1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
8. Penunjang
9. Terapi
10. Edukasi
11. Prognosis
12. Tingkat
Evidens
13. Tingkat
Rekomendasi
14. Penelaah
Kritis
15. Indikator
Medis
16. Target
17. Kepustakaan
sianosis.
Bila bayi belum bisa makan per oral dapat juga diberikan
aminophylin IV dosis awal 7-8 mg/kgBB dilanjutkan dosis 2
mg/kgBB tiap 8 jam.
Penjelasan mengenai komplikasi jangka panjang dan jangka pendek dari
BBLR dan perawtan metode kangguru.
Ad vitam
: dubia ad bonam/malam
Ad sanationam
: dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
II
A
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
- Berat badan
- Kemampuan minum
Bayi sudah dapat minum secara adekuat sesuai dengan kebutuhan dan tidak
ada komplikasi.
1. Papageorgiou A., Pelausa E., Kovacs L. The extremely Low-BirthWeight infant. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M,
penyunting. Averys Neonatology, pathophysiology & management of the
newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott William & Wilkin, 2005;45989.
2. Anderson M.S., Hay W.W. Intrauterine growth restriction and the smallfor-gestational-age infant. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M,
penyunting. Averys Neonatology, pathophysiology & management of the
newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott William & Walkins,
2005;490-522.
3. Grider D.L, Robinson T.L. Management of the extremely Low Birth
Weight infant during the first week of life. Dalam: Gomella TL,
Cunningham MD,Eyal FG, Zenk KE, penyunting. Neonatology,
management, procedur, on-call problem, desease, and drug. Edisi 6.
Newyork : Lange McGraw Hill, 2011;163-74.
4. Rao R. Intrauterine Growth Restriction (Small for Gestational Age).
Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk KE, penyunting.
Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease, and drug.
Edisi 6. Newyork : Lange McGraw Hill, 2011;558-67.
5. Lee. K.G. Identifying the high-risk newborn and evaluating gestational
age, prematurity, postmaturity, large-for-gestational-age, and small-forgestational-age infants. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR,
penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;41-58.
6. Stewart J.E., Martin C.R., Joselow M.R. Follow-up care of very low birth
weight infants. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR,
penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008; 159-63.
7. Kliegman R.M. Intrauterine Growth Restriction. Dalam : Martin RJ,
Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and Martins Neonatalperinatal medicine. Edisi ke 9. Missouri: Elsevier, 2011; 245 - 76
8. American Heart Association and Amercan Academy of Pediatric.
Textbook of neonatal resuscitation. Kattwinkel J, penyunting. Edisi ke 6,
2011.
9. The low birthweight infant. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S,
penyunting. Essential Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell
Publishing, 2008 ; 77 86
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
ASFIKSIA PERINATAL
P 21.9
Kegagalan bernapas spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga terjadinya
gangguan pertukaran gas ( O2 dan CO2 ) yang mengakibatkan bayi baru lahir
mengalami hipoksia, hiperkarbia dan asidosis metabolik
Faktor resiko ( etiologi ) perkiraan asfiksia.
Riwayat persalinan lahir langsung menangis ( bernapas spontan ) atau tidak.
Dinilai appearance (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace (mimik wajah),
activity (tonus otot), respiratory effort (usaha nafas) pada menit 1 dan 5, kalau perlu
setiap 5 menit sampai menit 20 sesuai dengan kondisi bayi.
Penilaian bersamaan dengan langkah-langkah resusitasi. Sambil melakukan resusitasi,
menilai APGAR 1 menit, 5 menit, dan 10 menit. Setelah selesai resusitasi, dilanjutkan
dengan perawatan pasca resusitasi, dipantau fungsi vital (nadi, pernafasan, kesadaran),
mencari komplikasi dan penyakit penyerta serta pemeriksaaan fisik lengkap.
1. Nilai APGAR 0 3 pada menit ke 5
2. Asidosis metabolik atau campuran ( pH darah arteri umbikalsis < 7 )
3. Manifestasi neurologik ( kejang, hipotoni, koma, esefalopatia hipoksik
iskemik )
Sesuai dengan nilai APGAR menit ke 5 dan manifestasi neurologik
Neonatal ensefalopati
Glukosa darah, hemoglobin, leukosit, diff. count, serta pemeriksaan lain atas indikasi
(foto thoraks, ECG,USG).
Sebelum melakukan langkah awal resusitasi lakukan penilaian awal:
1.Apakah cukup bulan ?
2.Apakah bernapas atau menagis ?
3.Apakah tonus otot baik ?
Bila ada jawaban tidak dari ke tiga pertanyaan ini maka langkah awal resusitasi
harus dimulai, sedangkan bila semua jawaban ya maka bayi tersebut hanya dilakukan
perawatan rutin saja (jaga kehangatan, bersihkan jalan napas dan keringkan).
A. Langkah Awal Resusitasi
Letakkan bayi di meja resusitasi dengan alat pemancar panas,
letakkan pada posisi yang benar, lakukan penghisapan (bila perlu),
keringkan, rangsangan taktil, reposisi dan nilai: pernapasan frekuensi
jantung dan warna kulit.
B. Ventilasi Tekanan Positip ( VTP )
Ventilasi tekanan positip dapat diberikan dengan balon resusitasi dan
sungkup atau dengan balon resusitasi dan intubasi endotrakheal
(ETT).
1. Indikasi :
Bila bayi apnu/megap-megap atau bernapas tetapi frekuensi
jantung <100 kali permenit atau sianosis sentral menetap meskipun
diberikan oksigen aliran bebas sampai 100 %
2. Frekuensi :
Lakukan ventilasi dengan frekuensi 40-60 kali per menit selama 30
detik dengan oksigen 21 - 100% ( pada bayi cukup bulan dimulai
dengan oksigen 21 % dan pada bayi preterm dimulai dengan
oksigen lebih dari 21 % yang dapat ditingkatkan sampai dengan
target saturasi oksigen preduktal tercapai ) , lalu nilai frekuensi
jantung :
9. Edukasi
10. Prognosis
ml/kgBB melalui ETT, dapat diulang setiap 3-5 menit bila frekuensi
jantung kurang dari 60 kali per menit.
2. Cairan penambah volume darah
Bila bayi tidak memberikan respon terhadap resusitasi dan ada bukti
kehilangan darah maka indikasi pemberian cairan penambah volume
darah, yaitu garam fisiologis atau ringer laktat dengan dosis 10
ml/kgBB.
3. Nalokson
Bila ibu mendapat morphin atau petidin dalam waktu 4 jam terakhir
dan tidak ada usaha napas, tetapi frekuensi jantung dan kulit normal
langsung diberikan Nalokson 0,1 mg/kgBB intravena melalui vena
umbilikalis atau pipa endotrakeal.
Ingatlah, walaupun didapatkan frekuensi jantung nol, penekanan dan ventilasi harus
dilanjutkan sampai diambil keputusan medik untuk menghentikan tindakan resusitasi.
Resusitasi dihentikan bila semua langkah dilakukan dengan baik selama 15 menit
frekuensi jantung tetap nol.
Penjelasan mengenai komplikasi jangka panjang dan jangka pendek dari asfiksia
perinatal.
Penjelasan mengenai faktor risiko asfiksia neonatorum.
Ad vitam
: dubia ad bonam/malam
Ad sanationam
: dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam/malam
II
B
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
Tergantung diagnosis
Darah : Hb, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED dan CRP.
Radiologi ( foto toraks dan ultrasonografi )
Transiluminasi
1. Suportif, umumnya sama pada semua gawat napas, yaitu :
a. Pemberian cairan
# IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai degan
kebutuhan bayi
# Mulai hari ke 3 ditambahkan NaCl 15 % sebanyak 6 cc/kolf
# Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
# Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbo
nat ( 4 : 1 ) Bila dapat diperiksa analisa gas darah, asidosis da
dikoreksi langsung dengan pemberian cairan Natrium
Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
# Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino
1-3 g/kgBB/hari. Bila sudah bisa minum per oral beri ASI atau
susu formula
b. Terapi oksigen ( intra nasal, head box, buble CPAP, ventilator )
2. Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin, bila tidak ada perbaikan dalam
2 hari, gentamisin diganti dengan ceftazidim.
3. Terapi khusus, tergantung dari etiologi gawat napas :
a. Pneumothorak :
# Tidak ada tension pneumothorak : berikan oksigen 100 %
selama 12 jam pada bayi aterm ( nitrogen washing )
# Dengan tension pneumothorak dilakukan pemasasangan
kateter interkostal dengan kontinuous suction ( WSD )
# Jika keadaan kritis dapat dilakukan aspirasi dengan
menggunakan wing needle no.21 dan spuit 5 cc serta three
way stopcock ( diagnosis dan terapi )
b. Hernia Diafragmatika : operatif ( repair diafragma )
c. Farese Syaraf Frenikus : konservatif ( bayi dimiringkan ke sisi
farese ), operatif bila setelah 1 bulan tidak ada perbaikan ( plikasi
diafragma )
Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan serta komplikasi yang
mungkin timbul.
Ad vitam
: dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam :dubia ad bonam/malam
II
A
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
1. Klinis
2. Pemeriksaan penunjang
Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak ada
tanda infeksi dan penyakit penyebab telah terkendali
1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute
Respiratory Disorders. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M,
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
17. Definisi
18. Anamnesis
19. Pemeriksaan
Fisik
20. Kriteria
Diagnosis
21. Diagnosis
22. Diagnosis
Banding
23. Pemeriksaan
Penunjang
24. Terapi
25. Edukasi
26. Prognosis
27. Tingkat
Evidens
28. Tingkat
Rekomendasi
29. Penelaah
Kritis
30. Indikator
Medis
31. Target
32. Kepustakaan
Tergantung diagnosis
Darah : Hb, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED dan CRP.
Radiologi ( foto toraks dan ultrasonografi )
Transiluminasi
1. Suportif, umumnya sama pada semua gawat napas, yaitu :
a. Pemberian cairan
# IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai degan
kebutuhan bayi
# Mulai hari ke 3 ditambahkan NaCl 15 % sebanyak 6 cc/kolf
# Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
# Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbo
nat ( 4 : 1 ) Bila dapat diperiksa analisa gas darah, asidosis da
dikoreksi langsung dengan pemberian cairan Natrium
Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
# Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino
1-3 g/kgBB/hari. Bila sudah bisa minum per oral beri ASI atau
susu formula
b. Terapi oksigen ( intra nasal, head box, buble CPAP, ventilator )
2. Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin, bila tidak ada perbaikan dalam
2 hari, gentamisin diganti dengan ceftazidim.
3. Terapi khusus, tergantung dari etiologi gawat napas :
a. Pneumothorak :
# Tidak ada tension pneumothorak : berikan oksigen 100 %
selama 12 jam pada bayi aterm ( nitrogen washing )
# Dengan tension pneumothorak dilakukan pemasasangan
kateter interkostal dengan kontinuous suction ( WSD )
# Jika keadaan kritis dapat dilakukan aspirasi dengan
menggunakan wing needle no.21 dan spuit 5 cc serta three
way stopcock ( diagnosis dan terapi )
b. Hernia Diafragmatika : operatif ( repair diafragma )
c. Farese Syaraf Frenikus : konservatif ( bayi dimiringkan ke sisi
farese ), operatif bila setelah 1 bulan tidak ada perbaikan ( plikasi
diafragma )
Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan serta komplikasi yang
mungkin timbul.
Ad vitam
: dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam :dubia ad bonam/malam
II
A
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
1. Klinis
2. Pemeriksaan penunjang
Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak ada
tanda infeksi dan penyakit penyebab telah terkendali
1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute
Respiratory Disorders. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M,
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute
Respiratory Disorders. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting.
Averys Neonatology Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6.
Philadelphia : Lippincott William & Walkins, 2005;553-77.
2. Truog W.E., Golombek S.G., Principles of Management of Respiratory Problems.
Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Averys Neonatology
Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;600-21.
3. Bany-Mohammed F, Gomella T.L. Hyaline Membrane Disease. Dalam: Gomella
TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk KE, penyunting. Neonatology, management,
procedur, on-call problem desease, and drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw
Hill, 2003;524-52.
4. M.Sholeh Kosim. Gangguan Nafas pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS,
Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi.
Edisi 1. Jakarta : Badan Penerbit IDAI, 2008;126-46.
5. Bhakta K.Y. Respiratory Distress Syndrome. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;323-30.
6. Rodriguez R.J., Martin R.J., Fanaroff A.A. Respiratory Distress Syndrome and its
management. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff
and Martins Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier,
2006;1097-107.
7. Respiratory disorder. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S,
penyunting. Essential Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia :
Blackwell Publishing, 2008 ; 92-110.
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
HERNIA DIFRAGMATIKA
K44.9
Adanya defek pada diafragma sehingga isi abdomen masuk ke rongga thorak
Riwayat afiksia dan sesak nafas sejak lahir
Dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler menurun, dada tampak lebih
cembung, perut skapoid, dapat terdengar peristaltik usus pada thoraks
Gejala klinis + foto thorak ( tampak gambaran usus di rongga thorak )
Sesuai klinis dan foto thorak
Eventrasi diafragma kongenital
Kelumpuhan syaraf phrenikus
Darah : Hb, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED dan CRP.
Radiologi : foto toraks
1. Suportif, umumnya sama pada semua gawat napas, yaitu :
a. Pemberian cairan
# IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai degan
kebutuhan bayi
# Mulai hari ke 3 ditambahkan NaCl 15 % sebanyak 6 cc/kolf
# Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
# Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbo
nat ( 4 : 1 ) Bila dapat diperiksa analisa gas darah, asidosis da
dikoreksi langsung dengan pemberian cairan Natrium
Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
# Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino
1-3 g/kgBB/hari. Bila sudah bisa minum per oral beri ASI atau
susu formula
b. Terapi oksigen ( intra nasal, head box, buble CPAP, ventilator )
2. Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin, bila tidak ada perbaikan dalam
2 hari, gentamisin diganti dengan ceftazidim.
3. Terapi khusus :
Operatif ( repair diafragma )
Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan serta komplikasi yang mungkin
timbul.
Ad vitam
: dubia ad bonam/malam
Ad sanationam
: dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam/malam
II
B
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
Klinis : Tanda-tanda gawat nafas
Foto thorak
Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak ada tanda
infeksi dan penyakit penyebab telah terkendali
1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute Respiratory
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
PERDARAHAN PARU
P26.9
Terdapatnya darah di saluran napas yang disertai perburukan klinis penderita
dan bukan disebabkan oleh trauma
Terdapat darah yang keluar dari endotracheal tube atau dari laring.
Terdapat darah atau keluar dari endotracheal tube atau dari laring pada bayi
yang tidak diintubasi. Hipoaktif, pucat, takikardi, hipotensi, sesak, sianosis,
vesikuler melemah. Pada perdarahan masif klinis penderita cepat memburuk.
Mungkin dapat ditemui manifestasi perdarahan di tempat lain.
a. Pemeriksaan Fisik
Terdapat darah atau keluar dari endotracheal tube atau dari laring pada bayi
yang tidak diintubasi. Hipoaktif, pucat, takikardi, hipotensi, sesak, sianosis,
vesikuler melemah. Pada perdarahan masif klinis penderita cepat
memburuk. Mungkin dapat ditemui manifestasi perdarahan di tempat lain.
b. Pemeriksaan laboratorium
i. Pemeriksaan hematologi (kadar hemoglobin, hematokrit, lekosit,
hitung jenis, trombosit, clotting time, prothrombin time, partial
thromboplastin time, trombin time,
ii. Analisis gas darah.
c. Radiologi: foto thoraks: pada perdarahan lokal terdapat infiltrat (pachy,
linier atau noduler ) dan pada perdarahan masif didapati gambaranradio
opaque pada kedua lapangan paru dengan air bronchogram
Sesuai klinis dan pemeriksaan penunjang
Ditujukan pada etiologi
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan hematologi (kadar hemoglobin, hematokrit, lekosit, hitung
jenis, trombosit, clotting time, prothrombin time, partial thromboplastin
time, trombin time,
2. Analisis gas darah.
b. Radiologi : foto thoraks: pada perdarahan lokal terdapat infiltrat (pachy,
linier atau noduler) dan pada perdarahan masif didapati
gambaran adio
opaque pada kedua lapangan paru dengan air
bronchogram
Umum :
1. Bersihkan jalan napas
2. Perbaiki tekanan darah
3. Koreksi asidosis
4. Transfusi darah (bila perlu)
5. Obati penyebab yang mendasari
Khusus :
1. Ventilator terpasang:
a. Bersihkan jalan napas melalui ETT
b. Tingkatkan FiO2
c. Tingkatkan PEEP sampai 6-8 cmH2O
d. Pertimbangkan untuk meningkatkan PIP
2. Bila tidak menggunakan ventilator:
a. Bersihkan jalan nafas
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
Mengetahui/Menyetujui
Ka. Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
thorak.
4. Gastroenteritis : gejala klinis
5.Tersangka infeksi : bila bayi baru lahir mempunyai faktor resiko /
predisposisi untuk infeksi, yaitu : suhu ibu >38oC, leukosit ibu
> 25.000/mm3 , air ketuban keruh dan bau busuk, ketuban pecah
> 12 jam dan partus kasep
6. Klinis sepsis : gejala klinis
7. Sepsis : gejala klinis + lebih dari 1 hasil pemeriksan laboratorium
yang positip atau kultur darah yang positip.
8. Meningitis : gejala klinis sepsis + hasil pmeriksan cairan serebrospi
nalis :
o Tes Pandy : + atau ++
o Jumlah sel : umur 0 s/d 48 jam
: >100/mm3
umur 2 s/d 7 hari
: >50/mm3
umur >7 hari
: >32/mm3
o Diff. count : PMN meningkat, protein meningkat dan glukosa
menurun
Sesuai klinis dan pemeriksaan penunjang
Tergantung diagnosis
Darah : Hb, lekosit, diff. count, trombosit, mikro LED, dan kultur dan
tes resisintesi
LCS : Protein, sel diff. count, pengecatan gram dan kultur
Urin : Rutin dan kultur dan tes resistensi
USG transfontanela : terutama untuk melihat komplikasi meningitis ( ventrikulitis
dan hidrosefalus )
1. Omfalitis
Bersihkan tali pusat dengan alkohol 70 % dan povidon iodin
Beri antibiotika ampisilin dan gentamisin
2. Oftalmia Neonatorum gonoroeka
Isolasi, irigasi mata dengan ringer laktat, beri antibiotika ceftriakson
dosis tunggal 25-50 mg/kgBB ( maksimal 125 mg ).
Profilaksis : Salep mata tetrasiklin diberikan segera pada semua
bayi baru lahir
3. Bronkopneumonia
a. Pemberian cairan
# IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai degan
kebutuhan bayi
# Mulai hari ke 3 ditambahkan NaCl 3 % sebanyak 30 cc/kolf
# Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
# Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbo
nat ( 4 : 1 ) Bila dapat diperiksa analisa gas darah, asidosis da
dikoreksi langsung dengan pemberian cairan Natrium
Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
# Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino
2-3 g/kgBB/hari. Bila sudah bisa minum per oral beri ASI atau
susu formula
b. Terapi oksigen
c. Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin, bila tidak ada perbaikan
dalam 2 har, gentamisin diganti dengan ceftazidim.
4. Gastroenteritis
a. Pemberian Cairan:
# GEAD ringan-sedang
Diberikan IVFD.
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
# GEAD berat
Dengan asidosis: dekstrose 5% 480 cc + Bicnat 7% 10-20cc
Tanpa asidosis atau asidosis telah teratasi: dekstrose 5% 500
cc + NaCl 3% sebanyak 30 cc
Jumlah dan kecepatan pemberian pada dehidrasi berat:
# 4 jam pertama 100 cc/kgBB atau 25 tetes/kgBB/menit
(mikrodrip)
# 20 jam berikutnya 150 cc/kgBB atau 7 tetes/kgBB/menit
b. Obat-obatan:
Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin.
Anti jamur : Nystatin bila ada indikasi.
c. Minum:
Langsung diberikan ASI begitu bayi dapat minum, bila bayi
mendapat PASI di rumah diberikan susu yang sama dengan
pengenceran setengah kemudian penuh.
5. Tersangka infeksi
Pada bayi langsung diberikan Ampisilin dan gentamisin
Bila selama observasi ditemukan tanda infeksi baik klinis dan
laboratoris, antibiotika diganti dengan Ceftazidime.
6. Sepsis dan klinis sepsis
a. Pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan bayi.
b. Terapi oksigen bila diperlukan
c. Antibiotik : Ceftazidime. Bila dicurigai infeksi oleh karena
stafilokokkus maka diberikan sefalosporin generasi ke-2, 50
mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian, bila tidak ada perbaikan
klinis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin memburuk,
pertimbangkan pindah ke antibiotika yang lebih poten, misal
nya meropenem, atau sesuai dengan hasil tes resistensi.
Antibiotika diberikan 7-10 hari (antibiotik dihentikan setelah klinis
membaik 5 hari)
7. Meningitis
a. Pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan bayi.
b. Terapi oksigen bila diperlukan
c. Antibiotik : Ceftazidime
Bila tidak ada perbaikan klinis dalam 48 jam atau keadaan
umum semakin memburuk, pertimbangkan pindah ke
antibiotika yang lebih poten, misalnya meropenem, atau sesuai
dengan hasil tes resistensi. Antibiotika diberikan 21 hari
Penjelasan mengenai faktor risiko infeksi dan penatalaksanaan serta komplikasi.
Ad vitam
: dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
II
B
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
1. Klinis
2. Pemeriksaan penunjang
Klinis membaik dan tanda-tanda infeksi telah teratasi
1. Schelonka R.L., Freij B. J., McCracken G.H. Bacterial and fungal infections.
Cara pemb.
IV / IM
IV
IV
IV
IV
IV / IM
IV
IV
IV
Dosis
< 1200
0 4 mgg
7,5 / 12 jam
25 / 12 jam
50 / 12 jam
50 / 12 jam
50 / 8 jam
2,5 / 18 jam
20 / 12 jam
40 / 8 jam
7,5 / 48 jam
(mg/kg BB)
1200
0 7 hari
7,5 / 12 jam
25 / 12 jam
50 / 12 jam
50 / 12 jam
50 / 8 jam
2,5 / 12 jam
20 / 12 jam
40 / 8 jam
7,5 / 24 jam
Dan
s/d 2000
> 7 hari
7,5 / 8 jam
25 / 8 jam
50 / 8 jam
50 / 8 jam
50 / 8 jam
2,5 / 8 jam
20 / 12 jam
40 / 8 jam
7,5 / 12 jam
interval
>
0 7 hari
10 / 12 jam
25 / 8 jam
50 / 8 jam
50 / 8 jam
50 / 8 jam
2,5 / 12 jam
20 / 12 jam
40 / 8 jam
7,5 / 12 jam
pemberian
2000
> 7 hari
10 / 8 jam
25 / 6 jam
50 / 6 jam
50 / 8 jam
50 / 8 jam
2,5 / 8 jam
20 / 8 jam
40 / 8 jam
15 / 12 jam
Keterangan :
Tanda astriks ( * ) : dosis untuk meningitis bakterialis.
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
timbul umur 2 5 hari, pada mata ditemukan sekret pus, banyak, bisa mengenai satu
mata atau dua mata.
3. Pemeriksaan
Fisik
Pada mata ditemukan edema kelopak mata, palpebra/konjungtiva merah, sekret pus,
banyak, bisa mengenai satu mata atau dua mata.
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
Gejala klinis + ditemukan diplokokus gram negatip intra & ekstraseluler di sekret mata
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
Ad vitam
Ad sanationam
Ad fungsionam
II
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
: bonam
: bonam
: bonam
B
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
Klinis
Tidak ditemukan lagi sekret pada mata
1. Schelonka R.L., Freij B. J., McCracken G.H. Bacterial and fungal infections. Dalam:
MacDonald MG, Mullet MD, Seshia M, penyunting. Averys Neonatology,
pathophysiology & management of the newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;1235-73.
2. Naglie R. Infectious Diseases. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk
KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease, and
drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;434-68.
3. Puopolo K.M. Bacterial and fungal infections. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;274-300.
4. Edwards M. S. Postnatal bacterial infections. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh
MC, penyunting. Fanaroff and Martins Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8.
Misouri : Mosby Elsevier, 2006;791-829.
5. Infection. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential Neonatal
Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 61 76
6. Embree J.E. gonococcal infections. Dalam: Remington JS, Jerome O, Klein MD,
penyunting. Remingtons Infectious Disease of the Fetus and Newborn Infant. Edisi
5. Philadelphia : WB Saunders Company, 2001;516-23.
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
intravena pada bayi tanpa ikterus atau umur >7 hari dan dilanjutkan
dengan 0,2 mg/kgBB/kali
g. Bila hipomagnesemi MgSO4 0,25 cc/kgBB IM
h. Bila dicurigai defisiensi piridoksin diberikan piridoksin 25-50 mg IV
(bila semasa hamil ibu banyak makan vitamin B6)
Penjelasan mengenai faktor resiko, penatalaksaan serta komplikasi
Ad vitam
: dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
III
B
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
Klinis
Penderita tidak kejang lagi
1. Hill A. Neurological and neuromuscular disorders. Dalam: MacDonald MG,Mullet
MD, Seshia M, penyunting. Averys Neonatology, pathophysiology &
managementof the newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott William &
Wilkins, 2005;1384-1409.
2. Gatot I. Sarosa. Kejang dan spasme. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI, 2008;226-50.
3. Pathak A. Neonatal Seizures. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG,
Zenk KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem,
desease, and drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;496-500.
4. Plessis A.J. Neonatal seizures. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR,
penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott William
& Wilkins, 2008;483-98.
5. Scher M.S. Seizures in Neonates. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC,
penyunting. Fanaroff and Martins Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri
: Mosby Elsevier, 2006;956-65.
6. Neurological disorders. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S penyunting.
Essential Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia :
Blackwell Publishing,
2008 ; 206 - 224
7. Volpe J.J. Neonatal Seizures. Dalam: Volpe J.J. Neurology of the
newborn,
penyunting. Edisi 5. Philadelphia : WB Saunders, 2008;
203-44.
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
NEONATAL HIPOGLIKEMI
P70.4
Kondisi bayi dengan kadar glukose darah kurang nilai normal ( < 45 mg/dL ) yang
dapat menimbulkan gejala (simptomatis) atau tidak (asimptomatis).
Cari faktor resiko : bayi dari ibu DM, neonatus besar masa kehamilan, neonatus kecil
masa kehamilan, bayi prematur/postmatur, neonatus puasa, polisitemia dan
eritroblastosis.
Dapat asimptomatik atau simptomatik (apatis, hipotoni, muntah, sianosis, apnu,
twitching / kejang, nistagmus dan temperatur tidak stabil).
Berdasarkan pemeriksan fisik dan pemeriksaan laboratorium yaitu bila kadar gula
darah < 45 mg/dL.
Sesuai pemeriksaan kadar gula darah sewaktu
Ditujukan pada etiologi hipoglikemi
Pemeriksaan gula darah, elektrolit, hemoglobin, hematokrit, leukosit,
hitung jenis,trombosit, kultur darah
Curigai dan antisipasi hipoglikemia neonatus dengan faktor resiko.
a. Bila hipoglikemia asimptomatik pemberian makanan sedini
mungkin, bila dua kali pemberian makan dini (interval 2 jam) tidak
berhasil berikan IVFD dekstrose 10%
b. Bila hipoglikemia simptomatik berikan dekstrose10% dengan inisial
2 cc/kgBB diboluskan selama 5 menit (8-10 mg/kgBB/menit)
dilanjutkan IVFD dekstrose 10% (jumlah cairan sesuai umur dan
berat badan) atau infus Glukose 10 % dengan GIR 6-8 mg/kg/mnt.
Monitor kadar gula darah setiap 2 jam dalam 6 jam pertama,
selanjutnya setiap 4 jam. Bila 2 kali pemeriksaan kadar gula
darah stabil tidak perlu dimonitor lagi. Bila kadar gula darah
normal tidak tercapai dalam 4 jam, maka diberi dekstrose 12%.
Bila 4 jam belum tercapai kadar gula darah normal, maka
ditambahkan Hidrokortison 5 mg/kgBB dalam cairan infus setiap 12
jam atau prednison 2 mg/kgBB dibagi 3 dosis. Dalam keadaan
lanjut (menjadi progresif) baru dipertimbangkan penyebab yang
jarang seperti inborn error of metabolism, tumor pankreas dan
lain-lain
Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan serta
Komplikasi
Ad vitam
: dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
II
B
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
1. Klinis
2. Gula darah sewaktu lebih dari 45 mg/dl
15. Target
16. Kepustakaan
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
8. Penunjang
9. Terapi
10. Edukasi
11. Prognosis
12. Tingkat
Evidens
13. Tingkat
Rekomendasi
14. Penelaah
Kritis
15. Indikator
Medis
16. Target
17. Kepustakaan
Ad sanationam
Ad fungsionam
III
: dubia ad bonam/malam
: dubia ad bonam/malam
B
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
Klinis
Perbaikan klinis
1. Gilmore M.M. Traumatic delivery. Dalam: Gomella TL, Cunningham,
MD, Eyal FG, Zenk KE, penyunting. Neonatology, management, procedures, oncall problems, desease, and drug. Edisi 5, Newyork : Lange McGraw Hill,
2003;314-20.
2. Abdulhayoglu E. Birth Trauma. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald
EC, Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6, Philadelphia :
Lippincott William & Walkins, 2008;228 -36.
3. Mangurten H.H. Birth Injuries. Dalam: Fanaroff and Martins Neonatal-Perinatal
Medicine. Edisi 8, Mosby Elsevier, 2006;529-60.
4. Birth injury. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting.
Essential Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Pub
lishing, 2008 ; 35 - 40.
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
IKTERUS NEONATORUM
P 59.9
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonyugasi yang berlebih.
Hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin plasma lebih dari 5 - 7 mg/dL
Lakukan anamnesis riwayat kehamilan ( penyakit yang diderita ibu selama
kehamilan), riwayat persalinan ( masa gestasi, cara persalinan ), faktor resiko infeksi (
sepsis ), golongan darah ibu dan ayah, kapan timbulnya ikterus, riwayat ikterus pada
anak sebelumnya
- Terlihat kuning pada sclera, mukosa dan kulit.
- Cari manifestasi klinis dari penyakit atau kelainan patologis yang menyebabkan
ikterus untuk memperkirakan ikterus fisiologis atau non fisiologis.
Sesuai dengan etiologi diatas.
Untuk mencari etiologi perlu dilakukan :
- Anamnesis sedini dan secermat mungkin mengenai riwayat kehamilan dan
persalinan
- Ikterus timbul pada hari 1: periksa kadar bilirubin, darah tepi lengkap, golongan
darah ibu dan bayi, Coomb test
- Ikterus timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3: periksa kadar bilirubin, periksa darah
tepi lengkap, golongan darah ibu dan bayi, Coomb test (bila peningkatan bilirubin
>5 mg% dalam 24 jam, karena masih ada kemungkinan penyebabnya
inkompabilitas ABO atau Rh), pemeriksaan enzim G6PD
- Ikterus timbul pada hari ke 4 atau lebih: periksa kadar bilirubin, periksa darah tepi,
pemeriksaan enzim G6PD
Sesuai klinis dan pemeriksaan bilirubin serum
Ditujukan pada etiologi ikterus
Darah : Kadar bilirubin, hemoglobin, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED,
golongan darah ibu dan anak, kultur dan Coomb test
- Foto terapi atau transfusi tukar bila ada indikasi berdasarkan Grafik AAP pada
bayi dengan masa gestasi > 35 minggu dan berdasarkan tabel terlampir untuk bayi
preterm dan bayi berat blahir rendah.
- Foto terapi dihentikan bila kadar bilirubin tidak meningkat lagi dan kadarnya lebih
dari 3 mg/dL dibawah garis resiko.
- Tranfusi tukar dilakukan dengan golongan darah yang sesuai dengan golongan
darah ibu dan anak. Jumlah darah diberikan 2 kali volume darah bayi. Sebelum dan
sesudah tranfusi tukar lakukan terapi sinar.
Penjelasan mengenai faktor resiko dan penatalaksanaan serta komplikasi
Ad vitam
: dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
II
B
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
1. Klinis
2. Kadar bilirubin serum
Kadar bilirubin serum sudah dibawah indikasi fototerapi dan etiologi sudah teratasi.
1. Maisels M.J. Jaundice. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting.
Averys Neonatology, pathophysiology & managementof the newborn. Edisi 6.
Philadelphia : Lippincot William & Wilkins, 2005;768-846.
2. Abdulrahman Sukadi. Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI, 2008;147-69.
3. Gilmore M.M. Hyperbilirubinemia. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal
FG, Zenk KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem,
desease, and drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;244-50.
4. Martin C.R., Cloherty J.P., Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP,
Eichenwald EC, Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6.
Philadelphia : Lippincott William & Wilkins, 2008;181-212.
5. Wong R.J., DeSandre G.H. Sibley E., Stevenson D.K. Neonatal Jaundice and Liver
Disease. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and
Martins Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier,
2006;1419-65.
6. Jaundice. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S,penyunting.
Essential Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell
Publishing, 2008 ; 130 41
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
PANDUAN TERAPI SINAR PADA BAYI USIA > 35 MINGGU ( Sumber : AAP )
Keterangan:
Kadar bilirubin yang digunakan adalah bilirubin total. Jangan dikurangi dengan bilirubin direk.
Faktor risiko adalah: penyakit hemolitik isoimun, def. G6PD, asfiksia, letargi yang nyata, instabilitas
suhu, sepsis, asidosis atau kadar albumin <3 g/dl (bila diukur)
Untuk bayi usia 35-37 6/7 minggu bila keadaan umum bayi dapat dipertimbangkan kadar bilirubin
pada garis risiko sedang, trutama pada usia yang lebih mendekati batas 37 6/7.
Fototerapi dapat dilakukan sampai kadar bilirubin total 2-3 mg/dl dibawah garis pedoman.
PANDUAN TRANFUSI TUKAR PADA BAYI USIA > 35 MINGGU ( Sumber : AAP )
Keterangan:
Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan keaadan tanpa patokan pasti karena terdapat
terdapat pertimbangan klinis dan tergantung respon terhadap fototerapi.
Transfusi tukar dianjurkan segera dilakukan bila bayi menunjukkan tanda-tanda ensefalopati bilirubin
akut atau bila kadar bilirubin total 5 mg/dl di atas garis pedoman.
Faktor risiko adalah: penyakit hemolitik isoimun, def G6PD, asfiksia, letargi yang nyata, instabilitas
suhu, sepsis, asidosis.
Hitung kadar albumin serum dan hitung rasio bilirubin/albumin.
Gunakan kadar bilirubin total.
Rasio bilirubin total / albumin sebagai penunjang untuk memutuskan transfusi tukar
Rasio B /A Saat Transfusi Tukar
Harus
Dipertimbangkan
Rasio BT/Alb
Rasio BT/Alb
8,0
0,94
7,2
0,84
6,8
0,80
Pedoman terapi sinar dan transfusi tukar bayi berat lahir rendah
berdasarkan berat badan
Bilirubin Total [ mg/dL ( umol/L ) ]
Berat Badan ( g )
Terapi Sinar
Transfusi tukar
< 1500
5 8 ( 85 140 )
13 16 ( 220 275 )
1500 1.999
8 12 ( 140 200 )
16 18 ( 275 300 )
2000 2.499
11 14 ( 190 240 )
18 20 ( 300 340 )
Pedoman terapi sinar dan transfusi tukar bayi berat lahir rendah
berdasarkan masa gestasi
Bilirubin Total [ mg/dL ( umol/L ) ]
Masa gestasi ( mg )
Terapi sinar
14,6 (250)
36
32
8,6 (150)
14,6 (250)
17,5 (300)
28
5,8 (100)
11,7 (200)
14,6 (250)
24
4,7 (80)
8,8 (150)
11,7 (200)
18. Definisi
19. Anamnesis
20. Pemeriksaan
Fisik
21. Kriteria
Diagnosis
22. Diagnosis
23. Diagnosis
Banding
24. Pemeriksaan
25. Penunjang
26. Terapi
27. Edukasi
28. Prognosis
29. Tingkat
Evidens
30. Tingkat
Rekomendasi
31. Penelaah
Kritis
32. Indikator
Medis
33. Target
34. Kepustakaan
Ad sanationam
Ad fungsionam
III
: dubia ad bonam/malam
: dubia ad bonam/malam
B
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
Klinis
Perbaikan klinis
1. Gilmore M.M. Traumatic delivery. Dalam: Gomella TL, Cunningham,
MD, Eyal FG, Zenk KE, penyunting. Neonatology, management, procedures, oncall problems, desease, and drug. Edisi 5, Newyork : Lange McGraw Hill,
2003;314-20.
2. Abdulhayoglu E. Birth Trauma. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald
EC, Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6, Philadelphia :
Lippincott William & Walkins, 2008;228 -36.
3. Mangurten H.H. Birth Injuries. Dalam: Fanaroff and Martins Neonatal-Perinatal
Medicine. Edisi 8, Mosby Elsevier, 2006;529-60.
4. Birth injury. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting.
Essential Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Pub
lishing, 2008 ; 35 - 40.
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
PANDUAN TERAPI SINAR PADA BAYI USIA > 35 MINGGU ( Sumber : AAP )
Keterangan:
Kadar bilirubin yang digunakan adalah bilirubin total. Jangan dikurangi dengan bilirubin direk.
Faktor risiko adalah: penyakit hemolitik isoimun, def. G6PD, asfiksia, letargi yang nyata, instabilitas
suhu, sepsis, asidosis atau kadar albumin <3 g/dl (bila diukur)
Untuk bayi usia 35-37 6/7 minggu bila keadaan umum bayi dapat dipertimbangkan kadar bilirubin
pada garis risiko sedang, trutama pada usia yang lebih mendekati batas 37 6/7.
Fototerapi dapat dilakukan sampai kadar bilirubin total 2-3 mg/dl dibawah garis pedoman
PANDUAN TRANFUSI TUKAR PADA BAYI USIA > 35 MINGGU ( Sumber : AAP )
Keterangan:
Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan keaadan tanpa patokan pasti karena terdapat
terdapat pertimbangan klinis dan tergantung respon terhadap fototerapi.
Transfusi tukar dianjurkan segera dilakukan bila bayi menunjukkan tanda-tanda ensefalopati bilirubin
akut atau bila kadar bilirubin total 5 mg/dl di atas garis pedoman.
Faktor risiko adalah: penyakit hemolitik isoimun, def G6PD, asfiksia, letargi yang nyata, instabilitas
suhu, sepsis, asidosis.
Hitung kadar albumin serum dan hitung rasio bilirubin/albumin.
Gunakan kadar bilirubin total.
Rasio bilirubin total / albumin sebagai penunjang untuk memutuskan transfusi tukar
6,8
0,80
Pedoman terapi sinar dan transfusi tukar bayi berat lahir rendah
berdasarkan berat badan
Bilirubin Total [ mg/dL ( umol/L ) ]
Berat Badan ( g )
Terapi Sinar
Transfusi tukar
< 1500
5 8 ( 85 140 )
13 16 ( 220 275 )
1500 1.999
8 12 ( 140 200 )
16 18 ( 275 300 )
2000 2.499
11 14 ( 190 240 )
18 20 ( 300 340 )
Pedoman terapi sinar dan transfusi tukar bayi berat lahir rendah
berdasarkan masa gestasi
Bilirubin Total [ mg/dL ( umol/L ) ]
Masa gestasi ( mg )
Terapi sinar
14,6 (250)
36
32
8,6 (150)
14,6 (250)
17,5 (300)
28
5,8 (100)
11,7 (200)
14,6 (250)
24
4,7 (80)
8,8 (150)
11,7 (200)
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
Evidens
12. Tingkat
MENINGITIS NEONATORUM
G03.9
Meningitis pada neonatus adalah infeksi pada meningen dan susunan syarap pusat bayi
baru lahir pada bulan pertama kehidupan.
Faktor resiko atau faktor predisposisi infeksi ( suhu ibu > 38o C, leukosit ibu >
15.000/mm3 , air ketuban keruh & berbau busuk, ketubah pecah > 12 jam, partus
kasep), perawatan tali pusat, pemberian zalf mata setelah melahirkan.
Klinis mirip dengan sepsis. Gejala dini umumnya iritabel.
a. Gejala umum: bayi tampak lemah, terdapat gangguan minum
yang disertai penurunan berat badan, keadaan umum memburuk
hipotermi/hipertermi
b. Gejala SSP: letargi, iritabilitas, hiporefleks, tremor, kejang,
hipotoni/hipertoni, serangan apnea, gerak bola mata tidak
terkoordinasi.
c. Gejala pernapasan: dispnu, takipnu, apnu, dan sianosis
d. Gejala TGI: muntah, diare, meteorismus, hepatomegali
e. Kelainan kulit: purpura, eritema, pustula, sklerema
f. Kelainan sirkulasi: pucat/sianosis, takikardi/aritmia, hipotensi,
edema, dingin.
g. Kelainan hematologi: perdarahan, ikterus, purpura
gejala klinis sepsis ditambah hasil pemeriksan cairan serebrospinalis :
o Tes Pandy : + atau ++
o Jumlah sel : umur 0 s/d 48 jam:>100/mm3
umur 2 s/d 7 hari
:>50/mm3
umur >7 hari
:>32/mm3
o Diff. count :PMN meningkat, protein meningkat dan glukosa
menurun
Sesuai klinis dan hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis
Sepsis neonatorum
Darah : Hb, lekosit, diff. count, trombosit, mikro LED, dan kultur dan
tes resistensi
LCS : Protein, sel diff. count, pengecatan gram dan kultur
Urin : Rutin dan kultur dan tes resistensi
USG transfontanela
a. Pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan bayi.
b. Terapi oksigen bila diperlukan
c. Antibiotik : Ceftazidime
Bila tidak ada perbaikan klinis dalam 48 jam atau keadaan umum
semakin memburuk, pertimbangkan pindah ke antibiotika yang lebih
poten, misalnya meropenem, atau sesuai dengan hasil tes resistensi.
Antibiotika diberikan 21 hari
Penjelasan mengenai faktor risiko infeksi dan penatalaksanaan serta komplikasi.
Ad vitam
: dubia ad bonam/malam
Ad sanationam
: dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam/malam
II
B
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
1. Definisi
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan
Fisik
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
PNEUMOTHORAKS
P 25.1
Terdapat udara dalam rongga pleura
Mengidentifikasi faktor resiko : aspirasi mekoneum, tindakan VTP, bronkopneumonia,
pemakaian ventilasi mekanik
Dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler menurun, sela iga melebar dan
dada tampak lebih cembung, asimetris gerakan dinding dada.
Gejala klinis + foto thorak ( radiolusen dan kolaps parsial atau total paru yang terkena,
pergeseran mediastinum, pendataran diafragma ) + transiluminasi positip, terutama pada
bayi kecil.
Sesuai klinis dan pemeriksaan penunjang
Takipneu sementara pada neonatus
Penyakit membran hyalin
Pneumonia
Sepsis
Darah : Hb,lekosit, diff. Count, trombosit, mikro LED
Foto thoraks AP dan lateral
Transiluminasi
1. Suportif, umumnya sama pada semua gawat napas, yaitu :
a. Pemberian cairan
# IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai degan
kebutuhan bayi
# Mulai hari ke 3 ditambahkan NaCl 15 % sebanyak 6 cc/kolf
# Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
# Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbo
nat ( 4 : 1 ) Bila dapat diperiksa analisa gas darah, asidosis da
dikoreksi langsung dengan pemberian cairan Natrium
Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
# Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino
1-3 g/kgBB/hari. Bila sudah bisa minum per oral beri ASI atau
susu formula
b. Terapi oksigen ( intra nasal, head box, buble CPAP, ventilator )
2. Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin, bila tidak ada perbaikan dalam
2 hari, gentamisin diganti dengan ceftazidim.
3. Terapi khusus :
# Tidak ada tension pneumothorak : berikan oksigen 100 %
selama 12 jam pada bayi aterm ( nitrogen washing )
# Dengan tension pneumothorak dilakukan pemasasangan
kateter interkostal dengan kontinuous suction ( WSD )
# Jika keadaan kritis dapat dilakukan aspirasi dengan
menggunakan wing needle no.21 dan spuit 5 cc serta three
way stopcock ( diagnosis dan terapi )
Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan serta komplikasi yang mungkin
timbul.
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
II
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
B
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
Klinis dan foto thorak
Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak ada tanda
infeksi dan penyakit penyebab telah terkendali
1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute Respiratory
Disorders. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Averys
Neonatology Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia :
Lippincott William & Walkins, 2005;553-77.
2. Truog W.E., Golombek S.G., Principles of Management of Respiratory Problems.
Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Averys Neonatology
Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;600-21.
3. M.Sholeh Kosim. Gangguan Nafas pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto
A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI, 2008;126-46.
4. Bhakta K.Y. Respiratory Distress Syndrome. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;323-30.
5. Rodriguez R.J., Martin R.J., Fanaroff A.A. Respiratory Distress Syndrome and its
management. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and
Martins Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier,
2006;1097-107.
6. Respiratory disorder. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S,
penyunting. Essential Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia :
Blackwell Publishing, 2008 ; 92-110.
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak