHULUAN
Akut abdomen adalah penyakit yang disebabkan oleh nyeri yang timbul akibat
masalah bedah dan non bedah serta terjadi secara tiba-tiba. Terminologi akut
abdomen mengacu pada gejala dan tanda dari adanya penyakit intra-abdominal yang
seringkali memerlukan diagnosis spesifik serta tindakan pembedahan sesegera
mungkin. Bahkan, pada kebanyakan situasi, kondisi ini dapat berakhir dengan
kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan.
Apapun penyebabnya, manifestasi klinis yang paling menonjol dari kondisi di
atas adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Namun perlu ditekankan bahwa terdapat
banyak macam penyakit abdomen dengan manifestasi berupa nyeri yang tidak
membutuhkan pembedahan. Karena itu, evaluasi terhadap pasien dengan nyeri serupa
haruslah dilakukan dengan metode yang sangat hati-hati (Graff LG, 2001).
Sindroma akut abdomen menghasilkan angka yang cukup tinggi di ruang unit
gawat darurat. Angka ini mencakup berbagai kalangan usia, jenis kelamin maupun
kelompok sosio-ekonomi. Dari berbagai studi, tercatat bahwa di Amerika Serikat 5%
hingga 10% (5 hingga 10 juta) pasien unit gawat darurat menunjukkan gejala dan
tanda dari kondisi ini. Studi lainnya mencatat presentasi pasien unit gawat darurat
sebesar 25% yang mengeluhkan nyeri abdomen. Poin terpenting dari data di atas,
adalah bahwa semua pasien menunjukkan tanda-tanda yang hampir serupa, sehingga
membuat baik diagnosis maupun penatalaksanaan menjadi semakin sulit dilakukan
(Cordell WH, 2002).
Dengan alasan-alasan tertentu, nyeri yang berasal dari bermacam-macam
visera sukar dilokalisasikan. Mengingat dalam kasus akut abdomen tanda yang paling
menonjol adalah nyeri, maka seorang klinisi harus memiliki pengetahuan yang
memadai tentang anatomi, persarafan dan juga fisiologi dari organ visera maupun
rongga abdomen. Ketiga faktor ini akan sangat membantu dalam menentukan sumber
nyeri, sehingga pada akhirnya, memudahkan pendekatan klinis terhadap penyakit itu
sendiri.
Satu hal penting yang dibutuhkan dalam pengelolaan akut abdomen yang tepat adalah
pengambilan keputusan untuk tindakan bedah. Lebih jauh, keputusan tersebut
memerlukan informasi tentang riwayat penyakit pasien, pemeriksaan fisik,
pengumpulan data laboratorium serta foto abdomen. Setiap pasien yang menunjukkan
sindroma akut abdomen haruslah menjalani evaluasi untuk menetapkan diagnosis
secepat mungkin, sehingga pengobatan dapat diberikan tepat waktu dan morbiditas
maupun mortalitas dapat diminimalisir (Cordell WH, 2002).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Akut abdomen adalah suatu kondisi abdomen yang terjadi secara mendadak pada
umumnya diikuti nyeri perut akibat dari radang, luka, penyumbatan (obstruksi),
kerusakan organ (ruptur), sehingga memerlukan tindakan bedah darurat. Kayanahg
(2004) mendefinisikan bahwa akut abdomen adalah suatu keadaan nyeri perut hebat
yang terjadi dalam hitungan jam dan tidak diketahui diketahui penyebabnya, dimana
dianggap sebagai keadaan darurat bedah karena tanda dan gejala klinisnya.
2.2 Epidemiologi
Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan gawat darurat
atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Graff LG, Robinson D, 2001). Studi
lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat darurat mengeluh
nyeri perut (Cordell WH et all, 2002). Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok
usia, yaitu anak dan geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering
disebabkan oleh apendisitis, sedangkan penyakitempedu, usus diverticulitis, dan
infark usus lebih umum terjadi pada bayi (Graff, 2001).
2.3 Etiologi
Banyak kondisi yang dapat menimbulkan akut abdomen, apapun penyebabnya gejala
utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Secara garis besar,
akut abdomen dapat disebabkan oleh infeksi atau inflamasi, oklusiobstruksi, dan
perdarahan. Keadaan infeksi atau peradangaan misalnya pada kasus apendisitis,
kolesistitis, atau penyakit Crohn. Keadaan oklusi obstruksi misalnya pada kasus
hernia inkaserata atau volvulus. Sedangkan keadaan perdarahan misalnya pada kasus
trauma organ abdominal, kehamilan ektopik terganggu, atau rupture tumor. Menurut
survey World Gastroenterology Organization, diagnosis akhir pasien dengan nyeri
akut abdomen adalah apendisitis (28%), kolesistitis (10%),obstruksi usus halus (4%),
keadaan akut ginekologi (4%), pancreatitis akut(3%), colic renal (3%), perforasi
ulkus peptic (2,5%) atau diverticulitis akut(1,5%) (Graff, 2001).
sampai dengan kolon sigmoid yang menimbulkan nyeri pada bagian perut bawah.
Jika tidak disertai dengan rangsangan peritoneum nyeri tidak dipengaruhi oleh
gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif bergerak (Sjamsuhidajat , dkk.,
2004).
Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi,
misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri
dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk dengan tepat
dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri dapat berupa tekanan,
rangsang kimiawi atau proses radang (Sjamsuhidajat dkk., 2004).
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang peritoneum dan
dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun gesekan antara kedua
peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri. Gesekan inilah yang
menjelaskan nyeri kontralateral pada appendisitis akut. Setiapgerakan penderita, baik
gerakan tubuh maupun gerakan nafas yang dalam atau batuk, juga akan menambah
intensitas nyeri sehingga penderita pada akut abdomen berusaha untuk tidak bergerak,
bernafas dangkal dan menahan batuk (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah.
Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah padamasa
embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan
akan dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri dirasakan pada
daerah ujung belikat. Abses dibawah diafragma atau rangsangan karena radang atau
trauma pada permukaan limpa atau hati juga dapat menyebabkan nyeri di bahu. Kolik
ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti
labia mayora pada wanita atau testis pada pria (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensorisakibat
cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri phantom setelah
amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster. Radang saraf pada herpes
zooster dapat menyebabkan nyeri yang hebat didinding perut sebelum gejala tau
tanda herpes menjadi jelas (Sjamsuhidajat,dkk., 2004).
Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan pada
rongga di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering ditemukan pada peritonitis
setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada
tempat terangsangnya peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat
lokasi nyerinya, dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk
serta tanpa rangsangan peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai
hipersetesi kulit setempat. Nyeri yang timbul pada pasien akut abdomen dapat berupa
nyeri kontinyu atau nyeri kolik (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Nyeri kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus menerus
karena berlangsung terus menerus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat
pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut
menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian yang
meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat (Sjamsuhidaja, dkk.,
2004).
Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya
diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter,
batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini timbul karena hipoksia
yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi berbeda maka kolik
dirasakan hilang timbul (Sjamsuhidajat, dkk.,2004). Kolik biasanya disertai dengan
gejala mual sampai muntah. Dalam serangan, penderita sangat gelisah. Yang khas
ialah trias kolik yang terdiri dari serangan nyeri perut yang hilang timbul mual atau
muntah dan gerak paksa.
Nyeri iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan tidak
mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih
lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia, keadaan umum yang
jelek dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
2.6 Penegakan Diagnosa
Anamnesis
Dalam anamnesis penderita akut abdomen, perlu ditanyakan dahulu permulaan
nyerinya, letaknya, keparahannya dan, perubahannya, lamanyadan faktor yang
mempengaruhinya. Adakah riwayat keluhan serupa.Muntah sering didapatkan pada
pasien akut abdomen. Pada obstruksi usustinggi, muntah tidak akan berhenti dan
bertambah berat. Konstipasi didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis
umum. Nyeri tekan didapatkan pada iritasi peritoneum. Jika ada radang
peritoneumsetempat ditemukan tanda rangsang peritoneum yang sering disertai
defansmuskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi daur haid, dan gejala lain
seperti keadaan sebelum serangan akut abdomen harus dimasukkan dalam anamnesis
peritonitis lokal maupun umum tidak dapat bergerak karena nyeri, sedangkan pasien
dengan kolik terpaksa bergerak karena nyerinya (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut nadi,
pernafasan, suhu badan dan sikap berbaring. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan,
syok dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.
Inspeksi
Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila
orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalik usus (Darm-steifung). Tanda-tanda
khusus pada trauma daerah abdomen. Keadaan nutrisi penderita. Cullens sign
(daerah kebiruan pada periumbilical) dan grey turners sign (daerah kebiruan pada
bagian flank) merupakan tanda pancreatitis.
Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen, memar, luka, prolaps omentum atau
usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar ditemukan tanda-tanda
khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan berulang oleh dokter yang sama untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan fisik. Pada ileus
obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila orangnya
kurus kadang-kadang terlihat peristalsis usus (Darm-steifung).
Palpasi
Palpasi akan menunjukkan 2 gejala yaitu nyeri dan muscular rigidity/ defense
musculaire. Nyeri yang memang sudah dan akan bertambah saat palpasi sehingga
dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peritonitis lokal akan timbul rasa
nyeri di daerah peradangan dan daerah penekanan dinding abdomen. Defense
musculaire/ muscular rigidity ditimbulkan karena rasa nyeri peritonitis diffusa dan
rangsangan palpasi bertambah sehingga terjadi defense musculaire. Kebanyakan
kasus nyeri epigastrik atau nyeri perut atas akan didapatkan nyeri tekan. Ada
beberapa teknik palpasi khusus murphy sign (palpasi dalam di perut bagian kanan
atas menyebabkan nyeri hebat dan berhentinya nafas sesaat) untuk cholecystitis,
rovsing sign (nyeri di perut kanan bawah saat palpasi di daerah kiri bawah/samping
kiri) pada apendisiitis. Nyeri lepas di perut kanan bawah pada apendisitis dan nyeri
lepas di hampir seluruh bagian perut pada kasus peritonitis. Palpasi pada kasus akut
abdomen memberikan rangsangan peritoneum melalui peradangan atau iritasi
peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah yang terkena
iritasi. Hepatomegali menandakan hepatitis dan abses hepar jika hebar terabalunak,
atau ca liver jika teraba keras dan berbenjol-benjol. Benjolan didaerah epigastrik
dapat berupa kanker lambung atau pancreas.
Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan dua hal yaitu perasaan nyeri oleh
ketokan jari yang disebut sebagai nyeri ketok dan bunyi timpani karena meteorismus
disebabkan distensi usus yang berisikan gas karena ileus obstruksi letak rendah.
Pekak hati yang menghilang merupakan tanda khas terjadinya perforasi (tanda
pneumoperitoneum, udara menutupi pekak hati).
Auskultasi
Auskultasi dapat memberikan informasi yang berguna tentang saluran pencernaan
dan sistem vaskular. Suara usus biasanya dievaluasi kuantitas dan kualitasnya. Data
ini kemudian dapat dibandingkan dengan temuan selama palpasi dandievaluasi untuk
konsistensi. Meskipun beberapa pasien sengaja mencobauntuk menipu dokter
mereka, beberapa mungkin melebih-lebihkan keluhan rasa sakit mereka sehingga
tidak dapat diabaikan atau dianggap enteng. Cruveilhier-Baumgarten sign, adanya
murmur pada auskultasi caput medusa pasien dengan hipertensi portal, akibat
rekanalisasi dari venaumbilical dengan aliran balik dari vena porta.
Rectal Toucher
Pemeriksaan rectal toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga
merupakan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma rektum atau keadaan
ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor. Colok dubur dapat membedakan
antara obstruksi usus dengan paralisis usus karena pada paralisis dijumpai ampula
rekti yang melebar, sedangkan pada obstruksi usus ampulanya kolaps. Pemeriksaan
vagina menambah informasi kemungkinan kelainan di organ ginekologis
(Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk memantau kemungkinan terjadinya perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit
yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan
cukup banyak terutama pada kemungkinan rupture alienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus
halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang
jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
Pemeriksaan Radiologi
Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak untuk
menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma pada thoraks. Harus juga
diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma atau adanya gambaran usus
dalam rongga thoraks pada hernia diafragmatika.
Plain abdomen foto tegak
Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum, perubahan gambaran usus.
IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
ginjal.
Pada pemeriksaan perut pun tidak ditemukan tanda rangsangan peritoneum. Nyeri
perut juga dapat disebabkan oleh kelainan organ kelamin dan saluran kemih. Radang
akut (pielitis) atau pionefros serta kolik ureter (batu atau gumpalan darah) mungkin
menyebabkan tanda yang mirip akut abdomen.
BAB III
KESIMPULAN
Akut abdomen merupakan tanda dan gejala yang disebabkan penyakit intra
abdominal dan biasanya membutuhkan terapi pembedahan. Banyak penyakit yang
menimbulkan gejala di perut, beberapa di antaranya tidak memerlukan terapi
pembedahan, sehingga evaluasi pasien dengan nyeri abdomen harus dilakukan
dengan cermat.
Berbagai penyebab pada keadaan akut abdomen dapat berasal dari intra dan ekstra
abdomen. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh kecepatan penanganan yang
sangat tergantung dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diperlukan pengetahuan yang luas, mencakup anatomi, fisiologi, pemeriksaan fisik
dasar, dan pengalaman klinis multidisiplin. Selain itu juga perlu teliti, waspada, dan
peka terhadap perkembangan dari waktu ke waktu, serta mampu menggunakan rasio
setepat mungkin.
Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala utama yang menonjol adalah nyeri
akut pada daerah abdomen. Kadang-kadang penyebab utama sudah jelas seperti pada
trauma abdomen berupa vulnus abdominis penetrans namun kadang-kadang diagnosis
akut abdomen baru dapat ditegakkan setelah pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
tambahan berupa pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan radiologi yang
lengkap dan masa
observasi yang ketat.
DAFTAR PUSTAKA