Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/ asuhan antenatal.1 Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Making
Pregnancy Safer (MPS) yang merupakan bagian dari Safe Motherhood, yang
bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) dengan pelaksanaan sesuai dengan tiga kunci MPS, yaitu: (1) Setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, (2) Setiap komplikasi
obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang akurat, (3) Setiap wanita subur
mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganan komplikasi keguguran (Depkes RI, 2003).2
Upaya penurunan kematian ibu merupakan salah satu prioritas pembangunan
di bidang kesehatan di Indonesia. Diketahui, setiap satu jam dua orang ibu di
Indonesia meninggal saat melahirkan karena berbagai penyebab (Hapsari, 2004).
Rendahnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan
kesehatan selama kehamilan diperkirakan menjadi penyebab tingginya kematian ibu
selain pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan kesehatan yang buruk.
(Sudhaberata, 2006).3
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/ 100.000 kelahiran hidup.4
Angka ini menurun dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang mencapai
307/ 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian maternal di Indonesia, tertinggi di
antara negara-negara Association of South East Nations (ASEAN).5 Departemen
Kesehatan menargetkan tahun 2010 angka kematian ibu turun menjadi 125 per
100.000 kelahiran hidup.6 Kecenderungan yang ada, AKI terus menurun, namun perlu
upaya dan kerja keras untuk mencapai target MDG sebesar 102 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015.7
Target pencapaian kegiatan ANC menurut Depkes RI 2008 Kunjungan
antenatal ke-1 (K1) sebesar 92,9% dan tahun 2010 sebesar 95%. 8 Menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesda) 2010 sebanyak 83,8% perempuan berusia 10-59 tahun
melakukan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan, 9,9% oleh tenaga

kesehatan dan dukun, 3,2% oleh dukun, dan 3% tidak diperiksa dengan cakupan akses
K1 sebesar 92,7%, K1 trimester I 72,3%, dan cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4)
61,4%.9
Berdasarkan data yang ada di Dinas Kesehatan Kota Semarang, pada tahun
2009 cakupan ibu hamil K1 sudah mencapai 100, 92% dan K4 94%. 1 Menurut
Riskesda 2010 di Jakarta akses K1 mencakup 97,9%, K1 trimester I 89,2%, dan K4
sesuai pola 1-1-2 hanya 84,3%.9
Menurut penelitian Dwi Asihani di Rumah Bersalin Permata Bunda Sragen
pada tahun 2009, diperoleh hasil bahwa kunjungan ANC hanya dipengaruhi 28,3%
pengetahuan dan sikap ibu hamil.1 Berdasarkan penelitian oleh Adri tahun 2008 di
Puskesmas Runding kota Subulussalam propinsi Aceh didapatkan gambaran adanya
hubungan antara pengetahuan (52%), sikap (63,3%), dan perilaku (73,5%) ibu yang
baik terhadap ANC.8 Penyebab kurangnya pencapaian target kunjungan ibu hamil
dalam rangka ANC ini tentu saja sangat kompleks, namun pada dasarnya dominan
berkaitan dengan faktor penyedia pelayanan ANC di satu pihak dan ibu hamil di lain
pihak.10 Menurut penelitian Yanti, Sudjoko, dan Rumawat di Puskesmas Pembantu
Flamboyan Palangkaraya Kalimantan Tengah pada tahun 2005, diperoleh hasil tidak
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan
melakukan ANC. Sedangkan penelitian Iksaruddin di Puskesmas Pintas Tuo
Kabupaten Tebo Propinsi Jambi, diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan kunjungan ANC sebesar 65,2%, sedangkan akses jarak, biaya
transportasi, dan biaya pelayanan tidak ada hubungan yang bermakna.1
Masih sedikitnya data mengenai hubungan antara pengetahuan, sikap dan
perilaku ibu terhadap ANC serta faktor- faktor yang berhubungan di Jakarta terutama
di Jakarta Timur maka penelitian ini perlu dilakukan.
I.2. Rumusan Masalah
Dengan

memperhatikan

latar

belakang

di

atas,

dapat

dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:


1. AKI di Indonesia tertinggi di antara negara-negara ASEAN, yaitu 248/ 100.000

kelahiran hidup berdasarkan SDKI 2007.


2. Menurut Riskesda 2010, cakupan akses K1 sebesar 92,7%, K1 trimester I 72,3%,
dan cakupan K4 61,4%.

3. Di Semarang, pada tahun 2009 cakupan ibu hamil K1 sudah mencapai 100,92%
dan K4 94%.
4. Menurut Riskesda 2010 di Jakarta akses K1 mencakup 97,9%, K1 trimester I
89,2%, dan K4 sesuai pola 1-1-2 hanya 84,3%.
5. Menurut penelitian Dwi Asihani di Rumah Bersalin Permata Bunda Sragen pada
tahun 2009, diperoleh hasil bahwa kunjungan ANC hanya dipengaruhi 28,3%
pengetahuan dan sikap ibu hamil
6. Berdasarkan penelitian oleh Adri tahun 2008 di Puskesmas Runding kota
Subulussalam propinsi Aceh didapatkan gambaran adanya hubungan antara
pengetahuan (52%), sikap (63,3%), dan perilaku (73,5%) ibu yang baik terhadap
ANC.
7. Penelitian Yanti, Sudjoko, dan Rumawat di Puskesmas Pembantu Flamboyan
Palangkaraya Kalimantan Tengah pada tahun 2005, diperoleh hasil tidak ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan
melakukan ANC.
8. Penelitian Iksaruddin di Puskesmas Pintas Tuo Kabupaten Tebo Propinsi Jambi,
diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kunjungan
ANC sebesar 65,2%,
9. Masih sedikitnya penelitian tentang pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap
ANC di Jakarta.
I.3 Tujuan Penelitian
I.3.1

Tujuan Umum
Agar semua ibu dapat mempunyai kesehatan yang optimal pada waktu

hamil, menyusui, dan pada masa nifas serta melahirkan anak dengan selamat
dan memelihara anaknya.
I.3.2

Tujuan Khusus

1. Diketahuinya prevalensi ANC ibu-ibu yang berkunjung ke Poliklinik Obsgyn


RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan
Makasar, Jakarta Timur.
2. Diketahuinya sebaran responden

menurut

pengetahuan,

sikap,

perilaku,

pendidikan, usia ibu, jumlah anak, pendapatan keluarga, pekerjaan, sumber


informasi, dan aktivitas sosial ibu-ibu yang berkunjung ke Poliklinik Obsgyn
RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan
Makasar, Jakarta Timur.

3. Diketahuinya hubungan antara pendidikan, usia ibu, jumlah anak, pendapatan


keluarga, pekerjaan, sumber informasi, dan aktivitas sosial dengan pengetahuan
ibu-ibu yang berkunjung ke Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa,
Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
4. Diketahuinya hubungan antara pendidikan, usia ibu, jumlah anak, pendapatan
keluarga, pekerjaan, sumber informasi, dan aktivitas sosial dengan sikap ibu-ibu
yang berkunjung ke Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan
Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
5. Diketahuinya hubungan antara pendidikan, usia ibu, jumlah anak, pendapatan
keluarga, pekerjaan, sumber informasi, dan aktivitas sosial dengan perilaku ibuibu yang berkunjung ke Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa,
Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
6. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu-ibu yang
berkunjung ke Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan
Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
7. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu-ibu yang
berkunjung ke Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan
Halim Perdanakusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
8. Diketahuinya hubungan antara sikap dengan perilaku ibu-ibu yang berkunjung ke
Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdana
Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
I.4 Manfaat Penelitian
I.4.1

Manfaat Bagi Peneliti

1. Menerapkan

ilmu

pengetahuan

yang

telah

diperoleh

saat

kuliah

dan

membandingkan dengan keadaan sebenarnya di dalam masyarakat.


2. Mengembangkan daya nalar, minat, dan semangat, serta pengalaman penelitian.
3. Memberikan kesempatan bagi dokter memberikan sebagian ilmunya berupa
penyuluhan tentang hal-hal yang berhubungan dengan ANC bagi para ibu di
wilayah setempat.
4. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat.
I.4.2

Manfaat Bagi Rumah Sakit

1. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan yang diberikan sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan yaitu

terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, mudah dan terjangkau oleh


seluruh lapisan masyarakat.
2. Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan ibu dengan mengadakan
kegiatan penyuluhan teratur tentang pentingnya ANC di Rumah Sakit.
I.4.3

Manfaat Bagi Masyarakat

1. Dengan diberikannya penyuluhan-penyuluhan tentang ANC untuk ibu, dapat


menambah pengetahuan para ibu, dengan harapan derajat kesehatan dapat optimal.
2. Menjadi bahan informasi bagi ibu dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
anaknya.
I.4.4

Manfaat Bagi Keilmuan

1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai hipotesis awal untuk penelitian


selanjutnya.
2. Sumber bacaan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai ANC.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Winkjosastro, 2005).


Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam
tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus bayi
kembar,

atau

triplet).

Proses

kehamilan

merupakan

mata

rantai

yang

berkesinambungan, yang terdiri dari ovulasi (pelepasan ovum), terjadi migrasi


spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi
(implantasi uterus), pembentukan plasenta tumbuh kembang hasil konsepsi sampai
aterm. Kehamilan adalah suatu peristiwa yang dimulai dari konsepsi sampai adanya
tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2003). Kehamilan melibatkan perubahan fisik
maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial dalam keluarga. Lamanya hamil
normal dalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung sejak hari pertama
menstruasi terakhir (Wiknjosastro, 2001).11
II.1

Antenatal Care (ANC)


ANC merupakan salah satu program Safe Motherhood yang merupakan

pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga profesional meliputi
pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali
pemeriksaan selama kehamilan: 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2
kali pada trimester III. Dengan pemeriksaan ANC pada ibu dapat dideteksi sedini
mungkin sehingga diharapkan ibu dapat merawat dirinya selama hamil dan
mempersiapkan persalinannya. Pentingnya pelayanan ANC karena setiap kehamilan
dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya
mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Manuaba, 2001).8
II.1.1 Definisi Antenatal Care
ANC merupakan salah satu asuhan yang diberikan untuk ibu hamil sebelum
melahirkan dengan cara memeriksakan kepada dokter, bidan, atau puskesmas yang
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan menyusui, dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar (Manuaba, 2001).11
II.1.2 Tujuan Antenatal Care
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ANC menurut acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal (2001) adalah sebagai berikut:12

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh


kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu
dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian Air Susu
Ibu (ASI) eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat bertumbuh kembang secara normal.
Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat.
Sekarang ini sudah umum diterima bahwa setiap kehamilan membawa risiko bagi ibu.
Diperkirakan

26%

wanita

dengan

kelahiran

hidup

mengalami

komplikasi

(Pusdiknakes, WHO, 2001).13


II.1.3 Cakupan Antenatal Care
Cakupan pelayanan ANC dapat dipantau melalui kunjungan baru ibu hamil
(K1) atau disebut juga akses dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit
empat kali dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua
dan dua kali pada triwulan ketiga (K4) untuk melihat kualitas. Pelayanan K1 adalah
pelayanan atau pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil sesuai standar pada masa
kehamilan oleh tenaga kesehatan terampil (dokter, bidan). Cakupan Kunjungan ibu
hamil K4 adalah cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal 4 kali
sesuai dengan standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.13
II.1.4 Kebijaksanaan Program
Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas
utama dalam pembangunan sektor kesehatan. Kegiatan-kegiatan yang mendukung
upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi, meningkatkan
pemberantasan penyakit menular dan imunisasi, meningkatkan pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan, dan menanggulangi anemia gizi besi pada wanita usia subur dan
pada masa kehamilan, melahirkan, dan nifas. Kehamilan aman, mengacu pada

Indonesia Sehat 2010, telah dicanangkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS)
dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir.13
Ada empat strategi utama bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu.
Pertama, meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir yang berkualitas dan cost effective. Kedua, membangun kemitraan yang efektif
melalui kerja sama lintas program, lintas sektor, dan mitra lainnya. Ketiga,
mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan
perilaku sehat. Keempat, mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin
penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu dan bayi baru lahir. Strategi MPS
memiliki tiga pesan kunci, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang
memadai dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan, dan penanganan komplikasi keguguran. Perhatian
khusus perlu diberikan kepada kelompok masyarakat berpendapatan rendah baik di
perkotaan dan pedesaan serta masyarakat di daerah terpencil. Terlepas dari kebijakan
dan program dengan fokus pada sektor kesehatan, diperlukan juga penanganan dalam
konteks yang lebih luas dimana kematian ibu terjadi. Kematian ibu sering disebabkan
oleh berbagai faktor yang kompleks yang menjadi tanggung jawab lebih dari satu
sektor.14
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan minimal satu kali kunjungan pada
trimester I, minimal satu kali kunjungan pada trimester II, dan minimal dua kali pada
trimester III sesuai jadwal yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan (Depkes RI, 2002).11
Pelayanan/ asuhan standar minimal 7T : (Timbang) berat badan, Ukur (Tekanan)
darah, Ukur (Tinggi) fundus uteri, Pemberian Imunisasi (Tetanus Toksoid) TT
lengkap, pemberian Tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, Tes
terhadap Penyakit Menular Seksual, dan Temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan (Saifuddin, dkk., 2000 : 90).13

II.1.5 Penatalaksanaan Antenatal Care


1. Trimester I dan II:15
a. Sebaiknya dilakukan setiap bulan sekali.
b. Diambil data tentang laboratorium.
c. Pemeriksaan USG.
8

d. Nasihat kesehatan diet:


Empat sehat lima sempurna,
Protein setengah gram per kilogram berat badan atau tambah satu
telur per hari.
e. Observasi:
Penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan,
Komplikasi kehamilan.
f. Rencana:
Pengobatan penyakitnya,
Menghindari terjadinya komplikasi kehamilan,
Imunisasi toksoid tetanus (TT)1.
2. Trimester III:15
a. Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 36 minggu, di atas usia
kehamilan 36 minggu setiap 1 minggu sampai ada tanda kelahiran tiba.
Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan.
Diet empat sehat lima sempurna.
Pemeriksaan USG.
Imunisasi TT2.
Observasi:
Penyakit yang menyertai kehamilan,
Komplikasi kehamilan trimester III,
Berbagai kelainan kehamilan trimester III.
g. Rencana pengobatan:
Tanda inpartu,
Merencanakan tempat kelahiran.
b.
c.
d.
e.
f.

3. Pelayanan standar yang dilakukan pada ANC antara lain:

a. Kunjungan pertama
1. Anamnesa
Identitas:
Yang ditanyakan adalah nama ibu, umur ibu, alamat, pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, dan status perkawinan. Batas rata-rata usia reproduksi sehat dan aman
antara 20-30 tahun. Pada kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan di luar nikah,
kemungkinan ada unsur penolakan psikologis yang tinggi, sehingga tidak jarang
pasien meminta aborsi. Usia muda juga merupakan faktor kehamilan risiko tinggi
untuk kemungkinan adanya komplikasi obstetri seperti pre-eklampsia, ketuban pecah
dini, persalinan preterm, dan abortus.12,16

Keluhan utama:
Yang pertama kali ditanyakan mengenai keluhan utama adalah sadar atau

tidaknya ibu akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin memeriksakan


kehamilan, atau ada keluhan atau masalah lain yang dirasakan.12,16

Riwayat:
a. Kehamilan dan persalinan terdahulu:17
- Kehamilan keberapa.
- Yang menolong, cara persalinan, berat badan bayi lahir, keadaan bayi
atau hasil persalinan.
b. Komplikasi:17
- Perdarahan,
- Tekanan darah tinggi,
- Infeksi atau demam,
- Persalinan yang lama,
- Partus preterm (premature).
c. Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau diperberat
oleh kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal, hati, diabetes mellitus),
riwayat alergi makanan atau obat tertentu dan sebagainya. Ada atau tidaknya
riwayat operasi umum atau lainnya, maupun operasi kandungan (sectio
cesarea).16
d. Kehamilan sekarang:17
- Hamil yang keberapa.
- Keluhan utama.
- Haid yang terakhir dan siklus haid.
- Muntah-muntah, pusing, nafsu makan.
- Nyeri perut.
- Oedema.
Riwayat khusus obstetri ginekologi:16
Adakah riwayat kehamilan atau persalinan atau abortus sebelumnya
(dinyatakan dengan kode GxPxAx, gravida/ para/ abortus), berapa jumlah
anak hidup.
Ada/ tidaknya masalah - masalah pada kehamilan/ persalinan sebelumnya
seperti prematuritas, cacat bawaan, kematian janin, perdarahan dan
sebagainya.
Penolong persalinan terdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka persalinan,
keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir jika masih ingat.
Riwayat menarche, siklus haid, ada atau tidaknya nyeri haid atau gangguan
haid lainnya, riwayat penyakit kandungan lainnya.
Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, apakah ada masalah atau tidak.
Penyakit yang diderita pada kehamilan sekarang: perlu diperhatikan secara
khusus bila ada gangguan pada paru-paru, penyakit hati, jantung, malaria,
diabetes, ginjal, psikosis, epilepsi.
Riwayat kesehatan keluarga: perlu dicatat bila ada keluarga dekat menderita
hipertensi, diabetes, jantung, psikosis, cacat bawaan, gmeli.
2. Pemeriksaan

10

a. Umum: kesadaran, tinggi badan, berat badan, postur tubuh, kurus atau
gemuk, tekanan darah, nadi, pernafasan, demam atau tidak, pucat atau
tidak.18
b. Fisik: muka, mata, mulut serta gigi, paru-paru, jantung, payudara, hati,
limpa, abdomen, pelvis, tungkai.18
c. Penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi dan kooperatif. Tanda
vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan), tinggi dan berat badan.
Kemungkinan risiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 sentimeter, berat
badan < 45 kilogram atau > 75 kilogram. Batas hipertensi pada kehamilan
yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih bermakna untuk prediksi
sirkulasi plasenta). Kepala ada atau tidaknya nyeri kepala (anaemic
headache yang terasa nyeri di daerah frontal, hypertensive/ tension
headache yang terasa nyeri di daerah suboksipital dan berdenyut).
Konjungtiva mata tampak pucat atau tidak, sklera ikterik atau tidak. Mulut
atau daerah telinga hidung tenggorok ada tanda-tanda radang atau tidak,
adanya lendir, perdarahan gusi, keadaan gigi-geligi. Paru, jantung,
abdomen dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi umum.
Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetris
(kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul). Jika ada
luka terbuka atau fokus infeksi lain harus dimasukkan menjadi masalah
dan direncanakan penatalaksanaannya.16
3. Khusus kebidanan:
a. Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus uteri, pemeriksaan Leopold (menentukan letak, jumlah,
usia dan besar janin), perabaan gerak janin, pemeriksaan auskultasi (denyut
jantung janin).18
b. Abdomen16
Inspeksi: abdomen tampak membesar atau tidak (pada kehamilan muda
pembesaran abdomen mungkin belum nyata).
Palpasi: tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan
dengan palpasi bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus - pada
kehamilan lebih besar, tinggi fundus dapat diukur dengan pita ukuran
sentimeter, jarak antara fundus uteri dengan tepi atas simfisis os pubis).
Auskultasi: dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang
ditempelkan di daerah punggung janin, dihitung frekuensi pada lima detik

11

pertama, ketiga dan kelima, kemudian dijumlah dan dikalikan empat untuk
memperoleh frekuensi satu menit. Sebenarnya pemeriksaan auskultasi yang
ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit. Batas
frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit.
Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban atau stress
pada janin (fetal stress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan
kompensasi beban atau stress pada janin (fetal distress/ gawat janin).
c. Pemeriksaan dalam (vaginal touch) seringkali tidak dilakukan pada

K1, kecuali ada indikasi. Umumnya pemeriksaan dalam yang sungguh


bermakna untuk kepentingan obstetrik (persalinan) adalah pemeriksaan
pada usia kehamilan di atas 34-36 minggu, untuk memperkirakan
ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks uteri dan keadaan jalan
lahir, serta pelvimetri klinik untuk penilaian kemungkinan persalinan
normal per vaginam. Alasan lainnya, pada usia kehamilan kurang dari
36 minggu, elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir masih minimal,
akan sulit dan sakit untuk eksplorasi. Pemeriksaan rektal (rectal
touch) dilakukan atas indikasi.16
d. Genitalia eksterna
Inspeksi luar: keadaan vulva atau uretra, ada tidaknya tanda radang,
luka atau perdarahan, discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan
dua jari pemeriksa untuk inspeksi lebih jelas.
Inspeksi dalam: menggunakan spekulum (in speculo) labia dipisahkan
dengan dua jari pemeriksa, alat spekulum Cusco (cocor bebek) dimasukkan ke
vagina dengan bilah vertikal kemudian di dalam liang vagina diputar 90
sehingga horisontal, lalu dibuka. Deskripsikan keadaan porsio serviks
(permukaan, warna), keadaan ostium, ada atau tidaknya darah atau cairan atau
discharge di forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina, ada atau tidaknya
tumor, tanda radang atau kelainan lainnya. Spekulum ditutup horisontal,
diputar vertikal dan dikeluarkan dari vagina.16
e. Genitalia interna

12

Palpasi: colok vaginal (vaginal touch) dengan dua jari sebelah tangan
dan bimanual dengan tangan lain menekan fundus dari luar abdomen.
Ditentukan konsistensi, tebal, arah dan ada/ tidaknya pembukaan serviks.
Diperiksa ada/ tidak kelainan uterus dan adneksa yang dapat ditemukan.
Ditentukan bagian terbawah (presentasi) janin. Pada pemeriksaan di atas 34-36
minggu dilakukan perhitungan pelvimetri klinik untuk memperkirakan ada
atau tidaknya disproporsi fetopelvik atau sefalopelvik.16
Kontraindikasi relatif colok vaginal adalah:16

Perdarahan per vaginam pada kehamilan trimester ketiga, karena


kemungkinan adanya plasenta previa, dapat menjadi pencetus
perdarahan yang lebih berat (hanya boleh dilakukan di meja operasi,
dilakukan dengan cara perabaan fornices dengan sangat hati-hati).

Ketuban pecah dini: dapat menjadi predisposisi penjalaran infeksi


(korioamnionitis).

f. Pemberian imunisasi TT.18


g. Pemberian obat:18
Tablet zat besi, obat cacing, obat malaria dan obat-obat khusus
(pusing, mual dan muntah, hipertensi, toksikosis) sesuai dengan
indikasi.
h. Penyuluhan:18
Gizi, kebersihan, perawatan payudara, olah raga, pekerjaan dan
perilaku sehari-hari, perawatan payudara dan ASI, tanda-tanda resiko tinggi,
pentingnya pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan
oleh tenaga terlatih, KB postpartum.
b. Kunjungan ulang
Pada kunjungan pemeriksaan lanjutan, diperiksa:16
1. Keluhan ibu, tekanan darah, berat badan, dan tinggi fundus uteri.
2. Terhadap janin diperiksa perkiraan besar/ berat janin, presentasi dan letak
janin, denyut jantung janin, aktivitas janin, perkiraan volume cairan amnion
dan letak plasenta (jika memungkinkan dengan USG).

Pemberian imunisasi TT empat minggu setelah pemberian TT pertama.8


Pemberian obat:

13

Tablet Fe diberikan 90 butir pada trimester kedua (karena pada


trimester pertama seringkali disertai dengan mual, muntah, konstipasi)
sebanyak satu kali sehari, obat cacing, obat malaria, dan obat-obat khusus
(pusing, mual dan muntah, hipertensi, toksikosis).8

Penyuluhan:
Gizi, perawatan payudara, tanda-tanda risiko tinggi, imunisasi

berikutnya (ibu dan anak), pentingnya kunjungan ulang, persalinan oleh tenaga
terlatih, KB, postpartum.8

Laboratorium
Jika terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang terus sampai

mencapai normal. Jika sejak awal laboratorium rutin dalam batas normal,
diulang kembali pada kehamilan 32-34 minggu. Periksa juga infeksi TORCH
(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Hepatitis/ HIV). Periksa gula darah
pada kunjungan pertama, bila normal, periksa ulang pada kunjungan minggu
ke 26-28, untuk deteksi dini diabetes mellitus gestasional.16
Memperhatikan batas dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal
pemeriksaan adalah sebagai berikut:18
a. Pemeriksaan pertama
Dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
b. Pemeriksaan ulang
1. Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan.
2. Setiap 2 minggu sampai umur 8 bulan.
3. Setiap 1 minggu sampai terjadi persalinan.
c. Pemeriksaan khusus
Dilakukan bila terjadi keluhan keluhan tertentu.
Penatalaksanaan ibu hamil secara teknis atau keseluruhan meliputi komponenkomponen sebagai berikut:18
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melaksanakan penatalaksanaan awal serta
rujukan bila diperlukan.
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi komplikasi.
5. Pemberian vitamin dan zat besi

14

Tablet zat besi diberikan kepada ibu dengan tujuan untuk mencegah
anemia dalam kehamilan. Setiap tablet zat besi mengandung FeSO4 320 mg
(zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mg. Pemberian tablet zat besi dimulai
dengan dosis satu tablet sehari pada saat ibu merasa tidak mual. Selama
kehamilan ibu diberikan minimal 90 tablet dan sebaliknya tidak diminum
bersama teh atau kopi, karena akan menganggu penyerapan obat. Untuk
menghindari efek samping (misalnya konstipasi) setelah mengkonsumsi tablet
zat besi, ibu dianjurkan minum air putih minimal 1 gelas ukuran sedang (200
cc).
6. Imunisasi TT
Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus
neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila
diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu,
kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan
yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali
(TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara
penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat. Dosis dan pemberian 0,5cc
pada lengan atas. Bila ibu hamil belum pernah mendapat TT atau meragukan
perlu diberikan suntikan TT sedini mungkin (sejak kunjungan yang pertama),
sebanyak 2 kali dengan jarak minimal satu bulan. Pemberian TT kepada ibu
hamil tidak membahayakan, walaupun diberikan pada kehamilan muda. Bila
ibu pernah mendapatkan suntikan ulang/ booster 1 kali pada kunjungan
antenatal yang pertama.
Tabel 1.1
Tabel Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
Antigen

Interval

TT 1
TT 2
TT 3
TT 4
TT 5

Pada kunjungan ANC I


4 minggu setelah TT 1
6 minggu setelah TT 2
1 tahun setelah TT 3
1 tahun setelah TT 4

Lama
perlindungan

%
perlindungan

3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun
(seumur hidup)

80
95
99
99

Sumber : Saifuddin, Abdul Bari.2002:92

15

7. Tes Terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)


Penyakit menular seksual (PMS) merupakan sekelompok penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat menimbulkan gangguan
pada saluran kemih dan reproduksi. Ibu hamil merupakan kelompok risiko
tinggi terhadap PMS. Melakukan pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan
untuk mengetahui etiologi yang pasti tentang ada atau tidaknya penyakit
menular seksual yang diderita oleh ibu hamil, sangat penting dilakukan karena
PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun
bayi yang dikandung atau dilahirkan.17
Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS di komunitas atau masyarakat
adalah dengan melakukan diagnosis pendekatan gejala, memberikan terapi
sesuai dengan gejala yang muncul, dan memberikan konseling untuk
rujukan.17

II.1.6 Nasehat Ibu Hamil


1. Diet
Dianjurkan makan makanan yang bergizi seimbang. Sebagai
pengawasan, kecukupan gizi ibu dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur
berdasarkan kenaikan berat badannya, kenaikan berat badan rata-rata antara
6,5 16 kg, kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan ibu
turun 5 kg kehamilan trimester III, haruslah menjadi perhatian.18
Tabel 1.2 Kebutuhan makanan sehari-hari ibu hamil TM III
Ibu Hamil TM III
Bahan
Gram

URT

Beras

400

2 gelas

Daging

75

3x kotak korek api tebal

Tempe

100

4x kotak korek api tebal

Sayur

300

Pada 3 gelas/daun 6 gelas

16

Buah (pepaya)

200

8x kotak korek api tebal

Susu

100

gelas

Sumber: http://healthysmidwifery.blogspot.com/

2. Pemberian obat
Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu diperhatikan apakah obat
tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin.18
3. Hubungan seksual
Coitus tidak dilarang, kecuali jika ada sejarah:18
o Sering abortus atau prematur.
o Perdarahan pervaginam.
o Pada minggu terakhir kehamilan, coitus harus hati-hati.
o Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang.
o Dikatakan orgasme pada hamil tua dapat menyebabkan kontraksi uterus
partus prematurus.
4. Senam hamil
Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot
sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam
menghadapi persalinan dengan tenang sehingga proses persalinan dapat
berjalan dengan lancar dan mudah (normal).18
II.1.7 Pelaksana Pelayanan Antenatal Care
Pelayanan kebidanan dalam arti yang terbatas terdiri atas pengawasan serta
penanganan wanita dalam masa hamil dan pada waktu persalinan, perawatan dan
pemeriksaan wanita sesudah persalinan, perawatan bayi yang baru lahir, dan
pemeliharaan laktasi (Wiknjosastro, dkk., 1994 : 3-4).13
Informasi penting yang diberikan dalam kunjungan ibu hamil pada trimester
pertama, atau sebelum minggu ke 14, yakni membangun hubungan saling percaya
antara tenaga medis dan ibu agar hubungan penyelamatan jiwa bisa dibina bilamana
perlu, mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi bersifat mengancam
jiwa, mencegah masalah seperti neonatal tetanus, anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktek tradisional yang merugikan, serta memulai persiapan kelahiran
bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi, dan mendorong perilaku yang sehat
(gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya). Informasi penting yang
17

diberikan dalam kunjungan ibu hamil pada trimester kedua, atau sebelum minggu ke
28, yakni sama seperti dalam kunjungan pada trimester pertama, ditambah
kewaspadaan khusus mengenai PIH (Pregnancy Induced Hypertension) (tanya ibu
tentang gejala PIH, pantau tekanan darahnya, evaluasi edemanya, periksa untuk
mengetahui protein/ urin) Informasi penting yang diberikan dalam kunjungan ibu
hamil pada trimester ketiga, atau antara minggu ke 28 dengan 36, yakni sama seperti
dalam kunjungan pada trimester sebelumnya, ditambah palpasi abdomen untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda. Informasi penting yang diberikan dalam
kunjungan ibu hamil pada trimester keempat, atau setelah 36 minggu, yakni sama
seperti dalam kunjungan pada trimester sebelumnya, ditambah pendeteksian letak
bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.13
Kebijakan Pelayanan Antenatal
Dalam kegiatan pelayanan antenatal, sebagai indikator keberhasilan pelayanan
pada ibu hamil antara lain ditunjukan dari cakupan K1 dan frekuensi ibu hamil
(cakupan K4) itu juga ditunjukan oleh cakupan persalinan, cakupan TT-1 dan TT-2,
drop out TT. Cakupan ibu hamil ditunjukan dari jumlah kunjungan baru ibu hamil per
jumlah penduduk ibu hamil, sedangkan frekuensi ibu hamil adalah jumlah kunjungan
baru dan kunjungan lama ibu hamil dibagi jumlah kunjungan baru ibu hamil.19
Secara nasional sasaran pelayanan kesehatan ibu hamil pada tahun 1997/1998
(Depkes RI, 1996) antara lain adalah cakupan K1 sebesar 90% dan K4 sebesar 80%. 12
Penurunan angka kematian ibu menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup pada akhir
Pembangunan lima tahun (Pelita) VI dan 80 per 100.000 kelahiran hidup pada akhir
Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II. Sedangkan berdasarkan kesepakatan
internasional AKI tahun 2000 turun sebesar 50% dari AKI tahun 1990 dan AKI pada
tahun 2015 turun 50% dari AKI tahun 2000. Tahun 2001-2010 diharapkan dapat
meningkat target cakupan kunjungan K4 menjadi 90%. Akankah tercapai target yang
telah disepakati tersebut, sangat tergantung dari seberapa besar upaya yang harus
dilakukan dan kesadaran serta partisipasi masyarakat luas.14
Kebijakan dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal di wilayah kerja
Puskesmas dibedakan atas kebijaksanaan umum dan kebijaksanaan operasional
(Depkes RI, 1995 b).12
1. Kebijaksanaan umum dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal adalah:19

18

a. Memberikan pelayanan antenatal sesuai standar pada jenjang pelayanan


yang ada.
b. Meningkatkan peran serta masyarakat (suami, keluarga, kader) dalam
menunjang penyelenggaraan pelayanan antenatal dan pencegahan resiko
tinggi melalui kegiatan bimbingan dan penyuluhan kesehatan.
c. Meningkatkan mutu dan jumlah tenaga pelaksana maupun peralatan dan
fasilitas pelayanan antenatal.
d. Melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali, pada triwulan
pertama satu kali, triwulan kedua satu kali, dan triwulan ketiga dua kali.
e. Meningkatkan sistem rujukan kehamilan resiko tinggi, dan mendapatkan
umpan balik rujukan sesuai jenjang pelayanan.
2. Kebijaksanaan operasional dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal terdiri
dari:19
a. Menemukan kehamilan resiko tinggi mungkin.
b. Melakukan upaya pencegahan neonatal tetanus berupa pemberian imunisasi
tetanus toksoid.
c. Pemberian tablet tambah darah pada setiap ibu hamil selama kehamilannya.
d. Melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali pada ibu hamil
dengan tanpa risiko kehamilan. Pada ibu dengan risiko tinggi, pemeriksaan
dilakukan lebih sering dan intensif.
e. Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan atas dasar indikasi.
f. Setiap ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya harus dicatatkan hasil
pemeriksaannya dalam kartu ibu, dan diberikan Kartu Menuju Sehat (KMS)
ibu hamil serta kartu imunisasi.
g. Menyediakan sarana pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar pada
jenjang pelayanan.
h. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, keluarga dan suami mengenai
seputar kehamilan dan tanda-tanda bahaya kehamilan dan cara menjaga
kesehatan selama hamil serta persiapan dan perawatan untuk persalinan dan
merawat bayi, juga penyuluhan pentingnya menggunakan kontrasepsi
setelah melahirkan.
i. Memberikan pelayanan antenatal di Puskesmas pada setiap hari kerja.
Program Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia
19

Mengingat pentingnya peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir,


pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman atau
Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat
menuju Indonesia sehat 2010 pada tanggal 12 Oktober 2000, sebagai bagian dari
program Safe Motherhood. Dalam arti kata yang luas tujuan Safe Motherhood dan
Making Pregnancy Safer sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan hak asasi
manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan, kecacatan, dan kematian yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
MPS merupakan strategi sektor kesehatan yang fokus pada pendekatan perencanaan
sistematis dan terpadu dalam melaksanakan intervensi klinis dan pelayanan kesehatan,
MPS dilaksanakan berdasarkan upaya-upaya yang telah ada dengan penekanan pada
pentingnya kemitraan antara sektor pemerintah, lembaga pembangunan, sektor
swasta, keluarga, dan anggota masyarakat.20
Melalui

MPS

diharapkan

seluruh

pejabat

yang

berwenang,

mitra

pembangunan dan pihak-pihak yang terlibat lainnya untuk melaksanakan upaya


bersama dalam meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan guna menjamin
pelaksanaan dan pemanfaatan intervensi yang efektif berdasarkan bukti ilmiah
(evidence based). Perhatian difokuskan pada kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat
yang menjamin agar ibu dan bayi baru lahir mempunyai akses terhadap pelayanan
yang mereka butuhkan, bilamana diperlukan, dengan penekanan khusus pada
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terampil pada saat melahirkan
serta pelayanan yang tepat dan berkesinambungan.20
Strategi MPS mendukung target internasional yang telah disepakati. Dengan
demikian tujuan global MPS adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu dan bayi baru lahir sebagai berikut:20
o Menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI tahun
1990.
o Menurunkan angka kematian bayi menjadi kurang dari 35 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2015.
Berdasarkan lessons learned dari program Safe Motherhood, maka pesanpesan kunci MPS adalah:20
o Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
o Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

20

o Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Misi MPS adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap
intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas,
memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat dan mempromosikan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan
nasional.20
Target dampak kesehatan tahun 2010 adalah:20

Menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup.

Menurunkan angka kematian neonatal menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup.

Menurunkan anemia gizi besi pada ibu hamil menjadi 20%.

Menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan dari 17,1% menjadi 11%.

II.1.8. Variabel-Variabel yang Berhubungan dengan Ibu Terhadap ANC


II.1.8.1. Variabel Terikat (Dependen)
A. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat fakta,
simbol, prosedur, tehnik dan teori (Notoatmodjo, 1996:127). Pada umumnya
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan yang pernah diterima,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat
pengetahuannya (Nursalam, 2001:163).21
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,
1996:130). Pengetahuan juga merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
mengingat pengertian, tujuan, manfaat pemeriksaan kehamilan.21
Salah satu penyebab tidak langsung dari kurangnya cakupan pelayanan
K4 di Indonesia dipengaruhi tingkat pengetahuan ibu dan keluarga tentang
pentingnya ANC. Penelitian yang dilakukan Adri tahun 2008 menunjukkan
bahwa ibu dengan pengetahuan baik lebih banyak memeriksakan kehamilan
sesuai dengan umur kehamilannya.8 Di Kota Palu, melalui penelitian yang
dilakukan oleh Dinkes Kota Palu di Puskesmas Kabupaten Tipo, ibu yang

21

mempunyai pengetahuan yang kurang (56,65%) jarang melakukan perawatan


kehamilan.21
Sikap
Sesuai dengan konsep sikap menurut Notoadmodjo (2003) bahwa
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
pelaksana motif tertentu, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Lebih lanjut
sikap dalam pemeriksaan kehamilan dapat dijelaskan mengacu kepada
pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa sikap terdiri dari berbagai tingkatan
seperti menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab.8
Penelitian Adri menunjukkan bahwa sikap ibu terhadap ANC kategori
baik sebesar 63,3%, dan 36,7% responden mempunyai sikap kurang baik
terhadap pemeriksaan kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor sikap
terhadap pemeriksaan kehamilan mempengaruhi kelengkapan pemeriksaan
kehamilan.8
Perilaku
Menurut penelitian Adri menunjukkan bahwa perilaku ibu yang
melakukan ANC kategori baik sebesar 73,5%, sedangkan 26,5% kurang baik.
Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa tindakan terdiri dari
berbagai aspek, yaitu (a) Perception (persepsi), mengenal dan memilih
berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil, dalam hal ini
bagaimana ibu hamil memilih tindakan yang sesuai untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan, (b) Guided response (respon terpimpin), melakukan
sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai contoh, dalam hal ini
bagaimana ibu hamil mampu melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai
dengan pedoman yang ada, (c) Mechanism (mekanisme), telah terjadi
mekanisme dan melakukan sesuatu secara otomatis dan akan menjadi
kebiasaan, dalam hal ini bagaimana ibu hamil melakukan kegiatan
pemeriksaan kehamilan sebagai kebiasaan selama masa hamilnya, (d)
Adoption (adopsi), tindakan yang sudah berkembang dengan baik, dalam hal
ini ibu hamil sudah terbiasa melakukan pemeriksaan kehamilan.8
II.1.8.2. Variabel Bebas
1. Usia ibu

22

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Umur adalah lama


waktu hidup atau sejak dilahirkan.22 Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja
(Nursalam

2001:133).

Dengan

bertambahnya

umur

seseorang

maka

kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam


memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya Antenatal Care.
Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan.21
Dari hasil Penelitian di Tipo Palu menunjukkan bahwa ibu yang datang
memeriksakan kehamilannya sebagian besar atau 60% ibu pada rentang usia
20-30 tahun, <20 tahun sebesar 3,3% dan yang > 30 tahun sebesar 36,7%. Hal
ini menunjukkan bahwa responden memiliki usia yang ideal untuk hamil dan
mempunyai anak. Karena dengan usia yang ideal diharapkan responden
tersebut juga telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang kehamilan itu
sendiri.21
2. Pendidikan ibu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
proses, pembuatan cara mendidik.22 Berdasarkan pendidikan, subjek penelitian
dikelompokkan menjadi:23

Rendah: bila tamat atau tidak tamat SD atau yang sederajat, tamat atau
tidak tamat SMP atau yang sederajat, tidak tamat SMU atau yang

sederajat.
Sedang: bila tamat SMU atau yang sederajat, tidak tamat Akademi/

Perguruan Tinggi atau yang sederajat.


Tinggi bila tamat Akademi atau Perguruan Tinggi atau yang sederajat.
Dari Hasil penelitian di Tipo Palu, menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki tingkat pendidikan menengah ke atas (56.67%). Oleh


karena itu tingkat pengetahuan responden diharapkan baik pula. Dan dengan
pendidikan yang tinggi diharapkan akan lebih mudah menerima dan
menerapkan informasi tentang ANC. Nursalam berpendapat bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat
pengetahuannya.21
3. Pekerjaan ibu

23

Dari hasil penelitian di Tipo Palu menunjukkan bahwa sebagian besar


ibu tidak bekerja yaitu 24 orang (80%). Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu
hamil berperan lebih banyak sebagai ibu rumah tangga, dibandingkan harus
bekerja di luar rumah. Dengan demikian diharapkan para ibu lebih mempunyai
waktu dalam memeriksakan kehamilannya, karena ibu yang bekerja lebih
sering tidak mempunyai waktu dalam memeriksakan kehamilannya seperti
yang dikatakan oleh Nursalam (2001:133) bahwa pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan dan bekerja pada umumnya
menyita waktu. Ibu yang bekerja mempunyai kesibukan yang banyak sehingga
tidak mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilan.21
4. Pendapatan keluarga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pendapatan adalah
hasil kerja (usaha) sehubungan dengan penghasilan.22 Pendapatan keluarga
adalah jumlah total pendapatan keluarga selama satu bulan dibagi dengan
jumlah orang yang menjadi tanggungan keluarga. Pengelompokannya dibagi
berdasarkan standar yang ditetapkan menurut Surat keputusan (SK) Gubernur
Daerah Khusus Ibukota (DKI) No 167 tahun 2009, Upah Mininum Regional
(UMR) DKI Jakarta untuk tahun 2010 sebesar Rp 1.118.009,00, dibagi
menjadi:24

Di bawah UMR (kurang): pendapatan keluarga per bulan kurang dari Rp

1.118.009,-.
Di atas UMR (cukup): pendapatan keluarga per bulan lebih dari Rp
1.118.009,-.
Pendapatan keluarga merupakan faktor pemungkin bagi seseorang untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Dari hasil penelitian di Puskesmas Tegal


Barat II Kota Tegal didapatkan tidak ada hubungan antara pendapatan dengan
kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4).25
5. Jumlah Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Paritas adalah
keadaan kelahiran (partus) atau jumlah anak yang dilahirkan baik lahir hidup,
lahir mati, maupun abortus sampai saat hamil terakhir.22
Dalam pemanfaatan pelayanan ANC, jumlah anak hidup sehubungan
dengan beban pengasuhnya. Diasumsikan bahwa wanita banyak anak makin

24

sedikit kesempatan ibu untuk meninggalkan rumah sehingga kesempatan


untuk melakukan kunjungan perawatan kehamilan lebih kecil.21
Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru
sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu kali mempunyai
anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk
memeriksakan kehamilannya (Sarwono, 2001:132).21
Hasil

penelitian

oleh

Dinas

Kesehatan

Lampung

Tengah

memperlihatkan bahwa responden yang mempunyai anak kurang dari tiga


orang, pemeriksaan kehamilan lebih baik (58,9%) daripada responden dengan
jumlah anak tiga orang atau lebih.26
6. Sumber Informasi
Informasi ANC dapat diperoleh dari dunia pendidikan atau dari
promosi

yang

dilakukan

pemerintah.

Sumber

informasi

umumnya

berhubungan dengan pengetahuan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi


sikap tertentu dari dalam diri seseorang dan mempengaruhi tindakan atau
sikap dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan dapat
diperoleh dari sumber informasi yang didapatkan ibu. Dengan demikian
sumber informasi tentang pentingnya ANC sangatlah penting, karena akan
menentukan apakah seorang ibu akan memeriksakan kehamilannya atau tidak.
7. Aktivitas Sosial
Aktivitas sosial dianggap juga sangat berperan dalam mempengaruhi
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap ANC. Semakin aktif seorang ibu
cenderung akan menambah pengetahuan pengetahuan baru, salah satunya
tentang ANC. Sehingga hal ini mempengaruhi sikap dan perilaku ibu terhadap
kehamilannya.
Menurut Green yang mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari
tingkat kesehatan mengemukakan bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku.
Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yakni:13
1.

Faktor-faktor Predisposisi
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai

25

berikut: untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kehamilan bagi


ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat
periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Di samping itu,
kadang-kadang kepercayaan, tradisi, sistem nilai masyarakat juga dapat
mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil, misalnya orang hamil
tidak boleh disuntik (periksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti
tetanus), karena suntik bisa menyebabkan anak cacat. Karena faktor ini
terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering
disebut faktor pemudah.
2.

Faktor-faktor Pendukung
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan
sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan
sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas,
Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek
Swasta, dan sebagainya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk
berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung,
misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan tersebut di atas, ibu hamil yang mau
periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja,
melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau
tempat periksa hamil; misalnya Puskesmas, Bidan Praktek, ataupun Rumah
Sakit. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung terwujudnya perilaku
kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung.

3.

Faktor-faktor Penguat
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat
(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan. Termasuk juga di sini Undang-Undang, peraturan-peraturan baik
dari Pusat maupun Pemerintah Daerah yang terkait dengan kesehatan. Hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku sehat, masyarakat kadangkadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan
fasilitas saja, malainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh
masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.
Di samping itu Undang-undang, peraturan-peraturan, dan sebagainya
diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti contoh
26

perilaku periksa hamil tersebut di atas; di samping pengetahuan dan kesadaran


pentingnya periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa
hamil, juga diperlukan perilaku contoh dari tokoh masyarakat setempat.
Demikian juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang
mengharuskan ibu hamil melakukan periksa hamil.
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan
sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu,
ketersediaan fasilitas, dan sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap
kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
II.2

Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah suatu hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2005). Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh karena itu konsep tidak dapat di ukur dan
diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat di ukur, maka konsep tersebut
harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati
dan di ukur (Notoatmodjo, 2005).22

27

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan pendekatan
cross sectional mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang ANC dan
faktor-faktor yang berhubungan di Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa,
Kelurahan Halim Perdanakusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
III.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 20 Mei 2011 di Poliklinik
Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdanakusuma,
Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
III.3. Populasi
Semua ibu-ibu pada periode 2 Mei 20 Mei 2011 yang berobat jalan ke
Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdanakusuma,
Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Sampel diambil dengan menggunakan Purposive
Sampling.
Sampel yang diambil adalah sejumlah 96 ibu yang yang berobat jalan ke
Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa.
III.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi adalah seluruh ibu-ibu yang berobat jalan ke Poliklinik Obsgyn
RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdanakusuma, Kecamatan
Makasar, Jakarta Timur yang bersedia mengikuti penelitian.

28

b. Kriteria Eksklusi adalah ibu yang memenuhi kriteria inklusi tetapi saat dilakukan
penelitian tidak bersedia mengikuti penelitian.
III.5. Sampel
III.5.1. Besar Sampel
Perhitungan besar sampel adalah berdasarkan rumus dengan besar sampel
minimal:
Variabel
Menurut penelitian Dwi Asihani di Rumah

P
0,283

Q
0,717

N1
77,95

0,520

0,480

95,89

0,348

87,16

Bersalin Permata Bunda Sragen pada tahun


2009, diperoleh hasil bahwa kunjungan ANC
hanya dipengaruhi 28,3% pengetahuan dan
sikap ibu hamil.
Menurut penelitian Adri di Puskesmas
Runding kota Subulussalam propinsi Aceh
pada tahun 2008, didapatkan hasil adanya
hubungan antara pengetahuan (52%), sikap
(63,3%), dan perilaku (73,5%) ibu yang baik
terhadap ANC.
Menurut penelitian Yanti, Sudjoko, dan
Rumawat

di

Flamboyan

Puskesmas

Palangkaraya

> 0,05

Pembantu
Kalimantan

Tengah pada tahun 2005, diperoleh hasil


tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan
melakukan ANC.
Menurut penelitian Iksaruddin di Puskesmas

0,652

Pintas Tuo Kabupaten Tebo Propinsi Jambi,


diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan kunjungan ANC
sebesar 65,2%, sedangkan akses jarak, biaya
transportasi, dan biaya pelayanan tidak ada
hubungan yang bermakna.
Dari hasil nilai-nilai P yang diperoleh dari tinjauan pustaka diatas maka dipilih
proporsi 65,2%.

29

Melalui rumus dibawah ini didapatkan besar sampel penelitian sebagai


berikut:
z ()2 p q
n1 =
L2
n2 = n1 + (10% .n1 )
n1 = jumlah sampel minimal
n2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10% ( substitusi adalah
persen responden yang mungkin drop out )
z = nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai = 5%
didapatkan z pada kurva normal = 1,96.
p =

proporsi variabel yang ingin diteliti, yaitu hubungan antara

pengetahuan ibu terhadap ANC dengan kunjungan ANC = 65,2%.


q = 100% - p 34,8%
L = derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%.
Berdasarkan rumus diatas, didapatkan angka:
(1,96)2 x 0,652 x 0,348
n1 =
(0,1)2
n1 = 87,16 87
Untuk menjaga adanya kemungkinan responden yang drop out, maka dihitung:
n2 = 87 + 8,7
= 95,7 96
Jadi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 96 orang
III.5.2. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara Purposive
Sampling.
III.6. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat (dependen) dan variabel
bebas (independen). Variabel terikat berupa pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu-ibu
yang berobat jalan ke Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa mengenai
ANC. Variabel bebas berupa usia ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tingkat
pendapatan keluarga, jumlah anak, sumber informasi dan aktivitas sosial.
30

III.7. Cara Kerja


1. Menghubungi dokter spesialis Obsgyn di Poliklinik RSPAU yang menjadi
daerah penelitian untuk melaporkan tujuan diadakannya penelitian dan
meminta ijin untuk diadakannya penelitian.
2. Menghubungi petugas-petugas di Poliklinik RSPAU agar membantu kegiatan
penelitian.
3. Melakukan pembuatan kuesioner.
4. Melakukan uji coba kuesioner dalam skala kecil di daerah Mangga Dua
dengan membagikan kusioner kepada 20 responden (ibu).
5. Melakukan pengumpulan data-data dengan mengunakan instrumen penelitian
berupa kuesioner di Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa,
Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
6. Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data.
7. Penulisan laporan penelitian.
8. Pelaporan penelitian.
III.8. Manajemen Data
III.8.1. Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dari responden dengan kuesioner yang telah diuji
coba yang dibagikan pada responden yang menjadi sampel penelitian.
III.8.2. Pengolahan Data
Terhadap data-data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan berupa
proses editing, verifikasi dan coding. Selanjutnya dimasukkan dan diolah
dengan menggunakan program komputer, yaitu SPSS 19 for Macintosh.
III.8.3. Penyajian Data
Data yang didapat, disajikan secara tekstular dan tabular.
III.8.4. Analisis Data
Terhadap data yang telah diolah akan dilakukan analisis sesuai dengan cara uji
statistik menggunakan uji Chi-square, dan bila tidak memenuhi syarat
dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov.
III.8.5. Interpretasi Data
Data diinterpretasi secara deskriptif korelatif antar variabel-variabel yang telah
ditentukan.
31

III.8.6. Pelaporan Data


Data disusun dalam bentuk laporan penelitian yang selanjutnya akan
diserahkan kepada pembimbing, yakni dokter spesialis Obsgyn di Poliklinik
RSPAU dr. Esnawan Antariksa.
III.9. Definisi Operasional
III.9.1. Data Umum

Subyek Penelitian
Subyek Penelitian adalah seluruh ibu (wanita yang telah menikah) yang
berkunjung ke Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa,
Kelurahan Halim Perdanakusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.

Usia Ibu
Usia ibu adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahirkan sampai saat
penelitian dilakukan. Dihitung dari hari penelitian dikurangi tanggal lahir
yang tertera dalam KTP yang berlaku. Bila terdapat kelebihan usia kurang
dari 6 bulan dibulatkan ke bawah, dan bila terdapat kelebihan usia lebih
atau sama dengan 6 bulan dibulatkan ke atas. Penggolongan usia,
dikelompokkan menjadi:
1. < 25 tahun.
2. 25 30 tahun.
3. > 30 tahun.
Koding:
Kode 1 : < 25 tahun.
Kode 2 : 25 30 tahun.
Kode 3 : > 30 tahun.

Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal dari suatu institusi tertentu
yang mencakup tingkat SD atau yang sederajat, SMP atau yang sederajat,
SMU atau yang sederajat dan Akademi/ Perguruan Tinggi atau yang
sederajat.
Berdasarkan tingkat pendidikan, subjek penelitian dikelompokkan menjadi:
1. Tingkat pendidikan tinggi: bila tamat Akademi atau Perguruan Tinggi
atau yang sederajat.
2. Tingkat pendidikan sedang: bila tamat SMU atau yang sederajat, tidak
tamat/ tamat Akademi atau Perguruan Tinggi atau yang sederajat.

32

3. Tingkat pendidikan rendah: bila buta huruf, tidak tamat/ tamat SD atau
yang sederajat. Tidak tamat/ tamat SMP atau yang sederajat, tidak tamat
SMU atau yang sederajat.
Koding:
Kode 1 : Ibu yang tamat atau tidak tamat SD yang sederajat, tamat atau
tidak tamat SMP atau yang sederajat, tidak tamat SMU atau
yang sederajat.
Kode 2: Ibu yang tamat SMU atau yang sederajat, tidak tamat Akademi/
Perguruan Tinggi atau yang sederajat.
Kode 3 :Ibu yang tamat Akademi/ Perguruan Tinggi atau yang sedejarat.

Pekerjaan Ibu
Pekerjaan adalah profesi atau kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari baik di
dalam ataupun di luar rumah dalam upaya mendapatkan imbalan uang atau
materi untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Pekerjaan ibu diukur dari
hasil wawancara dan KTP.
Pengelompokkan:
1. Bekerja

Bila

ibu

mempunyai

kegiatan utama sehari-hari yang bertujuan


memperoleh imbalan uang atau materi, yang
dilakukan di dalam maupun di luar rumah.
2. Tidak bekerja :
Termasuk di dalamnya
sebagai ibu rumah tangga.
Koding:
Kode 1
Kode 2

: Bila ibu tidak bekerja.


: Bila ibu bekerja.

Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah jumlah total pendapatan keluarga selama satu
bulan dibagi dengan jumlah orang yang menjadi tanggungan keluarga.
Tanggungan keluarga adalah jumlah orang yang harus ditanggungkan sebagai
beban kepada seseorang yang telah memiliki penghasilan dan masih terikat
dalam hubungan keluarga.
Jumlah pendapatan keluarga diukur dari hasil wawancara. Pengelompokan
berdasarkan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
nomor 101 tahun 2008 dibagi menjadi:
1. Di bawah Upah Minimum Regional (UMR) = < Rp.1.118.009,00
2. Di atas Upah Minimum Regional (UMR) = > Rp.1.118.009,00

33

Koding:
Kode 1 : Di bawah upah minimum regional.
Kode 2 : Di atas upah minimum regional.

Jumlah Anak
Jumlah anak hidup adalah jumlah anak yang dilahirkan sendiri oleh responden
dan pada saat penelitian dilakukan masih hidup.
Dikelompokkan menjadi:
Kurang dari dua anak.
Lebih dari atau sama dengan dua anak.
Koding:
Kode 1 : Bila mempunyai < 2 anak.
Kode 2 : Bila mempunyai 2 anak.

Sumber Informasi
Sumber informasi adalah media elektronik radio, televisi, majalah, koran,,
termasuk petugas kesehatan yang menjadi sumber pengetahuan, sikap dan
perilaku mengenai pentingnya ANC. Sumber informasi dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
1. Kurang, bila < 1 atau tidak ada sumber informasi sama sekali.
2. Cukup, bila 2 sumber infomasi.
Koding:
Kode 1 : Bila ibu memiliki sumber informasi kurang.
Kode 2 : Bila ibu memiliki sumber informasi cukup.

Aktivitas Sosial
Aktivitas sosial adalah aktivitas responden dalam mengikuti kegiatan di
masyarakat, seperti PKK, Posyandu, penyuluhan, kegiatan agama, arisan, dan
lain-lain dalam enam bulan terakhir.
1.

Kurang, bila ibu mengikuti aktivitas sosial 1 kegiatan atau tidak


mengikuti aktivitas sosial sama sekali.

2.

Cukup, bila aktivitas sosial ibu > 2 kegiatan.

Koding:
Kode 1 : Bila aktivitas sosial kurang.
Kode 2 : Bila aktivitas sosial cukup.
III.9.2 Data Khusus

Pengetahuan

34

Pengetahuan adalah cara-cara pandang seseorang terhadap sebuah objek. Pengetahuan


tersebut dapat berasal dari pengalaman maupun informasi yang ada. Pengetahuan ini
akan mempengaruhi sikap dan turut membentuk perilaku. Yang ingin diteliti adalah
pengetahuan responden tentang pentingnya ANC.
Koding:

Pengetahuan kurang (Kode 1) : bila jumlah nilai 10 - 33

Pengetahuan sedang (Kode 2) : bila jumlah nilai 34 - 41

Pengetahuan baik (Kode 3) : bila jumlah nilai 42 - 50

Sikap

Sikap adalah tanggapan atau reaksi seseorang sacara konsisten terhadap sesuatu
berdasarkan pendidikan, pendapatan dan keyakinan individu tersebut. Yang diteliti
adalah sikap responden terhadap ANC. Sikap ini dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu:
Koding:
- Sikap kurang (Kode 1) : bila jumlah nilai 7 - 23
- Sikap sedang (Kode 2) : bila jumlah nilai 24 - 29
- Sikap baik (Kode 3) : bila jumlah nilai 30 - 35

Perilaku

Perilaku adalah tindakan yang dilakukan responden atau seseorang untuk kepentingan
atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan
norma kelompok yang bersangkutan serta merupakan konsekuensi logis (ideal dan
normatif) dari eksistensi pengetahuan, budaya, atau pola pikir yang dimaksud. Hal
yang diteliti adalah perilaku responden terhadap ANC.
Perilaku ini dikelompokan menjadi tiga kategori:
Koding:
- Perilaku kurang ( Kode 1) : bila jumlah nilai 10 - 33
- Perilaku sedang ( Kode 2) : bila jumlah nilai 34 - 41
- Perilaku baik ( Kode 3) : bila jumlah nilai 42 - 50
III.10. Sistem Penilaian
Penilaian Pengetahuan
1. Apa yang dimaksud perawatan kehamilan/ antenatal care (ANC)?
a. Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar selama kehamilan, ibu
tersebut dalam keadaan sehat.
b. Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar saat melahirkan, ibu tersebut
dalam keadaan sehat.

35

c. Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar selama merawat bayinya, ibu
tersebut dalam keadaan sehat.
d. Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar selama kehamilan, saat
melahirkan, selama merawat bayinya, ibu tersebut dalam keadaan sehat.
Nilai 5: bila jawaban benar (d).
Nilai 1: bila menjawab salah (a, b, c) atau tidak menjawab.
2. Menurut anda dimana saja ibu hamil dapat mendapatkan pelayanan perawatan
kehamilan?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Posyandu.
b. Puskesmas.
c. Tempat praktek bidan.
d. Tempat praktek dokter umum.
e. Tempat praktek dokter spesialis kandungan.
f. Rumah Sakit
Nilai 5: bila jawaban lebih dari tiga dan benar.
Nilai 4: bila jawaban tiga dan benar
Nilai 3: bila jawaban dua dan benar
Nilai 2: bila jawaban satu dan benar.
Nilai 1: bila jawaban salah (d) atau tidak menjawab.
3. Menurut anda kapan dimulainya dilakukannya perawatan kehamilan?
a. Sejak dinyatakannya kehamilan positif.
b. Sejak usia kehamilan berumur 3 bulan.
c. Saat usia kehamilan berumur 6 bulan.
d. Saat ibu melahirkan.
Nilai 5: bila jawaban benar (a).
Nilai 1: bila jawaban salah (b, c, d, e) atau tidak menjawab.
4. Sepengetahuan anda pelayanan apa saja yang dilakukan dalam perawatan
kehamilan?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Pemastian kehamilan.
b. Penimbangan berat badan.
c. Penentuan usia kehamilan.
d. Pengukuran tekanan darah.
36

e. Pemberian imunisasi tetanus.


f. Pemberian tablet besi.
g. Pemeriksaan penyakit menular.
Nilai 5: bila memilih semua jawaban.
Nilai 4: bila memilih 5 sampai 6 jawaban.
Nilai 3: bila memilih 3 sampai 4 jawaban.
Nilai 2: bila memilih 1 sampai 2 jawaban.
Nilai 1: bila tidak menjawab.
5. Sepengetahuan anda berapa kali sekurangnya ibu hamil harus memeriksakan
kandungannya?
a. 1 kali

b. 2 kali

c. 3 kali

d. 4 kali

e. 9 kali

Nilai 5: bila jawaban benar (d).


Nilai 1: bila jawaban salah (a, b, c, e) atau tidak menjawab.
6. Apakah kegunaan imunisasi Tetanus diberikan kepada ibu hamil?
a. Agar ibu hamil tidak menderita Tetanus.
b. Agar anak yang dilahirkannya nanti tidak menderita Tetanus.
c. Agar ibu hamil dan anak yang dilahirkannya tidak menderita Tetanus.
Nilai 5: bila jawaban benar (c).
Nilai 3: bila jawaban (a) atau (b).
Nilai 1: bila tidak menjawab.
7. Apakah manfaat diberikannya tablet besi kepada ibu hamil?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Agar ibu hamil tidak menderita Anemia (penyakit kurang darah).
b. Agar sewaktu melahirkan tidak terjadi perdarahan.
c. Agar bayi yang dilahirkannya nanti sehat.
Nilai 5: bila jawaban benar (a, c).
Nilai 3 : bila jawaban (a) atau (c).
Nilai 1: bila jawaban salah (b) atau tidak menjawab.
8. Mulai usia kehamilan berapa ibu hamil boleh diberikan tablet besi?
a. 1 - 3 bulan.
b. 4 - 6 bulan.
c. 7 - 9 bulan.
Nilai 5: bila jawaban benar (b).
Nilai 1: bila jawaban salah (a, c) atau tidak menjawab.
37

9. Apa sajakah yang sebaiknya dilakukan oleh ibu hamil untuk meningkatkan gizi
selama kehamilan? (Jawaban dapat lebih dari satu)
a.

Pemberian susu untuk ibu hamil.

b.

Pemberian makanan tambahan seperti biskuit, es krim.

c.

Memberikan tablet penambah darah.

d.

Pemberian tablet vitamin A.

Nilai 5: bila memilih semua jawaban.


Nilai 3: bila memilih dua sampai tiga jawaban.
Nilai 1: bila memilih satu jawaban atau tidak menjawab.
10. Jenis makanan apa saja yang harus dimakan oleh ibu hamil agar gizinya cukup?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Nasi
b. Daging, tempe, tahu, ikan
c. Sayur
d. Susu
e. Buah buahan
Nilai 5: bila jawaban lima.
Nilai 4: bila jawaban empat.
Nilai 3: bila jawaban tiga.
Nilai 2: bila jawaban dua.
Nilai 1: bila jawaban satu.
Kesimpulan penilaian:
Skor tertinggi

: 50.

Skor terendah

: 10.

Interval skor

: 40.

Pengetahuan baik

: (80% 40) + 10 = 42 50.

Pengetahuan sedang

: (60% 40) + 10 = 34 41.

Pengetahuan kurang

: 10 33.

Penilaian Sikap
1. Setujukah anda dilakukannya perawatan kehamilan pada ibu hamil?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.

38

2. Setujukah anda perawatan kehamilan harus dilakukan minimal 4 kali, dalam masa
kehamilan ibu hamil?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
3. Setujukah anda perawatan ibu hamil tidak perlu dilakukan secara teratur oleh ibu
hamil?
Nilai 5: bila jawaban tidak setuju.
Nilai 1: bila jawaban setuju.
4. Setujukan anda pada pemberian imunisasi Tetanus kepada ibu hamil?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
5. Setujukah anda pada pemberian tablet besi kepada ibu hamil?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
6. Setujukah anda, bahwa ibu hamil harus mengkonsumsi makanan sehat 4 sehat 5
sempurna?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
7. Setujukah anda, bahwa pada setiap pemeriksaan kehamilan harus dilakukan
pemeriksaan berat badan, tekanan darah, dan pemeriksaan penyakit menular
seksual (PMS)?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
Kesimpulan penilaian:
Skor tertinggi

: 35.

Skor terendah

: 7.

Interval skor

: 28.

Sikap baik

: (80% x 28) + 7 = 30 35

Sikap cukup

: (60% x 28) + 7 = 24 29

Sikap kurang

: (0% x 28) + 7 = 7 23

Penilaian perilaku
1. Apakah anda rutin memeriksakan kehamilan anda?

39

a. Ya.

b. Tidak.

Nilai 5: bila jawaban (a).


Nilai 1: bila jawaban (b) atau tidak menjawab.
2. Berapa kalikah anda memeriksakan kehamilan anda? (bila pada no. 1 anda
menjawab ya)
a. Satu kali

b. Dua kali.

c. Empat kali

d. Sembilan kali

e. ..

Nilai 5: bila jawaban benar (c, d) dan (e lebih dari 4 kali)


Nilai 1: bila jawaban salah (a, b) atau (e kurang dari 4 kali) atau tidak menjawab.
3. Dimanakah anda memeriksakan kehamilan anda?
a. Posyandu.
b. Puskesmas.
c. Tempat praktek bidan.
d. Tempat praktek dokter umum.
e. Tempat praktek dokter spesialis kandungan.
f. Rumah Sakit
g. .
Nilai 5: bila jawaban lebih dari satu dan benar.
Nilai 3: bila jawaban satu dan benar.
Nilai 1: bila jawaban salah atau tidak menjawab.
4. Apakah anda memperoleh Kartu Menuju Sehat Ibu hamil?
a. Ya

b. Tidak.

Nilai 5: bila jawaban (a).


Nilai 1: bila jawaban (b).
5. Apakah anda mendapatkan imunisasi Tetanus saat anda hamil?
a. Ya

b. Tidak.

Nilai 5: bila jawaban (a).


Nilai 1: bila jawaban (b).
6. Bila Ya, berapa kali: . kali.
Nilai 5: bila jawaban nomor lima ya dan nomor enam dua kali.
Nilai 3: bila jawaban nomor lima ya dan nomor enam salah.
Nilai 1: bila jawaban tidak atau tidak menjawab.
7. Apakah anda mendapatkan tablet besi saat anda hamil?
a. Ya

b. Tidak.

Nilai 5: bila jawaban (a).


40

Nilai 1: bila jawaban (b).


8. Bila Ya, berapa kali sehari anda mengkonsumsinya: . kali sehari.
Nilai 5: bila jawaban nomor tujuh ya dan nomor delapan satu kali.
Nilai 3: bila jawaban nomor tujuh ya dan nomor delapan salah.
Nilai 1: bila jawaban tidak atau tidak menjawab.
9. Apakah anda mengkonsumsi makanan sehat, 4 sehat 5 sempurna saat anda hamil?
a. Ya

b. Tidak.

Nilai 5: bila jawaban (a).


Nilai 1: bila jawaban (b).
10. Apakah anda melakukan pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual sewaktu
anda hamil?
a. Ya

b. Tidak.

Nilai 5: bila jawaban (a).


Nilai 1: bila jawaban (b).
Kesimpulan penilaian:
Skor tertinggi

: 50.

Skor terendah

: 10.

Interval skor

: 40.

Perilaku baik

: (80% 40) + 10 = 42 50.

Perilaku sedang

: (60% 40) + 10 = 34 41.

Perilaku kurang

: 10 33.

III.11. Etika Penelitian


Responden yang mengisi kuesioner pada penelitian ini dijamin kerahasiaan
terhadap data-data yang diberikan dan berhak menolak untuk dijadikan
responden.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

41

IV.1. Deskripsi Daerah Penelitian


Kelurahan Halim Perdana Kusuma merupakan daerah dengan luas wilayah
13.07 km2 dengan jumlah RW 16 dan RT 140, dan 7751 kepala keluarga. RSPAU dr.
Esnawan Antariksa terletak di Jalan Merpati nomor 2 Lanud Halim Perdana Kusuma.
Penelitian dilakukan di Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa,
Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Periode 2-20
Mei 2011. Sampel penelitian diambil sebanyak 96 orang secara purposive sampling.
Tabel 4. 1.

Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan, Sikap, Perilaku Ibu


Mengenai ANC dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Poliklinik
Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdana
Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Periode 2-20 Mei 2011

Frekuensi

Persentase (%)

Rendah
Sedang
Tinggi

31
44
21

32,3
45,8
21,9

Kurang
Sedang
Baik

16
26
54

16,7
27,1
56,3

Kurang
Sedang
Baik

33
43
20

34,4
44,8
20,8

Pengetahuan

Sikap

Perilaku

Tabel 4. 2.

Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu, Usia Ibu,


Pendapatan Keluarga, Pekerjaan Ibu, Jumlah Anak, Sumber Informasi
dan Aktivitas Sosial pada Ibu Mengenai ANC dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan di Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa,

42

Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta


Timur, Periode 2-20 Mei 2011
Frekuensi

Persentase (%)

Sedang

12
31

12,5
32,3

Tinggi

53

55,2

< 25

14

14,6

25 - 30

38

39,6

> 30

44

45,8

Rendah

19

19,8

Tinggi

77

80,2

Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja

58

60,4

38

39,6

<2

58

60,4

38

39,6

2
Sumber Informasi
Kurang

22

22,9

Cukup

74

77,1

Kurang

25

26,0

Cukup

71

74,0

Tingkat Pendidikan
Rendah

Usia Ibu

Pendapatan Keluarga

Bekerja
Jumlah Anak

Aktivitas Sosial

Tabel 4. 3.

Hubungan antara Pengetahuan dengan Tingkat Pendidikan Ibu, Usia


Ibu, Pendapatan Keluarga, Pekerjaan ibu, Jumlah Anak, Sumber
Informasi dan Aktivitas Sosial pada Ibu Mengenai ANC dan FaktorFaktor yang Berhubungan di Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan

43

Antariksa, Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar,


Jakarta Timur, Periode 2-20 Mei 2011

Renda
h
Tingkat Pendidikan
*Rendah

Pengetahuan
Sedan Tinggi
g

Total

Uji

D
f

Ho

P<0,0
5

Ditolak

P<0,0
5

Ditolak

Chisquare
3,85

P>0,0
5

Diterim
a

Chisquare
0,34

P>0,0
5

Diterim
a

Chisquare
8,44

P<0,0
5

Ditolak

Chisquare
2,76

P>0,0
5

Diterim
a

Chisquare
2,20

P>0,0
5

Diterim
a

11
4,2
16
10,0
4
16,8

1
6,0
8
14,2
35
23,8

1
2,8
7
6,8
13
11,4

13

KS

31

2,59

*< 25
e
*25 - 30
e
> 30
e
Pendapatan Keluarga
Rendah
e
Tinggi
e
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja
e
Bekerja
e
Jumlah Anak

9
4,5
15
12,3
7
14,2

2
6,4
19
17,4
23
20,2

3
3,1
4
8,3
14
9,6

14

KS

38

1,46

9
6,1
22
24,9

5
8,7
39
35,3

5
4,2
16
16,8

19

20
18,7
11
12,3

26
26,6
18
17,4

12
12,7
9
8,3

58

<2
e
2
e
Sumber Informasi

22
18,7
9
12,3

29
26,6
15
17,2

7
12,7
14
8,3

58

Kurang
e
Cukup
e
Aktivitas Sosial
Kurang
e
Cukup
e

10
7,1
21
23,9

7
10,1
37
33,9

5
4,8
16
16,2

22

11
8,1
20
22,9

9
11,5
35
32,5

5
5,5
16
15,5

25

e
*Sedang
e
Tinggi
e

52

Usia Ibu

44

77

38

38

74

71

*digabungkan dan dihitung dengan Kolmogorov-Smirnov

Tabel 4. 4.

Hubungan antara Sikap dengan Tingkat Pendidikan Ibu, Usia Ibu,


Pendapatan Keluarga, Pekerjaan ibu, Jumlah Anak, Sumber Informasi
dan Aktivitas Sosial pada Ibu Mengenai ANC dan Faktor-Faktor yang

44

Berhubungan di Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa,


Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta
Timur, Periode 2-20 Mei 2011

Renda
h

Sikap
Sedan
g

Tingg
i

Total

Uji

D
f

Ho

*Rendah
e
*Sedang
e
Tinggi
e

4
2,2
10
5,2
2
8,7

4
3,5
5
8,4
17
14,1

5
7,3
16
17,4
33
29,2

13

KS

P<0,0
5

Ditolak

31

1,37

*< 25
e
*25 - 30
e
> 30
e

8
2,3
7
6,3
1
7,3

1
3,8
13
10,3
12
11,9

5
7,9
18
21,4
31
24,8

14

KS

P<0,0
5

Ditolak

38

1,32

Rendah
e
Tinggi
e

5
3,2
11
12,8

7
5,1
19
20,9

7
10,7
47
43,3

19

Chisquare
3,74

P>0,0
5

Diterim
a

Tidak bekerja
e
Bekerja
e
Jumlah Anak

13
9,7
3
6,3

13
15,7
13
10,3

32
32,6
22
21,4

58

Chisquare
4,11

P>0,0
5

Diterim
a

14
9,7
2
6,3

15
15,7
11
10,3

29
32,6
25
21,4

58

Chisquare
6,01

P<0,0
5

Ditolak

Kurang
e
Cukup
e
Aktivitas Sosial

6
3,7
10
12,3

5
6,0
21
20,0

11
12,4
43
41,6

22

Chisquare
2,32

P>0,0
5

Diterim
a

Kurang
e
Cukup
e

5
4,2
11
11,8

6
6,8
20
19,2

14
14,1
40
39,9

25

Chisquare
0,34

P>0,0
5

Diterim
a

Tingkat pendidikan

52

Usia ibu

31

Pendapatan
Keluarga
77

Pekerjaan Ibu

<
2
e

38

38

e
Sumber Informasi

74

71

*digabungkan dan dihitung dengan Kolmogorov-Smirnov

45

Tabel 4. 5.

Hubungan antara Perilaku dengan Tingkat Pendidikan Ibu, Usia Ibu


Pendapatan Keluarga, Pekerjaan ibu, Jumlah Anak, Sumber Informasi
dan Aktivitas Sosial pada Ibu Mengenai ANC dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan di Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa,
Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta
Timur, Periode 2-20 Mei 2011
Renda
h

Perilaku
Sedan
g

Tingg
i

Total

Uji

D
f

Ho

*Rendah
e
*Sedang
e
Tinggi
e

6
4,5
16
10,7
11
17,9

6
5,8
12
13,9
25
23,3

1
2,7
3
6,5
16
10,8

13

KS

P<0,0
5

Ditolak

31

1,42

*< 25
e
*25 - 30
e
> 30
e

8
4,8
17
13,1
8
15,1

5
6,3
20
17,0
18
19,7

1
2,9
1
7,9
18
9,2

14

KS

P<0,0
5

Ditolak

38

1,76

Rendah
e
Tinggi
e

8
6,5
25
26,5

8
8,5
35
34,5

3
4,0
17
16,0

19

Chisquare
0,74

P>0,0
5

Diterim
a

Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja
e
Bekerja
e
Jumlah Anak

20
19,9
13
13,1

28
26,0
15
17,0

10
12,1
10
7,9

71

Chisquare
1,04

P>0,0
5

Diterim
a

27
19,9
6
13,1

23
26,0
20
17,0

8
12,1
12
7,9

58

Chisquare
10,67

P<0,0
5

Ditolak

Kurang
e
Cukup
e
Aktivitas sosial

10
7,6
23
25,4

6
9,9
37
33,1

6
4,6
14
15,4

22

Chisquare
3,54

P>0,0
5

Diterim
a

Kurang
e
Cukup
e

9
8,6
24
24,4

10
11,2
33
31,8

6
5,2
14
14,8

25

Chisquare
0,36

P>0,0
5

Diterim
a

Tingkat Pendidikan

52

Usia Ibu

44

Pendapatan
Keluarga

<
2
e

77

34

38

e
Sumber Informasi

74

71

*digabungkan dan dihitung dengan Kolmogorov-Smirnov


46

Tabel 4. 6.

Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Sikap Ibu Mengenai ANC


dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Obsgyn RSPAU dr.
Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan
Makasar, Jakarta Timur, Periode 2-20 Mei 2011

Kuran
g

Sikap Ibu
Sedang

Baik

Total

Uji

Df

Ho

20
17,4
27
24,8
7
11,8
54

31

Chi-square

P<0,05

Ditolak

44

9,68

Tingkat
Pengetahuan ibu
Rendah
e
Sedang
e
Tinggi
e
Total

Ho

7
5,2
4
7,3
5
3,5
16

4
8,4
13
11,9
9
5,7
26

21
96

= Tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu


mengenai ANC dan Faktor-Faktor yang Berhubungan

= 0,05

X2

= 9,68

df

=4

p < 0,05

Hasil = Ho ditolak.
Kesimpulan:
Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu mengenai ANC dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan

47

Tabel 4. 7.

Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Ibu Mengenai


ANC dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Obsgyn
RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdana Kusuma,
Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Periode 2-20 Mei 2011

Perilaku Ibu
Kuran Sedang Baik
g
Tingkat
Pengetahuan
Ibu
Rendah
e
Sedang
e
Tinggi
e
Total

Ho

Total

Uji

Df

Ho

P<0,05

Ditolak

18
10,7
10
15,1
5
7,2

9
13,9
23
19,7
11
9,4

4
86,5
11
9,2
5
4,4

31

Chi-square

44

11,41

33

43

20

96

21

= Tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dan perilaku ibu


mengenai ANC dan Faktor-Faktor yang Berhubungan

= 0,05

X2

= 11,41

df

=4

p < 0,05

Hasil = Ho ditolak.
Kesimpulan:
Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu mengenai ANC
dan Faktor-Faktor yang Berhubungan

48

Tabel 4. 8.

Hubungan antara Sikap Ibu dengan Perilaku Ibu Mengenai ANC dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Obsgyn RSPAU dr.
Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan
Makasar, Jakarta Timur, Periode 2-20 Mei 2011

Perilaku Ibu
Kuran Sedang Baik
g
Sikap
Ibu
Kuran
g
e
Sedang
e
Baik
E
Total

Ho

Total

Uji

Df

Ho

P<0,05

Ditolak

7
5,5
2
8,9
24
18,6

8
7,2
18
11,6
17
24,2

1
3,3
6
5,4
13
11,3

16

Chi-square

26

15,06

33

56

20

96

54

= Tidak ada hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku ibu


mengenai ANC dan Faktor-Faktor yang Berhubungan

= 0,05

X2

= 15,06

df

=4

p < 0,05

Hasil = Ho ditolak.
Kesimpulan:
Ada hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku ibu mengenai ANC dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan

BAB V
49

PEMBAHASAN
Pada sebaran pengetahuan ibu, didapatkan ibu yang berpengetahuan sedang dan
tinggi sebanyak 45,8% dan 21,9%. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Adri tahun 2008 bahwa ibu dengan pengetahuan baik mengenai ANC sebesar 52%.8
Pada sebaran sikap ibu, didapatkan 27,1% ibu dengan sikap sedang dan 56,3%
memiliki sikap baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Adri tahun
2008 bahwa sikap ibu dengan kategori baik sebesar 63,3%.8
Pada sebaran perilaku ibu, didapatkan 44,8% dengan perilaku sedang dan 20,8%
ibu memiliki perilaku baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Adri
tahun 2008 didapatkan perilaku ibu mengenai ANC dengan kategori baik sebesar
73,5%.8
Pada sebaran pendidikan ibu, didapatkan 55,2% ibu yang berpendidikan tinggi.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Adri tahun 2008 dimana
responden dengan pendidikan tinggi hanya sebesar 1%.8
Pada sebaran usia ibu, sebanyak 45,8% ibu berusia lebih dari 30 tahun. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Adri tahun 2008 dimana responden dengan usia lebih dari 29
tahun sebesar 52,0%.8
Pada sebaran pendapatan keluarga, didapatkan ibu dengan pendapatan keluarga
di atas UMR sebanyak 80,2%. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Adri tahun 2008 dimana didapat responden dengan pendapatan keluarga di atas Upah
Minimum Propinsi Aceh hanya sebesar 56,1%.8
Pada sebaran pekerjaan ibu, didapatkan 60,4% ibu tidak bekerja dan didapatkan
sebanyak 39,6% ibu yang bekerja.
Pada sebaran jumlah anak, didapatkan ibu dengan anak kurang dari dua anak
sebesar 60,4%. Penelitian oleh Adri tahun 2008 didapatkan responden dengan anak
kurang dari sama dengan dua anak sebesar 68,4%.8
Pada sebaran sumber informasi didapatkan 77,1% ibu memiliki sumber
informasi yang cukup mengenai ANC, dan sebanyak 22,9% ibu yang masih kurang
sumber informasinya. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran informasi mengenai
ANC belum banyak di masyarakat.
Pada sebaran aktivitas sosial ibu, didapatkan 74% ibu memiliki aktivitas sosial
yang cukup, sedangkan 26% lainnya masih kurang.

50

Terdapat hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara variabel pendidikan ibu
dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu. Dari hasil penelitian didapatkan ibu
dengan pendidikan tinggi memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi pula. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Soehardjo, pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan
yang direncanakan dan tersusun secara baik.25 Seorang ibu dengan pendidikan tinggi
umumnya mempunyai pengetahuan yang lebih baik yang akan membentuk perilaku
yang baik dalam bertindak. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan selain bisa
didapatkan dari sumber informasi lainnya dapat juga ditentukan oleh tingkat
pendidikan.
Terdapat hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara variabel usia ibu dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu. Hal ini berarti usia dan pendidikan ibu
mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan ibu mengenai ANC yang
akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Dapat dilihat dari hasil penelitian, ibu
yang berusia lebih dari 30 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang baik lebih banyak
dibandingkan ibu yang berusia kurang dari 25 tahun. Hasil ini sesuai dengan asumsi
bahwa pengetahuan akan meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Dengan
adanya pengetahuan yang baik, maka akan menjadi dasar bagi ibu untuk bersikap.
Tidak terdapat hubungan (p > 0,05) yang bermakna antara pendapatan keluarga
dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu. Dari hasil penelitian didapatkan, ibu
yang pendapatan keluarganya tergolong berada di bawah Upah Minimum Regional
(UMR) masih bisa memiliki pengetahuan yang baik. Hasil ini sesuai dengan asumsi
bahwa tidak selalu keluarga dengan pendapatan rendah mempunyai pengetahuan yang
rendah pula, karena ibu dengan pendapatan keluarga rendah bisa mendapatkan
informasi-informasi melalui aktivitas sosial ataupun dari sumber informasi lainnya.
Pendapatan keluarga tidak berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu
karena saat ini terdapat banyak sumber informasi bagi ibu yang dapat diperoleh secara
murah ataupun cuma-cuma dan adanya program pemerintah yang berkaitan dengan
pengobatan murah bagi rakyat miskin membuat semua kalangan mempunyai akses ke
fasilitas kesehatan. Hal tersebut mempertegas bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku
seseorang tidak dipengaruhi pendapatan seseorang, namun dipengaruhi kesadaran dan
kemauan

seseorang

untuk

memperoleh

informasi

yang

berkaitan

dengan

kesehatannya.
Tidak terdapat hubungan (p > 0,05) yang bermakna antara pekerjaan dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu. Terlihat dari hasil penelitian bahwa jumlah ibu
51

yang tidak bekerja dengan pengetahuan baik lebih banyak dibanding ibu yang bekerja.
Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa, ibu bekerja atau tidak, tidak mempengaruhi
pengetahuan yang nantinya akan mempengaruhi perilaku ibu untuk menerapkan ANC.
Sumber informasi tidak hanya didapat oleh ibu dengan bekerja. Pada ibu yang tidak
bekerja memungkinkan dirinya untuk mempunyai lebih banyak waktu luang dalam
memperoleh informasi seperti dari media contohnya tv, radio dan koran juga dari
lingkungan sekitar seperti puskesmas atau penyuluhan di posyandu. Bila lingkungan
sekitar berpengaruh baik, ibu yang memiliki pendidikan rendah dapat memiliki
kesadaran tinggi untuk meningkatkan pengetahuan dengan keaktifan mereka dalam
berbagai aktivitas sosial.
Terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara jumlah anak dengan
pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ibu
dengan jumlah anak lebih dari sama dengan dua anak, memiliki pengetahuan baik
mengenai ANC lebih banyak dibandingkan ibu dengan anak kurang dari dua. Hal ini
sesuai dengan asumsi bahwa dengan bertambahnya jumlah anak maka pengetahuan
ibu akan semakin bertambah.
Tidak terdapat hubungan (p < 0,05) yang bermakna antara sumber informasi
dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu. Dari hasil penelitian terlihat bahwa ibu
dengan sumber informasi yang kurang tidak selalu memiliki tingkat pengetahuan yang
rendah dibandingkan ibu yang memiliki sumber informasi yang cukup.
Tidak terdapat hubungan (p < 0,05) yang bermakna antara aktivitas sosial
dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
ibu dengan aktivitas sosial yang kurang tidak selalu memiliki tingkat pengetahuan
yang rendah dibandingkan ibu dengan aktivitas sosial yang cukup. Dalam kita
berhubungan sosial dengan orang lain dalam suatu komunitas, seringkali banyak
pertukaran informasi yang bisa kita peroleh. Tidak jarang pula penyuluhanpenyuluhan mengenai kesehatan diberikan pada saat kita berkumpul dalam komunitas
kita. Dengan demikian banyak pengetahuan yang dapat kita peroleh. Dan dengan
didasari pengetahuan yang baik maka ibu akan bersikap baik sesuai dengan apa yang
diketahuinya. Begitu pula dengan perilaku ibu, pengetahuan yang dimilikinya akan
menjadi dasar untuk dapat berperilaku dengan baik.
Terdapat hubungan (p < 0,05) yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu
dengan sikap ibu mengenai ANC. Pengetahuan dapat diartikan sebagai proses belajar
seumur hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri
52

baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Sesuai dengan pernyataan


Soehardjo, sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun
negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, afeksi positif yaitu afeksi
senang terhadap suatu objek.25 Bila seorang ibu memiliki pengetahuan yang baik,
maka pengetahuan tersebut akan mengarahkan ibu untuk bersikap baik pula.
Pengetahuan yang dimiliki ibu akan menjadi dasar bagi seorang ibu untuk bersikap.
Terdapat hubungan (p < 0,05) yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu
dengan perilaku ibu mengenai ANC. Pengetahuan dengan mengadopsi konsep utama
dari Green adalah sebagai faktor pemudah yang mengarahkan pada tindakan tepat
pada perilaku kesehatan. Menurut, Soehardjo pengetahuan akan membuka wawasan
ibu terhadap masukan informasi khususnya tentang ANC dan selanjutnya dipraktikkan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu perilaku ANC. 25 Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian pengetahuan ibu yang baik akan membentuk sikap
yang baik yang akan menjadi dasar bagi ibu untuk berperilaku dengan baik tentang
ANC. Bila ibu mengetahui manfaat dan resiko apabila tidak melaksanakan ANC,
maka ibu akan menjadi semakin paham untuk menerapkan ANC.
Terdapat hubungan (p < 0,05) yang bermakna antara sikap ibu dengan perilaku
ibu mengenai ANC. Menurut Soehardjo, hasil pendidikan orang dewasa adalah
perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya.25 Selanjutnya perubahan
perilaku didasari adanya perubahan atau penambahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Sikap ibu terhadap ANC didasari oleh pengetahuan yang baik tentang
ANC sehingga akan membentuk perilaku ibu untuk memeriksakan kehamilannya.
Hasil ini sesuai dengan asumsi bahwa sikap merupakan respon seseorang terhadap
suatu hal dan dia akan berperilaku sesuai respon tersebut. Soehardjo juga menyatakan,
praktek dibentuk oleh pengalaman interaksi individu dengan lingkungan khususnya
yang menyangkut pengetahuan dan sikapnya terhadap suatu objek. 25

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

53

VI.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku ibu
mengenai ANC dan faktor-faktor yang berhubungan di Poliklinik Obsgyn
RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdana Kusuma,
Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Periode 2-20 Mei 2011, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Dari sebaran responden menurut variabel tertentu dapat terlihat bahwa :

Usia ibu
Sebagian besar repondens berusia >30 tahun, yaitu sebesar 45,8%

Pendidikan ibu
Responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu
sebesar 80,2%.

Pendapatan keluarga
Sebagian besar responden mempunyai pendapatan keluarga di atas UMR

yaitu sebesar 80,2%.


Pekerjaan ibu
Sebesar 60,4% responden adalah ibu tidak bekerja.

Jumlah Anak
Sebagian besar responden memiliki anak kurang dari dua, yaitu 60,4%.

Sumber informasi
Sebesar 77,1% responden memiliki sumber informasi yang cukup.

Aktivitas sosial
Sebagian besar responden cukup aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di

masyarakat yaitu sebesar 74,0%.


Pengetahuan ibu
Responden sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu
sebesar 45,8%.

Sikap ibu
Sebagian besar sikap ibu baik, yaitu sebesar 56,3%
Perilaku ibu
Sebagian besar ibu berperilaku sedang, yaitu sebesar 44,8%

Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan tingkat


pendidikan ibu, usia ibu, dan jumlah anak. Dan tidak ada hubungan yang

54

bermakna antara pengetahuan ibu dengan pendapatan keluarga, pekerjaan ibu,


sumber informasi, dan aktivitas sosial.
Terdapat hubungan bermakna antara sikap ibu dengan tingkat pendidikan ibu,
usia ibu, dan jumlah anak. Dan tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan ibu dengan pendapatan keluarga, pekerjaan ibu, sumber
informasi, dan aktivitas sosial.
Terdapat hubungan bermakna antara perilaku ibu dengan tingkat pendidikan
ibu, usia ibu, dan jumlah anak. Dan tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan ibu dengan pendapatan keluarga, pekerjaan ibu, sumber
informasi, dan aktivitas sosial.
Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan sikap dan perilaku ibu, dan
terdapat hubungan antara sikap ibu dengan perilaku ibu.
VI.2. Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti hendak
menyarankan beberapa hal antara lain:
1 Untuk Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa, agar menggiatkan
kegiatan penyuluhan terhadap ibu-ibu yang bertujuan meningkatkan
2

pengetahuan mengenai pentingnya ANC.


Untuk peneliti berikutnya agar dilakukan penelitian kembali dengan waktu
penelitian yang lebih panjang, dengan tenaga peneliti yang lebih banyak
dan berpengalaman, jumlah sampel yang lebih banyak dan skala lokasi
yang lebih luas.

55

Anda mungkin juga menyukai