Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
GEREJA
I. PENDAHULUAN
Pentingnya gereja tidak dapat diragukan lagi. Gereja ditebus oleh Allah dengan darah
Anak-Nya sendiri (Kis. 20:28). Gereja dikasihi, dipelihara, dan dirawat oleh Kristus
(Ef. 5:25,29), dan akan Ia tempatkan di hadapan diri-Nya dalam keadaan tanpa cacat
di dalam kemuliaannya pada suatu saat (ayat 27). Membangun pemaat-Nya
merupakan pekerjaan Kristus yang terutama di dunia sekarang (Mat. 16:18) melalui
berbagai macam karunia rohani yang Ia berikan (Ef. 4:12). Karena itu penggunaan
karunia-karunia tersebut oleh orang percaya menyatukan kita dengan apa yang sedang
dikerjakan oleh Kristus pada masa kini.
Charles C. Ryrie. Teologi Dasar, Buku 2. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2000, h. 184.
Louis Berkhof. Teologi Sistematika.Volume 5. Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997, h. 10
3
Henry Clarence Thiessen. Teologi Sistematika. Malang: Gandum Mas, 2003, h. 477
2
Ekklesiologi
Ekklesiologi
(Roma 16:1), Korintus (1 Kor. 1:2; 2 Kor. 1:1). Juga di Laodikia (Kol. 4:16),
Tesalonika (1 Tes. 1:1; 2 Tes. 1:1).
4
5
Ekklesiologi
III.
BERDIRINYA GEREJA
Ekklesiologi
C. Pondasi Gereja
1. Kristus (1 Kor. 3:11)
Kristus adalah batu penjuru yang menjadi pokok bagi seluruh pondasi.
a. Karya Kristus (Kis. 20:28; Ef. 5:25-27; Kol. 3:1-4).
b. Kenaikan Kristus. Gereja ada sesudah kenaikan Kristus. Sebab ketika Dia
naik, membagi-bagikan karunia kepada manusia (Ef. 4:8). Karuniakarunia rohani yang padanya fungsi gereja bergantung dianugerahkan
melalui roh, yang diutus oleh Kristus sesudah kenaikannya (Yoh. 16:7).
c. Kesimpulan: gereja dibangun atas seluruh karya kedatangan Kristus yang
pertama dan ditopang melalui kehadiranNya sebagai Kepala. Dialah
Pendirinya. Gereja adalah milik-Nya (Mat.16:18). Dia adalah Dasarnya
Ekklesiologi
(1 Kor. 3:11). Sebagai pendiri dan pemilik gereja, Dia telah melakukan
empat hal sebagai berikut: 6
Dia memilih murid-murid yang juga akan menempati suatu posisi
sebagai dasar bangunan yang akan didirikan-Nya (Ef. 2:20).
Pendiri gereja itu juga menjadi Batu Penjuru melalui kematian dan
kebangkitan-Nya (Kis. 4:11; Ef. 2:20).
2. Para Rasul dan Nabi. Alkitab menunjukkan bahwa para rasul dan nabi
sebagai unsur pondamen dalam struktur gereja. Rumah Allah dibangun atas
dasar para rasul dan nabi, Kristus sendiri sebgai batu penjuru (Ef. 2:20).
D. Permulaan Gereja
Gereja dimulai di Yerusalem pada hari pentakosta. Pada hari itu Roh dicurahkan
atas murid-murid untuk membentuk tubuh Kristus.
1. Segi oknum: gereja dibentuk oleh Roh Kudus (1 Kor. 12:13; Ef. 1:22-23; 5:30;
Kol. 1:18).
2. Segi waktu: gereja dibentuk pada hari Pentakosta (Kis. 1:5b). Tidak dapat
disangkal bahwa pada hari Pentakosta, gereja didirikan.7 Gereja belum ada
dalam zaman Perjanjian Lama, namun baru ditetapkan pada Hari Pentakosta8
dengan bukti-bukti sebagai berikut:
a. Tuhan kita berkata: Aku akan mendirikan jemaat-Ku (Mat. 16:18).
b. Gereja baru dapat memiliki Kepala yang berfungsi setelah kebangkitan
Kristus. Karena itu, gereja tidak mungkin ada sebelum Ia bangkit dari
antara orang mati (Ef. 1:20).
c. Gereja baru sungguh-sungguh dapat beroperasi dengan berfungsinya
karunia-karunia rohani setelah kenaikan Kristus ke sorga (Ef. 4:7-12)
6
7
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar Buku 2. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002, p. 194-195.
Ibid., h. 485
Ibid., h. 192.
Ekklesiologi
d. Sifat rahasia dari satu tubuh belum dikenal dalam masa PL (Ef. 3:5-6;
Kol. 1:26).
Penegasan serupa dikemukakan oleh J.W. Brill seperti berikut:
Terbentuknya jemaat yaitu pada hari Pentakosta. Sebelum hari itu sudah ada
orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi pada hari itulah
jemaat terbentuk. Murid-murid Tuhan berhimpun dengan sehati di Yerusalem
dan tiba-tiba Roh Kudus turun ke atas mereka, dan demikianlah jemaat Kristus
terbentuk. Akan tetapi dasar jemaat telah diletakkan oleh Tuhan Yesus
sendiri, yang berkata, Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu. (Matius 16:18,19). 9
J. Wesley Brill, Dasar Yang Tegus. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, tt., h. 269.
Ekklesiologi
Ekklesiologi
10
11
Pdt. Chris Marantika, Th.D., D.D. Kristologi. Yogyakarta: Iman Press, 2008, h.114.
Ibid. h.117.
Ekklesiologi
10
b. Keanekaragaman
Tubuh secara fisik tidak disusun dari satu anggota, tetapi banyak anggota (1
Kor. 12:14), dan anggota-anggota itu haruslah berbeda (1 Kor 12:17-20).
Anggota-anggota yang berbeda sangat diperlukan (17), yang lemah (22),
yang kurang terhormat (23). Seperti dalam tubuh Kristus berbagai macam
anggota dalam tubuh Kristus, namun semua diperlukan.
c. Kebersamaan
Dalam kegiatan tubuh manusia dituntut kebersamaan dan ketergantungan
dari anggotanya masing-masing demikian juga tubuh Kristus menuntut
kebersamaan. Ini berarti ketergantungan satu dengan yang lain dan
kebersamaan fungsi tubuh (1 Kor. 12:21-25).
Ekklesiologi
11
Ekklesiologi
12
PEKERJAAN IMAM
PL
Imam berdiri melayani Allah.
Hanya Imam yang dapat/boleh
berdiri mewakili umat.
Hanya Imam Agung/Besar saja
yang dapat masuk Ruang Maha
Kudus.
PB
Gereja berdiri sebagai Imamat
Rajani (1 Pet. 2:9).
Gereja (semua orang percaya)
dapat bertemu Allah langsung (Ibr.
10:19-21; 9:24-28).
Gereja tidak perlu Imam khusus.
Ekklesiologi
13
2. Persyaratan Imam
Para imam dalam PL terdiri dari orang-orang yang dipilih Allah lewat nabiNya, kemudian dipisahkan sebagai orang-orang kudus. Orang-orang yang
demikian yang dapat mendekati Allah. Persyaratan yang sama dapat kita
jumpai dalam keimanan gereja.
PERSYARATAN IMAM
PL
1. Dipilih Allah lewat nabi-Nya
2. Disucikan Allah.
Dalam upacara pentahbisan
yang sakral (Kel 29:4).
Pemakaian Jubah (Kel. 29:5-6;
28:40-41).
3. Diurapi minyak.
4. Mempersembahkan korban.
Korban persembahan bagi dosa,
yaitu korban bakaran.
Korban persembahan syukur.
Korban persembahan darah
domba (pemercikan).
PB
1. Dipilih Allah dalam Yesus Kristus
(Ibs. 5:1, 4:7, 28).
2. Disucikan Allah.
Dalam kelahiran baru (Ibr.
10:22, Tit. 3:5).
Memakai jubah Kristus.
3. a. Dibaptis Roh Kudus (1 Pet.
1:2).
Dalam kelahiran baru (Ibr.
10:22, Tit. 3:5).
Memakai jubah Kristus.
3. b. Diurapi Roh Kudus (1 Yoh.
2:20-27).
4. Mempersembahkan diri untuk taat
dan diperciki darah Kristus (1 Ptr.
1:2; Ibr 12:24).
3. Tugas/Fungsi Imam
Hak istimewa Imam dalam memasuki hadirat Allah adalah tugas
pelayanannya. Perjanjian Baru menyatakan fungsiyang sama dengan Imam
dalam Perjanjian Lama.
TUGAS DAN FUNGSI IMAM
PL
PB
A. PELAYANAN KORBAN
1. Mempersembahkan korban untuk
1. Mempersembahkan diri sebagai
dosa umat.
korban yang hidup (Rm. 12:1).
2. Persembahan yang diperlukan
2. Persembahan yang diperlukan
Kambing
Persembahan rohani
Domba
Persembahan yang hidup
Lembu, dll.
Persembahan pujian syukur
Persembahanjiwa-jiwa baru
Ekklesiologi
14
B. PELAYANAN KESAKSIAN
1. Pengantara antara Allah dan umat 1. Bertanggung jawab untuk bersaksi
atas kesaksiannya (Im. 10:11; Ul.
33:10).
2. Pengantara
2. Satu satunya pengantara adalah
Membawa umat ke hadapan Allah
Yesus Kristus. Tugas kita adalah
saling mendoakan:
Doa untuk keperluan fisik (Kis.
12:5, 12; yak. 5:14-18).
Doa untuk pekabaran Injil
(Kis.13:3).
Doa untuk kebutuhan rohani
jemaat (Kis. 14:23 bdg. Doadoa Paulus dalam suratnya. Ef.
1:16-23;3:14-21).
Doa untuk orang yang tidak
percaya, untuk Israel (1 Tim.
2:1-2; Rm. 10:1).
E. Mempelai Perempuan
Gambaran terindah mengenai gereja adalah mempelai perempuan Kristus.
Gambaran pernikahan digunakan dalam PL, adalah ikatan antara Allah dengan
Israel (Yes. 54:5-6; 62:5 bdg. Hos. 2:27). Konsep ini tidak dipakai secara luas,
tetapi dalam PB memberi pemahaman tentang hubungan gereja dengan Kristus.
1. Kasih Mempelai Laki-laki
Kesatuan Kristus dan gereja-Nya digambarkan dengan hubungan suami-istri
(Ef. 5:22-23, 25, 30). Ayat 25 menjelaskan tentang kasih.
a. Kasih yang tidak terbatas
Kristus bukan mengasihi orang-orang yang patut dikasihi namun justru
orang-orang berdosa dan musuh (Rm. 5:8-10; Ef. 3:19).
b. Ungkapan kasih
Bukti kasih suami kepada istri adalah perhatiannya terhadap kesejahteraan
istri (Ef. 5:29 bdg. 4:7). Ia akan menjaga dan melindunginya (Ef. 5:23).
2. Tanggapan Mempelai Perempuan
Mengasihi Dia (1 Yoh. 4:19), taat dan tunduk (Ef. 5:24), mengungkapakan
kemuliaan-Nya (1 Kor. 11:7), setia (1 Kor. 11:2,3).
3. Kesatuan Di Masa Yang Akan Datang
Gereja disatukan dengan Kristus sebagai mempelai perempuan secara
sempurna akan terjadi di masa yang akan dtang pada waktu Kristus
menjemputnya untuk bersama-sama dengan Dia selama-lamanya (1 Tes. 4:17;
Why. 19:7-9).
Ekklesiologi
15
F. Gambaran-gambaran Lain
1. Domba-domba
Gambaran ini telah dipakai dalam PL (Mzm. 23:1; 80:1; 79:13; 100:3; Yes.
40:11). Dalam Perjanjian Baru gereja terdiri atas domba-domba dari Israel dan
dari bangsa-bangsa kafir (Yoh. 10:16).
a. Pemilik Domba
Gereja sebagai umat Allah yang baru aadalah kawanan domba Allah (1
Ptr. 5:2). Kawanan domba Kristus (Yoh. 10:27; 21:16). Jadi pemilik
domba (gereja) adalah Yesus Kristus.
b. Menggembalakan Domba
Kristus buka saja menebus gereja tetapi juga menyediakan kebutuhan (Yoh.
10:24), memberi makan (Yoh. 21:16; 1 Ptr. 5:2; 2 Tim. 4:2; 3:16-17; Kis.
20:27), melindungi (Mzm. 23:4; 2 Tim. 3:1-1; 2 Ptr. 2:1-3).
2. Pokok Anggur dan Carang-carangnya
PL melatar belakangi gambaran pokok anggur dan carng-carangnya yang
dipakai Yesus dalam Yohanes 15. berkali-kali Israel dgambarkan dengan
pokok anggur yang tidak berbuah (Yeh. 15:1-5; 19:10-14; Yes. 5:1-7; Yer.
2:21). Karena mereka gagal, Yesus datang sebagai pokok anggur yang benar
(Yoh. 15:1).
a. Kesatuan organis cabang dengan pokok (Yoh. 15:4-7). Kata tinggal
(meno) berarti di dalam, dalam kesatuan pribadi.
b. Buah dari kesatuan: kasih dan sukacita (Yoh. 15:8-13).
Ekklesiologi
16
2. Definisi Kerajaan
Kerajaan adalah suatu komunitas yang terorganisasi secara politis. Syaratsyarat adalah ada penguasanya, ada rakyatnya (yang diperintah) dan
wilayahnya.12
12
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar Buku 2. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002, h. 189.
Ekklesiologi
17
Ekklesiologi
18
Ekklesiologi
19
Ekklesiologi
20
Ekklesiologi
21
Ekklesiologi
22
(3). Dalam 1 Tim. 3:8-13 dan Flp. 1.1 dipakai secara teknis untuk tipe
pemimpin yang unik ditandai dengan pelayanan. Kristus sebagai
model.
b. Jumlah: Lebih dari satu (jamak) dalam tiap-tiap gereja lokal (Flp. 1:1; 1
Tim. 3:8).
c. Tanggung Jawab Diaken
(1). PB tidak menjelaskan secara rinci.
(2). Dalam Kis. 6:6 dilaporkan prototipe tugas diaken. Tanggung jawab
mereka adalah melayani, persis seperti arti kata yang digunakan.
(a). Jika demikian, mereka melayani orang-orang miskin dengan
makanan. Itu berarti dapat diduga bahwa mereka berurusan dengan
keuangan/finansial.
(b). Mereka mengambil tanggung jawab tersebut agar para rasul
berkonsentrasi pada firman dan doa.
(c). Mereka juga dapat berbicara, khususnya terhadap orang-orang
yang belum percaya.
d. Kualifikasi Diaken (hampir sama dengan penatua).
(1). Dihormati (1 Tim. 3:8).
(2). Tidak bercabang lidah (1 Tim. 3:8).
(3). Bukan penggemar anggur (1 Tim. 3:8).
(4). Tidak serakah (1 Tim. 3:8).
(5). Memelihara iman dengan hati nurani yang suci (1 Tim. 3:9).
(6). Diuji (1 Tim. 3:9).
(7). Suami dari satu istri (1 Tim. 3:9).
(8). Mengatur keluarga dengan baik (1 Tim. 3:9).
e. Penetapan Diaken
(1). Prinsip yang sama untuk penetapan penatua diterapkan pada penetapan
diaken.
(2). Diaken diuji sebelum ditetapkan.
Ekklesiologi
23
Ekklesiologi
24
Ekklesiologi
25
Ekklesiologi
26
dibuat
mengisyaratkan
adanya
(b). Pelayanan-pelayanan
tertentu
mengisyaratkan
keberadaan
organisasi. Mereka bersatu dalam ibadah dan doa (Kis. 2:42, 47),
melayani upacara (Kis. 2:41-42, 46), mengatur kekayaan (Kis.
2:45; 4:23-27), mendisiplin (Kis. 5). Menumpulkan persembahan
yang dikirim ke Roma (Kis. 15:16) dan mendaftar para janda (1
Tim. 5:9).
(c). Ada perintah keteraturan (1 Kor. 14:40).
(d). Adanya pemimpin menunjukkan adanya organisasi (1 Tim. 3; 1
Tit. 1). Tugas-tugas mereka seperti mengatur dan menggembalakan
mendukung adanya oragnaisasi.
(e). Sekalipun Kristus adalah Kepala gereja, dan Ruh Kudus
mengontrol pertemuan, sebenaranya dapat juga melalui pemimpinpemimpin.
(f). Walaupun Kristus mencel kepemimpinan Farisi, Ia mencela corak
kepemimpinannya, bukan fakta kepemimpinan.
(g). Pesan utama Paulus kepada gereja Korintus (Ps. 12-14) agar
berorganisasi.
Ekklesiologi
27
EPISKOPAL
Hierarki
USKUP
Pastor/Imam
Diaken
Ekklesiologi
28
(2). Monarki:
Bentuk pemerintahan ini menempatkan seorang di atas semua yang
lain, wewenangnya sempurna.
MONARKI
Paus-Eks Katherdal
Hierarki
USKUP
Imam
Diaken
Ekklesiologi
29
PRESBETERIAL
Persidangan Sinode
Klasis
Pendeta
Majelis
Ekklesiologi
30
Ekklesiologi
31
KONGGREGASIONAL
Kekepalaan Kristus
Autonomi Lokal
Keimanan Orang
Percaya
Pendeta/Gembala
Diaken
b. Contoh:
Gereja-gereja Baptis, sejumlah gerej-gereja Injili, gereja-gereja Pentakosta,
gereja-gereja Kristus, gereja-gereja Alkitab yang lain.
c. Evaluasi:
(1). Dukungan:
(a). Tidak ada badan yang berwenang di atas gereja lokal.
(b). Gereja lokal adalah demokrasi.
(2). Kritik:
(a). Walaupun seluruh anggota memikul tanggung jawab menjaga
ketertiban, pelaksanaan disiplin, menutus utusan, tetapi tidak
semua orang harus dilibatkan dalam proses. Sebenarnya, para rasul
dan jemaat ambil bagian (Kis. 6:1-5; 15:2). Pemimpin
mengorganisasi sehingga mempertinggi pelayanan bersama.
(b). Para penatua sebenarnya melaksanakan wewenangnya atas
jemaatnya (Kis. 13:17).
Ekklesiologi
32
6. Ringkasan
Ekklesiologi
33
Para penatua ditunjuk oleh jemaat karena memiliki kualifikasi moral dan
dipilih oleh Roh Kudus.
Tidak ditentukan cara pemilihan para penatua, maka gereja lokal bebas
menentukan caranya.
Oleh karena banyak perhatian tidak berfokus pada pemerintahan gereja, kita
sebaiknya mengutamakan apa yang menjadi fokus Allah, yaitu kualifikasi
pemimpin, kepemimpinan yang berprinsip hamba, dan pelayanan bersama.
Ekklesiologi
34
R.J. Porter, Katekisasi Masa kini. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1987, h.
180.
14
Louis Berkhof, Teologi Sistematika, Volume 5. Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia,
1997, h. 125.
15
R. J. Porter, Ibid. h. 178.
Ekklesiologi
35
b. Ordonansi
Ordonansi (walaupun dalam kamus sebagai sinonim dari sakramen) tidak
mengandung arti tentang pemberian anugerah, tetapi hanya merupakan
suatu suatu lambang.16 Kata ordinansi adalah kata dari bahasa Latin
ordinare yang berarti sesuatu yang diperintahkan.17
c. Gereja Roma Katolik percaya tujuh sakramen: Baptisan, Perjamuan Kudus,
Penahbisan imam, Peneguhan (adalah pendahuluan beptisan bayi ke
dalam persekutuan yang penuh dalam Gereja), Pengurapan (perminyakan
orang yang meninggal), Pernikahan dan Penebusan dosa (Hukuman untuk
penebusan dosa [Penance] termasuk penyesalan yang sungguh-sungguh,
pengakuan dan penyusian di hadapan imam.
d. Beberapa gereja Protestan percaya dua sakramen, yakni Baptisan dan
Perjamuan Kudus. Gereja-gereja Protestan yang lain menyebutnya
ordonansi (peraturan) untuk menghindari kesalahpahaman. Ordonansi
(peraturan) ini tidak diperlukan untuk keselamatan pribadi atau
memperoleh anugerah Allah.
B. Baptisan
1. Ketetapan
a. Perintah
Perintah membaptis merupakan bagian dari Amanat Agung:
Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu, baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. (Mat. 28:19).
b. Teladan Tuhan Yesus
Tuhan Yesus sendiri dibaptiskan (Mat. 3:13-17). Untuk menggenapkan
segala syariat Taurat.
c. Para Rasul melakukan baptisan (Tuhan sendiri tidak melakukan) (Yoh. 4:12).
d. Baptisan dilakukan secara universal oleh gereja mula-mula pertama-tama
pada hari pentakosta: oleh Petrus (Kis. 2:38, 41), juga bagi Kornelius
(10:47,48); Filipus membaptis jemaat Samaria (8:12), juga bagi sida-sida
(8:36-38); Paulus membaptiskan Lydia (16:14-15), juga bagi kepala
penjara (16:33); juga bagi Krispus dan Gayus dari Korintus (1 Kor. 1:14).
16
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, Buku 2. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002, h. 222.
Dr. W.A. Criswell dan Dr. Eddy Peter Purwanto. Aku akan Membangun Jemaat-Ku. Kuta Bumi
Tangerang: Sekolah Tinggi Teologi Injili Philadelphia, Cetakan Pertama: 2007
17
Ekklesiologi
36
2. Arti Baptisan
Makna baptisan adalah pengakuan iman dalam Kristus (Roma 6:3-4; 1 Pet.
3:21; Kis. 8:37), yang berhubungan dengan pengakuan di depan umum bahwa
Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat (Kis. 2:38; 10:48; 8:16). Calon
baptisan dihubungkan oleh iman dengan Tuhan yang atas nama-Nya ia
dibaptis, supaya dalam pengertian tertentu ia ikut serta dalam kematian dan
kebangkitan Kristus (Kol. 2:12).
Di dalam perintah Tuhan Yesus yang terdapat dalam Mat. 28:18-20; Mrk.
16:15,16, yaitu membaptis mereka atas nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Di
dalam bahasa asli yang terpenting ialah masuk ke dalam (eis:eis). Masuk ke
dalam berarti menjadi milik yang kekal dari Allah Tritunggal. Ini meliputi
tiga arti18, yakni: a) upacara masuk ke dalam Kristus, masuk ke dalam gereja.
b) ke luar dari dunia, hanya untuk Tuhan dan c) mempunyai arti disucikan
secara rohani.
a. Penyatuan dengan Kristus
Seorang yang dibaptis, ia dibaptis dalam nama Yesus Kristus (1 Kor.
6:3) artinya mengenakan Kristus (Gal. 3:27). Kesatuan dalam kematian
dan kebangkitan-Nya (Rm. 6:1-4; Kol. 2:12). Manusia lama telah mati dan
manusia baru terbit dilambangkan dengan kematian dan kebangkitan
rohani orang percaya. Dengan dibaptis, orang menyatakan kepada kalayak
akan imannya kepada Kristus.
b. Kesatuan dengan orang percaya
Ketika kita disatukan dengan Kristus, kita disatukan pula dengan tubuhNya, yaitu gereja. Ketika seorang disatukan dengan Kepala, ia disatukan
juga dengan tubuh. Ia disatukan dengan persekutuan orang percaya. Ia
menjadi bagian tubuh-Nya (1 Kor. 12:13).
3. Pengaruh Baptisan
Alkitab mengajarkan dengan jelas bahwa keselamatan hanya dengan iman (Ef.
2:8-9). Baptisan tidak mempengaruhi secara rohani/bukti kedewasaan rohani
dan juga tidak mengampuni dosa (Kis. 2:38). Ajaran baptisan yang
mengakibatkan kelahiran baru adalah keliru. Oleh karena itu, baptisan tanpa
iman, sia-sia (Kol. 2:12). Jadi keselamatan melalui iman, baptisan sebagai
ungkapan iman/proklamasi. Baptisan hanyalah pertanda keselamatan.19
18
Ekklesiologi
37
4. Calon Baptisan
a. Perintah Kristus adalah agar membaptis murid.(Mat. 28:19)
Menjadi murid terlebih dahulu diselamatkan melalui iman.
b. Contoh-contoh dalam Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa baptisan
dilakukan untuk orang-orang yang telah percaya (Kir. 2:41; 8:12; 8:36-38;
9:18; 10:44-48; 18:18; 19:5).
c. Baptisan Anak-anak
Pendapat yang menyetujui baptisan anak antara lain sebagai berikut:
(1) Pendapat Sunat. Anak-anak dari orang percaya harus dibaptiskan
karena mereka terhisab umat yang menerima anugerah Allah.20
Untuk jelasnya marilah meneliti PL. Ketika Allah memilih Abraham,
Ia mengadakan perjanjian anugerah dengan Abraham dan anakanaknya. Dalam PL bukan hanya orang dewasa yang terhisab umat
perjanjian anugerah itu. Selalu ditekankan bahwa janji-janji Tuhan
adalah antara Aku dan engkau serta keturunanmu (Kej. 17:7; Ul.
4:40). Sama seperti orang-orang dewasa, anak-anak juga ada dalam
Perjanjian Allah dan termasuk umat-Nya (Kej. 17:7; Mat. 19:14).
Mareka, tidak kurang dari orang dewasa, dijanjikan akan menerima
pengampunan dosa melalui darah Kristus dan Roh Kudus yang
menumbuhkan iman (Yes. 44:1-3; Kis. 2:38,39; Kis. 16:31). Oleh
karena itu dengan Baptisan, tanda perjanjian itu, anak-anak harus
diterima ke dalam gereja Kristen dan harus dibedakan dari anak-anak
orang yang tidak percaya (Kis. 10:47; 1 Kor. 7:14). Hal ini telah
dilaksanakan dalam Perjanjian Lama dengan Sunat (Kej. 17:9-14) dan
kemudian diganti dengan Baptisan dalam Perjanjian Baru (Kol. 2:1113).21
Janji kepada anak-anak ditekankan lagi dalam PB, Bagi kamulah . . .
dan bagi anak-anakmu (Kis. 2:30). Dalam PB semua orang beriman
merupakan anak-anak Abraham, (Gal. 3:15-17). Maka sebagaimana
anak Israel terhisab umatNya. Tanda masuk bangsa Israel adalah
sunat. Tanda masuk umat Kristen adalah baptisan.
(2) Tanda keanggotaan. Bayi dari seorang jemaat yang berada di dalam
lingkungan gereja. Anak seorang jemaat bersama-sama dengan
orang tuanya adalah dipandang sebagai umat Allah. Sebagai tanda
masuk dalam keanggotaan gereja harus dibaptis.
(3) Anak orang percaya. Baptisan pada usia bayi hanyalah untuk anak
dari orang yang sudah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan
20
21
Ibid.
Katekismus Heidelberg. Terjemahan Departemen Dogma dan Penelitian Sinode GKT, h. 52.
Ekklesiologi
38
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar, Buku 2. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002, h. 226.
Ibid., h. 226.
Ekklesiologi
39
C. Perjamuan Kudus
1. Arti dan Maknanya
Perjamuan kudus adalah ordonansi kedua dalam Alkitab (Kis. 11:20).
Perjamuan kudus adalah makan roti dan minum anggur.
a. Sebagai peringatan akan Kristus (Luk. 22:19; 1 Kor. 11:24). Roti
mengingatkan akan kehidupan-Nya, cawan mengingatkan akan
kematian-Nya, pelayanan itu sendiri mengingatkan akan kebangkitan
dan kehadiran-Nya yang sungguh-sungguh hidup.
b. Sebagai penyataan (proklamasi) tentang kematian-Nya (1 Kor. 11:26).
Pelayanan itu sendiri menyatakan berita Injil dan juga tuntutan Injil bagi
orang yang telah ditebus.
c. Sebagai jaminan akan kedatangan-Nya yang kedua kali (Mat. 26:29;
Mrk. 14:25; 1 Kor. 11:26).
d. Sebagai saat untuk bersekutu dengan Kristus dan umat-Nya (1 Kor.
10:21).
24
Phillip Schaff, History of the Christian Church. Grand Rapids, ML: W.B. Berdmans, 1988, II,
247.
25
Ekklesiologi
40
Istilah Perjamuan Kudus biasanya menunjuk pada roti dan anggur saja (1 Kor.
10:16). Kata ekaristi (eucharist) diuraikan dari kata Yunani yang berarti
mengucap syukur atas perjamuan (Mat. 26:27; 1 Kor. 11:24). Upacara ini juga
dikenal dengan memecahakan roti (Kis. 2:42; 20:27) dan Perjamuan Tuhan
(1 Kor. 10:21).
2. Penetapan Perjamuan Kudus
a. Perjamuan Kudus ditetapkan oleh Kristus (Mat. 26:26-29; Mrk. 14:22-25;
Luk. 22; 17-20; 1 Kor. 11:23-26).
b. Perjamuan Kudus dilaksanakan oleh gereja mula-mula.
Paulus menyatakan bahwa Perjamuan Kudus itu dari Tuhan (1 Kor.
11:23). Gereja mulai memecahkan roti merupakan kebiasaan gereja
mula-mula.
3. Pandangan Tentang Perjamuan Kudus
Berikut berbagai pandangan dalam pengertian seperti apa Kristus hadir dalam
Perjamuan Kudus.
(1) Pandangan Roma Katolik (transubsiasi):
Doktrin yang mengatakan bahwa roti dan anggur pada waktu
Perjamuan berubah menjadi daging (tubuh) dan darah Kristus yang
sesungguhnya.
(2) Pandangan Lutheran (konsubstansiasi):
Disebut demikian dengan alasan substansi dari tubuh dan darah
Kristus hadir dengan (kon) substansi dari roti dan anggur, tetapi tidak
hadir menurut kwantitas atau secara lokal.
(3) Pandangan Zwingli (peringatan):
Perjamuan Kudus hanya peringatan, di mana kehadiran Kristus tidak
berbeda dengan kehadiran-Nya yang biasa melalui Roh Kudus.
(4) Pandangan Revormed/Calvin (hadir secara rohani):
Roti dan anggur tidak bisa dianggap sama dengan tubuh dan darah
Kristus yang berada di sorga. Pada saat seseorang makan roti dan
minum anggur, pada waktu itu juga ia sungguh dihubungkan oleh
Roh Kudus dengan tubuh dan darah Kristus yang di sorga
4. Persyaratan Mengikuti Perjamuan Kudus
a. Lahir Baru. Hanya orang percaya yang boleh menerima Perjamuan
Tuhan.
b. Menjadi anggota jemaat dalam suatu gereja lokal. Orang percaya
yang belum bertobat sehingga masih terkena tindakan disiplin tertentu
dilarang mengikuti Perjamuan (1 Kor. 5:11-13; 2 Tes. 3:6, 11-15).
c. Pengudusan sebelum mengambil bagian (1 Kor. 11:27-32).
Ekklesiologi
41
Ekklesiologi
d.
e.
f.
g.
42
5. Juklak
Berikut Sabda Tuhan Yesus yang terkait dengan hal ini:
Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika
ia mendengarkan nasihatmu, engkau telah mendapatkannya kembali. Jika ia
tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya
atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika
ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat.
Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai
seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. (Mat.
18:15-17).
Terkait dengan hal ini, berikut nasihat Robert Cowles kepada gembala jemaat,
tentang bagaimana harusnya yang dilakukan kepada jemaatnya:
Tugas saudara sebagai pendeta atau gembala sidang ialah untuk mengawasi
dan memelihara kawanan domba serta memimpin mereka agar taat kepada
Kristusbetapun hebatnya kesalahan seseorang, saudara masih tetap
berkewajiban untuk melayani si pelanggar serta membawa dia kepada
pertobatan. 26
6. Ayat-ayat terkait lainnya
Selain ayat-ayat yang tersebut di atas, ayat-ayat lain yang terkait ialah 2 Kor.
13:2; 1 Tim. 1:20; Luk. 17:3; 2 Tim. 4:2dan Titus 2:15.
B. Pelayanan Kepada Para Janda (Yak. 1:27; 1 Tim. 5:4, 8, 16, 5, 14, 9, 10)
C. Pelayanan Kasih (Yak. 2:2-3, 15-16; 1 Yoh. 3:17; kis. 11:27-30; 2 Kor. 8:18-22;
Flp. 4:16; 1 kor. 9:4-14; Gal. 6:10)
26
Robert Cowles, Gembala Sidang. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1993, h. 89.
Ekklesiologi
43
X. DAFTAR PUSTAKA
Berkhof, Louis, Teologi Sistematika Volume 5. Surabaya: Lembaga Reformed Injili
Indonesia, 1997.
Brill, J. Wesley, Dasar Yang Teguh. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, tt.
Calvin, Yohanes, Institutio. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985.
Cowles, Robert, Gembala Sidang. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1993.
Malang: Depertamen
Lane, Tony, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1996.
Marantika, Chris, Kristologi. Yogyakarta: Iman Press, 2008.
Menzies, William W. dan Horton, Stanley N., Doktrin Alkitab. Malang: Gandum
Mas, 1998.
Milne, Bruce, Mengenali Kebenaran. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
R.J Porter, Katekisasi Masa Kini. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
1987.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar, Buku 2. Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002.
Schaff, Phillip History of the Christian Church. Grand Rapids, ML: W.B. Berdmans,
1988
Thiessen, Henry Clarence, Teologi Sistematika. Malang: Gandum Mas, 2003.
_______ Ketekismu Heidelberg.
Sinode GKT., tt.
Willem, F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1987.
Wongso, Peter, Theologia Penggembalaan, Cetakan V. Malang: Seminari Alkitab
Asia Tenggara, 1996.
Ekklesiologi
44
W.A. Criswell dan Dr. Eddy Peter Purwanto. Aku Akan Membangun Jemaat-Ku. Kuta
Bumi Tangerang: Sebagai Bahan Pendidikan Intern, Sekolah Tinggi Teologi Injili
Philadelphia, Cetakan Pertama: 2007.