Tumor Otak
Tumor Otak
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan
diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena
gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan
masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa
tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari
jaringan otak.
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal
secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus
berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi
gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan
intrakranial). Hal ini ditandai dengan nyeri kepala, nausea, muntah dan papil edema.
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa
beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent
tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi.
Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma
cerebral dan penyakit peradangan.
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma seluruh
tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis
spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang
menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh
1
penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang
tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor otak pada anak-anak
terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65
tahun.(1)
Diagnosa
tumor
otak
ditegakkan
berdasarkan
pemeriksaan
klinis
dan
C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit rabies.
D. Manfaat
Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar teori dan
konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak.
E. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dengan teknik deskriptif kualitatif dimana data-data bersifat
sekunder. Makalah ini ditunjang dari dari data-data studi kepustakaan yaitu dari bukubuku literattur penunjang masalah yang dibahas.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
A. Konsep Dasar Penyakit
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Bab III Penutup
A.
Simpulan
B.
Saran
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi/Pengertian
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak.(Smeltzer, Suzane C. 2001).
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas
maupun tidak. Tumor ganas di susunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik
yang terdapat dalam ruang intrakranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai
sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel
saraf di meningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang
(neuroglia), sel epitel pembuluh darah, dan selaput otak (Padmosantjojo, 2002)
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau
di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan
selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ
lain (metastase) seperti; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut
tumor otak sekunder. (Mayer.SA, 2000)
2. Epidemiologi
Insidensi tumor intrakranial berkisar antara 4,2-5,4 per 100.000 penduduk. Pada
semua autopsi yang dilakukan oleh Bernat & Vincent (1987) dijumpai 2 % tumor otak.
Pada anak di bawah 16 tahun tumor otak adalah 2,4 per 100.000 anak. Tampaknya
insidensi tumor cenderung naik dengan bertambahnya umur. Tidak diketahui secara
pasti perbedaan insidensi menurut ras, tempat tinggal maupun iklim (Harsono, 2008)
Tumor otak masih menjadi permasalahan serius dari tipe kanker yang diderita
oleh anak-anak. Tumor otak merupakan kanker kedua pada anak-anak setelah
leukemia. Insiden terjadinya terjadinya kanker otak pada anak-anak 13,3 per 100 ribu
populasi, serta angka kematian akibat kanker otak pada anak-anak 2,6 per 100 ribu
populasi terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2001-2005. Sayangnya, angka insiden
tumor otak di Indonesia belum banyak di temukan dalam literatur.
3. Klasiifikasi
a. Tumor yang berasal dari jaringan otak (intramedular) :
1) Gliomas
2) Astrositoma
3) Glioblastoma
4) Ependimoma
5) Medulloblastoma
6) Oligodendroglioma
7) Kista Koloid
8) Hemangioblastoma
b. Tumor yang muncul dari pembungkus otak (ekstramedular):
1) Cleufibroma
2) Meningioma
Terbungkus dalam kapsul , dapat dipastikan dengan baik, pertumbuhan
keluar jaringan otak, menekan daripada menginvasi otak.
c. Tumor yang berkembang di dalam atau pada saraf kranial:
Neuroma akustik: Diturunkan dari lapisan pembungkus saraf akustik saraf optik
spongioblastoma polar.
d. Lesi Metastatik (tumor ekstradural):
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid,
paruparu, ginjal dan lambung.
e. Tumor Kelenjar Tanpa Duktus
1) Hipofisis
2) Pinealis
f. Tumor Pembuluh darah
1) Hemangioblastoma
2) Angioma
g. Tumor-tumor konginetal
1) Glioma
Kriteria:
a) Banyak terjadi pada neoplasma otak
5
3) Angioma
Kriteria:
a) Pembesaran pembuluh darah abnormal yang didapat di dalam atau di
luar daerah otak.
b) Beberapa angioma tanpa menyebabkan gejala
c) Terdengar suara bruit sampai di tengkorak.
d) Beresiko terhadap cedera vaskuler serebral(stroke)
4) Neuro Akustik
Kriteria:
a) Tumor pada saraf kranial kedelapan, saraf untuk pendengaran dan
keseimbangan.
b) Tumbuh lambat dan dapat menjadi besar.
c) Pasien mengalami kehilangan pendengaran, tinnitus dan episode
vertigo dan gaya berjalan sempoyongan.
4. Etiologi
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan
bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu.
Agent tersebut meliputi faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi
immunologi.
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan
faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada
bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang
kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi
ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh,
menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan
abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf
pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
penanganannya, sebab pertumbuhan tumor akan menekan pada pusat vital dan
menyebabkan kerusakan serta kematian otak. Meskipun setengah dari seluruh tumor
adalah jinak, dapat juga menyebabkan kematian bila menekan pusat vital.
Gejala-gejala dari tumor intra cranial akibat efek lokal dam umum dari tumor. Efek
lokal berupa infiltrasi, invasi dan pengrusakan jaringan otak pada bagian tertentu. Ada
juga yang langsung menekan pada struktur saraf, menyebabkan degenerasi dan
gangguan sirkulasi lokal.
Edema dapat berkembang dan terjadi peningkatan takanan intracranial (TIK).
Peningkatan TIK akan dipindahkan melalui otak dan sistem ventrikel. Dapat juga terjadi
sistem ventrikel ditekan dan diganti sehingga menyebabkan obstruksi sebagian
vebtrikel. Papilledema akibat dari efek umum dari peningkatan TIK, kematian biasanya
akibat dari kompressi otak tengah akibat herniasi.
1. Causa Unknown/Idiopatik
2. Agent pembentuk tumor
3. Trauma cerebral & peny.peradangan
4. Metastase
ke unknown/
otak dari idiopa
tumor bagian tubuh lain
7. Causa
6. Pathway
8.
Hospitalisa
si &
operasi
9.
Kecemasa
n
10.
11.
Tumor OTAK
Bertambahnya masa
12.
13.Invasi jar.otak
Nekrosis jar.otak
14.
Gangguan suplai darah
15.
gg.perfu
si
jaringan
serebral
16.
17.
18.
gg. neurologis fekal
kejang
Obstruksi vena
Hipoksia jaringan
oedem
a
hidrocephalus
Peningkat
an TIK
kelemahan neurologis
Kerusakan
mobilitas fisik
Nyeri kepala
Nyeri
Edema
pada saraf
optik
lapang
pandang,
ketajaman
penglihatan ,
pandangan
Herniasi ulkus
Mesensefalon
tertekan
mual
Bicara
tertanggu,
berdesis, afasia
Penurunan
nafsu makan
gg. kesadaran
gg. komunikasi
verbal
BB
menurun
Risiko cedera
10
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
dini, karena pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan
meragukan tapi umumnya berjalan progresif.
a. Gejala serebral umum
21. Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang
dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi,
labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan
spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif
dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus
1) Nyeri Kepala
22.
30% gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut
diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik
sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan
pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian
tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia
perlu dicurigai tumor otak.
2) Muntah
23.
Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat
proyektif dan tak disertai dengan mual. Muntah , kadang-kadang di pengaruhi
oleh asupan makanan, yang selalu disebabkan adanya iritasi pada pusat vagal di
medula. Jika muntah dengan tipe yang kuat, ini disebut sebagai muntah proyekti
24.
Papiledema ( Edema pada saraf optik)
25.
Ada sekitar 70% sampai 75 % dari pasien dan dihubungkan dengan
gangguan penglihatan seperti penurunan ketajaman penglihatan, diplopia
( pandangan ganda) dan penurunan lapang pandangan
11
3) Kejang
26.
pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2%
penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak.
b. Menyebabkan peningkatan tekanan TIK
27.
timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu
tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu
dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor
yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun
lateralisasi
adalah
meduloblatoma,
spendimoma
dari
ventrikel
III,
gangguan
Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF)
1) Sakit kepala
2) Nausea atau muntah proyektil
3) Pusing
4) Perubahan mental
5) Kejang
33.
b. Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari
otak)
13
a. Pendekatan Pengobatan:
40. Pengaturan kelainan kejang melalui pengaturan nutrisi
b. Pembedahan
c. Stereotaktik
d. Penggunaan pisau gamma
e. Kemoterapi
f. Terapi sinar radiasi eksternal
g. Transplantasi sum-sum tulang autolog intravena
h. Kortikosteroid
41.
15
Pemilihan terapi ditentukan dengan tipe dan letak dari tumor. Suatu
Edema cerebral
Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral
Hypovolemik syok
Hydrocephalus
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus)
Infeksi luka operasi.
17
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Pemahaman pasien tentang penyakitnya
2) Perubahan dalam individu atau pertimbangan
3) Adanya ketidakmampuan sensasi ( parathesia atau anasthesia)
4) Masalah penglihatan (hilangnya ketajaman atau diplopia)
5) Mengeluh bau yang tidak biasanya (sering tumor otak pada lobus temporale)
6) Adanya sakit kepala
7) Ketidakmampaun dalam aktifitas sehari-hari.
b. Data Obyektif
1) Kekuatan pergerakan
2) Berjalan
3) Tingkat kewaspadaan dan kesadaran
4) Orientasi
5) Pupil : ukuran, kesamaan, dan reaksi
6) Tanda-tanda vital
7) Pemeriksaan funduscopy untuk mengetahui papilaedema
8) Adanya kejang
9) Ketidaknormalan berbicara
10)Ketidaknormalan saraf-saraf kranial
11) Gejala-gejala peningkatan tekanan intracranial
50.
18
c. Pemeriksaan fisik
51.
Kepala:
-
52.
Neurologis
53.
Penglihatan
-
Mata
54.
Pendengaran
-
55.
Bradikardi
Hipertensi
56.
Respirasi
-
57.
Abdomen:
2. Diagnosa Keperawatan
58.
a.
b.
c.
d.
muntah
e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan bicara tertanggu, berdesis,
afasia
f. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan tindakan operasi
g. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan lapang pandang dan ketajaman
penglihatan, kejang, dan gangguan kesadaran
59.
60.
20
3. Rencana Keperawatan
d. T
c. Di
uj
ag
no
sa
ke
pe
ra
ut
wa
ta
b.
g.
h.
e. Interv
e
j. S - Pantau neurologis
Ganggua
perfusi
jaringan
cerebral
berhubungan
dengan
adanya tingakat
el
bandingkan
kecendrungan pada
dengan nilai
standar
potensial peningkatan
di
ik
i.
Mengkaji
er
jaringan
et
hipoksia
f. Rasional
ensi
a
n
a
s
k
e
p
s
- Pantau
k.
l.
m.
n.
o.
p.
tekanan
darah
q.
r.
s.
t.
u.
v.
- Catat ada/tidaknya
reflek-refleks
diastolic merupakan
tertentu seperti
tanda terjadinya
el
21
reflex menelan,
batuk babinski,
peningakatan TIK
z.
Penurunan
dll
refleks menandakan
w.
3
- Pertahankan
adanya kerusakan
x
kepala/leher
pada tingakt otak
2
pada posisi
tengah atau batang
4
tengah/netral,
otak
ja
sokong dengan
aa.
m
ab.
gulungan handuk
di
kecil/bantal kecil. Kepala
h
Hindari
yang miring pada
ar
pemakaian
salah satu sisi akan
a
bantal besar
menekan vena
p
x.
jugularis dan
k
mangehambat aliran
a
darah vena, yang
n
selanjtnya akan
p
meningkatkan TIK
er
ac.
ad.
fu
a
si
ja
ri
n
g
a
n
s
er
e
br
22
al
a
d
e
k
u
at
,
d
e
n
g
a
n
o
ut
c
o
m
e
:
Klien
menunjukan
tingkat
perbaikan
kesadaran,
kongusi dan
motorik
sendiri
Klien
memperlihatk
23
an kestabilan
tanda-tanda
vital dan
tidak ada
tanda
peningkatan
TIK
ae.
ah.S af. Ny
eri
kr
on
is
be
rh
ub
un
ga
n
de
ng
an
pe
ni
ng
ka
ta
n
te
ka
na
n
Teliti
Nyeri
et
keluhan nyeri:
merupakan
el
intensitas,
pengalaman subjektif
karakteristik,
lokasi, lamanya,
oleh pasien.
di
faktor yang
Identifikasi
memperburuk
er
dan meredakan
ai.
aj.
ak.
al.
am.
faktor yang
ik
a
n
berhubungan
merupakan suatu hal
yang amat penting
untuk memilih
an.
ao.
ap.
aq.
ar.
k
e
p
yang tenang,
a
m
a
3
2
mengevaluasi
keefektifan dari terapi
an lingkungan
el
dan untuk
Berik
yang diberikan
ax.
menurunka
agak gelap
n reaksi terhadap
sesuai dengan
indikasi.
as.
meningkatakan
istirahat
ay.
Tingk
atkan tirah
baring.
24
menurunka
n gerakan yang dapat
4
int
ra
cr
an
ial
ag.
at.
au.
ja
di
h
ar
x
te
yang dialami.
ba.
bb.
bc.
bd.
be.
bf. .
menurunkan iritasi
tanda vital.
av.
is, perubahan
tanda-tanda
menangis/mering
er
indikator/derajat nyeri
wajah, gelisah,
vasi adanya
seperti ekspresi
Obser -
meningkatkan nyeri
az.
Merupakan
menigeal, resultan
Duku
ng untuk
menemukan
posisi yang
nyaman, seperti
kepala agak tinggi
sedikit.
aw.
rk
o
nt
ro
l
d
e
n
g
a
n
K
H
25
ketidaknyamanan
lebih lanjut..
Klien/
keluarga
mengatakan
nyeri hilang
Klien
menunjukka
n keadaan
rileks/tenang
dan mampu
beristirahat/t
odur dengan
tepat
bg.
bh.
bi. S -
Lakuk
bn. Melatih
Kerus
et
an ambulasi
pergerakan otot-otot
ak
el
ROM secara
aa
rutin
bj. .
klien
bo.
bp.
di
ob
ilit
er
as
ik
fisi
be
rh
ub
un
ga
de
el
ng
Ajark
an klien untuk
beraktivitas
Memulihka
secara bertahap
bk. .
Meng -
n kemampuan klien
untuk beraktivitas.
bq.
br.
melatih
setiap 2 jam
bl.
bm.
menghindari risiko
26
dekubitus.
bs.
an
kel
ah
an
ne
ja
ur
ol
di
og
is
ar
a
p
k
a
n
p
x
ti
d
a
k
m
e
n
g
al
a
m
i
k
27
el
e
m
a
h
a
n
fi
si
k
d
e
n
g
a
n
K
H
:
Klien mampu
melakukan
pergerakan/
mobilitas fisik
dengan baik
Otot-otot
klien dapat
berkontraksi
bt.
bu.
dengan baik
bw. -
Perub
Setel
ah
an
Ajark
an klien dan
membentu klien
keluarga
untuk menguarngi
mengenai posisi
28
nu
di
nyaman saat
tri
makan.
si
er
ku
ik
ra
ng
da
ri
ke
bu
tu
ha
el
tu
bu
m -
hankan kondisi
be
mulut klien
rh
sebelum dan
ub
un
sesudah makan.
cb.
Anjur
ga
ja
de
di
ng
an
ar
ua
menyediakan
makanan
un
ta
by.
Berita
tenang membantu
hu waktu makan
meningkatkan nafsu
makan.
cf.
cg.
pasien tenang)
bz.
Anjur
Anjurkan
pada orang tua untuk
mengistirahatkan
tua untuk
mengistirahatkan
anak sebelum
makan.
ca.
Perta
muntah
ce. .
Perasaan yang
nafsu makan
cj.
ck. .
-
dapar mengurangi
rasa mual yang
Anjurkan pada
kesukaan klien.
cd.
.
29
Makanan kering
dirasakan
cl.
cm.
Makanan kesukaaan
dapat merangsang
nafsu makan klien
cn.
co. .
h.
bv.
e
b
ut
u
h
a
n
n
ut
ri
si
p
a
si
e
n
te
rp
e
n
u
hi
d
e
n
g
a
n
K
H
:
30
Nafsu makan
klien kembali
normal
Klien
tidak
mengalami
penurunan
berat badan
Klien
tidak
mengalami
mual,
muntah
bx.
ct. S -
cp.
cq.G
an
gg
ua
n
ko
m
un
ika
si
ve
rb
al
be
rh
ub
un
Anjur -
mempermu
et
kan kepada
el
keluarga klien/
mengerti dengan
ajak klien
komunikasi yang
berkomunikasi
di
dengan
mengggunakan
er
kata-kata yang
ik
sederhana, dan
dengan suara
dimaksud
cw.
cx.
cy.
cz.
da.
db.
dc.
dd. .
lambat.
s
k
e
p
s
Ajark
an pada klien
untuk
berkomunikasi
atau berespon
31
Membiasa
kan klien untuk
cu.
-
berespon terhadap
komunikasi
de.
df.
dg.
dh.
di.
ga
n
de
ng
an
bic
ar
a
ter
ta
ng
gu
,
be
rd
esi
s,
da
n
af
asi
a
cr. .
cs.
el
dengan
menggunakan
terbiasa diajak
bahasa tubuh.
cv.
Perta
berkomunikasi
dj.
dk.
dl.
a
3
x
2
hankan
komunikasi
dengan klien.
4
ja
m
di
h
ar
a
p
k
a
n
k
o
m
u
ni
k
a
si
p
a
si
e
n
32
agar klien
ti
d
a
k
te
rg
a
n
g
u
d
e
n
g
a
n
o
ut
c
o
m
e
:
Klien mampu
mengikuti
aba-aba
verbal
Klien
berespon
jika diajak
berkomunika
33
si
dm.
do.
dn.
Kece
m
as
an
be
rh
ub
un
ga
n
de
ng
an
ho
spi
tali
sa
si
da
n
tin
da
ka
n
op
er
asi
Berik
Setel
pemahama
an penjelasan
n tentang penyakit
mengenai
penyakit
membantu mengontrol
di
pengobatan
secara jelas
er
ik
keluarga
dp.
keluarga
dr.
ds.
dt.
a
n
Datan
kesehatan
professional
dq.
a
3
x
2
4
ja
m
di
Komunikas
i terbuka dan
du.
dv.
dw.
tenaga
rohaniawan dan
el
n dukungan terhadap
gkan keluarga,
memberika
merupakan terapi
keluarga untuk
membicarakan
mengurangi
dan
kecemasan mereka
mengkomunikasi
kan rasa takut
dan
kekhawatiran
mereka
h
ar
a
34
p
k
a
n
kl
u.
P
x
p
a
h
a
m
te
rh
a
d
a
p
p
e
n
y
a
ki
tn
y
a
d
e
n
35
g
a
n
o
ut
c
o
m
e
:
Klien dan
keluarga
paham
tentang
penyakitnya
Klien dan
keluarga tidak
bertanyatanya tentang
penyakitnya
dan mengikuti
prosedur
pengobatan
dx.
dy.Ri
Intervensi
ea. S -
Orient -
pengenala
sik
et
n terhadap lingkungan
el
terhadap
meminimalkan risiko
ce
lingkungan
de
ra
di
sekitar
ec.
cedera
ei.
ej.
be
rh
er
Awasi
klien secara
36
untuk
mengkaji keamanan.
ek.
ub
ik
ketat selama
un
beberapa malam
ga
pertama.
ed.
de
ng
an
pe
nu
ru
el
na
la
pa
ng
pa
nd
an
ja
da
di
ke
ar
taj
an
pe
ng
la
lih
at
an
ri kecelakaaan pada
Perta
malam hari
en.
eo. .
ep.
hankan tempat
tidur pada
ketinggian paling
rendah selama
malam hari.
ee.
ef.
eg.
eh.
37
el.
em.
menghinda
dz.
kej
an
g,
da
pe
nu
ru
na
ke
sa
el
da
ih
ra
at
n.
a
n
p
a
si
e
n
k
e
m
b
al
i
n
or
m
38
al
d
e
n
g
a
n
K
H
:
Klien tidak
mengalami
cedera.
Klien
terbebas dari
rasa takut
akan cedera
eb.
eq.
er.
4. Implementasi
es. Implementasi disesuaikan dengan intervensi
5. Evaluasi
et.
eu.Diagnosa
ev. Evaluasi
Keperawatan
ew.
ex.
cerebral
berhubungan
hipoksia jaringan
ey.
serebral adekuat :
Klien menunjukkan tingkat perbaikan
dengan
39
fa.
berhubungan
dengan peningkatan
tekanan intracranial.
fd.
fe. Kerusakaan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan kelemahan
neurologis.
fh. Perubahan nutrisi
fg.
4.
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
badan
Klien tidak mengalami mual, muntah
dengan mual
fj.
muntah.
fk. Gangguan
komunikasi verbal
berhubungan
dengan bicara
tertanggu, berdesis,
fm.
tergangu
Klien mampu mengikuti
verbal
Klien berespon jika diajak berkomunikasi
dan afasia.
fn. Kecemasan
berhubungan
7.
penyakitnya
dan keluarga paham
dengan hospitalisasi
Klien
penyakitnya
Klien dan keluarga tidak bertanya-tanya
tentang
fq.
aba-aba
penyakitnya
dan
dengan penurunan
40
tentang
mengikuti
fv.
41
fw.
fx.
BAB III
PENUTUP
fy.
A. SIMPULAN
fz.
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang
sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan
yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor,
kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi
intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan
kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak.
ga.
gb.
gc.
gd.
ge.
gf.
42
gg.
DAFTAR PUSTAKA
gh.
gi. Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.
Jakarta: EGC.
gj. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
gk.Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
gl. Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
gm.
http://yayanakhyar.wordpress.com/2008/10/23/602/,
diakses
gn.
43