Anda di halaman 1dari 27

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dalam setiap kehidupan, selalu mengalami siklus dalam
kehidupannya atau dapat dikatakan sebagai daur sirkulus dalam
proses melangsungkan kehidupan. Salah satunya kehidupan ikan
juga mengalami daur hidup dalam kehidupan populasi ikan
dalam ekosistemnya, ikan mulai dari pertemuan sperma dan sel
telur, maka membentuk zigot kemudian terbentuk embrio yang
pada

waktunya

ikan

akan

menetas

menjadi

larva

dan

selanjutnya menjadi juvenile, dan kemudian menjadi anak ikan


dan akhirnya menjadi ikan yang dewasa yang mana ikan ini siap
untuk melakukan pemijahan begitulah seterusnya hinga terulang
kembali dari semula.
Dalam biologi perikanan, kita dapat mengetahui lebih lanjut tentang
bagaimana keadaan otolith dalam penentuan umur ikan serta dapat mengetahui
bahwasannya pada saat larva ikan tersebut mengalami stress atau tidak. Kemudian
pada saat dewasa dapat kembali normal atau tetap dalam keadaan stress.
Larva didefenisikan sebagai anak ikan yang baru menetas. Berkaitan
dengan perkembanganna, larva dibedakan menjadi dua tahap yaitu pro (pre) larva
adalah yang masih memiliki kantung kuning telur dan post larva adalah masa
ketika kantung kuning telur menghilang sampai terbentuknya organ-organ baru
(Hermawan, 2002).

Otolith merupakan tulang telinga yang terdapat pada


sacculus di daerah kepala dipakai untuk keseimbangan dan
untuk penentuan umur (Pulungan dan Manda, 2011).
Dalam hal ini, kita juga dapat mengetahui perbedaan mendasar dari larva
dalam fase pro dan post. Ini dapat membantu kita dalam pemberian pakan pada
larva. Kemudian dapat membedakan larva pada fase pro dan post dalam segi
pandangan kita terhadap sampel.
Secara garis besar susunan saluran pencernaan pada ikan
terdiri dari mulut, oesophagus, lambung, intestinum dan anus.
Akan tetapi, pada jenis ikan Channa organ saluran pencernaan
antara lambung dan intestinumnya terdapat pyloric caeca. Selain
itu pada mulut ikan dapat dijumpai gigi yang berperan untuk
mambantu mendapatkan makanan. (Pulungan, 2006)
Secara garis besarnya ikan dapat dibedakan menjadi
golongan predator, grezer, pemikat, penyumpit, penunggu atau
pemalas penyaring

makanan

dan

parasit

berdasarkan

cara

makanannya (Lagler et al, 1977). Umumnya ikan-ikan yang


memakan binatang makroskopis mempunyai adaptasi tertentu.
Mempunyai gigi pencengkaram yang berkembang dengan baik.
Berdasarkan pertimbangan itulah praktikum dilaksanakan
agar praktikan dapat melihat susunan saluran pencernaan,
bentuk mulut dan gigi, bentuk dan ukuran lambung serta
intestinum yang dimiliki setiap jenis ikan bervariasi, bentuk
insang,

serta

ukuran

saluran

pencernaan,

sehingga

menyebabkan

setiap

spesies

ikan

cara

mengambil

dan

mendapatkan makanan bervariasi.

1.2. Tujuan dan Manfaat


Tujuan penulisan laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas
laporan praktikum Biologi Perikanan dan mengetahui ciri-ciri, bentuk dan
perbedaan dari fase pro dan post dari larva serta mengetahui keadaan ikan melalui
otolith ikan tersebut dan penentuan umurnya serta menganalisis isi saluran
pencernaan pada ikan.
Dan manfaat dari pembuatan laporan praktikum Biologi Perikanan ini
adalah untuk mengetahui secara mendalam tentang otolith dalam penentuan umur
ikan, dapat membedakan larva ikan pada fase pro dan post serta dapat menentukan
dan menganalisis isi saluran pencernaan ikan dari berbagai jenis makanannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Larva ikan


Menurut Govani et al (1986) dalam Aidi (2009), Larva adalah saat kritis
untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan karenabelum sempurnanya
perkembangan saluran pencernaan makanan dan aktivitas enzim dimana proses
pencernaan protein, lemak dan karbohidrat dimulai.
Larva setelah menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur
yang dibawa sejak menetas sehingga tidak membutuhkan pasokan makanan dari
luar selama 3 hari, setelah cadangan makanan habis maka pasokan pakan dari luar
barulah diberikan (Sutrisno, 2003).
Pro larva ialah larva yang masih memiliki kantung kuning telur berbentuk
bundar, bundar, oval atau oblong, tubuhnya transparan dengan beberapa butir
pigment. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya,
sedangkan sirip perut berupa tonjolan, mulut dan rahang belum berkembang, usus
masih berupa tabung lurus.Sistem pernafasan dan peredaran darah tidak
sempurna, makanan dari kuning telur yang dibawa (Ridwan Manda Putra, dkk,
2014).
Pada larva mengalami masa peralihan antara fas primitif dengan fase
definitive. Fase primitif artinya sebagian organ tubuhnya belum terbentuk secara
sempurna dan belum dapat difungsikan dengan baik, sedangkan fase definitive

yaitu bentuk individu baru yang sudah memiliki bentuk tubuh secara sempuran
dan semua organ tubuh telah berfungsi seperti ynag terdapat pada induknya
(Ridwan Manda Putra, dkk, 2014).
Anak ikan yang baru menetas disebut larva dimana tubuhnya belum dalam
keadaan sempurna, baik organ dalam maupun organ luarnya. Dalam bidang
budidaya, larva yang baru keluar dari telur disebut hatchling. Semasa
perkembangannya larva terdiri dari masa prolarva dan postlarva (Ridwan Manda
Putra, dkk, 2014).
Pada masa pro larva, larva tersebut membawa kuning telur yang berguna
untuk cadangan makanan bagi individu ikan diperairan. Cepat lambatnya kuning
telur tersebut habis berbeda satu dengan yang lainya antara individu ikan ini
sangat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain jumlah kuning telur yang
dibawa telur itu sendiri, factor fisologis selama periode embriologi, kondisi
lingkungan separti suhu lingkungan, dan sifat dari sepses itu sendiri. (Ridwan
Manda Putra, dkk, 2014).
Larva ikan yang baru keluar dari cangkang (prolarva) yang belum
memiliki bukaan mulut, sirip belum terbentuk sempurna, membawa kuning telur
sebagai cadangan makanan. Lama masanya menjadi prolarva atau sampai habis
kuning telur bervariasi untuk setiap spesies ikan, biasanya sekitar 3-7 hari. Cepat
lambatnya habis makanan berupa kuning telur itu dipengaruhi oleh jumlah kuning
telur yang dibawah telur, faktor fisiologis selama periode embriologi, kondisi
lingkungan seperti suhu perairan dan sifat dari spesies ikan itu sendiri (Ridwan
Manda Putra, 2014).

Anak ikan yang baru ditetaskan dinamakan larva, tubuhnya belum dalam
keadaan sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Sehubungan dengan
perkembangan larva ini, dalam garis besarnya dibagi menjadi 2 tahap yaitu pro
larva dan post larva. Untuk membedakannya, pro larva masih mempunyai kantung
kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang fungsinya
belum diketahui. Sirip dada dan sirip ekor sudah ada tetapi belum sempurna
bentuknya dan kebanyakan pro larva yang baru keluar dari cangkang telur ini
tidak mempunyai sirip perut yang nyata melainkan hanya bentuk tonjolan saja.
Mulut dan rahang belum berkembang dan usunya masih merupakan tabung yang
lurus. Sistem pernapasan dan peredaran darahnya belum sempurna. Adakalanya
larva ikan yang baru ditetaskan letaknya dalam keadaan terbalik karena kuning
telurnya masih mengandung minyak. Apabila kuning telurnya sudah habis
dihisap, posisi larva tersebut akan kembali seperti biasa. Larva ikan yang baru
ditetaskan pergerakannya hanya sewaktu-waktu saja dengan menggerakkan
bagian ekornya ke kiri dan ke kanan dengan banyak diselingi oleh istirahat karena
tidak dapat mempertahankan keseimbangan posisi tegak (Effendie, 2002).
2.2. Analisis saluran pencernaan
Menurut (Suprayitno,1991). Jenis makanan yang dapat
diberikan pada ikan terdiri atas dua jenis yaitu makanan alami
dan makanan buatan, makanan alami merupaka jasat-jasat hidup
yang sengaja dibudidayakan untuk diberikan pada ikan sebagai
sumber kalori, sedangkan makanan buatan merupakan formulasi
dari berbagai bahan yang dikonsumsi menurut kebutuhannya.

Kebutuhan

ikan

akan

energi

untuk

metabolisme

dipengaruhi antara lain oleh kebiasaan makanan yaitu karnivor,


herbivora dan omnivor, ikan herbivora dan memakan plankton
nabati jumlah konsumsi harian makanannya berbobot lebih
banyak dari pada ikan karnivora, hal ini disebabkan makanan
nabati nilai kalorinya lebih rendah dari bahan makanan hewani,
selain itu kandungan air bahan nabati lebih tinggi dari bahan
hewani menurut (Mujiman, 1984).
Ikan tambakan termasuk kedalam Pisces, Subclas Teleostei,
Ordo Perciformes, Subordo Anabantoidei, Famili Helostomatidae,
Genus Helostoma, Spesies Helostoma temmincki (Kottelat et al,
1993). Sedangkan (Saanin ,1984) mengatakan ikan tambakan
masuk kedalam ordo Labyrinthici, Subordo Anabantoidei, Famili
Anabantidae, Genus Helostoma, Spesies Helostoma temmincki.
Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) bentuk tubuhnya
compressed, kepala kepala kecil, mulut terdapat diujung kepala
(terminal). Pada sudut mulut terdapat dua sungut posisi sudut
perut terdapat sirip dada adalah abdominal. (Kottelat. A.J.et al
1993)
Sistem pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian yaitu :
saluran pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan
(glandula digestoria). Saluran pencernaan tersebut terdiri dari
mulut,

kerongkongan,

esophagus,

lambung

serta

usus.

Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan kantung

empedu. Lambung dan usus juga berfungsi sebagai kelenjar


pencernaan (Mudjiman, 2001 dan Putra et al., 2001).
Mulut pada ikan dibentuk oleh rahang atas (maxilla) dan
rahang bawah (mandibula), diantara kedua rahang tersebut
terdapat

rongga

mulut

(cavum

oris)

(Putra et

al.,

2001).Pencernaan secara mekanik di mulai di bagian rongga


mulut yaitu dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan
dan penggerusan makanan, kemudian dilanjutkan kebagian
lambung dan usus yaitu dengan aanya gerakan-gerakan atau
kontraksi otot pada bagain tersebut. Pencernaan secara mekanik
yang terjadi di lambung dan usus akan terjadi secara lebih efektif
karena adanya bantuan aktivitas cairan digestif. Pencernaan
secara kimiawi di mulai di bagian lambung. Hal ini disebabkan
karena cairan digestif yang berperan dalam pecernaan secara
kimiawi mulai dihasilkan di bagian lambung. Pencernaan ini
selanjutnya disempurnakan pada usus. (Affandi et al., 1992).
Menurut Bond (1987) esophagus berbentuk pendek dan
fleksibel (dapat membesar) terdiri dari dua lapisan otot yaitu
lapisan otot memanjang (longitudinal) dan lapisan otot membulat
(circular) dan banyak terdapat kelenjar-kelenjar lendir, terdapat
kelenjar gastric serta sebagian ikan esofagusnya bersambungan
dengan pundi gas (fisostom).

Ukuran lambung sangat berpengaruh terhadap daya


tampung ikan tersebut menampung makanan yang masuk.
Lambung nerupakan tempat dimulainya proses pencernaan
secara kimiawi dengan bantuan enzim-enzim sesuai dengan
pendapat

Bond

(1987) lambung

merupakan

tempat

untuk

menyimpan makanan dan proses permulaan dari pencernaan


dengan mencampurkan bahan makanan yang ditelan dengan
lelehan gastrik dan organ ini dapat membesar dan mengembang
atau mengecil sesuai dengan makanan yang dimakan.
2.3. Penentuan umur ikan
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh
oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya
spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena
keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lain nya.
(Ridwan Manda Putra,dkk, 2014).
Individu ikan ada yang berumur panjang dan ada yang
berumur

pendek.

Ikan-ikan

yang

memiliki

umur

panjang

cendrung sebagai ikan yang primitif, pergerakan lambat, sebagai


penghuni dasar suatu perairan dan memiliki alat pernafasan
tambahan dan tahan terhadap pertumbuhan ekstrim dari oksigen
terlarut, suhu dan salinitas. (Ridwan Manda Putra,dkk, 2014).
Pembacaan umur adalah suatu pengetahuan yang cukup
menarik dalam bidang perikanan terutama pembacaan umur

10

pada spesies-spesies ikan yang hidup secara alami diperairan


umum. Karena kita tidak mengetahui pasti kapan suatu individu
ikan

itu menetas dari telur, yang dapat kita ketahui adalah

beberapa

ukuran

panjang

tubuh

individi

ikan

itu

ketika

tertangkap oleh nelayan. Lain halnya dengan spesies ikan yang


dibudidayakan

kita

mengetahi

berapa

lama

individu

ikan

tersebut telah dipelihara dan kalau kita ingin melacak lebih lanjut
kitadapat mengetahui kapan ikan itu menetas dari telurnya.
(Ridwan Manda Putra,dkk, 2014). Penelitian tentang umur ikan
yang berasal dari perairan sudah dilakukan sekitar 100 tahun
yang lalu (Ricker, 1971).
Penentuan umur ikan dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu
1.cara langsung. Apabila kita mengetahui secara pasti jam dan
tanggal telur menetas sampai ikan itu tumbuh besar, cara ini
hanya dapat dilakukan pada individu spesies ikan budidaya.
2.cara tidak langsung. Sedangkan secara tidak langsung yaitu
pada individu spesies ikan yang hidup secara alami.
Metode penentuan umur dengan memperhatikan tandatanda tahunan pada bagian tubuh yang keras ini selalu dilakukan
pada daerah subtropics (4 musim). Karena ikan-ikan yang hidup
didaerah

subteropis

sangat

terpengaruh

oleh

suhu

lingkungannya, dimana pada musim dingin pertumbuhan ikan


hampir terhenti ataupun lambat sana sekali. Sehingga sangat
mempengaruhi

pertumbuhan

pada

sisik,

Vertebrae,

tulang

11

overculum, duri sirip dan tulang otholit yang menyebabkan


terbentuk susunan sirkulasi yang
membentuk

(Ridwan

Manda

sangat rapat dan akhirnya

Putra,dkk,

2014).

Cara

lain

penentuan umur pada daerah tropis yaitu dengan metode


Petersen yang menggunakan data frekkuensi panjang tubuh ikan
dengan anggapan bahwa satu umur ikan memiliki tendensi
membentuk suatu distribusi normal disekitar rata-rata.

12

III. WAKTU DAN TEMPAT

3.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 17
November 2014 Jam 10.00 WIB 12.00 WIB bertempat di Laboratorium Biologi
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah
otolith dan usus ikan Tambakan (Helostoma temminchii) serta larva ikan Platy
Pedang (Xyphophorus helleri) dan Crystal bond.
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut pensil, pena, penghapus,
mikroskop, penggaris, nampan, tempat larva, buku praktikum dan penuntun
praktikum, serbet, dan tisu.
3.3. Metode Praktikum
Metode yang dipergunakan pada praktikum larva dan otolith adalah
metode langsung dimana objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan
guna diambil datanya sesuai dengan tuntunan yang terdapat didalam buku
penuntun praktikum.
Sedangkan
saluran

metode

pencernaan

praktikum

sebagai

objek

mengenai analisis
dilakukan

isi

dengan

13

pengamatan secara langsung terhadap objek tersebut dan


dilakukan dengan menggunakan metode jumlah yaitu dengan
jalan memperhitungkan individu organisme serta benda-benda
yang lain yang terdapat didalam alat-alat pencernaan,satu
persatu

dipisahkan

spsies

demi

spesies.

yang

dilakukan

dilaboratorium dengan bantuan buku petunjuk praktikum Biologi


Perikanan. Disamping itu juga dilakukan studi literature yang
berhubungan dengan praktikum ini.
3.4. Prosedur Praktikum
Pertama-tama mahasiswa dikumpulkan didepan laboratorium kemudian
diabsen satu per satu dengan menyerahkan laporan minggu kemaren. Dalam
ruangan terlebih dahulu mahasiswa diberikan respon tentang materi yang akan
dipratikumkan. Setelah itu pratikum dijelaskan tata cara dalam pratikum materi
yang akan dilaksanakan. Setelah itu pratikan mengambil peralatan yang akan
digunakan. Lalu pratikan mengamati gambar larva, otolith dan usus ikan pada
mikroskop dan menggambarnya di buku laporan sementara.
Setelah itu gambar tersebut diberi kesimpulan yang dilihat dari terng atau
gelapnya tepi atau inti otolith. Pada larva, pratikan menentukan dan membedakan
bentuk larva pro atau post larva. Kemudian menggambarkannya larvanya.
Kemudian pada analisis isi saluran pencernaan, pratikan mengukur panjang usus
dan besar lambung serta mengetahui bentuk atau jenis makanan. Terakhir pratikan
membuat kesimpulannya.

14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil.
4.1.1.Larva ikan.
Pada praktikum mengenai larva ikan, ikan yang dianalisis
ialah ikan Platy Pedang (Xyphophorus helleri). Berikut klasifikasi
ikan Platy Pedang yaitu:
Ordo : Cprinodontoidea
Famili : Poecilidae
Genus

: Xyphophorus

Spesies

: Xyphophorus helleri.

Pada praktikum ini, kami mengamati larva dan menentukan bentuk


larvanya. Dari analisis tersebut, kami menyimpulkan bahwa larva ikan tersebut
merupakan post larva.
Adapun ciri-ciri dari post larva ikan Platy Pedang (Xyphophorus
helleri) yang kami dapatkan ialah:
-

Tidak membawa kuning telur

Bukaan mulutnya sudah terbuka atau terbentuk

Organ tubuh mulai terbentuk sempurna dan mulai difungsikan

Dikisarkan larva ikan berumur dua hari.

15

Adapun gambar larva ikan yang didapatkan dari praktikum ini adalah
sebagai berikut :

Gambar 1. Post Larva Ikan Platy Pedang (Xyphophorus helleri).

4.1.2. Analisis isi saluran pencernaan

Panjang usus : 38 cm
Gambar 2. Usus ikan no. 18

Panjang usus : 62 cm
Gambar 3. Usus ikan no. 17

16

Gambar 4. Lambung ikan no. 18

Gambar 5. Lambung ikan no. 17

Berikut hasil perhitungan volume lambung ikan Tambakan no. 17 dan no. 18
ialah:
a. Lambung ikan no. 18
Volume lambung berisi = 10 ml air + 1,5 ml lambung = 11,50 ml
Volume lambung kosong = 10 ml air + 1,25 ml lambung = 11,25 ml
Volume makan = Volume lambung berisi- Volume lambung kosong
= 1,50 ml- 1,25 ml
= 0,25 ml
b. Lambung ikan no. 17
Volume lambung berisi = 10 ml air + 1 ml lambung = 11 ml
Volume lambung kosong = 10 ml air + 0,5 ml lambung = 10,05 ml
Volume makan = Volume lambung berisi- Volume lambung kosong
= 1 ml- 0,5 ml
= 0,5 ml

Tabel 1. Hasil perhitungan pada usus I ikan Tambakan.

17

Tetesan

Jenis

Sapuan
1

Total

10

18

2
Tetesan I
1

Tetesan II

13

15

11

Tetesan III
2

Tabel 2. Hasil perhitungan pada usus II ikan Tambakan.

18

Tetesan

Jenis

Sapuan
5 6 7

Total
8

10

24

15

16

11

11

Tetesan III
2

Tetesan III
3

Tetesan III
1

4.1.3. Penentuan umur ikan.


Pada praktikum mengenai penentuan umur ikan Tambakan
menggunakan metoda pemotongan atau pengasahan otolith
dengan ukuran yang relative besar. Berikut langkah-langkah
metode pemotongan atau pengasahan otolith sebagai berikut:

a. Cuci otolith sampai bersih dengan menggunakan air

19

b. Panaskan hotplate atau setrika dan letakkan objek glass


pada hotplate atau setrika. Lalu beri Crystal Bond dan
letakkan otolithnya dengan posisi separuh di objek glass
dan separuh diluar.
c. Masukkan air ke dalam nampan lalu rendam batu asahan.
d. Letakkan objek glass pada batu asahan dan asah sampai
rata dan hilang separuh.
e. Tegakkan posisi otolith

dan

asah

kembali

sampai

bentuknya rata
f. Lalu amati di Mikroskop.

Berikut gambar dan keterangan otolith yang didapatkan dari


praktikum diatas yaitu:

Gambar 6. Otolith I Ikan Tambakan


Keterangan :
Pada otolith ini, garis ditengah tebal artinya ikan disaat berumur
muda mengalami stress, serta lingkungannya yang tercemar.

20

Gambar 7. Otolith II Ikan Tambakan


Keterangan :
Pada otolith ini, garis ditengah tebal artinya ikan disaat berumur
muda mengalami stress, serta lingkungannya yang tercemar.

4.2. Pembahasan.
4.2.1. Larva ikan.
Berdasarkan literature, larva didefenisikan sebagai anak ikan yang baru
menetas. Berkaitan dengan perkembangannya, larva dibedakan menjadi dua tahap
yaitu pro larva dan post larva.
Dari praktikum yang dilakukan, diketahui bahwa larva ikan Platy Pedang
yang diamati merupakan post larva. Post larva ialah larva yang mulai kehilangan
kantung kuning telur, mata berpigment, gelembung udara gelap, mulut terbentuk,
sirip dada membesar, sungut absen atau ada, bentuk badan siliender atau pipih
maupun bervariasi, sebagian besar organ telah terbentuk sehingga di akhir post
larva secara morfologi hampir menyerupai bentuk ikan dewasa.
Sedangkan pro larva adalah larva yang masih memiliki katung kuning telur
berbentuk bundar, oval atau oblong, tubuhnya transparan dengan beberapa butir
pigment. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya,
sedangkan sirip perut berupa tonjolan, mulut dan rahang belum berkembang, usus

21

masih berupa tabung lurus. Sistem pernafasan dan peredaran darah tidak
sempurna, makanan dari kuning telur yang dibawa.
Menurut

Pulungan

(2005)

cepat

lambatnya

habis

cadangan makanan berupa kuning telur pada masa prolarva


dipengaruhi oleh: jumlah kuning telur yang dibawa telur, faktor
fisiologis selama periode embriologi, kondisi lingkungan seperti
suhu perairan dan sifat spesies ikan itu sendiri.
Adapun ciri-ciri dari post larva ikan Platy Pedang (Xyphophorus
helleri) yang kami dapatkan ialah larva kuning telurnya telah
habis, bukaan mulutnya sudah terbuka atau terbentuk, organ tubuh
mulai terbentuk sempurna dan mulai difungsikan dan dikisarkan larva ikan
tersebut berumur dua hari.
4.2.2. Analisis isi saluran pencernaan.
Makanan
mempengaruhi

adalah

salah

pertumbuhan

satu
dan

faktor

biotik

perkembangan

yang
insekta.

Ketersediaan makanan yang mencukupi dapat memberikan


pertumbuhan

yang

baik

pada

insekta,

karena

dapat

meningkatkan jumlah reproduksi telurnya. Menurut Gillot (1982)


bahwa rata-rata reproduksi telur dan jumlah produksi telur
nampak

menyolok

karena

ketersediaan

makanan.

Jumlah

makanan yang tersedia merupakan pengaturan yang paling


penting dalam kelimpahan insekta.
Ikan

tambakan

merupakan

pemakan

tumbuhan

air

(herbivor) dan bisa hidup diantara dataran rendah dan dataran

22

tinggi, diair tawar serta diair payau (Soesono, 1984), diperairan


bebas, ikan tambakan memakan plankton, periphyton, dan
tumbuh-tumbuhan lunak seperti lumut. Ikan tambakan termasuk
ke

dalam

ordo

Perciformes,

family

Anabantidae,

genus

Helostoma dan termasuk spesies Helostoma temminchii.


Didalam suatu perairan besarnya populasi ikan ditentukan
oleh makanan yang tersedia. Mudahnya tersedia makanan dan
lama masa pengambilan makanan oleh ikan didalam populasi
tersebut. Makanan yang telah digunakan akan mempengaruhi
sisa persediaan makanan dan sebaliknya makanan yang telah
diambilnya akan mempengaruhi pertumbuhan serta keberhasilan
hidupnya (effendie, 1998). Soeroto (1988) menyatakan bahwa
kualitas

dan

kuantitas

makanan

ikan

tergantung

pada

ketersediaan makanan tersebut di alam.


Dalam
tambakan

analisis

diketahui

isi

saluran

bahwa

ikan

pencernaan
tambakan

memakan lumut-lumut. Selain lumut, ikan

padan

lebih

ikan

dominan

ini juga memakan

plankton dan mampu berkembang biak sesuai habitatnya.


Ikan tambakan yang diamati mempunyai usus yang jauh
lebih panjang dari ukuran tubuhnya dikarenakan ikan Tambakan
adalah termasuk ikan herbivora,dari pratikum tersebut kami
mengambil 3 jenis contoh makanan, dan metode yang digunakan
adalah metode jumlah.

23

Ikan herbivor tidak mempunyai gigi dan mempunyai


tapis insang yang lembut untuk menyaring phytoplankton dari
air. Ikan herbivor tidak mempunyai lambung yang sesungguhnya,
lambung hanya merupakan bagian usus yang mempunyai
jaringan otot kuat, mengekskresi asam, mudah mengembang
terdapat di bagian muka alat pencerna makanannya. Ususnya
panjang berliku-liku dan berdinding tipis.
4.2.3. Penentuan umur ikan.
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh
oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya
spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena
keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lain nya.
(Ridwan Manda Putra dkk, 2014)
Individu ikan ada yang berumur panjang dan ada yang
berumur

pendek.

Ikan-ikan

yang

memiliki

umur

panjang

cendrung sebagai ikan yang primitif, pergerakan lambat, sebagai


penghuni dasar suatu perairan dan memiliki alat pernafasan
tambahan dan tahan terhadap pertumbuhan ekstrim dari oksigen
terlarut, suhu dan salinitas. (Ridwan Manda Putra dkk, 2014)
Dari hasil pengamatan melalui mikroskop, diketahui bahwa otolith ikan
tambakan memiliki garis tengah yang tebal. Ini dapat disimpulkan bahwa ikan
tersebut disaat berumur muda mengalami gangguan fisik seperti stress, faktor
makanan, dan tercemarnya lingkungan. Metode yang digunakan

dalam

24

menentukan otolith yaitu metode pemotongan atau pengasahan otolith dengan


ukuran yang relative besar yang kemudian diamati dibawah mikroskop.

V.KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan.
Dari hasil pengamatan melalui mikroskop, diketahui bahwa ikan Platy
Pedang yang diamati sudah mengalami tahap post larva yaitu
ditandai dengan larva kuning telurnya telah habis, bukaan
mulutnya sudah terbuka atau terbentuk, organ tubuh mulai
terbentuk sempurna dan mulai difungsikan dan dikisarkan larva
ikan tersebut berumur dua hari.
Sedangkan analisis isi saluran pencernaan, ikan tambakan
yang diamati mempunyai usus yang jauh lebih panjang dari

25

ukuran tubuhnya dikarenakan ikan Tambakan adalah termasuk


ikan herbivor.
Pada penentuan umur ikan tambakan diketahui dari otolith
ikan tambakan yang memiliki garis tengah yang tebal yang
berarti bahwa ikan tersebut disaat berumur muda mengalami
gangguan fisik seperti stress, faktor makanan, dan tercemarnya
lingkungan.
5.2. Saran.
Sebelum

praktikum

dimulai,

sebaiknya

praktikan

memahami terlebih dahulu prosedur kerja yang akan dilakukan


sehingga

saat

praktikum

dapat

berjalan

dengan

lancar.

Disamping itu juga dituntut kehati-hatian dan ketelitian yang


cermat di dalam melakukan kegiatan praktikum.
Adapun saran yang ingin sampaikan bahwa sebelum
praktikum

dilaksanakan

hendaknya

praktikan

telah

mempersiapkan diri, mempersiapkan alat yang akan digunakan.


Serta seharusnya objek yang dibawa berupa larva cukup banyak
sehingga tidak ada yang mati.
DAFTAR PUSTAKA

Beni.

2008. Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap


Kelulushidupan Benih
Ikan
Tambakan (Helostoma
temmincki) Dengan Dosis Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Desrino. 2009. Pemberian Kombinasi Pakan Alami Terhadap


Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Larva Ikan Tambakan.

26

Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas


Riau. Pekanbaru.
Yustina dan Arnentis. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka
Nusantama. Yogyakarta.
Pulungan, Putra, Nuraini, Aryani Dan Efiyeldi. 1996. Diktat
Fisiologi Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI.
Pekanbaru.
Manda, Ridwan, dkk. 2014. Penuntun Praktikum Biologi
Perikanan. Laboratorium Biologi. Fakultas Perikanan dan
Ilmu kelautan. UNRI. Pekanbaru.
Saanin, H. 1984. Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta.

LAMPIRAN
Alat-alat yang digunakan.

27

Pensil

Pena

Penggaris
Penghapus

Nampan / Baki

Tissue

PENUNTUN PRAKTIKUMI

BIOPER

Laporan sementara

Buku Penuntun Praktikum


Sementara

Buku Laporan

Anda mungkin juga menyukai