Bila dua macam pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan kedalam
suatu tempat, maka akan terlihat suatu batas, dimana hal ini menunjukkan dua pelarut
tersebut tidak bercampur. Jika solut yang dapat bercampur baik dalam pelarut I
maupun pelarut II ditambahkan pada kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi
pembagian solut yang terdistribusi dalam kedua pelarut tersebut.
Prinsip tersebut diatas dapat diaplikasikan pada metode pemisahan senyawa
kimia yaitu ekstraksi yang menggunakan prinsip perbedaan kelarutan senyawa
diantara dua pelarut tak bercampur. Salah satu jenis ekstraksi yaitu cair-cair yang
menggunakan pelarut yang sama fasanya yaitu cair.
Solut yang terdistribusi pada kedua pelarut mempunyai harga potensial kimia
() sebagai berikut
i = i + RT ln ai
Pada saat kesetimbangan kecepatan solut yang keluar dari pelarut yang satu
sama dengan kecepatan solut yang keluar ke pelarut yang lain sehingga potensial
kimia pada kedua pelarut sama.
Pada sistem heterogen, reaksi berlangsung antara dua fase atau lebih. Jadi
pada sistem heterogen dapat dijumpai reaksi antara padat dan gas, atau antara padat
dan cairan. Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan persoalan pada sistem
heterogen adalah menganggap komponen-komponen dalam reaksi bereaksi pada fase
yang sama.
Hal-hal yang mempengaruhi kesetimbangan :
1. Pengaruh perubahan konsentrasi
Bila kedalam sistem ditambahkan gas oksigen, maka posisi keseimbangan
akan bergeser untuk menetralkan efek penambahan oksigen.
2. Pengaruh tekanan
Bila tekanan dinaikkan, keseimbangan akan bergeser ke kiri yaitu mengarah
pada pembentukan NO2. Dengan bergesernya ke kiri, maka volume akan berkurang
sehingga akan mengurangi efek kenaikan tekanan.
suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau
koefisien distribusi, yang dinyatakan dengan rumus :
atau
banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan
temperature .
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
Buret
Klem
Statif
Pipet volume
Bulp
Beaker glass
Erlenmeyer
Corong pisah
Labu ukur
Pipet tetes
Corong pisah
3.1.2 Bahan
CH3COOH
NaOH
Indikator pp
Petroleum eter
Aquades
tissue
3.2 Prosedur percobaan
3.2.1 Pembakuan CH3COOH dengan larutan standar NaOH
Bibuat masing-masing 50 ml larutan CH3COOH konsentrasi 1.0, 0.6, dan 0.4
M
Diambil 10 ml CH3COOH dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
Ditambah 1 tetes indikator pp
Dititrasi dengan NaOH untuk diketahui untuk konsentrasi 0.6 dan 0.4 M
3.2.2 Distribusi solute antara CH3COOH dan Petroluem eter
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHSAN
4.1 Hasil pengamatan
[CH3COOH]
[V CH3COOH]
[NaOH]
V. NaOH
[CH3COOH] mula-
(M)
1
0,4
0,6
(ml)
10
10
10
(M)
0,5
0,5
0,5
(ml)
24,3
15,9
8,9
mula (M)
1,215
0,795
0,445
[CH3COOH]
V.CH3COOH
[NaOH]
V. NaOH
CH3COOH
mula-mula (M)
1,215
0,795
0,445
(ml)
8 ml
7 ml
9,9 ml
(M)
0,5
0,5
0,5
(ml)
22
7,4
15,7
setimbang (M)
1,375
0,529
0,079
[CH3COOH]
[CH3COOH]
[CH3COOH]
ln CH3COOH ln
mula-mula
setimbang
dalam PE
dalam PE
setimbang
(M)
1,215
0,795
0,445
(M)
1,375
0,529
0,079
(M)
| 0,16 |
0,266
0,366
(M)
-1.83
-1.32
-1.01
(M)
0.32
-0.64
-2.54
4.2 Perhitungan
CH3COOH
= 0.16
4.3 Pembahasan
Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka
akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organic
dan air. Perbandingan konsentrasi solute di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan
merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi
atau koefisien distribusi yang dinyatakan sebagai perbandingan antara fasa organik
dan fasa air.
Prinsip pada praktikum kali ini yaitu berdasarkan pada distribusi Nernest,
yaitu terlarut dengan perbandingan tertentu antara 2 pelarut yang tidak saling melarut
atau bercampur seperti eter, kloroform, karbon sulfide.
Prinsip pada titrasi netralisasi yaitu titrasi asam basa yang melibatkan asam
maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan
sebaliknya, dimana kadar lalrutan basa dapat ditentukan dengan menggunakan larutan
asam.
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): yaitu pemisahan
solute dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan
solven tersebut bersifat heterogen (immiscible, tidak saling campur), dan jika
dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak). Fase
rafinat merupakan fase residu, berisi diluen dan sisa solut. Sedangkan fase ekstrak
adalah fase yang berisi solute dan solven.
Pemilihan solven menjadi sangat penting. Dipilih solven yang memiliki sifat
antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Solut mempunyai kelarutan yang besar dalam solven pada suhu tinggi
solven sedikit atau tidak melarutkan diluen,
Tidak mudah menguap pada saat ekstraksi,
Mudah dipisahkan dari solut, sehingga dapat dipergunakan kembali,
Tersedia dan tidak mahal.
Menghasilkan Kristal yang baik dari senyawa yang dimurnikan
Mempunyai titik didih relatif rendah
Dapat melarutkan senyawa lain
Langkah pertama dilakukan pembakuan asam asetat dengan larutan standar
NaOH yaitu dengan cara dibuat asam asetat 50 ml pada kosentrasi 1.0, 0.4, dan 0.6
M. Kemudian diambil 10 ml CH3COOH (asam asetat) dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Setelah itu asam asetat dititrasi dengan NaOH menggunakan indikator
pp sampai berubah warna dari tidak berwarna menjadi merah lembayung. Titrasi ini
bertujuan untuk mengetahui berapa besar massa asam asetat total yang akan
terdistribusi pada pelarut organik dan air.
Langkah berikutnya, 10 ml asam asetat 1M diekstraksi dengan mencampurkan
pada pelarut organik seperti petroleum eter sebanyak 10 ml. Ketika dimasukkan ke
dalam corong pisah, kedua fasa tersebut tidak saling campur. Campuran ini kemudian
dikocok selama 10 menit, sehingga mengakibatkan terjadinya distribusi asam asetat
ke dalam fasa organik dan fasa air. Fungsi pengocokan disini untuk membesar luas
permukaan untuk membantu proses distribusi asam asetat pada kedua fasa. Setelah
tercapai kesetimbangan pada corong pisah, campuran kemudian didiamkan dan
terbentuk dua lapisan. fasa atas dan fasa bawah. Dari kedua fsa tersebut yang diambil
adalah fasa bawah karena pada fasa tersebut dicurigai terdapat asam asetat. Pada
pelarut eter, asam asetat yang larut dalam air akan berada di lapisan bawah,
sedangkan larutan asam asetat yang larut dalam pelarut petroleum eter berada di
lapisan bawah. Hal ini terjadi karena perbedaan berat jenis pelarut organik dengan
berat jenis air (massa jenis air lebih besar di banding masa jenis petroleum eter
dimana massa jenis petroleum eter sebesar 0,66 sedangkan massa jenis air sebesar
0,99)
Kemudian fasa bawah yang telah diambil ditambah dengan indikator pp dan
dititrasi dengan NaOH hingga menghasilkan warna merah lembayung pada larutan.
Diamati dan diukur hasil yang diperoleh kemudian dilakukan perlakuan yang sama
untuk konsentrasi o,4 M dan 0,6 M.
Adapun fungsi bahan dan alat sebagai berikut : asam cuka (CH3COOH)
berfungsi sebagai zat yang akan diidentifikasi kadar asam asetatnya. Natrium
hidroksida (NaOH) berfungsi sebagai larutan standar untuk menitrasi asam cuka
(titran). Indicator Phenolphtalein (pp) berfungsi sebagai indikator yang menunjukkan
titik akhir titrasi dan untuk aquades berfungsi sebagai pelarut. Fungsi petroleum eter
adalah sebagai pelarut organic yang digunakan untuk melarutkan asam asetat.
Untuk fungsi alatnya yaitu : pipet tetes berfungsi untuk mengambil indikator
dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer. Erlenmeyer sendiri berfungsi sebagai
wadah zat yang akan dititrasi. Statif dan klem berfungsi sebagai penyanggah
berdirinya buret. Fungsi buret itu sendiri adalah sebagai wadah untuk tiytrannya.
Beaker glass berfungsi sebagai wadah campuran yang diaduk. Corong pisah disini
berfungsi untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret. Maupun ke dalam
Erlenmeyer. Dan fungsi untuk batang pengaduk adalah alat untuk mengaduk dua zat
yang dicampur agar terbentuk larutan yang homogen.
Sifat fisika dari asam asetat adalah memiliki rumus molekul CH 3COOH,
massa molar 60.05 gr/mol, densitas dan fase 1.049 g/cm3, cairan. 1.266 g/cm3,
padatan. Titik lebur 16.50C (289.6 0,5 K) (61.60F). titik lebur sebesar 118.10C
(391.2 0.6 K) (244.50F). Penampilan cairan higroskopis tak berwarna. Sedangkan
sifat kimianya adalah melarut dengan mudah dalam air, bersifat higroskopis dan
korosif, asam asetat merupakan asam lemah dan monobasic. Asam asetat dapat
merubah kertas lakmus biru menjadi merah. Asam asetat membebaskan CO 2 dari
karbonat dan asam asetat menyerang logam yang melibatkan hidrogen.
Sifat fisika untuk NaOH adalah memiliki densitas dan fase 2.100 g/cm 3,
cairan. Memiliki titik lebur dan titik didih sebesar 318 0C dan 1390 0C. penampilan
yaitu cairan higroskopis tak berwarna. Sedangkan untuk sifat kimianya yaitu mudah
menyerap gas CO2, senyawa ini sangat mudah larut dalam air. Merupakan larutan
basa kuat, sangat korosif terhadap jaringan organik dan tidak berbau.
Sifat fisika untuk indikator pp yaitu memiliki rumus molekul C 20H14O4.
Penampilan berupa padatan Kristal tak berwarna. Memiliki massa jenis 1,227,
berbentuk larutan. Termasuk asam lemah dan larut dalam air. Sedangkan untuk sifat
kimianya adalah trayek pH berkisar pada 8,2-10. Merupakan indikator dalam analisis
kimia, tidak dapat bereaksi dengan larutan yang direaksikan, hanya sebagai indicator.
Larut dalam 95 % etil alkohol, merupakan asam dwiprotik. Tidak berwarna saat asam
dan saat kondisi basa akan berwarna merah lembayung.
Adapun sifat fisik dan kimia dari n-heksan yaitu memiliki rumus molekul
C6H14, mssa molar sebesar 86,18 g/mol. Tampilan berupa cairan tak berwarna,
memiliki massa jenis sebesar 0,6548 g/ml. titik leleh dan titik didihnya sebesar 95 0C
(178 K, - 139 0F), dan 69 0C ( 342 K, 156 0F). Kelarutannya dalam air yaitu 13 mg/L
pada suhu 20 0C. Kekentalannya mencapai 0,294 cP, dapat terbakar, titik picu nyala
-23,3 0C, titik nyala otomatis 233.9 0C. merupakan zat yang berbahaya.
Adapun faktor kesalahan dalam percobaan kali ini yaitu :
Kesalahan pada saat penitrasian, kemungkinan titik akhir titrasi terlalu terlampaui
Kesalahan pada saat pengenceran asam asetat, kemungkinan larutan tidak tepat
pada batas tera.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fungsi dari asam asetat yaitu sebagai zat yang akan diidentifikasi kadar asam
asetatnya sedangkan fungsi dari NaOH adalah sebagai larutan standar untuk