Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN FOTO

PENGEMBANGAN KAPASITAS DAN POTRET


PENGELOLAAN SDA DI PROVINSI BANTEN

Capacity Development Technical Asisstance (CDTA) 7849-INO


Komplek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jalan Patimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta Gedung Ditjen Sumber Daya Air Lantai 8
Phone / Fax : 021 7229807 / E-mail: cdta_7849_ino@yahoo.com
www.pengelolaair.blogspot.com

LAPORAN FOTO
PENGEMBANGAN KAPASITAS DAN POTRET
PENGELOLAAN SDA DI PROVINSI BANTEN

Daftar Isi

Pengantar

Tentang Program CDTA dan


Kegiatan di Provinsi Banten

Tentang Program CDTA

Pelatihan dan Lokakarya


dalam Kegiatan CDTA-7849

12

Lokakarya dan Training Pengelolaan


Sumber Daya Air di Provinsi Banten

16

Rapat Koordinasi
Pemilihan Strategi Pola
Untuk Dua Wilayah Sungai
di Provinsi Banten

18

Sekilas DAS Cidanau

23
24

Rawa Danau, Kekayaan Air dan Kehati

26

Proses Perjalanan
Imbal Jasa Lingkungan di DAS Cidanau

32

Sungai Ciujung dalam Foto

38

Sungai Cibanten dalam Foto

51

Sekilas WS Ciliman-Cibungur
WS Cibaliung-Cisawarna dalam Foto

59

Lampiran

65

Wilayah Sungai di Provinsi Banten

Tim CDTA 7489-INO:

Penyusun dan tata letak :

Diella Dachlan

Ir.M.Napitupulu, Dipl. HE
Darismanto, ME
Ir. SR Lengkong
Ir. Amir Radjab, Dil, HE
Ir.Raymond Kemur, MSc
Ir. Pandi MS Hutabarat, MSc
Ir. Bambang Riswardi, M.Eng.
Ir. Minanto, MSc.
Diella Dachlan
Frantz Hendra
Burhan

Foto:
Deden Iman
Diella Dachlan
Ng Swan Ti

aporan Foto Pengembangan Kapasitas dan Potret


Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di Provinsi
Banten merupakan hasil dokumentasi kunjungan ke
Provinsi Banten pada bulan April dan Oktober 2014.
Tujuan laporan ini untuk memotret kondisi sungai-sungai
yang berada dalam Wilayah Sungai di Provinsi Banten
pada saat kunjungan serta mendokumentasikan
kegiatan program.
Provinsi Banten merupakan salah satu dari empat lokasi
program Capacity Development Technical Assistance
(CDTA) 7849-INO. Program ini merupakan program
Hibah Asian Development Bank (ADB) untuk membantu
pelaksanaan awal rencana aksi pengembangan kapasitas
Ditjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat sejak pertengahan
tahun 2012.
Tentu saja laporan singkat ini masih jauh dari lengkap
apalagi komprehensif, tetapi diharapkan dapat
memberikan gambaran singkat bagi pembaca yang ingin
mengetahui secara cepat tentang kegiatan dan kondisi
umum beberapa sungai dalam Wilayah Sungai Provinsi
Banten yang dipotret dalam laporan ini.
Selamat membaca!.

Capacity Development Technical Asisstance


(CDTA) 7849-INO
Komplek Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
Jalan Patimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta
Gedung Ditjen Sumber Daya Air Lantai 8
Phone / Fax : 021 7229807
E-mail: cdta_7849_ino@yahoo.com
www.pengelolaair.blogspot.com

Dok.CDTA

TENTANG PROGRAM CDTA


DAN KEGIATAN DI PROVINSI BANTEN

Tentang Program CDTA


Keterangan foto: Pelatihan Prinsip-Prinsip
Hidrologi, Hymos dan SIH3, Banda
Aceh, Agustus 2013

Tentang Program Pengembangan Kapasitas


Pada tahun 2010, Pemerintah Indonesia meminta Asian
Development Bank (ADB) untuk memberikan dukungan
pada pelaksanaan Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas
di Wilayah Sungai di lokasi-lokasi pilot yang telah dipilih.
Bantuan Hibah ADB untuk membantu peningkatan
kapasitas diberikan melalui proyek Capacity Development
Technical Assistance (CDTA 7849-INO).

Keterangan foto: Lokakarya Pelatihan Prinsip-Prinsip Perencanaan Wilayah Sungai,


Kota Serang, Provinsi Banten, April 2014

etidaknya ada tiga tantangan dalam Pengelolaan


Sumber Daya Air (SDA) di masa mendatang, yaitu
ketahanan air, pangan dan ekologi. Ketiganya
menuntut pembagian air antara manusia dan
lingkungannya.
Undang-Undang No 7/2004 tentang SDA sebagai acuan
pembaharuan di bidang pengelolaan SDA di dalam
pelaksanaannya sudah menerbitkan berbagai peraturan
turunan undang-undang, terbentuknya pengelolaan SDA
berbasis wilayah sungai oleh Balai Wilayah Sungai dan
Balai Pengelolaan SDA Wilayah Sungai, adanya koordinasi
Pengelolaan SDA oleh Dewan SDA Nasional, Dewan SDA
Propinsi dan Tim Koordinasi PSDA WS. Dari 131 wilayah
sungai di Indonesia, saat ini sudah terbentuk 27 Dewan
SDA provinsi dan 47 Tim Koordinasi PSDA WS.
Fungsi dan kinerja PSDA saat ini belum memadai untuk
menghadapi berbagai tekanan dan tantangan baru
dalam pengelolaan SDA. Berbagai kajian menyebutkan,
salah satu faktor utama rendahnya kinerja PSDA adalah
rendahnya kapasitas dan kemampuan PSDA mulai dari
tingkat individu (SDM), kelembagaan dan koordinasi
antara lembaga terkait, baik di tingkat pemerintahan,
dunia usaha dan masyarakat.

Di tingkat pemerintahan, hal ini disebabkan oleh


kurangnya PNS, baik dari sisi jumlah (dampak moratorium
perekrutan PNS selama 10 tahun) maupun dari sisi
kompetensi untuk mengatur penyelenggaraan layanan
SDA berkinerja baik. Di tingkat dunia usaha, kontraktor
dan konsultan yang kompeten di bidang SDA jumlahnya
masih sangat minim. Selain itu tenaga ahli di bidang SDA
pun sangat terbatas, sehingga besar ketergantungannya
pada pihak asing. Di tingkat dunia usaha, LSM
serta masyarakat masih belum menyadari hak dan
kewajibannya dalam bidang SDA. Meskipun hal ini sudah
diatur di dalam UU No 7/2004 tentang SDA.
Roadmap untuk pengembangan kapasitas dalam
Pengelolaan SDA ini perlu disiapkan. Hal ini nantinya
akan berguna untuk peningkatan kinerja para pemangku
kepentingan dalam bidang SDA, baik dari sisi pemerintah,
dunia usaha dan masyarakat.

Fase awal proyek ini dimulai pada Juni hingga Desember


2012, lalu diperpanjang hingga Desember 2014. Di
fase awal, proyek ini bekerja di dua lokasi pilot, yaitu
Provinsi Aceh dan Sulawesi Utara. Pada fase ke-dua di
tahun 2014, proyek bekerja di dua lokasi tambahan yaitu
Provinsi Maluku dan Banten. Tim konsultan CDTA bekerja
membantu bagian Kelembagaan SDA Kementerian PU.
Tujuan proyek ini yaitu antara lain membantu pelaksanaan
awal rencana aksi pengembangan kapasitas Ditjen
Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum,
memberikan dukungan untuk finalisasi strategi

pengembangan kapasitas dalam Pengelolaan SDA,


pelaksanaan pengembangan kapasitas untuk dua propinsi
yaitu Banten dan Maluku berdasarkan dari pengalaman
di Aceh dan Sulawesi Utara . Selain itu juga membantu
Kementerian Pekerjaan Umum untuk menyusun
Rancangan Peraturan Menteri (Permen) PU tentang
Strategi Pengembangan Kapasitas dalam Pengelolaan
SDA serta mempersiapkan rencana aksi pengembangan
kapasitas dalam Pengelolaan SDA (2015-2019).
Tim CDTA membantu persiapan perencanaan wilayah
sungai secara partisipatif melalui Pola dan Rencana
Pengelolaan SDA Wilayah Sungai. Selain itu, tim juga
membantu penguatan Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai (TKPSDA-WS) di
4 propinsi yang menjadi pilot proyek, yaitu Provinsi Aceh,
Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Maluku dan Provinsi
Banten.

Lokasi pilot CDTA 7849-INO:


Penyusunan POLA Pengelolaan SDA WS dalam
ruang lingkup CDTA 7849-INO berada di wilayah
sungai sebagai berikut:
Provinsi Aceh
1. WS Aceh Meureudu (nasional)
2. WS Pase Peusangan (provinsi)
3. WS Jambo Aye (nasional)
Provinsi Sulawesi Utara
1. WS Tondano Sangihe Talaut Miangas (nasional)
2. WS Poigar Ranoyapo (provinsi)
3. WS Dumoga Sangkup (nasional)

Provinsi Maluku
1. WS Ambon-Seram (nasional)
2. WS Kepulauan Yamdena-Wetar (nasional)
3. WS Buru (provinsi)
4. WS Kepulauan Kei-Aru (provinsi)
Provinsi Banten
1. WS Ciujung Cidurian Cidanau (nasional)
2. WS Ciliman Cibungur (provinsi)
3. WS Cibaliung Cisawarna (provinsi)

Keterangan foto : (Atas) Peserta lokakarya Prinsip-Prinsip


Perencanaan Wilayah Sungai di Ambon, Maret 2014
(Kiri) Lokakarya awal Program CDTA 7849-INO di Manado,
Oktober 2012
(Bawah) Peserta lokakarya Prinsip-Prinsip Perencanaan
Wilayah Sungai di Provinsi Banten, April 2014

10

11

Pelatihan dan Lokakarya


dalam Kegiatan CDTA-7849

Selain itu yang paling mendesak adalah keahlian


merencanakan pengelolaan SDA Wilayah Sungai, yang
hasilnya berupa dokumen Pola dan Rencana kata
Raymond menambahkan.
Selanjutnya Raymond menyebutkan selain itu perlu
pengembangan kapasitas bidang-bidang keahlian
lainnya seperti sungai dan bendungan, irigasi dan rawa,
pengamanan pantai dan pembangkit listrik (micro dan
mini hydro serta desain waduk).
Kegiatan CDTA
Menurut Ir. M. Napitupulu, Dipl. HE, Team Leader, dalam
ruang lingkup kegiatan CDTA-7849 yang terbatas,
tidaklah memungkinkan untuk memberikan seluruh
pelatihan yang diperlukan di dalam peningkatan
kapasitas pengelolaan SDA.
Karena itu agar lebih komprehensif, perlu pendekatan
strategis untuk perencanaan karir staf pemerintah yang
juga meliputi kompetensi apa saja yang diperlukan.
Misalnya, pelatihan atau pendidikan apa saja yang
diperlukan oleh staf tersebut selama jenjang karirnya,
semacam perencanaan karir bagi staf yang berada di
bidang pengelolaan SDA kata Napitupulu.

Searah jarum jam: Nico Darismanto, Konsultan CDTA-7849, Rinto Yuwono, ST MM, Kepala Balai PSDA
WS Ciliman Cisawarna, Ir.Tyas Utami Amalia, MM, Sekretaris Dinas SDAP Provinsi Banten dan
Isvan Taufik, ST, MT, Kepala Sub-bagian Program Dinas SDA

ejak pertengahan tahun 2012, kegiatan Capacity


Development Technical Assistance (CDTA 7849INO) menyelenggarakan berbagai lokakarya dan
pelatihan terkait pengelolaan sumber daya air
bersama bagian Kelembagaan Ditjen Sumber Daya Air
(SDA) Kementerian Pekerjaan Umum. Lokakarya dan
pelatihan ini juga dilakukan di empat provinsi yang
menjadi lokasi kegiatan yaitu Provinsi Aceh, Sulawesi
Utara, Maluku dan Banten.

Hidrologi dan Perencanaan Wilayah Sungai

Lokakarya dan pelatihan ini juga dilakukan di empat


provinsi yang menjadi lokasi kegiatan yaitu Provinsi Aceh,
Sulawesi Utara, Maluku dan Banten.
Peserta lokakarya adalah dinas-dinas terkait pengelolaan
SDA di provinsi dan kabupaten serta anggota TKPSDA
Wilayah Sungai yang terdiri dari unsur pemerintah dan
non-pemerintah. Sedangkan untuk pelatihan teknis,
pesertanya adalah Dinas PU provinsi dan kabupaten
serta Balai/Besar Wilayah Sungai (B/BWS) dan perguruan
tinggi melalui Pelatihan Training of Trainer (ToT) untuk
menyebarluaskan materi pelatihan kepada staf lainnya.

Menurut Raymond, para staf pemerintah yang menguasai


hidrologi umumnya masih terbatas. Jika ada pun,
jumlahnya sangat sedikit, sudah menjelang usia pensiun
dan belum ada sistem regenerasi yang terencana.
Ilmu hidrologi yang diberikan di perguruan tinggi masih
terbatas dan menurut Raymond, belum memadai untuk
menjadi bekal dalam menjalankan tugas sehari-hari di
bidang pengelolaan sumber daya air.

12

Ir. Raymond Kemur, MSc, Capacity Development


Specialist CDTA, menyebutkan bahwa saat ini kapasitas
staf pemerintah dalam perencanaan pengelolaan
SDA di wilayah sungai secara umum masih rendah.
Hal ini akan memerlukan pengembangan kapasitas
berkesinambungan untuk terus meningkatkan
kemampuan staf di dalam bidang pengelolaan SDA.

Hal ini memerlukan dukungan kebijakan dalam


mendukung pengembangan kapasitas sumber daya
manusia (SDM) di dalam bidang pengelolaan sumber
daya air (SDA) untuk dapat terus berkesinambungan dan
tidak hanya berhenti di tataran kegiatan pilot semata.
Sehingga di masa mendatang bidang pengelolaan SDA
diharapkan dapat memiliki SDM yang memiliki integritas,
kompetensi dan kualifikasi akademik yang sesuai, serta
kelembagaan dan wadah koordinasi yang berkinerja
tinggi.
Di dalam kegiatan CDTA 7849-INO, pelatihan hidrologi
dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu Hidrologi 1
(dasar), Hidrologi 2 (tentang banjir), serta Hidrologi 3
(kebutuhan dan neraca air).
Pelatihan Hidrologi 1 memberikan pengertian mengenai
dasar-dasar hidrologi dalam pengelolaan SDA.
Sedangkan Pelatihan Hidrologi 2 tentang banjir
memberikan pengertian umum tentang permasalahan
banjir, perhitungan debit banjir dan pengendaliannya.

Keterangan foto: (atas) Ir. M. Napitupulu, Dipl. HE, Team


Leader CDTA-7849, (tengah) Ir. Adhi Pramudyo, MT
Kasubdit Kelembagaan dan (bawah) Dra.Damai
Sulistyowati, MSi, Kasi Kelembagaan Dit.Bina PSDA,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

13

Selama kurang lebih dua tahun, CDTA-7849 telah melaksanakan 29 kali pelatihan dan lokakarya dengan 814 jumlah
peserta. Perincian pelatihan dan lokakarya adalah sebagai berikut:

Keterangan foto: (Atas) Ir. Raymond Kemur, MSc, Capacity


Development Specialist CDTA dan (bawah) peserta
pelatihan di Prov. Banten. (Kiri) Pengukur air di
Bendung Pamarayan, Kab Serang, Prov.Banten

Pelatihan Hidrologi 3 tentang erosi dan sedimentasi,


peserta diberikan pengertian umum mengenai
pengendalian erosi dan sedimentasi, termasuk data
yang dibutuhkan untuk analisa, serta dampak erosi dan
sedimentasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan waduk.
Di dalam membahas aspek ketersediaan air, peserta
diberikan pemahaman mengenai analisa ketersediaan air
dalam menunjang pengelolaan SDA. Selain itu diberikan
pemodelan hujan dan limpasan untuk memperpanjang
data serta perkiraan parameter model jika data tidak
mencukupi serta menentukan pola operasi waduk.
Demikian juga dalam aspek hidrologi dan banjir.

RIBASIM adalah pemodelan untuk membantu


menganalisa berbagai kondisi hidrologis di wilayah
sungai untuk mendukung perencanaan SDA.
Sedangkan SOBEK merupakan paket software terpadu
yang dapat digunakan untuk pemodelan banjir
sungai. Pendekatan terpadu SOBEK ini berguna untuk
perkiraan banjir, navigasi, optimasi sistem drainase,
sistem irigasi dan lain sebagainya.

No Deskripsi

Peserta

Training Workshop Basin Planning Principles, Manado 29-30 Aug 2012

26

Training Workshop Basin Planning Principles, Banda Aceh 12-13 Sept 2012

27

Inception Workshop, Manado 9-10 Oct 2012

52

Training Workshop on Reform, Law, Coordination and Empowerment, Banda Aceh 20-21 Nov
2012

54

Training Workshop on Reform, Law, Coordination and Empowerment, Manado - Jan 2013

50

Interim Workshop, Bogor - March 2013

31

IWRM Follow up Workshop, Organized by Bappenas - May 2013

33

Bogor Ev Team - June 2013

Ditunda

Evaluation Team Meeting, 28 June 2013, Luwansa

21

10

Evaluation Team Meeting, 17 July 2013, Le Mer

21

11

Training on Hydrology, Manado 22-27 July 2013

20

12

Training on Hydrology, Aceh 19-23 August 2013

25

13

Strengthening of North Sulawesi Prov. Water Council, Manado 5-6 Dec 2013

22

14

Training on RIBASIM and Water Allocation, Manado 2-6 Sept 2013

24

15

Training on RIBASIM and Water Allocation, Aceh 16-20 Sept 2013

22

16

Training on Flood Modelling, Aceh 7-11 Oct 2013

21

17

Training on Flood Modelling, Manado 21-25 Oct 2013

22

18

Training Workshop on Reform, Law, Coordination and Empowerment, Ambon 11-12 March
2014

49

19

Training Workshop Basin Planning Principles, Ambon 13-14 March 2014

55

20

Workshop on Hydrology Curriculum and Syllabus Development, Jakarta 20-21 March 2014

16

21

Training Workshop on Reform, Law, Coordination and Empowerment, Serang 16-17 April 2014 55

22

Training Workshop Basin Planning Principles, Serang 22-23 April 2014

36

23

Training Hydrology I, Serang 5-9 May 2014

23

24

Training Hydrology I, Ambon 2-6 June 2014

21

25

Training Hydrology II, Pandeglang 16-20 June 2014

21

26

Training Flood Modelling, Bekasi 25-29 August 2014

13

27

Training on Conservation / Erotion, Sedimentation and Andragogy, Bekasi 15-19 Sept 2014

16

28

Training Hydrology III, (Water Availability , Reservoir Operation), Bekasi 29 Sept - 3 Oct 2014

15

Training of Sobek Flood Modelling, Bandung 6-10 October 2014

10

29

Training on RIBASIM Modelling (Water balance and Water Allocation), Bekasi October 2014

13

30

Micro Teaching and Evaluation of TOT, November 2014

*akan dijadwalkan

Total Participants * =

814

Peserta diberikan pengertian umum mengenai


permasalahan pemodelan banjir serta simulasinya.
Pelatihan pemodelan menggunakan software, seperti
RIBASIM (River Basin Simulation Model) dan SOBEK, yang
bekerjasama dengan Deltares Belanda dan Puslitbang Air.
14

15

Lokakarya dan Training Pengelolaan


Sumber Daya Air di Provinsi Banten

ub-dit Kelembagaan Direktorat Jenderal Sumber


Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian Pekerjaan
Umum dibantu oleh tim konsultan Capacity
Development Technical Assistance (CDTA-7849-INO)
melakukan lokakarya dan pelatihan di Provinsi Banten
pada minggu ke tiga dan empat bulan April 2014.
Lokakarya Peraturan Perundang-undangan dan Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) dilaksanakan pada
tanggal 16-17 April 2014 lalu di Hotel Le Dian, Kota
Serang, diikuti 55 peserta. Sedangkan Pelatihan PrinsipPrinsip Perencanaan Wilayah Sungai dilaksanakan
seminggu setelahnya, yaitu pada tanggal 22-23 April 2014
di Hotel Ratu, Kota Serang, diikuti 48 peserta. Peserta
kedua lokakarya tersebut terdiri dari staf Dinas SDA &
Permukiman, perwakilan BPSDA, Balai Besar Wilayah
Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian (BBWS-C3) serta
Bappeda Provinsi Banten.

Keterangan foto: Bendung Pamarayan, Kab.Serang (kanan atas dan bawah) Lokakarya Peraturan Perundang-undangan
dan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA), April 2014 , Kota Serang
Materi Lokakarya dan Pelatihan
Pada lokakarya Peraturan Perundang-undangan dan
Kebijakan Pengelolaan SDA, materi yang dibahas yaitu
sebagai berikut;
1.

2.
3.
4.
5.
6.

16

Konsepsi Pengelolaan Sumber Daya Air Menurut


UU No 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan
PerPres No 33 tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional
Pengelolaan Sumber Daya Air
Implementasi Pengelolaan Sungai Menurut PP No 38
tahun 2011 tentang Sungai
Implementasi Pengelolaan Irigasi Menurut PP No 20
tahun 2006 tentang Irigasi
Pelaksanaan Koordinasi Pengelolaan SDA di Provinsi
dan Wilayah Sungai Menurut PerPres No 12 tahun
2008 dan Permen PU No 4/PRT/M/2008
Harmonisasi Penataan Ruang dan Pengelolaan
Sumber Daya Air di Wilayah Sungai dan
Implementasi Pengelolaan SDA Menurut PP No 42
tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.

Sedangkan pada pelatihan Prinsip-Prinsip Perencanaan


Wilayah Sungai, materi yang diberikan, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perencanaan Pengelolaan SDA WS,


Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS,
Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air WS,
Pembentukan dan Peran TKPSDA dalam Penyusunan
Pola dan Rencana PSDA WS,
Interaksi Perencanaan PSDA dan Penataan Ruang,
Pentingnya Pembahasan Aspek Teknis Neraca Air/
Alokasi Air dan Banjir dalam WS, dan
Penyelenggaraan PKM dalam Penyusunan Pola/
Rencana.

Provinsi Banten merupakan salah satu dari empat lokasi


pilot dari Proyek Capacity Development Technical
Asisstance (CDTA). Program ini merupakan program hibah
dari Asian Development Bank (ADB). Pada tahun 2013
lalu, tim konsultan CDTA membantu sub-dit kelembagaan
Ditjen SDA Kementerian PU melakukan pendampingan di
Provinsi Aceh dan Sulawesi Utara. Sedangkan pada tahun
2014, dua provinsi pilot tambahan untuk program ini yaitu
Provinsi Banten.

Untuk membantu upaya peningkatan kapasitas


Pengelolaan SDA Provinsi Banten, program dan kegiatan
yang dilakukan dalam kerangka program CDTA sepanjang
tahun 2014 ini antara lain; Menyusun, membahas
dan merumuskan SK Tim Teknis, sosialisasi Peraturan
Perundang-undangan Bidang SDA di Banten serta
melakukan lokakarya Prinsip-Prinsip Perencanaan Wilayah
Sungai.
Beberapa rencana pelatihan yang akan dilakukan di
Provinsi Banten yaitu sebagai berikut; Pelatihan Ribasim
dan Pemodelan, Pelatihan Flood Management dan
Modelling dan pelatihan Hidrologi Dasar, Terapan dan
Lanjutan termasuk Modelling.
Selain itu tim konsultan juga akan melakukan
pendampingan, yaitu antara lain pendampingan
penyusunan CDAP Dinas SDAP dan BBWS-C3,
Pendampingan Sekretariat TKPSDA & Dewan SDAP,
Pendampingan penyusunan CDAP Dinas SDAP dan BBWS
dan Pendampingan RBO Performance Benchmarking.

17

Rapat Koordinasi
Pemilihan Strategi Pola
Untuk Dua Wilayah Sungai di Provinsi Banten

Keterangan foto: Paparan tentang Pola WS Ciliman-Cibungur dan WS Cibaliung-Cisawarna di


Serang, Oktober 2014

ada minggu ketiga bulan Oktober 2014, sebanyak


45 peserta menghadiri acara Rapat Koordinasi
Pemilihan Strategi Pola Pengelolaan Sumber Daya
Air (PSDA) untuk dua wilayah sungai di Provinsi
Banten, yang diselenggarakan di Hotel Ratu, Kota Serang
pada tanggal 21-22 Oktober 2014.
Acara ini bertujuan untuk membahas dan memilih strategi
dari beberapa alternatif yang ada pada rancangan Pola
PSDA untuk dua wilayah sungai yaitu Wilayah Sungai
Ciliman-Cibungur dan Cibaliung-Cisawarna yang
merupakan wewenang Provinsi Banten.
Peserta Rapat Koordinasi ini terdiri dari SKPD/Dinas
provinsi dan perwakilan dari tiga kabupaten yaitu
Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang dan
Kabupaten Lebak. Selain itu juga hadir para pakar
nara sumber, pemerhati dan penggiat serta kelompok
masyarakat yang terkait dalam pengelolaan SDA.

18

Rancangan Pola Perencanaan Wilayah Sungai CilimanCibungur dan Cibaliung-Cisawarna sudah selesai sejak
tahun 2012 yang lalu. Rancangan ini sudah melalui proses
konsultasi dengan berbagai pihak melalui Pertemuan
Konsultasi Masyarakat (PKM) 1 dan 2, namun penetapan
Pola-nya belum dilakukan dan kita harapkan untuk segera
ditetapkan oleh Gubernur kata Deni Mardiyanto, ST, MT
(21/10), Kepala Seksi Pengembangan Irigasi, Dinas Sumber
Daya Air dan Permukiman Provinsi Banten yang menjadi
penyelenggara acara.
Proses pemilihan strategi ini akan menghasilkan
rekomendasi bersama yang akan kita ajukan ke Gubernur
untuk kemudian menetapkan Pola melalui Peraturan
Gubernur kata Deni, yang berharap agar proses
penetapannya dapat selesai dalam waktu maksimum satu
bulan.

Keterangan foto: (atas): Bendung Daerah Irigasi Cikupa


untuk mengairi 342 ha sawah. (Tengah kiri) Deni
Mardiyanto, ST, MT Kepala Seksi Pengembangan Irigasi
Dinas SDAP. (Tengah kanan) saluran irigasi Sungai
Ciliman (Bawah kanan) Aliran Sungai Cibaliung di Kab.
Pandeglang
Kedua Wilayah Sungai di Provinsi Banten ini juga
menjadi lokasi pilot program Capacity Development
Technical Assistance (CDTA) 7849-INO, yang merupakan
program hibah Asian Development Bank (ADB) untuk
pengembangan kapasitas dalam pengelolaan sumber
air di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian
Pekerjaan Umum. Sehingga Tim Konsultan CDTA
7849-INO ikut membantu Dewan Sumber Daya Air
Provinsi Banten, termasuk Dinas Sumber Daya Air dan
Permukiman Provinsi Banten dalam persiapan untuk
proses penyusunan alternatif pilihan strategi
Selanjutnya Deni menjelaskan bahwa nantinya
strategi yang dipilih ini akan menjadi acuan dasar bagi
penyusunan Rencana, yang pelaksanaannya segera
dimulai untuk dua wilayah sungai Ciliman-Cibungur dan
Cibaliung-Cisawarna.

19

Pemilihan Strategi Ekonomi Sedang


WS Ciliman-Cibungur terdiri dari 27 DAS dengan
luas total 1.750,93 km2 dan potensi air 120 m3/detik.
Sedangkan WS Cibaliung-Cisawarna terdiri dari 75 DAS
dengan luas total 2.613,37 km2 dan potensi air 122.34
m3/detik. Menurut hasil analisis, potensi air ini dalam
jangka panjang masih aman digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air rumah tangga, perkotaan, industri dan
irigasi yang berada di kedua WS ini.
Melalui serangkaian pembahasan, peserta rapat memilih
Strategi C, baik untuk WS Ciliman-Cibungur, maupun WS
Cibaliung-Cisawarna.

N.P Rahadian pemerhati dan penggiat lingkungan yang


hadir dalam acara, mengatakan bahwa posisi Dewan SDA
Provinsi Banten perlu diperkuat untuk bisa membantu
koordinasi dari berbagai lembaga pengelola sumber daya
air di Provinsi Banten.
Selain itu, program pembangunan SDA perlu lebih
meningkatkan keterlibatan dan partisipasi masyarakat
secara langsung, terutama untuk bidang konservasi,
pendayagunaan air serta pencegahan dan pengendalian
daya rusak air tegas Rahadian.

Parameter pertumbuhan ekonomi untuk memilih strategi


pada Pola PSDA, yaitu sebagai berikut:
1. Dibawah 5,5% masuk dalam kategori pertumbuhan
ekonomi rendah
2. Antara 5,5-6,5% kategori pertumbuhan ekonomi
sedang,
3. Diatas 6,5% masuk dalam kategori pertumbuhan
ekonomi tinggi.
Air Baku dan Pengendalian Banjir

Strategi C mengacu pada skenario pertumbuhan ekonomi


sedang dengan pertimbangan pemerintah mendukung
percepatan pembangunan bidang sumber daya air di dua
WS ini. Strategi ini dinilai sebagai yang paling rasional
Keterangan foto: Muara Sungai Ciseukeut,
dan aman terhadap penyediaan anggaran pembangunan
Kec.Panimbang, Kab. Pandeglang, Prov.Banten
dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sedang dengan
angka pertumbuhan 5,5%-6,5%.
Peserta acara Pemilihan Strategi Pola Pengelolaan Sumber Daya
Air (SDA) menyimak paparan tentang Pola WS Ciliman-Cibungur dan
WS Cibaliung-Cisawarna.

Ir. H. Iing Sawargi, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan


Permukiman Provinsi Banten, mengatakan bahwa
pengelolaan sumber daya air di Provinsi Banten tak luput
dari berbagai tantangan. Masalah kekeringan, banjir
dan pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat
adalah hal-hal yang mendesak perlu segera ditangani oleh
pemerintah provinsi.
Pada saat bersamaan, upaya konservasi juga mendesak
untuk perlu segera dilakukan untuk melindungi sumber
air termasuk ke dalamnya upaya konservasi daerah
tangkapan air dan resapan air. Karenanya, perencanaan
wilayah sungai sebagaimana yang terdapat di dalam
Pola akan sangat membantu di dalam merencanakan
pembangunan sumber daya air yang berkelanjutan.
Dengan potensi sumber daya air di Banten yang cukup
besar, sangat memungkinkan untuk terus membangun
dan memaksimalkan potensi penggunaan SDA, misalnya
untuk irigasi dengan membangun daerah-daerah irigasi
baru.
Untuk pemenuhan kebutuhan air baku, sudah
ada rencana untuk membangun waduk Karian dan
Bendungan Sindang Heula. Waduk Karian ini nantinya bisa
menampung 217 juta meter kubik yang dapat menyuplai
air ke daerah Tangerang, Serang dan Cilegon, serta
menambah suplai air ke Jakarta. Sedangkan Bendungan
Sindang Heula bisa menampung sekitar 9,2 juta meter
kubik air menyuplai air untuk Kabupaten dan Kota Serang
jelas Iing ketika ditemui di kantornya (22/10).
Bendungan Sindang Heula yang berlokasi di Kecamatan
Pabuaran, Kabupaten Serang akan menggunakan aliran
dari Sungai Cibanten. Sedangkan Waduk Karian, yang
berlokasi di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, akan
menggunakan sumber air dari tiga sungai, yaitu Sungai
Cisimeut, Cibeurang dan Ciujung.
20

Keterangan foto: Ir.H.Iing Sawargi, Kepala Dinas Sumber


Daya Air dan Permukiman Provinsi Banten.
(Kanan atas) Kantor DSDAP Prov. Banten. (Bawah) Hulu
Sungai Cibanten, Desa Karangantu, Kab.Serang.
Sungai Cibanten menjadi lokasi untuk membangun
Bendungan Sindang Heula

Kami juga sedang membangun bendung Cihara


(Kecamatan Cigemblong, Kabupaten Lebak) yang sedang
dalam tahap penyelesaian. Bendung ini nantinya akan
bisa mengairi 1.200 hektar sawah dan kita harapkan dapat
selesai pembangunannya pada akhir tahun 2014 ini kata
Iing. Selain pengelolaan SDA, Dinas SDA dan Permukiman
juga melakukan pekerjaan fisik dan non-fisik di bidang
permukiman, yang juga meliputi sanitasi, drainase dan
persampahan.

21

WILAYAH SUNGAI
DI PROVINSI BANTEN

22

23

Sekilas DAS Cidanau

Keterangan foto: Hulu Sungai Cidanau di Kawasan Cagar Alam Rawa Danau, Kab.Serang

aerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau merupakan


salah satu DAS penting di wilayah Provinsi
Banten. Merupakan kawasan dengan topografi
yang didominasi oleh pegunungan di sebelah utarabarat dan dataran rendah di belahan selatan dan
timur. Kawasan ini mencakup 38 desa pada 5 wilayah
kecamatan di Kabupaten Serang dan 4 desa di Kecamatan
Mandalawangi di Kabupaten Pandeglang (Rencana Teknik
Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS
Cidanau, Bappeda Kabupaten Serang-Balai Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT) DAS CitarumCiliwung, 1999).
Wilayah DAS Cidanau seluas 22,620 ha, berada di
Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang.
Di Kabupaten Serang, wilayah DAS Cidanau meliputi
5 kecamatan dan 26 desa. Lima kecamatan itu yaitu
Kecamatan Cinangka (7 desa), Kecamatan Mancak (1 desa),
Kecamatan Gunung Sari (4 desa), Kecamatan Ciomas (9
desa) dan Kecamatan Padarincang (14 desa).
Sedangkan di Kabupaten Pandeglang, wilayah DAS
Cidanau meliputi 1 kecamatan yaitu Kecamatan
Mandalawangi dan 4 desa.

24

Keterangan foto: Aliran sungai Cidanau digunakan untuk kawasan


industri di daerah Cilegon. (Bawah) Muara Sungai Cidanau yang
bertemu Laut Jawa di Desa Sindang Laya, Kec. Cinangka, Cilegon

Sungai Cidanau merupakan sungai utama DAS Cidanau


yang menampung aliran air sungai besar dan kecil yang
berasal dari 18 sub-DAS, yang berhulu di kawasan seluas
20,120 ha (catchment area) dan bermuara di Selat Sunda.
Di DAS Cidanau, sumber air permukaan yang ada adalah
berupa air sungai dan danau.
Di dalam kawasan DAS Cidanau terdapat sungai dan anak
sungai (sub-DAS) yang bermuara di Sungai Cidanau, di
antaranya yaitu: Sungai Cisalak, Cikalumpang, Cisumur,
Cikarasak, Cibuntu, Cisaat, Ciapus, Cisumur, Cilahum,
Ciomas, Cibarugbug, Cigalusun dan Sungai Cirakah Gede.
Satu-satunya sungai yang mengalir dari Rawa Danau ke
laut adalah Sungai Cidanau.
Sumber: Updating Peta Digital; DAS Cidanau,
Bapeda Banten 2004

25

Rawa Danau, Kekayaan Air dan Kehati

ntuk mengunjungi kawasan Rawa Danau,


Kabupaten Serang, pengunjung harus
mendapatkan ijin masuk dari kantor BKSDA Seksi
Konservasi Wilayah I Serang (lihat box tips).
Setelahnya, perlu berkoordinasi dengan kantor resor
cagar alam yang berlokasi di daerah Gunung Sari, tempat
dimana pengunjung dapat menikmati pemandangan
cagar alam Rawa Danau dari ketinggian. Mengapa perlu
berkoordinasi? Karena untuk menjelajahi kawasan ini
perlu menggunakan perahu yang harus dipesan maksimal
sehari sebelum kunjungan.
26

Hanya ada dua perahu untuk menjelajahi kawasan


ini Kata Zaenal (04/14) yang hari itu ditugaskan oleh
kantor cagar alam untuk mendampingi perjalanan kami.
Kawasan ini bukan kawasan wisata, dimana orang bisa
langsung masuk dan datang. Untuk itu, pengunjung harus
mengurus surat ijin masuk dan berkoordinasi dengan
kantor agar kantor dapat menugaskan petugas yang
mendampingi.

Keterangan foto: Menjelajahi kawasan Rawa Danau yang merupakan daerah hulu
Sungai Cidanau, (Bawah) Jalan masuk menuju kawasan di Desa Citasuk, Kec
.Padarincang, Kab. Serang.
Dari tempat parkir di Kampung Sukamaju, Desa
Citasuk, Kecamatan/Kabupaten Padarincang
pengunjung harus berjalan kaki sekitar 2 kilometer
melewati persawahan menuju lokasi penjemputan
perahu untuk menjelajahi kawasan.
Kawasan seluas 3,500 hektar ini (hasil pengukuran
terakhir tahun 2011) adalah satu-satunya rawa
pegunungan yang ada di Pulau Jawa. Hampir seluruh
kawasan rawa ini terdiri dari air dengan kedalaman
bervariasi, sehingga untuk menjelajahi kawasan
ini perlu menggunakan perahu. Perahu jukung
berukuran 3,5 meter dengan lebar 1,5 meter itu
idealnya hanya mengangkut empat penumpang saja.

27

Alasannya karena kawasan konservasi Rawa Danau adalah


rumah dari 131 spesies endemik flora dan fauna yang
beberapa spesies ini masuk dalam kategori dilindungi.
Membatasi pengunjung dan membiarkan kawasan
sealami mungkin untuk tetap menjaga ekosistem kawasan
adalah salah satu tujuan perlindungan kawasan.
Kawasan Cagar Alam Rawa Danau sudah ditetapkan
pada masa Pemerintah Kolonial Belanda. Berdasarkan
surat Government Besluit (GB) 60 Staatblad Nomor 683
tertanggal 16 November 1921. Kawasan ini termasuk
kawasan suaka alam yang fungsi utamanya sebagai
kawasan untuk konservasi keanekaragaman flora dan
fauna. (UU No 5 tahun 1990).
Perambahan kawasan sulit sekali dicegah. Tenaga kami
terbatas untuk terus menerus mengawasi dan melarang
warga yang masuk dalam kawasan. Warga sekitar juga
perlu penghidupan, kira-kira bagaimana ya solusinya
Zaenal seperti bertanya pada dirinya sendiri. Lulus dari
sekolah kehutanan, beliau baru dua tahun bertugas di
Cagar Alam Rawa Danau.

28

Cagar Alam Rawa Danau memang tidak luput dari


permasalahan. Beberapa permasalahan klasik yang pada
umumnya dihadapi di berbagai kawasan lindung di
Indonesia yaitu perambahan kawasan dengan kegiatan
bervariasi dari mulai penebangan pohon hingga
berladang di dalam kawasan. Di kawasan seputar Cagar
Alam Rawa Danau, penebangan pohon ternyata juga ikut
menyumbangkan volume tanah yang masuk ke dalam
kawasan danau dan sungai. Akibatnya di berbagai tempat
mulai terjadi pendangkalan.
Pengelola Cagar Alam Rawa Danau sudah melakukan
berbagai upaya perlindungan dan konservasi kawasan
dengan menata batas kawasan, melakukan patroli
pengamanan kawasan, pendataan perambah, hingga
pemberdayaan masyarakat termasuk melakukan
penyuluhan dan pembinaan masyarakat yang tinggal di
seputar kawasan. Namun pada kenyataannya, upaya ini
belumlah memadai untuk memberikan perlindungan
sepenuhnya untuk kawasan lindung ini.

Keterangan foto: Perlu perahu untuk menjelajahi kawasan Rawa Danau.


(Bawah) Panorama kawasan Rawa Danau dari pos cagar alam Gunung Sari.

29

Penampakan Satwa
Hari itu kami sedang beruntung bertemu satwa penghuni
cagar alam. Kami bertemu ular sawah yang sedang
menunggu kodok, mangsanya. Mendekati tempat
penjemputan perahu, kami dikejutkan oleh dua ekor babi
hutan kecil yang menerjang keluar dari semak-semak dan
lari dengan kecepatan yang sangat tinggi. Monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) paling sering terlihat selama
perjalanan ini.
Selain itu, yang cukup sering menampakkan diri adalah
berbagai jenis burung, antara lain Belibis, Pucuk Ular,
Rangkong Badak dan Elang. Sedangkan keberuntungan
lainnya adalah menyaksikan 3 ekor ular berwarna hitam
dan kuning dalam kesempatan terpisah yang sedang
bergelung di dahan pohon ketika kami lewat persis di
bawahnya. Menurut Zaenal, buaya juga masih ada di Rawa
Danau ini. Namun lokasi mereka ada di sisi lain kawasan ini
dan relatif sulit ditempuh dengan kondisi perahu dengan
penumpangnya yang kurang memadai untuk berburu
buaya.
Sumber Air
Menurut data Cagar Alam Rawa Danau, kawasan ini
merupakan lokasi bermuaranya beberapa sungai, antara
lain sungai Cimanuk (Cikalumpang), Cibugur, Cisawara,
Cisaat, Cida ngiang, Citeureup dan Cipadarincang. Sungaisungai tersebut bersumber dari Gunung Karang, Gunung
Parakasak dan Gunung Mandalawangi.

30

Sedangkan Sungai Cidanau, salah satu sungai terbesar di


Provinsi Banten, mengalir dari kawasan ini menuju pantai
utara dan bermuara di Pantai Teneng, Desa Sindanglaya,
Cilegon. Dari kawasan ini adalah kebutuhan air industri
dan permukiman di Cilegon terpenuhi.
Di sepanjang perjalanan, rute kami kadang terhalang
oleh batang pohon yang melintang, atau gulma air
seperti eceng gondok yang memerlukan waktu untuk
menyingkirkannya. Air di kawasan ini dipenuhi oleh
gulma dan jenis algae. Sebagaimana kawasan rawa pada
umumnya, jarak pandang melihat apa yang ada di bawah
permukan air tersebut sangatlah terbatas. Menurut Zaenal,
pihak pengelola kawasan mengadakan pemeliharaan rutin
membersihkan air dari gulma setiap dua atau tiga bulan.
Tak terasa sudah dua jam kami mengelilingi kawasan Rawa
Danau. Kami sempat berhenti di bekas pos pembersih
sungai yang sudah ditinggalkan. Menikmati alam
sekeliling, mendengarkan suara-suara satwa, mengamati
burung dan menikmati suara gemerisik semak-semak yang
tertiup angin dan gemericik air.
Data penelitian, bahkan informasi lengkap tentang Rawa
Danau pun masih cukup sulit ditemukan di internet. Kami
merasa sangat beruntung bisa berkunjung ke Cagar Alam
Rawa Danau. Sebagian besar pengunjung ke kawasan ini
adalah para peneliti, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Itupun masih banyak aspek dari Cagar Alam Rawa
Danau yang belum tuntas diteliti. Anda tertarik menjadi
peneliti?.

Keterangan foto: Aneka satwa yang ditemui ketika menjelajahi kawasan Rawa Danau yang merupakan daerah hulu Sungai
Cidanau. Selain primata dan burung yang banyak dijumpai, reptil seperti ular juga kadang ditemui. Di sisi lain akwasan
ini pernah ditemukan buaya
Tips mengunjungi kawasan Rawa Danau:
1.

Karena kawasan ini masuk dalam kawasan cagar


alam, untuk masuk ke lokasi ini, pengunjung harus
terlebih dahulu mempersiapkan surat ijin masuk.
Surat ijin masuk dapat diurus di Seksi Konservasi
Wilayah I Serang Jl. HTB Suwandi Gg Perintis III Telp.
0254 210968 Serang Banten.

2.

Menyediakan satu hari sebelum masuk kawasan


untuk mengurus Surat ijin Masuk (Simaksi), berkoordinasi dengan staf Cagar Alam yang akan menjadi
pendamping dan mengurus persewaan perahu.
(biaya sewa perahu sekitar Rp 300,000/hari). Perahu
dapat menampung idealnya 4 orang penumpang.

3.

Idealnya menggunakan baju yang nyaman dikenakan, menyerap keringat dan membawa baju ganti.
Menggunakan sepatu bot untuk melindungi kaki
dari serangan pacet dan lintah, juga jika ingin turun
menjelajahi kawasan kering yang berada dalam
cagar alam. Membawa topi karena cuaca yang terik.

4.

Membawa cukup perbekalan makanan dan minuman, karena tidak ada tempat membeli makanan di
kawasan ini serta membawa kembali sampah keluar
dari kawasan.

31

Proses Perjalanan

Imbal Jasa Lingkungan di DAS Cidanau

Lalu forum membentuk tim perumus untuk membantu


penyusunan berbagai dokumen dan hasil penelitian,
termasuk juga mengidentifikasi langkah berikutnya seperti
pentingnya ada peraturan daerah tentang pengelolaan
DAS Cidanau, tim pengelola serta master plan dan
mekanisme pengelolaan DAS Cidanau.
Pada tahun 2002, Forum Komunikasi DAS Cidanau
(FKDC) terbentuk, bahkan mendapatkan SK Gubernur
Provinsi Banten. Forum komunikasi ini terdiri dari pejabat
pemerintah, swasta dan LSM, termasuk Rekonvasi
Bhumi. Namun dalam perjalanannya juga mengalami
kendala. Misalnya pergantian staf pemerintah yang juga
termasuk dalam anggota FKDC, sehingga proses harus
disosialisasikan lagi dari awal.
Yang cukup menggembirakan dalam sisi data dan
informasi, ketika Bapedalda pada tahun 2001 membantu
fasilitasi penyusunan Master Plan DAS Cidanau,
pembuatan website dan pembaharuan peta digital DAS
Cidanau. Pada fase perkembangan pada tahun 20052009, FKDC memfokuskan diri pada penegasan bentuk
pengelolaan terpadu oleh para pihak dan mewujudkan
konsep hubungan hulu-hilir dalam merintis upaya imbal
jasa lingkungan.

Diantaranya berkomunikasi dengan Dewan SDA Provinsi


Banten, Dinas SDA dan Permukiman Provinsi Banten serta
Tim Koordinasi Pengelolaan SDA Wilayah Sungai CdanauCiujung-Cidurian (WS - C3) yang diinisiasi oleh Balai
Besar Wilayah Sungai (BBWS-C3), Direktorat Jenderal SDA
Kementerian Pekerjaan Umum sesuai amanat UndangUndang No 7/2004 tentang SDA.

Keterangan foto: Waduk Kerenceng yang dikelola oleh


PT Krakatau Tirta Industri (KTI), berlokasi di Cilegon,
Provinsi Banten

Keterangan foto: NP.Rahadian, Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi menunjukkan


skema mekanisme imbal jasa lingkungan di DAS Cidanau, April 2014

idak mudah menggagas sebuah upaya konservasi


yang juga memiliki nilai ekonomis, apalagi jika hal
ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan
lintas sektor yang terdiri dari pemerintah,
masyarakat dan pengusaha.
Hal ini dialami NP. Rahadian, Direktur Eksekutif Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) Rekonvasi Bhumi. Rahadian
memulai rintisan upaya ini sejak tahun 1998, persis setelah
era reformasi Indonesia dimulai. Rintisan ini dilakukan
jauh sebelum dikeluarkannya Undang-Undang No 7 tahun
2004 tentang sumber daya air.
Awalnya bermula dari keprihatinan tentang Cidanau
yang sangat potensial menjadi sumber air bersih dan
potensinya sebagai kawasan lindung Kata Rahadian,
yang akrab dipanggi Kang Nana, ketika ditemui di
kediamannya di Kota Serang (23/4/14). Menyadari kalau
pengelolaan tidak mungkin dilakukan oleh satu dua pihak
saja, Rekonvasi Bhumi menggagas pertemuan awal untuk
membahas tentang pelestarian Cagar Alam Rawa Danau
32

Selain itu FKDC memperkuat perencanaan berjenjang


dalam melakukan tahapan perencanaan. Hal ini dimulai
dengan diskusi dengan warga hingga perencanaan
pendanaan, evaluasi dan monitoring kegiatan.
Tim Teknis FKDC pada periode ini juga mengusulkan
adanya perampingan struktur organisasi. Organisasi FKDC
pada masa itu dinilai terlalu berat dan gemuk, hingga
kurang optimal dalam bekerja mencapai tujuan. FKDC
juga terus melakukan komunikasi dan sosialisasi kepada
para pemangku kepentingan, terutama yang terkait
pengelolaan sumber daya air.

pada Desember 1998. Momentum itu tidak serta merta


berhasil. Karena meskipun ada kesepakatan awal antara
berbagai pihak, namun pelaksanaan ke tahap berikutnya
tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Fase Pengembangan
Rahadian mencatat tahapan yang cukup menggembirakan
untuk upaya pelestarian Cagar Alam Rawa Danau mulai
terbuka pada tahun 2001, dengan bantuan beberapa
orang di institusi pemerintahan yang memiliki visi yang
sama. Ketika itu Lokakarya DAS Cidanau pada bulan
Agustus Tahun 2001 membahas tiga agenda penting.
Tiga agenda penting itu yakni membahas data fisik,
sosial ekonomi DAS Cidanau. Hal ini termasuk melakukan
pendataan dan penelitian kualitas, kuantitas dan
kebutuhan air sektor industri serta prediksi kebutuhan
air masyarakat. Selain itu juga membahas hasil penelitian
yang dilakukan oleh UNEP dan IPB serta juga yang paling
penting adalah pembahasan mengenai rencana, strategi
dan pengelolaan DAS Cidanau.
33

Imbal Jasa Lingkungan


Gagasan imbal jasa lingkungan muncul dari kesadaran
bahwa kerjasama hubungan hulu-hilir ini dapat
memberikan dampak positif bagi upaya pelestarian hulu
DAS Cidanau, sekaligus juga memberikan nilai ekonomis
bagi para pengguna air baik di hulu dan di hilir. Jika
tutupan vegetasi di hulu Sungai terjaga, maka pasokan
air bersih akan dapat dinikmati oleh masyarakat luas. DAS
Cidanau merupakan sumber air bersih, terutama bagi
masyarakat dan industri di hilir Sungai Cidanau yaitu
kawasan industri Cilegon.
Identifikasi pengguna dan pembeli jasa air untuk DAS
Cidanau ini ini berdasarkan hasil dari berbagai penelitian,
antara lain penelitian yang dilakukan oleh Imperial College
London, IPB dan lain sebagainya.
FKDC memulai komunikasi dengan pihak PT Krakatau
Tirta Industri (KTI) untuk mulai bernegosiasi mekanisme
transaksi jasa lingkungan. Proses ini setidaknya
membutuhkan waktu hingga tiga tahun untuk memulai
pelaksanaan pembangunan dan pengembangan model
hubungan hulu-hilir dalam mekanisme imbal jasa
lingkungan.
34

Penandatanganan Nota Kesepahaman dilakukan oleh


Gubernur Provinsi Banten dengan Direktur Utama PT KTI.
Pada tahun 2005, kontrak antara FKDC dan KTI meliputi
kawasan konservasi seluas 50 hektar yang tersebar di
enam desa di kawasan DAS Cidanau.
Mekanisme Imbal Jasa Lingkungan
Rahadian menjelaskan tentang awal mula pelaksanaan
imbal jasa lingkungan setelah nota kesepahaman
ditandatangani dan hasil proses negosiasi. Pihak
penyedia jasa dalam hal ini para kelompok tani menerima
Rp 1,200,000 untuk setiap hektar jasa pengelolaan lahan
setiap tahunnya. Dalam perjanjian, transaksi dilakukan
dengan FKDC sebagai mediator antara penyedia jasa
(kelompok masyarakat) dengan pihak pemberi jasa (pihak
PT KTI).
Jangka waktu perjanjian yaitu 5 tahun dan uang
dibayarkan dalam tiga tahapan (30% dalam 1 tahun pada
saat penandatanganan, 30% dalam 1 tahun pada bulan
ke-6 setelah penandatanganan kontrak dan 40% dalam
1 tahun bulan ke 12). Biaya pengelolaan jasa lingkungan
per tahun maksimal 15% yang digunakan untuk
perjalanan dinas, insentif tim Ad Hoc, pembuatan laporan,
dokumentasi dan publikasi, rapat serta alat tulis kantor.

Awalnya PT KTI memberikan dana bagi penyedia jasa


sebesar Rp 175 juta untuk 10 kelompok tani untuk jangka
waktu 5 tahun. Namun pada tahun 2013-2014 ini dana
yang diberikan oleh pemanfaat air berkembang mencapai
Rp 2,5 milyar untuk jasa pengelolaan lingkungan bagi pemenuhan kebutuhan air baku di kawasan industri Cilegon
dan sekitarnya.
Upaya yang baik ini membuahkan penghargaan Kalpataru,
penghargaan lingkungan, pada tahun 2010 dan 2013 bagi
Rekonvasi Bhumi dan PT KTI untuk kategori Penyelamat
Lingkungan.
Meskipun membutuhkan proses yang cukup panjang
dan perkembangannya cukup baik, Rahadian tidak lantas
berpuas diri. Ia sadar betul bahwa masih banyak pekerjaan
yang masih perlu dilakukan para pemangku kepentingan
untuk pengelolaan terpadu di DAS Cidanau.
Rencana pengembangan untuk pengelolaan terpadu
DAS Cidanau masih perlu terus dikembangkan, misalnya
dengan menggagas pembentukan Lembaga Pengelola
jasa Lingkungan DAS Cidanau, sosialisasi dan kampanye
bagi pemanfaat jasa lingkungan serta kalangan legislatif
dan eksekutif pemerintahan, memperkuat kelembagaan
masyarakat di hulu DAS Cidanau serta menggagas upaya

Keterangan foto: Kawasan Rawa Danau yang


didominasi perairan

pembangunan model desa wisata berbasis konservasi.


Pengelolaan Terpadu sebuah Daerah Aliran Sungai memang bukanlah hal mudah yang dapat dilakukan secara
instan dan dilakukan pada tataran forum serta wacana
saja. Di balik sebuah keberhasilan, biasanya hampir selalu
terdapat sebuah proses panjang komitmen, upaya dan
kerja keras.Pengalaman berharga dari DAS Cidanau ini
menunjukkan proses panjang dan berliku yang penuh
tantangan hingga mencapai pada tahapan saat ini.
Hal itu membutuhkan komitmen dan kerja keras dari
seluruh pemangku kepentingan yang terlibat di dalamnya.
Untuk keserasian antara Pengelolaan DAS yang diprakarsai
Balai DAS Kementerian Kehutanan dengan Pengelolaan
SDA Wiayah Sungai oleh BBWS C3 menurut UU 7/2004
tentang SDA; disarankan agar kedua instasi dapat segera
melakukan dialog.

35

Sungai Ciujung
dalam foto
36

37

ungai Ciujung merupakan sungai terbesar di


Provinsi Banten melewati 2 kabupaten yaitu
Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang.

Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Ciujung sekitar


1.850 km2 terdiri dari tiga anak sungai utama yaitu :
Sungai Cisimeut (luas Sub DAS 458 km2), Sungai Ciberang
(luas Sub DAS 304 km2) dan Sungai Ciujung Hulu
(luas Sub DAS 594 km2).
Anak-anak sungai Ciujung berada disebelah hilir kota
Rangkasbitung yaitu Sungai Cikambuy, Sungai Cisangu,
Sungai Ciasem, Sungai Cibongor dan Sungai Ciyapah.
Panjang Sungai Ciujung + 142 km, terdapat satu bendung
yang berfungsi untuk mengairi Daerah Irigasi Ciujung
yaitu Bendung Pamarayan.
Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-CiujungCidurian

38

endung Lama Pamarayan dibangun pada tahun


1905 pada masa kolonial Belanda. Bendung ini
memiliki 10 buah pintu pengatur air terbuat
dari lempengan baja yang masing-masing
diapit oleh tiang-tiang kokoh dengan tiga bangunan
berbentuk menara, fungsinya sebagai ruang mesin untuk
menurunkan dan menaikanpintu-pintu air tersebut.
Sebelum masa pemerintahan Belanda membangun
jaringan irigasi, yang kemudian dinamakan irigasi Ciujung
Pamarayan, di daerah ini telah dibangun jaringan irigasi
kecil yang sangat sederhana. Saluran irigasi tertua adalah
yang dibangun oleh Sultan Ageng Tirtayasa pada abad
ke 17 yang dikenal sebagai Kanal Sultan.
Kanal sultan menyadap air kali Cidurian ke arah kiri untuk
mengairi dataran rendah tanara. Di samping Kanal Sultan
terdapat beberapa jaringan-jaringan irigasi kecil yang
menyadapa air dari kali-kali kecil seperti Cibongor, Cicauk
Cisaid, Ciwaka dan Cipare.

Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-CiujungCidurian


39

endung Pamarayan Baru, terletak


di Kec.Panyabrangan, Kab.Serang
yang masih termasuk Wilayah
Sungai Ciujung. Bendung ini
dibangun sejak tahun 1992 dan selesai
pada tahun 1997 menggantikan
Bendung Pamarayan lama.
Bendung baru ini tetap menggunakan
saluran utama untuk suplai air ke daerah
irigasi, dengan luas daerah irigasi sekitar
21.454 hektar. Daerah Irigasi Ciujung
ini merupakan daerah lumbung padi
untuk Kabupaten Serang dan dapat
menyumbang kebutuhan beras bagi
Provinsi Banten.
Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai
Cidanau-CiujungCidurian

40

Keterangan foto: Terletak di Desa Situterate, Kecamatan Cikande, Kabupaten


Serang, Situ Terate masih dalam tahap pengerjaan oleh Balai Besar Wilayah
Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian. Luas kawasan Situ Terate yaitu sekitar 27
hektar dengan luas genangan 9 hektar.

41

Keterangan foto:
(Atas) Aliran Sngai Ciujung yang dibendung di
Bendungan Pamarayan
(Tengah) Ada beberapa bendung kecil di Sungai
Ciujung seperti Bendung Karet di Kabupaten
Serang .
(Bawah) Salah satu lokasi sumber air bersih yang
digunakan warga untuk mengambil air.
Sumber air berasal dari Sungai Cidurian di
Desa Teras, Kec.Carenang, Kab.Serang

42

DAM Bandung terletak sekitar tiga


kilometer dari Bendung Pamarayan ke arah
Cikande. Ketika berkunjung pada bulan
April 2014, pembangunan PDAM kecil
ini sudah selesai namun masih menunggu serah
terima secara resmi.
PDAM ini dapat melayani lebih dari 7,000 jiwa
yang tersebar di dua kecamatan, yaitu kecamatan
Bandung dan kecamatan Jawilan. Sumber airnya
diambil dari saluran aliran Sungai Ciujung. Untuk
debit airnya yaitu sekitar 20 liter/detik.
43

Keterangan foto: (Kiri atas dan bawah) PT Indah Kiat Cipta dan tempat
pengambilan air dari Sungai Ciujung.
(Kanan atas) Keluarga ini memasok bebek dan ayam ke restauran di
seputar Kota Serang dan Cilegon.
(Kanan bawah) Sampah menumpuk di sisi Sungai Ciujung
(Kanan bawah) warga sekitar menyedot air sungai untuk mengairi lahan
tanamannya.
Lokasi: Desa Keragilan, Kab. Serang., Prov.Banten

44

45

encemaran air adalah salah satu permasalahan


yang menghiasi wajah sebagian besar sungai
di Indonesia, terutama sungai yang melintasi
permukiman dan perkotaan.

Bukan hanya masalah pencemaran yang diakibatkan


industri, tetapi juga rumah tangga, seperti sampah yang
dibuang langsung ke sungai, kondisi sanitasi yang buruk

atau ketiadaan fasilitas sanitasi di rumah, sehingga warga


melakukan mandi, cuci dan kakus (MCK) di sungai dan di
saluran-saluran irigasi.
Permasalahan lainnya adalah masalah infrastruktur,
terutama di pedesaan. Misalnya jembatan yang
menghubungkan antar kampung yang rusak, sehingga
membahayakan bagi orang yang lewat di atasnya.

Keterangan foto: (Atas dan kiri)


pembangunan tebing sungai, sampah dan air
yang tercemar di Kampung Laes,
Desa Sukamaju, Kec.Kibin, Kab.Serang
(Kanan) Industri di sisi Sungai Ciujung di
Desa Keragilan, Kab. Serang., Prov.Banten
46

47

Keterangan foto:
(Atas dan kanan atas) Jembatan akar di
perkampungan Baduy Luar di Desa
Kanekes, Kec. Leuwi Damar, Kab.Lebak
(Kanan tengah dan bawah) Sungai Ciujung
di daerah hulu di Desa Nayagati, Kec.
Cakuem, Kab. Lebak
(Kiri) Warga menggunakan sungai untuk
kehidupan sehari-hari (Kec.Pontang),
dan juga mengambil pasir untuk
dijual sebagai mata pencaharian (Kab.
Serang).

48

49

Sungai Cibanten
dalam foto

50

51

Keterangan foto:
(Atas dan kanan) Hulu Sungai Cibanten di
Kampung Serut, Desa Sindangheula, Kec. Pabuaran,
Kab. Serang
Sungai Cibanten, merupakan lokasi untuk
pembangunan Bendungan Sindang Heula di
Desa Sindang Heula, Kecamatan Pabuaran,
Kabupaten Serang
(Kiri) Mat Sani (60) adalah salah satu pengrajin di
Kampung Serut. Kampung ini dikenal sebagai sentra
pembuatan sapu ijuk. Dalam sehari, Mat Sani dapat
membuat 50 buah sapu, dijual kepada pengumpul
dengan harga Rp 3.000.

52

53

Keterangan foto:
(Atas dan kanan) Hulu Sungai Cibanten yang melewati
Kota Serang. Sampah dan limbah rumah tangga
terlihat di aliran sungai, hampir serupa dengan permasalahan sungai di Indonesia pada umumnya.
(Kiri) Keluarga Muhaji tinggal di bawah kolong jembatan
Sungai Cibanten di Kampung Kaujon, Kelurahan
Serang. Setiap hari keluarga ini memancing ikan
untuk tambahan lauk (kanan bawah).

54

55

Keterangan foto:
(Kanan atas dan tengah) Muara Sungai Cibanten dulunya
merupakan pusat kerajaan lama Banten.
Sisa peninggalannya dapat dilihat hingga sekarang.
Antara lain: Komplek Keraton Kaibon yang dibangun pada
tahun 1832. Komplek ini terletak di Kampung Kroya,
Kec.Kasemen, Kota Serang
(Kanan bawah) Sisa-sisa Komplek Keraton Surosowan
yang dibangun pada masa pemerintahan Maulana
Hasanudin (1552-1570), dengan luas sekitar 3 ha.
(sumber Riwayat Kesultanan Banten, 2006)

Keterangan foto:
(Kiri atas dan tengah) Sungai Cibanten bermuara di Teluk
Banten yaitu di Kampung Karang Mulya, Kec.Kesemen,
Kota Serang
(Kiri luar) Kadi, pengrajin perahu di Kampung Tanggul,
desa Banten, Kec.Kesemen, Kota Serang. Kayu perahu
dibawa dari Sumatera, dengan jenis kayu yang disebut
Mantruk. Beliau bisa menyelesaikan satu perahu dalam
waktu tiga bulan dan dijual dengan kisaran harga
Rp 20-30 juta.

56

57

Sekilas

WS Ciliman-Cibungur
WS Cibaliung-Cisawarna

dalam foto

58

59

Keterangan foto:
Beberapa sungai yang termasuk dalam
WS Ciliman-Cibungur
(Tengah) Sungai Cilamer yang sering banjir,
Desa Curug Barang, Kecamatan Cipeucang,
Kabupaten Pandeglang.
(Kanan kedua) Dayat (45),
rumahnya persis di sisi Sungai Cilemer di
Kampung Parakan Telu,
Desa Curug Barang, Kec.Cipeucang,
Kab. Pandeglang
(Kiri dan kanan ketiga) Aliran Sungai Ciliman di
Kampung Tegalpapak, Kec.Pagelaran,
Kab. Pandegalang
(Kanan ke-empat) Situ Cikedal, Kec. Jiput, Kab.Pandeglang
dengan luas genangan 21 hektar
(Kanan bawah) Muara Sungai Ciseukeut di
Kampung dan Desa Ciseukeut,
Kec. Panimbang
60

61

Keterangan foto:
Beberapa sungai yang termasuk dalam
WS Cibaliung-Cisawarna
(Atas dan kanan ) warga Kampung Cibaliung
menggunakan aliran Sungai Cibaliung
untuk kegiatan mandi, cuci dan kakus.
Wajah anak-anak Kampung Cibaliung
Aliran Sungai Cibaliung
(Kiri) Sawah di Kec.Sumur. Daerah ini masuk ke
dalam DAS Cimanggu di WS. CibaliungCisawarna

62

63

LAMPIRAN
64

65

Sungai
Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta
jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara
dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan.
(Pasal 1, PP 35 Tahun 1991)
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
(Pasal 1 UU No 7 tahun 2004)
Wilayah Sungai (WS)
Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan
sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau
sama dengan 2.000 km2. (Pasal 1 UU No 7 tahun 2004)

Wilayah Sungai
Menetapkan Wilayah Sungai yang terdiri dari satu atau
lebih Daerah Aliran Sungai (DAS) dan/atau pulau-pulau
kecil, yang meliputi
1.
2.
3.
4.
5.

Wilayah Sungai Lintas Negara;


Wilayah Sungai Lintas Provinsi
Wilayah Sungai Strategis Nasional
Wilayah Sungai Lintas Kabupaten/Kota; dan
Wilayah Sungai Dalam Satu Kabupaten/Kota

(Pasal 1 Keputusan Presiden No 12 Tahun 2012)


Pengelolaan Sumber Daya Air
Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, danpengendalian daya
rusak air. (Pasal 1 UU No 7 tahun 2004)
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka
dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau,
dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya
rusak air. (Pasal 1 UU No 7 tahun 2004)

Peraturan Perundang-undangan di Bidang Sumber


Daya Air dan Peraturan Lainnya yang Terkait
Sejumlah Peraturan Perundang undangan (UU),
Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Daerah (Perda)
dan lainnya yang terkait dengan Pengelolaan
Sumber Daya Air WS 3 Ci antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air;
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Kehutanan;
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
66

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan Antara Pemerntah Pusat
dan Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana;
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;
10. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah;
12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999


tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000
tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan
Ruang Wilayah;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air;
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002
tentang Ketahanan Pangan;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (BLU);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008
tentang Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana
25. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008
tentang Air Tanah;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008
tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan;
29. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan
30. Pertanian Pangan Berkelanjutan;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2010
tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta II;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
33. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010
tentang Bendungan;

34. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011


tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Pertanian Berkelanjutan;
35. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011
tentang Sungai;
36. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai;
37. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011
tentang Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber
Daya Air;
38. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.
39. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2013
tentang Rawa;
40. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011
tentang Penetapan Cekungan Air Tanah;
41. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012
tentang Penetapan Wilayah Sungai;
42. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
22/PRT/M/2009 tentang; Pedoman Teknis dan
Tatacara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air
43. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/
PRT/M/2010 tentang Standar
44. Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang.
45. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/
PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota;
46. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air;
47. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Banten Tahun 2010 2030;
48. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22
Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 2029.

Sumber: Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai


Cidanau-Ciujung-Cidurian, Kementerian pekerjaan
Umum, 2014

67

DAS yang terdapat di WS 3

Peta WS 3 CI

ola Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian (3Ci)


ditetapkan Kementerian Pekerjaan Umum pada
14 Februari 2014. Wilayah sungai ini termasuk
wilayah sungai lintas provinsi, meliputi Provinsi Banten
dan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan wilayah administrasi,
Wilayah 3 Ci ini meliputi lima kabupaten dan dua kota di
Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Tangerang, Pandeglang,

68

Misi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS 3 Ci sebagai


berikut:
Serang, Lebak, serta Kota Serang dan Cilegon. Sedangkan
yang masuk ke dalam Provinsi jawa Barat adalah wilayah
Kabupaten Bogor.
WS 3 Ci ini memiliki 34 DAS, dengan DAS terbesar adalah
DAS Cidanau, DAS Ciujung dan DAS Cidurian, dengan luas
total yaitu 412.518 ha.

1.

25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

Cibako
Cigisik
Cibanten
Cirangrang
Ciwaku
Cibunar
Ciujung
Cidurian
Cirumpak
Cipayeun

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Cidanau
Cikalahi
Runteun Girang
Cilegok
Setu Lor
Kopomasjid
Kali Malang
Cigobang
Cicendo
Cigeblak
Cikebeletes
Cibatu
Cinangsi
Cilasak
Cipetey
Caringin
Ciraginggang
Cinangka
Sumur
Bojonegoro
Candi
Cikebel
Cikubang
Cikaudau

2.

Mendayagunakan sumber daya air secara adil


dan merata melalui kegiatanpenatagunaan,
penyediaan, penggunaan, pengembangan
dan pengusahaan sumber daya air, dengan
tetap memperhatikan kebutuhan air baku
ibukota NKRI;

3.

Mengendalikan daya rusak air yang dilakukan


secara menyeluruh mencakupupaya
pencegahan, penanggulangan dan pemulihan;

4.

Menyelenggarakan pengelolaan sistem


infomasi sumber daya air secaraterpadu,
berkelanjutan dan mudah diakses oleh
masyarakat;

5.

Menyelenggarakan pemberdayaan para


pemangku kepentingan sumber dayaair
secara terencana dan berkelanjutan untuk
meningkatkan kinerja pengelolaan sumber
daya air.

Sumber: Keppres No.


12 Tahun 2012, Pola
PSDA Cidanau-CiujungCidurian, 2014

Sumber: Pola WS Cidanau-Ciujung-Cidurian, 2014

Menyelenggarakan konservasi sumber daya air secara


terpadu dan berkelanjutan dalam rangka menjaga
kelangsungan keberadaan daya dukung, daya
tampung dan fungsi sumber daya air;

69

Peta Batas DAS


WS Ciliman-Cibungur
70

71

Peta Batas DAS


WS Cibaliung-Cisawarna
72

73

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Gedung Ditjen SDA Lantai 4
Jl Pattimura No 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Tel: 021-7210395
Sub-dit Kelembagaan
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Gedung Ditjen SDA Lantai 6
Jl Pattimura No 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Tel: 021-7265504
Capacity Development Technical Asisstance
(CDTA 7849-INO)
Gedung Ditjen SDA Lantai 8
Jl Pattimura No 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Tel: 021-7229807

Daftar Alamat

Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian


Jl. Raya Labuan Km.3 Kotak Pos 8,
Pandeglang, Banten
Tel: (0253) 201155

Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman


Provinsi Banten
Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten(KP3B)
Jl. Syeh Nawawi Al Bantani, Palima, Serang, Banten
Tel : (0254) 267005
Fax : (0254) 267006
Email : info@dsdap.bantenprov.go.id
Email PPIDP : ppid.sdap@bantenprov.go.id
Balai PSDA WS.Ciujung-Cidanau
Jl. Raya Sepang Km 2 Kota Serang, Banten
Balai PSDA WS.Cidurian-Cisadane
Jl. KS Tubun No.42 Koang Jaya,
Karawaci,Tangerang, Banten
Balai PSDA WS.Ciliman-Cisawarna
Jl. Malimping RT 001/ RW 01 Bolang - Lebak, Banten

74

75

76

77

Anda mungkin juga menyukai