Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui perubahan fungsi sistem persarafan pada lansia
b. Tujuan Khusus
Daftar Isi
2
Pendahuluan.................................................................................................................... 1
Tujuan.............................................................................................................................. 2
Definisi, fisiologi, patofisiologi, perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia........... 4
Perubahan - perubahan yang terjadi pada lansia.............................................................19
Penyakit-penyakit...........................................................................................................25
Definisi dan Patofisiologi Penyakit................................................................................26
Proses keperawatan........................................................................................................30
Penatalaksanaan medis dan keperawatan.......................................................................34
Terapi komplementer......................................................................................................40
Daftar Pustaka................................................................................................................49
I.
Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus
yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin
yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya
rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- selsachwann yang akan
membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan
membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma
yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus
oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi
mempercepat jalannya rangsangan.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 macam,
yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
1) Sel saraf sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem
saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis).
2. Gerak Sadar
Gerak sadar adalah gerakan yang terjadi karena proses yang disadari.
Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf
sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil
olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah
yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Skema pada gerak biasa:
11
II.
14
1. osteofit sepanjang pinggir corpus vertebrae dapat menekan a.vertebrales, dan pada posisi
tertentu bahkann dapat berakibat oklusi embolus arteri ini.
2. berkurangnya panjang kolum servikal berakibat a.vertebrales menjadi berkelok-kelok.
pada posisi tertentu embolus ini dapat tertekuk sehingga oklusi.
Dampak pada sirkulasi
Dengan adanya kelainan anatomis embolus darah arteri pada usia lanjut, seperti
telah di uraikan diatas, dapat di mengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat
rentan terhadap perubahan-perubahan., baik perubahan posisi tubuh maupun factor lain
misalnya yang berkaitan dengan tekanan darah seperti fungsi jantung dan bahkan fungsi
otak sendiri yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah (system otonom).
Gerakan leher tertentu, akibat a.vertebrales yang berkelok-kelok dapat berakibat
insufisiensi sirkulasi di daerah batang otak yang dapat menimbulkan pusing atau kepala
terasa ringan dan tiba-tiba jatuh (drop attack). Dengan adanya plak-plak ateroma maka
lumen embolus darah arteri otak sempit di beberapa tempat, sehingga gangguan fungsi
jantung (seperti fibrilasi atrium/ventrikuler, infark jantung akut) yang berakibat CBF
(cerebral blood flow ) menurun sesaat dapat berakibat gangguan sirkulasi cerebral, yang
bila cukup lama akan berakibat penurunan kesadaran. Kondisi lain dalam darah yang
menganggu metabolisme neuron otak sendiri dapat memperburuk keadaan, seperti
anoksia (karena bronchopneumonia, edema paru) toksemia (karena obat atau infeksi).
Gangguan sirkulasi yang sifatnya umum lebih menjurus pada timbulnya gejala yang
sifatnya umum lebih menjurus pada timbulnya gejala yang sifatnya umum juga seperti
penurunan kesadaran, bingung (mental confusion). Sedangkan gangguan sirkulasi
setempat seperti yang ditimbulkan oleh oklusi embolus darah arteri, dapat menimbulkan
defisit neurologik yang sifatnya setempat juga.
Kelainan Vaskuler
Insufisiensi serebral yang sifatnya episodic ditambah dengan gangguan sirkulasi
otak yang meluas dan berlangsung berkepanjangan, lama-kelamaan akan berakibat atrofi
otak dan beberapa perubahan patologis khas yang lain.
15
Pada usia yang amat lanjut umumnya dijumpai kelainan vaskuler antara laian
arteriosclerosis. Kelainan lain yang biasanya berhubungan dengan penyakit : hipertensi,
dan mengenai arteri arteri kecil otak yang micro-aneurysma.
Micro-aneurysma ini umumnya akan menimbulkan keadaan patologis : infark
lakuner atau perdarahan kecil-kecil. Hipertensi juga dapat menimbulkan perdarahan besar
yang sifatnya setempat. Keadaan hipertensi sendiri merupakan faktor resiko terjadinya
trombosis ataupun emboli embolus darah serebral. Yang terakhir ini akan berakibat
terjadinya infark relative lebih luas dan bersifat setempat.
Perfusi otak secara normal dipertahankan oleh beberapa mekanisme homeostatic,
untuk memenuhi keutuhan metabolisme dari jaringan.
Dengan berkurangnya neuron pada usia lanjut, terjadi juga penurunan aktifitas
neuron. Kebutuhan oksigen serebral juga menurun. Karena aliran darah serebral sangat
erat hubungannya dengan aktifitas metabolisme, terjadi juga penurunan aliran darah
serebral.
Macam macam keadaan yang berakibat terjadinya hipoksemia akan sangat
berpengtaruh pada fungsi otak yang aliran darahnya sudah mencapai titik rendah tersebut.
Misalnya, gagal jantung, bronkopnemoni, toksemia pada infeksi, interaksi obat-obatan
dan berbagai keadaan lain yang menyebabkan hipotensi. Pengaturan aliran darah serebral
memiliki suatu mekanisme otoregulasi yang akan tetap mempertahankan aliran darah
dalam batas konstan dalam berbagai perubahan tekanan perfusi.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan oto-regulasi, antara lain :
1. Perubahan diameter arteri dan arteriole serebral
Arteri dan arteriole serebral mempunyai daya konstriksi bila tekanan arterial
meningkat dan dilatasi bila tekanan arterial menurun. Tetapi bawah suatu batas tertentu
tekanan darah terendah, pengaturan vasodilatasi menjadi tidak adekuat lagi dan terjadi
penurunan aliran darah serebral.
Demikian juga diatas suatu batas tekanan darah yang meningkat, yang sudah
mecapai batas atas sistim oto-regulasi ini, pengaturan dengan cara vasokonstriksi gagal
dan dapat terjadi peningkatan aliran darah serebral.
16
Oto-regulasi aliran darah serebral dengan cara ini, dapat dianggap sebagai suatu
mekanisme pelindung untuk tetap mempertahankan suplai darah saat episode hipotensif
atau hipertensif.
2. Tekanan arterial CO2 (PaCO2)
Tekanan arterial CO2 (PaCO2) atau pH darah sekitar arteriole merupakan factor penting
dalam pengaturan otoregulasi aliran darah serebral. Hiperkapnia atau oenurunan pH akan
berakibat peningkatan aliran darah serebral, dan Hipokapnia atau peningkatan pH
(alkalosis) menyebabkan penurunan aliran darah serebral.
benda berat.. peningkatan tekanan darah ini akan disertai aktifasi system saraf simpatis,
terjadi pergeseran kurve ke tekanan yang lebih tinggi dengan hasil aliran darah serebral
tetap dipertahankan konstan.
5. Sistim renin angiotensin
Sistim rennin-angiotensin yang ada dalam bidang arteri dapat mempengaruhi otoregulasi
dari aliran serebral. Hambatan pada angiotensin iconverting enzyme akan terutama
menggeser batas bawah dari kurve otoregulasi ke btas yang lebih rendah. Tampaknya
efek ini terjadi dengan cara menghambat angiotensin II dengan akibat turunnya tonus
dinding embolus darah.
Keadaan lain yang mungkin dijumpai dan dapat mempengaruhi aliran darah
serebral ialahmisalnya pada anemia. Pada anemia, hematokrit menurun dan dengan
demikian juga viskositas darah menurun, akan meningkatkan aliran darah serebral. Tetapi
karena daya mengikat oksigen juga menurun, tidak terjadi perubahan suplai oksigen
maupun PaO2 pada aliran darah serebral.sebaliknya pada keadaan polisitemia, kenaikan
hematokrit/viskosita darah akan meningkat, menyebabkan penurunan aliran darah
serebral. Tetapi dengan meningkatnya daya ikat terhadap oksigen, suplai oksigen dan
PaO2 tidaak berubah.
III.
PENYAKIT PENYAKIT
a. Cerebrovaskular Desease (CVD)/Stroke
b. Parkinson
IV.
18
Speech-language deficits
Spatial-perceptual deficits
20
1
2
Lesi di korteks
Gejala terlokalisasi, mengenai daerah lawan dari letak lesi
Hilangnya sensasi kortikal (stereognosis, diskriminasi 2 titik, ambang sensorik
3
4
1
2
3
1
2
yang bervariasi)
Kurang perhatian terhadap rangsang sensorik
Bicara dan penglihatan mungkin terkena
Lesi di kapsula
Lebih luas, mengenai daerah lawan letak lesi
Sensasi primer menghilang
Bicara dan penglihatan mungkin terganggu
Lesi di batang otak
Luas, bertentangan letak lesi
Kenai syaraf kepala seisi dengan letak lesi ( III IV otak tengah), (V,VI,VII dan
1
2
3
b. Parkinson
Definisi
Penyakit parkinson atau parkinsonisme idopatik atau paralisisagitans, dikemukakan
pertama kali oleh james paekinson pada 1817, merupakan suatu sindroma yang tediri atas
tiga gejala utama, yaitu hipokinesia , tremor , dan rigiditas. Penyebab tidak diketahui dan
oleh karenanya disebut sebagai parkinsonisme idiopatik beberapa pencetus adalah infeksi
(ensefalitis
letargika,
mesenfalitis
sifilitika
dan
tuberkulumo),
obat-obatan
21
PROSES KEPERAWATAN
I. Pengkajian CVD
Pengkajian ini meliputi identitas klien, status kesehatan saat ini, riwayat kesehatan
masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik sistem persarafan, pola aktifitas
sehari-hari, serta pengkajian psikososial dan spiritual.
Identitas klien
Identitas pasien meliputi :
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d.Status perkawinan
e. Agama
f. Suku
g.Status kesehatan saat ini
1. Status kesehatan secara umum
2. Keluhan kesehatan saat ini
22
4.Peran
5.Identitas Diri
24
melakukan aktivitas
sakit
digerakkan
Telapak kaki dalam posisi 90 dapat
mencegah footdrop
Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan
imobilisasi
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
25
kemampuan
Mempertahankan posisi tulang belakang tetap
cara :
rata
Matras
Bed Board (tempat tidur dengan alas
kayu atau kasur busa yang keras yang
tidak menimbulkan lekukan saat klien
tidur
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
pembedahan
Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebri
terelihara dengan baik atau fluktuasiditandai
dengan tekanana darah sistemik, penurunan
dari otoregulator kebanyakan merupakan
tanda penurunan difusi lokak vaskulasrisasi
darah serebri. dengan peningkatan tekanan
darah (diastolik) maka dibarengi dengan
peningkatan darah intrakanial. adanya
peningkatan tekanan darah,
bradikardi,disritmia, dispneu, meruapakan
26
Evaluasi pupil
kranial
Panas merupakan refleks dari hipotalamus.
lingkungan
kepala.
intrakranial.
Tindakan yang terus menerus dapat
kumulatif
Memberikan suasana yang tenangdapat
TIK
Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
dalam toraks dan tekanan dalam abdomen
dimana aktifitas ini dapat meningkatkan
tekanan TIK
Tingkah non verbal ini dapat merupakan
meningkat)
Observasi tingkat kesadaran dengan GCS
mengurangi kecemasan
Perubahan kesadaran menunjukkan
peningkatan TIK dan berguna menentukan
diindikasikan
manitol, furosid
methylprednisolon
Berikan analgesik narkotik seperti kodein
antihipertensi
papverin, isoksuprin
Berikan antibiotik seperti asam aminocaproat
(Amicar)
kembali
Membantu memberikan informasi tentang
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan efek dari kerusakan pada
area bicara pada hemisfer otak
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah
komunikasi, mampu mengekspresikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa isyarat.
Kriteria hasil : Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi, klien
mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat
Intervensi
Rasional
Kaji tipe disfungsi misalnya klien tidak
Membatu menentukan kerusakan area pada
mengerti tentang kata-kata atau masalah
mengklarifikasi
sh.........cat
ekspresif)
Menguji ketidakmampuan menulis (agrafia)
ekspresif
Untuk kenyamanan yang berhubungan
situasi individu
berkomunikasi
Mengurangi kebingungan atau kecemasan
mengefektifkan komunikasi
membicaran keluarga
Bicarakan topik-topik tentang keluarga,
pekerjaan, hobi
bicara
Evaluasi
1
Pengkajian Parkinson
Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut pada usia 50an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis
medis. Identifikasi riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat
penyakit keluarga.
Riwayat penyakit saat ini
Klien sering mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian
ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral.
Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi, supinasi) pada
lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah
memutar sebuah pil diantara jari-jari. Keluhan lainnya meliputi perubahan pada sensasi
wajah, sikap tubuh dan gaya berjalan.Adanya keluhan berkeringat, kulit berminyak, dan
sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan kandung
kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.
Pengkajian psiko-sosio-spiritual
31
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk menilai
respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Perubahan terpenting pada klien dengan penyakit parkinson adalah tanda depresi.
Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi, dan penurunan
memori. Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, dimensia,
konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien. Klien
dengan penyakit parkinson tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan
pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernapasan.
B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas,
aspirasi makanan atau saliva, berkurangnya fungsi pembersihan saluran pernapasan.
Inspeksi, ditemukan klien batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas, dan
penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
Aukultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronchi pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang
sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas
B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek sampin pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
B3 (Brain)
Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan dengan pengkajian lainnya. Pada
inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada
seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
B4 (Bladder)
32
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan
persepsi klien secara umum. Klien mengalami inkontinensia urin, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural
B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang
karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh. Klien
sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas
B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secara
umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan keseimbangan dan
koordinasi dalam melakukan pergerakan karena perubahan gaya berjalan dan kaku pada
seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
Diagnosis Parkinson
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot
2. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,
kelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi
Rasional
Kaji mobilitas yang ada dan observasi
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur
melakukan aktivitas
fungsi motorik
Lakukan program latihan yang meningkatkan
kekuatan otot
oksigen
Periode istirahat yang sering untuk
membantu pencegahan frustasi dan
kelelahan
Anjurkan mandi hangat dan masase otot
Mandi hangat dan masase membantu otototot rileks pada aktivitas pasif dan aktif serta
mengurangi nyeri otot akibat spasme yang
mengakibatkan kekakuan
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
kemampuan
Peningkatan kemampuan dalam mobilitas
Intervensi
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikassi
Rasionalisasi
Gangguan bicara ditemukan pada banyak
klien dengan penyakit parkinson. bicara
mereka yang lemah, monoton, danterdengar
halus menuntut kesadaran dan berupaya
untuk bicara dengan lambat, dengan
penekanan perhatian pada apa yng mereka
katakan.
Memeprtahankan kontak mata akan membuat
mendengar
Keluarga dapat merassa akrab dengan klien
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil: mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan
berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium
Intervensi
Rasionalisasi
Evaluasi kemampuan makan klien
Klien mengalami kesulitan dalam
mempertahankan berat badan mereka. mulut
mereka kering akibat obat obatan dan
mengalami kesulitan mengunyah dan
menelan. klien beresiko mengalami aspirasi
Timbang berat badan jika memungkinkan
pemasangan ventilator
Meningkatkan kemampuan klien dalam
bantu
Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting
VI.
Pendidikan dan penerangan pada masyarakat dan semua tenaga kesehatan untuk
pengenalan gejala dini Cerebrovaskular Desease (CVD), sehingga rujukan ke pusat
stroke dapat dilaksanakan. Spek transportasi dan akses ke unit stroke ini juga
harus difikirkan dengan baik agar tidak memperlambat upaya terapi dalam
Diagnosis
Ditujukan untuk mencari beberapa keterangan antara lain :
1 Apakah penderita menderita Cerebrovaskular Desease (CVD) atau bukan
38
2
3
Bila memang Cerebrovaskular Desease (CVD), letak, jenis dan luas lesi
Status penderita secara keseluruhan, termasuk disini adalah tekanan darah, kadar
gula darah, keadaan kardio-respirasi, keadaan hidrasi, elektrolit, asam basa,
keadaan ginjal, dan lain lain.
Untuk mencari keterangan point 1 dan 2 diatas, diperlukan pemeriksaan
yang tepat.
Ulkus stres, infeksi, gangguan ginjal atau hati. Juga merupakan keadaanyang perlu
diperhatikan pada penderita stroke, karena keadaan tersebut seringkali terjadi dan
gangguan
bicara
atau
menelan,
upaya
terapi
wicara
bisa
40
penderita stroke.
Tindakan perawatan lanjutan. Tindakan untuk mencegah stroke berulang dan upaya
rehabilitasi kronis harus terus dilakukan. Pencegahan berulangnya stroke dengan
cara mengontrol berbagai faktor resiko.
b.Parkinson
Medis
Obat
Dosis
Mekanisme kerja
Efek samping
Levodopa (dopar)
penggunaan
200-500mg/hari
Tingkatkan
Nausea,
dalam
dosis ketersediaan
terbagi
dopamin
adakan
Karbidopa (lydosyn)
Sp.
anoreksia,diskinesia,
dnegan hipotensi
ortostatik,
metabolik
100mg/hari Turunkan
dalam
vomitus,
dosis metabolisme
Karbidopa-
terbagi
40/400-200/2000 Tingkatkan
levodopa(sinemet)
mg/hari
visual, halusinasi
Dapat
tingkatkan
toksisitas levodo[a
dalam ketersediaan
dosis terbagi
dopamin(kedua
mekanisme diata)
Amantadin (symetrel)
100-300mg/ hari
Bromokriptin (parlodel, 1-1,5 mg 3- Tingkatkan
elkrip)
Perubahan
4x/hari
pelepasan
ditingkatkan
sampai
perilaku,
100-
dopamin
200mg/dosis
Pramipreksol(mirapeks,
terbagi
3x0,5-1mg/hari
Agonis dopamin
Halusinasi
sifrol)
Ropinirol ( requip)
3x3,5mg/hari
Agonis dopamin
Ortostatis,
sinkope
nausea.somnolens
41
Gol. Kolinergik
-
Turunkan
triheksil-phenidil 2-20mg/
(artane)
-benstropin
dosis terbagi
kabut,
(cogentin)
Selegilin (eldepril)
dosis terbagi
dan dopaminergik
ekserbasi
takikardia,
konfusio,
perubahan
10 mg / hari Hambat
perilaku
Nausea,
konfusio,
sekali sehari
agitasi,insomnia,gerakan
monoamin
Antidepresan(trisiklik,
oksidase tipe B
involunter
Tunda
awitan Trisiklik :
SSRI, trasodon)
disabilitas
saat
12
hangover,
SSRI
terdapat
2/3
penyakit
parkinson
Keperawatan
Sebagai salah satu penyakit parkinson kronis yang diderita oleh manula , maka perawatan
tidak bisa hanya diserahkan kepada profesi paramedis , melainkan kepada semua orang
yang ada di sekitarnya.
a. Pendidikan
Dalam arti memberi penjelasan kepada penderita , keluarga dan care giver tentang
penyakit yang diderita.Hendaknya keterangan diberikan secara rinci namun supportif
dalam arti tidak makin membuat penderita cemas atau takut. Ditimbulkan simpati dan
empati dari anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi
maksimal.
b. Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan
menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-masalah
42
sebagai berikut :
Abnormalitas gerakan
Kecenderungan postur tubuh yang salah
Gejala otonom
Gangguan perawatan diri ( Activity of Daily Living ADL )
Perubahan psikologik
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
1. Terapi fisik : ROM ( range of motion )
Peregangan
Koreksi postur tubuh
Latihan koordinasi
Latihan jalan ( gait training )
Latihan buli-buli dan rectum
Latihan kebugaran kardiopulmonar
Edukasi dan program latihan di rumah
2. Terapi okupasi
Memberikan program yang ditujukan terutama dalam hal pelaksanaan aktivitas
kehidupan sehari-hari .
3. Terapi wicara
Membantu penderita Parkinson dengan memberikan program latihan pernapasan
diafragma , evaluasi menelan, latihan disartria , latihan bernapas dalam sebelum bicara.
Latihan ini dapat membantu memperbaiki volume berbicara , irama dan artikulasi.
4. Psikoterapi
Membuat program dengan melakukan intervensi psikoterapi setelah melakukan asesmen
mengenai fungsi kognitif , kepribadian , status mental ,keluarga dan perilaku.
5. Terapi sosial medik
Berperan dalam melakukan asesmen dampak psikososial lingkungan dan finansial , untuk
43
tahap yaitu, membuka tangan, menutup jari-jari untuk menggenggam objek, serta
mengatur kekuatan menggenggam.
Beberapa bentuk dari fungsional tangan yaitu :
1) Power Grip, adalah bagian dari fungsional tangan yang dominan.
Yang termasuk dalam Power Grip ialah :
a.
Clyndrical grip
1)
2)
3)
4)
Spherical grip
46
1)
2)
3)
4)
b.
Tip to tip
1)
2)
3)
4)
c.
Lateral Pinch
47
dr Banon Sukoandari, Sp.S(K) selaku ketua Yayasan Peduli Parkinson Indonesia (YPPI)
mengimbau pasien parkinson untuk mendapatkan terapi sederhana berupa artwork.
"Dengan melakukan pekerjaan seni, pasien dapat melukis, menggambar, dan membentuk
aneka kerajinan tangan untuk memberikan latihan pada motorik halusnya," jelas dr
Banon.
Tujuan terapi :
- Parkinson sering diikuti dengan isolasi sosial dan percaya diri rendah berhubungan
dengn kesulitan mereka dalam berbicara dan berkreativitas. Mempelajari keterampilan
baru membantu seorang penderita memiliki kepercayaan diri dan harga diri
- Penelitian menunjukkan bahwa fungsi fisiologis, seperti detak jantung, tekanan darah
dan respirasi menjadi lambat ketika seseorang terlibat dalam kegiatan yang mereka suka.
Membuat hasil seni memberikan kesempatan bagi seseorang untuk melatih tangan dan
mata mereka, meningkatkan koordinasi mata dan tangan, serta
merangsang jalur
1. Pre-drawing relaxation
- Duduk di kursi dan bernafas perlahan, pejamkan mata
- Relaks
- Bernafas dalam
- Putar dan angkat bahu berulang
- Buka mata
2. Beginning activity
- Ambil alat menggambar, sambil mendengarkan musik
- Tutup mata, gerakkan crayon, pensil warna, cat warna sesuai irama musik
- Dengarkan musik dan gunakan gerakan perlahan saja
- Mata masih tertutup, cobalah menggambar objek simpel dalam pikiranmu. Bayangkan
dirimu melihat apa yang sedang digambar tanpa mengangkat pensil dari kertas. Buatlah
gambar sederhana misalnya pohon, bunga, dan lain-lain
- Tutup matamu, dengarkan musik dan rasakan dirimu menjadi bagian darinya. Tubuh
akan berelaksasi. Buka mata dan lanjutkan menggambar tapi gunakan warna lain dan
lihat apa yang kemudian terbentuk
49
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedhi. 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai
penerbit FKUI
Martono, Hadi dan Kris. 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Pearce, 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia
Konsep askep lansia dengan stroke oleh raden ketut ari (2011,
http://ketutpsik08.wordpress.com/2011/05/07/konsep-askep-lansia-dengan-stroke/) ,
diakses 2 oktober 2013
Sari, Mia Dian. 2012. http://nursemiadiansari.blogspot.com/2012/02/gangguansistem-persarafan-pada-lansia.html di akses 20 September 2013
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2012/11/ANATOMI-FISIOLOGI-SISTEMSARAF.pdf
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/02/medula-spinalis-dan-syaraf-spinal.html
50