Anda di halaman 1dari 50

Pendahuluan

Mempelajari neuroanatomi dan neurofisiologi akan mempermudah perawat dalam


melakukan asuhan keperawatan klinik karena dengan pengenalan yang optimal terhadap
konsep sistem persarafan, membantu perawat merencanakan kebutuhan yang sesuai
dengan masalah yang dikeluhkan klien kepada perawat.
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda pada usia muda. Di
samping itu harus dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenaan dengan
perubahan karena bertambahnya usia, atau memang ada suatu proses patologi sebagai
penyebabnya.

Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui perubahan fungsi sistem persarafan pada lansia
b. Tujuan Khusus

Mengetahui definisi, fisiologi, patofisiologi, perubahan-perubahan yang

terjadi pada lansia


Mengetahui penyakit-penyakit (minimal dua penyakit)
Mengetahui definisi dan patofisiologi (pada lansia) penyakit tersebut
Mengetahui proses keperawatan : pengkajian sampai evaluasi (secara

teoritis bukan kasus)


Mengetahui penatalaksanaan ; medis dan keperawatan
Mengetahui terapi komplementer yang dapat di lakukan pada lansia untuk
mengatasi penyakit penyakit tersebut

Daftar Isi
2

Pendahuluan.................................................................................................................... 1
Tujuan.............................................................................................................................. 2
Definisi, fisiologi, patofisiologi, perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia........... 4
Perubahan - perubahan yang terjadi pada lansia.............................................................19
Penyakit-penyakit...........................................................................................................25
Definisi dan Patofisiologi Penyakit................................................................................26
Proses keperawatan........................................................................................................30
Penatalaksanaan medis dan keperawatan.......................................................................34
Terapi komplementer......................................................................................................40
Daftar Pustaka................................................................................................................49

I.

DEFINISI, FISIOLOGI, PATOFISIOLOGI, PERUBAHANPERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA

a. Pengertian dan Fisiologi Sistem Saraf


Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk
bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf
merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari
reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah
mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Untuk menanggapi
rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls
Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang

memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.


Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls.

A. Struktur Sistem Saraf


Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Susunan saraf pusat
manusia terdiri atas sekitar 100 miliar neuron. Neuron bergabung membentuk suatu
jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel,
dendrit, dan akson.

(Gambar sel saraf )


1) Badan sel
Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya
ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria,
sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel.
2) Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit berfungsi
untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
3)

Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus
yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin
yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya
rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- selsachwann yang akan
membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan
membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma
yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus
oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi
mempercepat jalannya rangsangan.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 macam,
yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
1) Sel saraf sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem
saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis).

2) Sel saraf motor


Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot
atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan.
Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat.
3) Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di
dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor
dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada
di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari
reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.
B. Impuls
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan
luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian
pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf.

C. Gerak Refleks dan Gerak Biasa


1. Gerak Refleks
Gerak refleks merupakan gerakan yang tiba-tiba yang diberikan oleh
tubuh untuk menjawab stimulus/rangsang tertentu. Gerak refleks berjalan sangat
cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa
memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa
dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks
misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai
dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke
pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam
otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor,
yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks
dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di
dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar
dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam
sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.
6

Skema pada gerak refleks:

2. Gerak Sadar
Gerak sadar adalah gerakan yang terjadi karena proses yang disadari.
Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf
sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil
olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah
yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Skema pada gerak biasa:

D. Klasifikasi Sistem Syaraf


Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang.
Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf
otonom. mempunyai 3 materi esensial yaitu:
Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu
Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih
Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di
dalam sistem saraf pusat
Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian
putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa

materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi


putih.
1) Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang
(Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan
fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan
ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges.
Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut
meningitis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah
sebagai berikut.
a. Durameter; merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.
b. Araknoid; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah.
Di dalamnya terdapat cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang
mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah
sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
c. Piameter. Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat
dengan permukaan otak.
1.1 Otak
Otak terdiri dari dua belahan, belahan kiri mengendalikan tubuh bagian kanan,
belahan kanan mengendalikan belahan kiri. Mempunyai permukaan yang
berlipat-lipat untuk memperluas permukaan sehingga dapat ditempati oleh
banyak saraf. Otak juga sebagai pusat penglihatan, pendengaran, kecerdasan,
ingatan, kesadaran, dan kemauan. Bagian dalamnya berwarna putih berisi
serabut saraf, bagian luarnya berwarna kelabu berisi banyak badan sel saraf.
Otak terdiri dari 3 bagian, yaitu:

a. Otak depan (Prosoncephalon)


Otak depan berkembang menjadi telencephalon dan diencephalon.
Telencephalon berkembang menjadi otak besar (Cerebrum). Diencephalon
berkembang menjadi thalamus, hipotamus.
Otak besar (Cerebrum), Otak besar mempunyai fungsi dalam
pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan
kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan
pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua
kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun
ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak
besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang
(area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang
berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.
Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor
dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan
ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di
sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan
psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan
pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,
kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian
belakang.
thalamus terdiri dari sejumlah pusat syaraf dan berfungsi sebagai
tempat penerimaan untuk sementara sensor data dan sinyal9

sinyal motorik, contohnya untuk pengiriman data dari mata dan


telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks.
hypothalamus berfungsi untuk mengatur nafsu makan dan syahwat
dan mengatur kepentingan biologis lainnya.
b.

Otak tengah (Mesencephalon)


Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak
tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja
kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan
lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata,
dan juga merupakan pusat pendengaran. Otak tengah tidak berkembang
dan tetap menjadi otak tengah.

c. Otak belakang (Rhombencephalon)


Otak belakang berkembang menjadi metencephalon dan mielencephalon.
Metencephalon berkembang menjadi cerebellum dan pons varolli.
Sedangkan mielencephalon berkembang menjadi medulla oblongata.
1) Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan
otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh.
Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
2) Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari
medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga
10

memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,


tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum
sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,
batuk, dan berkedip.
3) Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak
kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan
sumsum tulang belakang.
1.2 Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar
berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna
kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian
seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap
bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke
sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari
sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk
dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan
menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf
motor.
2) Sistem Saraf Perifer
Sistem saraf perifer merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian
tubuh yang melayani organ-organ tubuh tertentu,seperti kulit, persendian, otot,
kelenjar, saluran darah dan lain-lain. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem
saraf perifer tidak dilindungi tulang. Sistem saraf perifer disusun oleh saraf
otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum
tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum
tulang belakang.

11

(Gambar sistem saraf perifer)


2.1 Saraf Kranial
Saraf kranial adalah saraf-saraf yang langsung keluar dari otak, lain dengan
saraf spinal yang keluar dari segmen-segmen medula spinalis. Pada manusia,
terdapat dua belas pasang saraf kranial. Hanya pasangan saraf pertama dan
kedua yang keluar dari otak besar (cerebrum), sisanya 10 pasang saraf kranial
keluar dari batang otak.
1) Saraf Kranial I (Nervus Olfaktorius).
2) Saraf Kranial II (Nervus Optikus)
3) Saraf kranial III (Nervus Okulomotorius)
4) Saraf Kranial IV (Nervus trokhlearis)
5) Saraf Kranial V (Nervus Trigeminus)
6) Saraf Kranial VI (Nervus Abdusen)
7) Saraf Kranial VII (Nervus Facialis)
8) Saraf Kranial VIII (Nervus Vestibulokokhlearis)
9) Saraf Kranial IX (Nervus Glossofaringeus)
10) Saraf Kranial X (Nervus Vagus)
11) Saraf Kranial XI (Nervus Asesorius)
12) Saraf Kranial XII (Nervus Hipoglosus)
12

2.2 Saraf Spinal


Saraf sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang
terdiri dari 7 pasang dari segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal,
5 pasang dari segmen lumbalis, 5 pasang dari segmen sacralis dan 1 pasang
dari segmen koxigeus.
Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan
membentuk daerah tengkuk.
Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah
dan membentuk bagian belakang torax atau dada.
Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan
membentuk daerah lumbal atau pinggang.
Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah
dan membentuk os sakrum (tulang kelangkang).
Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan
membentuk tulang koksigeus (tulang tungging).

II.

PERUBAHAN - PERUBAHAN YANG TERJADI

Aliran Darah Otak dan Pengaturannya pada Usia Lanjut


A.carotis interna adalah pemberi darah utama otak. Arteri ini masuk canalis
caroticus kemudian ke arah ventromedial menuju foramen lacerum. Selanjutnya akan
memasuki fossa cranii media dan berada diantara durameter yang membentuk sinus
cavernosus, menuju arah processus clinoideus posterior dimana ia membentuk kurve S
(siphon). Kemudian arteri ini akan menembus tia sinus cavernosus, berada antara
n.opticus dan n.oculomotorius menuju ujung medial fissure cerebri lateralis dimana ia
bercabang terminal.
Di dalam sinus cavernosus arteri carotis interna bercabang 5 : cabang ganglion,
cabanga selaput otak, a.opthalmica, a.cerebri anterior dan a.cerebri media. Didaerah
cerebrum masih memberikan a.communicans posterior dan a.chorioidea anterior.
Pembuluh arteri utama lain yang mendarahi otak adalah a.vertebralis cabang a.subclavia.
arteri ini menuju processus transversus C6 dan ke cranial menuju basis cranii melalui
13

foramen transversarium vertebrae cervicales. A.vertebrales memasuki rongga kranium


melalui foramen magnum, memberikan cabang a.cerebelli inferior posterior, dan segera
membentuk a.basilaris dengan sisi kontraleteral. Arteri terakhir ini memberikan cabang
rami ponris, cabang labyrinth, a.cerebelli inferior anterior, a.cerebelli superior dan
a.cerebri posterior.
Pada dasar tengkorak, cabang-cabang a.carotis interna dan a.vertebralis
membentuk anastomosis yang disebut Circulus Willisi : pangkal a.cerebri media dan
a.carotis interna dank e 2 a.cerebri anterior yang digabungkan oleh a.communicans
cerebri anterior.
Pembuluh darah arteri berfungsi sebagai end arteries sebab anatomosis antara
pembuluh darah ini kecil dan sangat jarang sehingga oklusi tiba-tiba tak dapat
dikompensasi oleh cabang-cabang tetangganya.
Pembuluh darah otak pada usia lanjut
Pada usia lanjut banyak terjadi perubahan-perubahan pada system pembuluh
darah arteri otak tersebut diatas yang akan berpengaruh pada sirkulasi darah otak.
Pembentukan pla ateroma banyak dijumpai pada system karotis yaitu di daerah
bifurcation, khususnya pada pangkal a.carotis interna. Circuluc willisii fungsi nya dapat
pula terganggu oleh plak ateroma yang berakibat penyempitan embolus secara
menyeluruh. Di samping itu semua embolus darah arteri yang kecil juga mengalami
perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunica media, hialinisasi dan klasifikasi.
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi system vertebrobasiler
adalah degenerasi discus vertebralis (kadar air sangat menurun, fibrokartilago meningkat,
dan perubahan pada muko-poliskharid). Akibat discus ini menonjol ke perifermendorong
periost yang meliputinya ling.intervertebrale menjauh dari corpus vertebrae. Bagian
periost yang terdorong ini akan mengalami klasifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan
seperti ini dikenal dengan nama spondilosis servikalis.
Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh columna vertebralis
sehingga degenerasi discus dapat mengakibatkam pengurangan tinggi badan pada usia
lanjut. Spondilosis servikalis berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu :

14

1. osteofit sepanjang pinggir corpus vertebrae dapat menekan a.vertebrales, dan pada posisi
tertentu bahkann dapat berakibat oklusi embolus arteri ini.
2. berkurangnya panjang kolum servikal berakibat a.vertebrales menjadi berkelok-kelok.
pada posisi tertentu embolus ini dapat tertekuk sehingga oklusi.
Dampak pada sirkulasi
Dengan adanya kelainan anatomis embolus darah arteri pada usia lanjut, seperti
telah di uraikan diatas, dapat di mengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat
rentan terhadap perubahan-perubahan., baik perubahan posisi tubuh maupun factor lain
misalnya yang berkaitan dengan tekanan darah seperti fungsi jantung dan bahkan fungsi
otak sendiri yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah (system otonom).
Gerakan leher tertentu, akibat a.vertebrales yang berkelok-kelok dapat berakibat
insufisiensi sirkulasi di daerah batang otak yang dapat menimbulkan pusing atau kepala
terasa ringan dan tiba-tiba jatuh (drop attack). Dengan adanya plak-plak ateroma maka
lumen embolus darah arteri otak sempit di beberapa tempat, sehingga gangguan fungsi
jantung (seperti fibrilasi atrium/ventrikuler, infark jantung akut) yang berakibat CBF
(cerebral blood flow ) menurun sesaat dapat berakibat gangguan sirkulasi cerebral, yang
bila cukup lama akan berakibat penurunan kesadaran. Kondisi lain dalam darah yang
menganggu metabolisme neuron otak sendiri dapat memperburuk keadaan, seperti
anoksia (karena bronchopneumonia, edema paru) toksemia (karena obat atau infeksi).
Gangguan sirkulasi yang sifatnya umum lebih menjurus pada timbulnya gejala yang
sifatnya umum lebih menjurus pada timbulnya gejala yang sifatnya umum juga seperti
penurunan kesadaran, bingung (mental confusion). Sedangkan gangguan sirkulasi
setempat seperti yang ditimbulkan oleh oklusi embolus darah arteri, dapat menimbulkan
defisit neurologik yang sifatnya setempat juga.
Kelainan Vaskuler
Insufisiensi serebral yang sifatnya episodic ditambah dengan gangguan sirkulasi
otak yang meluas dan berlangsung berkepanjangan, lama-kelamaan akan berakibat atrofi
otak dan beberapa perubahan patologis khas yang lain.

15

Pada usia yang amat lanjut umumnya dijumpai kelainan vaskuler antara laian
arteriosclerosis. Kelainan lain yang biasanya berhubungan dengan penyakit : hipertensi,
dan mengenai arteri arteri kecil otak yang micro-aneurysma.
Micro-aneurysma ini umumnya akan menimbulkan keadaan patologis : infark
lakuner atau perdarahan kecil-kecil. Hipertensi juga dapat menimbulkan perdarahan besar
yang sifatnya setempat. Keadaan hipertensi sendiri merupakan faktor resiko terjadinya
trombosis ataupun emboli embolus darah serebral. Yang terakhir ini akan berakibat
terjadinya infark relative lebih luas dan bersifat setempat.
Perfusi otak secara normal dipertahankan oleh beberapa mekanisme homeostatic,
untuk memenuhi keutuhan metabolisme dari jaringan.
Dengan berkurangnya neuron pada usia lanjut, terjadi juga penurunan aktifitas
neuron. Kebutuhan oksigen serebral juga menurun. Karena aliran darah serebral sangat
erat hubungannya dengan aktifitas metabolisme, terjadi juga penurunan aliran darah
serebral.
Macam macam keadaan yang berakibat terjadinya hipoksemia akan sangat
berpengtaruh pada fungsi otak yang aliran darahnya sudah mencapai titik rendah tersebut.
Misalnya, gagal jantung, bronkopnemoni, toksemia pada infeksi, interaksi obat-obatan
dan berbagai keadaan lain yang menyebabkan hipotensi. Pengaturan aliran darah serebral
memiliki suatu mekanisme otoregulasi yang akan tetap mempertahankan aliran darah
dalam batas konstan dalam berbagai perubahan tekanan perfusi.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan oto-regulasi, antara lain :
1. Perubahan diameter arteri dan arteriole serebral
Arteri dan arteriole serebral mempunyai daya konstriksi bila tekanan arterial
meningkat dan dilatasi bila tekanan arterial menurun. Tetapi bawah suatu batas tertentu
tekanan darah terendah, pengaturan vasodilatasi menjadi tidak adekuat lagi dan terjadi
penurunan aliran darah serebral.
Demikian juga diatas suatu batas tekanan darah yang meningkat, yang sudah
mecapai batas atas sistim oto-regulasi ini, pengaturan dengan cara vasokonstriksi gagal
dan dapat terjadi peningkatan aliran darah serebral.

16

Oto-regulasi aliran darah serebral dengan cara ini, dapat dianggap sebagai suatu
mekanisme pelindung untuk tetap mempertahankan suplai darah saat episode hipotensif
atau hipertensif.
2. Tekanan arterial CO2 (PaCO2)
Tekanan arterial CO2 (PaCO2) atau pH darah sekitar arteriole merupakan factor penting
dalam pengaturan otoregulasi aliran darah serebral. Hiperkapnia atau oenurunan pH akan
berakibat peningkatan aliran darah serebral, dan Hipokapnia atau peningkatan pH
(alkalosis) menyebabkan penurunan aliran darah serebral.

3. Aktivitas metabolisme jaringan otak


Aliran darah serebral, aktivitas metabolic jaringan otak dan fungsi otak mempunyai
hubungan terkait yang erat. Misalnya pada suatukejang epileptic, dengan fungsi neuron
yang maksimal, terjadi peningkatan aktivitas metabolic dan aliran darah serebral ampai
dua kali lipat.
Sebaliknya fungsi neuron yang sangat menurun, misalnya pada keadaan koma,
aktifitas metabolik dan aliran darah serebral menurun sampai 50%. Demikian dalam
batas-batas fisiologik, aktivitas serebral merupakan faktor yang penting untuk aktifitas
metabolik dan aliran darahnya.
Berbicara, memandang, pergerakan tangan, dsb, akan berakibat peningkatan
sampai 30% aliran darah pada daerah otak yang bersangkutan. Pada lanjut usia, turunnya
aktifitas metabolik berkaitan dengan menurunya fungsi neuron, akan menurunkan aliran
darah serebral.
4. Sistem saraf simpatis
System saraf simpatis tidak begitu mempengaruhi aliran darah serbral pada tekanan darah
yang normal. Tetapi stimulasi pada sistim saraf simpatis, akan menggeser baik batas
bawah maupun batas atas dari kurve aliran darah serbral, kearah batang yang lebih tinggi.
Pergeseran kurve ini ke tekanan yang lebih tinggi, merupakan factor pelindung bagi otak
saat terjadi episode hipertensif. Misalnya waktu aktifitas otot, mengejan/mengangkat
17

benda berat.. peningkatan tekanan darah ini akan disertai aktifasi system saraf simpatis,
terjadi pergeseran kurve ke tekanan yang lebih tinggi dengan hasil aliran darah serebral
tetap dipertahankan konstan.
5. Sistim renin angiotensin
Sistim rennin-angiotensin yang ada dalam bidang arteri dapat mempengaruhi otoregulasi
dari aliran serebral. Hambatan pada angiotensin iconverting enzyme akan terutama
menggeser batas bawah dari kurve otoregulasi ke btas yang lebih rendah. Tampaknya
efek ini terjadi dengan cara menghambat angiotensin II dengan akibat turunnya tonus
dinding embolus darah.
Keadaan lain yang mungkin dijumpai dan dapat mempengaruhi aliran darah
serebral ialahmisalnya pada anemia. Pada anemia, hematokrit menurun dan dengan
demikian juga viskositas darah menurun, akan meningkatkan aliran darah serebral. Tetapi
karena daya mengikat oksigen juga menurun, tidak terjadi perubahan suplai oksigen
maupun PaO2 pada aliran darah serebral.sebaliknya pada keadaan polisitemia, kenaikan
hematokrit/viskosita darah akan meningkat, menyebabkan penurunan aliran darah
serebral. Tetapi dengan meningkatnya daya ikat terhadap oksigen, suplai oksigen dan
PaO2 tidaak berubah.

III.

PENYAKIT PENYAKIT
a. Cerebrovaskular Desease (CVD)/Stroke
b. Parkinson

IV.

DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI PENYAKIT

a. Cerebrovaskular Desease (CVD)


Definisi
Cerebrovaskular Desease (CVD) atau yg lebih dikenal sebagai Stroke adalah defisit
neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara
mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena.
( WHO, 1989 ).

18

Klasifikasi Cerebrovaskular Desease (CVD)


1

Cerebrovaskular Desease (CVD) Hemoragik


Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan
pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun
juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang
paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

Cerebrovaskular Desease (CVD) Non Hemoragik


Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak.
Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi
perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia
jaringan otak.
Patofisiologi Cerebrovaskular Desease (CVD)
1. Cerebrovaskular Desease (CVD) non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau
embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus
menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya
terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju
arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan
iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal.
Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Cerebrovaskular Desease (CVD) hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya
konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh
akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak
sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau
ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada
sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
19

Gejala dan Tanda


Gejala Cerebrovaskular Desease (CVD) bisa dibedakan atas gejala/tanda akibat
lesi dan gejala/tanda yang diakibatkan oleh komplikasinya.
Gejala akibat lesi bisa sangat jelas dan mudah untuk didiagnosis, akan tetapi bisa
sedemikian tidak jelas sehingga diperlukan kecermatan tinggi untuk mengenalinya.
Penderita bisa datang dengan keluhan lemas tinggi untuk mengenalinya. Penderita bisa
datang dengan keluhan lemas separuh badan pada saat bangun tidur atau sedang bekerja,
akan tetapi tidak jarang yang datang dalam keadaan koma-dalam, sehingga memerlukan
penyingkiran diagnosis banding sebelum mengarah ke Cerebrovaskular Desease (CVD).
Secara umum gejala tergantung dari besar dan letak lesi diotak, yang menyebabkan gejala
dan tanda dari organ yang dipersyarafi oleh bagian tersebut. Jenis patologi (hemorrhagic
atau non-hemorrhagik) secara umum tidak menyebabkan perbedaan dari tampilan gejala,
kecuali bahwa pada hemorrhagic seringkali ditandai dengan nyeri kepala hebat, terjadi
terutama saat bekerja. Beberapa perbedaan yang terdapat akibat Cerebrovaskular
Desease (CVD) hemisfer kiri dan kanan dapat dilihat dari gambar berikut :

LEFT BRAIN DAMAGE

Paralyzed right side

RIGHT BRAIN DAMAGE

Speech-language deficits

Spatial-perceptual deficits

Behavioral style : slow-cautions

Behavioral style : quick-impulsive

Memory deficits (language)

Memory deficits (performance)

Paralyzed left side

20

Gambar 1. Perbedaan antara stroke hemisfer kiri dan kanan


Dengan pemeriksaan neurologic sedrehana dapat diketahui kira-kira letak lesi,
seperti yang terlihat berikut ini :

1
2

Lesi di korteks
Gejala terlokalisasi, mengenai daerah lawan dari letak lesi
Hilangnya sensasi kortikal (stereognosis, diskriminasi 2 titik, ambang sensorik

3
4

1
2
3

1
2

yang bervariasi)
Kurang perhatian terhadap rangsang sensorik
Bicara dan penglihatan mungkin terkena
Lesi di kapsula
Lebih luas, mengenai daerah lawan letak lesi
Sensasi primer menghilang
Bicara dan penglihatan mungkin terganggu
Lesi di batang otak
Luas, bertentangan letak lesi
Kenai syaraf kepala seisi dengan letak lesi ( III IV otak tengah), (V,VI,VII dan

1
2
3

VIII di pons), (IX, X, XI, XII di medula)


Lesi di medulla spinalis
Neuron motorik bawah di daerah lesi, seisi
Neuron motorik atas di bawah lesi, berlawanan letak lesi
Gangguan sensorik

b. Parkinson
Definisi
Penyakit parkinson atau parkinsonisme idopatik atau paralisisagitans, dikemukakan
pertama kali oleh james paekinson pada 1817, merupakan suatu sindroma yang tediri atas
tiga gejala utama, yaitu hipokinesia , tremor , dan rigiditas. Penyebab tidak diketahui dan
oleh karenanya disebut sebagai parkinsonisme idiopatik beberapa pencetus adalah infeksi
(ensefalitis

letargika,

mesenfalitis

sifilitika

dan

tuberkulumo),

obat-obatan

(fenotiasin,butirofenon,alkaloid rauwolfia dan tetrabenasin), pukulan saat bertinju, dan


intoksikasi monosida karbon.
Patofisiologi

21

o Abnormalitas patologis yang utama: degenerasi sel dengan hilangnya neuron


dopaminergik yang terpigmentasi di pars compacta substansia nigra di otak dan
ketidakseimbangan sirkuit motor ekstrapiramidal (pengatur gerakan di otak).
o Pd orang normal: berkurangnya dopamin: 5% per dekade
o Pd penderita Parkinson -> 45% selama dekade pertama setelah diagnosis
o Biasanya gejala baru muncul ketika dopamin di striatal sudah berkurang sampai
80%
o Degenerasi saraf dopamin pada nigrostriatal menyebabkan peningkatan aktivitas
kolinergik striatal -> efek tremor
Dopamin di corpus striatum meregulasi aktivitas kolinergik
Degenerasi dopamin di striatal aktivitas kolinergik meningkat
Dr. Lewy (1912) menemukan bahwa pada PD(parkinson disease)
o Terjadi kerusakan pada substantia nigra
o Terdapat Lewy bodies (eosinofil yang terkurung) di substansia nigra tanda
utama penderita Parkinson
V.

PROSES KEPERAWATAN

I. Pengkajian CVD
Pengkajian ini meliputi identitas klien, status kesehatan saat ini, riwayat kesehatan
masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik sistem persarafan, pola aktifitas
sehari-hari, serta pengkajian psikososial dan spiritual.
Identitas klien
Identitas pasien meliputi :
a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d.Status perkawinan
e. Agama
f. Suku
g.Status kesehatan saat ini
1. Status kesehatan secara umum
2. Keluhan kesehatan saat ini
22

3. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan


h. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Penyakit masa kanak-kanak
2. Penyakit serius atau kronik
3. Pernah mengalami trauma
i. Riwayat kesehatan keluarga
1. Hipertensi
2. Kejang
3.Arthritis, masalah kesehatan mental
4.Stroke
5.Kematian mendadak yang tidak jelas sebabnya
Pemeriksaan fisik sistem persarafan
a. Memeriksa keadaan umum pasien.
b. Test fungsi cerebral/kortikal.
c. Test fungsi saraf cranial.
d. Test fungsi motorik dan cerebellum.
e. Test fungsi sensori.
Pola aktivitas sehari-hari
a. Tingkat latihan dan aktivitas.
b. Pekerjaan :
pola bekerja
pemajanan terhadap benda-benda toksik.
c. Riwayat perjalanan, yang terakhir.
Pengkajian psikososial dan spritual
a. Psikososial
b. Spiritual
c. Konsep Diri :
1. Gambaran Diri
2. Ideal diri
3. Harga Diri
23

4.Peran
5.Identitas Diri

24

II. Diagnosa Keperawatan CVD


1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular pada
ekstremitas
2. Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume intrakanial,
penekanan jaringan otak, dan edema serebri
3. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
bicara pada hemisfer otak
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular pada
ekstremitas
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
meningkatnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi
Rasional
Kaji mobilitas yang ada dan observasi
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
terhadap peningkatan kerusakan. Kaji secara

melakukan aktivitas

teratur fungsi motorik


Ubah posisi klien tiap 2 jam

Menurunkan resiko terjadinya iskemia


jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek

Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak

pada daerah yang tertekan


Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan

aktif pada ekstremitas yang tidak sakit

kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi

Lakukan gerak pasif pada ektremitas yang

jantung dan pernafasan


Otot volunter akan kehilangan tonus dan

sakit

kekuatannya bila tidak dilatih untuk

Pertahankan sendi 90 terhadap papan kaki

digerakkan
Telapak kaki dalam posisi 90 dapat

Inspeksi kulit bagian distal setiap hari.

mencegah footdrop
Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan

Pantau kulit dan membran mukosa terhadap

hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan

iritasi, kemerahan, atau lecet-lecet

integritas kulit kemungkinan komplikasi

Bantu klien melakukan latihan ROM,

imobilisasi
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
25

perawatan diri sesuai toleransi


Memelihara bentuk tulang belakang dengan

kemampuan
Mempertahankan posisi tulang belakang tetap

cara :

rata

Matras
Bed Board (tempat tidur dengan alas
kayu atau kasur busa yang keras yang
tidak menimbulkan lekukan saat klien

tidur
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk

Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi

latihan fisik klien

ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan


fisik dari tim fisioterapis

Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume intrakranial,


penekanan jaringan otak, dan edema serebri
Tujuan : dalam waktu 3 x 24jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien
Kriteria hasil : klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual dan muntah,
GCS: 4, 5, 6, tidak terdapat papil edema TTV dalam batas normal
Intervensi
Rasionalisasi
Kaji faktor penyebab dari situasi atau
Deteksi dini untuk memprioritaskan
keadaan individu atau penyebab koma atau

intervensi, mengkaji status neurologis/tanda

penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan

tanda kegagalan untuk menentukan

penyebab peningkatan TIK

perawatan kegawatan atau tindakan

Memonitor TTV setiap 4 jam

pembedahan
Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebri
terelihara dengan baik atau fluktuasiditandai
dengan tekanana darah sistemik, penurunan
dari otoregulator kebanyakan merupakan
tanda penurunan difusi lokak vaskulasrisasi
darah serebri. dengan peningkatan tekanan
darah (diastolik) maka dibarengi dengan
peningkatan darah intrakanial. adanya
peningkatan tekanan darah,
bradikardi,disritmia, dispneu, meruapakan
26

Evaluasi pupil

tanda terjadinya peningkatan TIK


Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari
bola mata merupakan tanda dari gangguan
sarsf jika batang otak terkoyak.
keseimbanagan saraf antara simpatis dan
parasimpatis merupan respon reflek saraf

Monitor temperature dan pengaturan suhu

kranial
Panas merupakan refleks dari hipotalamus.

lingkungan

peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2

Pertahankan kepala/leher pada posisi yang

akan menunjang peningkatan TIK


Perubahan kepala pada satu sisi dapat

netral, usahakan dengan sedikit bantal.

menimbulakn penekanan pada vena jugularis

hindari penggunaan bantal yang tinggi pada

dan menghambat aliran darah otak

kepala.

(menghambat drainase pada vena


serebri)sehingga dapat meningkatkan tekanan

Berikan peiode istirahat antara tindakan

intrakranial.
Tindakan yang terus menerus dapat

perawatan dan batasi lamanya prosedure

meningkatkan TIK oleh efek ransangan

Kurangi ransangan ekstra dan berikan rasa

kumulatif
Memberikan suasana yang tenangdapat

nyaman seperti masase punggung,

mengurangi respon psikologis dan

lingkungan yang tenang, sentuhan yang

memberikan istirahat untuk mempertahankan

ramah, dan suasana yang tidak gaduh


Cegah/ hindarkan terjadinya valsava manufer

TIK yang rendah


Mengurangi tekanan intratorakal dan intra
abdominal guna menghindari peningkatan

Bantu klien jika batuk, muntah.

TIK
Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
dalam toraks dan tekanan dalam abdomen
dimana aktifitas ini dapat meningkatkan

Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku

tekanan TIK
Tingkah non verbal ini dapat merupakan

pada pagi hari

indikasi peningkatan TIK atau memberikan


refleks nyeri dimana klien tidak mampu
mengungkapkan keluhan secaraverbal, nyeri
27

Palpasi pada pembesaran bladder,

yang tidak menurun dapat meningkatkan TIK


Dapat meningkatkan respon otomatis yang

pertahankan drainase urine secara paten jika

potensial menaikkan TIK

digunakan dan juga monitor terdapatnya


konstipasi
Berikan penjelasan pada klien (jika sadar dan

Meningkatkan kerjasama dalam

keluarga tentang sebab akibat TIK

meningkatkan perawatan klien dan

meningkat)
Observasi tingkat kesadaran dengan GCS

mengurangi kecemasan
Perubahan kesadaran menunjukkan
peningkatan TIK dan berguna menentukan

Kolaborasi : pemberian O2 sesuai indikasi

lokasi danperkembangan penyakit


Mengurangi hipoksemia, dimana dapat
meningkatkan vassodilatasi serebri dan

Berikan cairan intravena sesuai dengan yang

volume darah dan menaikkan TIK


Pemberian cairan mungkin diinginkan untuk

diindikasikan

menurunkan edema serebri, peningkatan


minimum pada pembuluh darah, tekanan

Berikan obat osmosis diuretik seperti

darah, dan TIK


Diuretik mungkin digunakan pada fasse akut

manitol, furosid

untuk mengalirkan air dari sel sel otak, dan

Berikan steroid seperti deksametason,

mengurangi edema serebri dan TIK


Untuk menurunkan inflamasi dan

methylprednisolon
Berikan analgesik narkotik seperti kodein

mengurangi edema jaringan


Mungkin diindikasikan untuk mengurangi
nyeri dan obat ini mempunyai efek negatif
dari TIK tetapi dapat digunakan untuk

Berikan sadatif seperti diazepam, benadril

mencegah dan menurunkan sensasi nyeri


Mungkin digunakan untuk mengontrol

Berikan antipiretik seperti acetaminofen

kurangnya istirahat dan agitasi


Mengurangi/ mengontrol hari pada

antihipertensi

metabolisme serebri/oksigen yang diinginkan


Digunakan pada hipertensi kronis, karena
manajemen secraa berlebihan akan

Vasodilator perifer seperti siklandilat,

meningkatkan kerusakan jaringan


Digunakan untuk meningkatkan sirkulasi
28

papverin, isoksuprin
Berikan antibiotik seperti asam aminocaproat

kolateral atau menurunkan vasopasme


Digunakan pada kasus hemoragik, untuk

(Amicar)

menegah lisis bekuan darah dan perdarahan

Monitor hasil laboratorium sesuai dengan

kembali
Membantu memberikan informasi tentang

indikasi seperti protrombin, LED

efektivitas pemberian obat

Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan efek dari kerusakan pada
area bicara pada hemisfer otak
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah
komunikasi, mampu mengekspresikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa isyarat.
Kriteria hasil : Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi, klien
mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat
Intervensi
Rasional
Kaji tipe disfungsi misalnya klien tidak
Membatu menentukan kerusakan area pada
mengerti tentang kata-kata atau masalah

otak dan menentukan konsultan klien dengan

berbicara atau tidak mengerti bahasa sendiri

sebagian atau seluruh proses komunikasi,


klien mungkin mempunyai masalah dalam
mengartikan kata-kata (afasia, area Wemicke,

Bedakan afasia dengan disatria

dan kerusakan pada area Broca)


Dapat menentukan pilihan intervensi sesuai

Lakukan metode percakapan yang baik dan

dengan tipe gangguan


Klien dapat kehilangan kemampuan untuk

lengkap, beri kesempatan klien untuk

memantau ucapannya, komunikasinya secara

mengklarifikasi

tidak sadar, dapat merealisasikan pengertian

Katakan untuk mengikuti perintah secara

klien dan dapat mengklarifikasi percakapan


Untuk menguji afasia reseptif

sederhana seperti tuup matamu dan lihat


kepintu
Perintahkan klien untuk menyebutkan nama

Menguji afasia ekspresif misalnya klien

suatu benda yang diperlihatkan

dapat mengenal benda tersebut tetapi tidak

Perdengarkan bunyi yang sederhana seperti

dapat menyebutkan namanya


Mengidentifikasi disatria komponen

sh.........cat

berbicara (lidah, gerakan bibir, kontrol


29

pernapasan dapat mempengaruhi artikulasi,


dan mungkin tidak terjadinya afasia
Suruh klien untuk menulis nama atau kalimat

ekspresif)
Menguji ketidakmampuan menulis (agrafia)

pendek, bila tidak mampu untuk menulis

dan defisit membaca (aleksia) yang juga

suruh klien untuk membaca kalimat pendek

merupakan bagian dari afasia reseptif dan

Beri peringatan bahwa klien diruang ini

ekspresif
Untuk kenyamanan yang berhubungan

mengalami gangguan berbicara, sediakan bel

dengan ketidakmampuan berkomunikasi

khusus bila perlu


Pilih metode komunikasi alternatif misalnya

Memberikan komunikasi dasar sesuai dengan

menulis pada papan tulis, menggambar, dan

situasi individu

mendemonstrasikan secara visual gerakan


tangan
Antisipasi dan bantu kebutuhan klien

Membantu menurunkan frustasi oleh karena


ketergantungan atau ketidamampuan

Ucapkan langsung kepada klien berbicara

berkomunikasi
Mengurangi kebingungan atau kecemasan

pelan dan tenang, gunakan pertanyaan

terhadap banyaknya informasi. Memajukan

dengan jawaban ya atau tidak dan

stimulasi ingatan dan kata-kata

perhatikan respon klien


Berbicara dengan nada normal dan hindari

Klien tidak dipaksa untuk mendengar, tidak

ucapan yang terlalu cepat. Berikan waktu

menyebabkan klien marah dan tidak

klien untuk berespon


Anjurkan pengunjukng untuk berkomunikasi

menyebabkan rasa frustasi


Menurunkan isolasi sosial dan

dengan klien misalnya membaca surat,

mengefektifkan komunikasi

membicaran keluarga
Bicarakan topik-topik tentang keluarga,

Meningkatkan pengertian percakapan dan

pekerjaan, hobi

kesempatan untuk mempraktikkan

Perhatikan percakapan klien dan hindari

keterampilan praktis dalam berkomunikasi


Memungkinkan klien dihargai karena

berbicara secara berpihak


Kolaborasi : konsultasikan ke ahli terapi

kemampuan intelektualnya masih baik


Mengkaji kemampuan verbal individual dan

bicara

sensorik motorik dan fungsi kognitif untuk


30

mengidentifikasi defisit dan kebutuhan terapi

Evaluasi
1

Menunjukkan peningkatan status pernafasan


Gas darah arteri dengan rentang yang dapat diterima
Tidak ada bunyi crackles
Mengatasi sekret tanpa aspirasi
Mendemostrasikan perbaikan mobilitas sendi
Partisipasi latihan rentang gerak
Menggunakan alat bantu
Tidak memperihatkan adanya kontraktur
Memperlihatkan fungsi kognitif seperti sebelum sakit
Memperlihatkan kesadaran kedalam keterbatasan kognitif
Menggunakan pendekatan alternatif untuk melakukan kompensasi terhadap
fungsi kognitif

Pengkajian Parkinson
Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut pada usia 50an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis
medis. Identifikasi riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat
penyakit keluarga.
Riwayat penyakit saat ini
Klien sering mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian
ke bagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral.
Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi, supinasi) pada
lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah
memutar sebuah pil diantara jari-jari. Keluhan lainnya meliputi perubahan pada sensasi
wajah, sikap tubuh dan gaya berjalan.Adanya keluhan berkeringat, kulit berminyak, dan
sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan kandung
kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.
Pengkajian psiko-sosio-spiritual
31

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk menilai
respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Perubahan terpenting pada klien dengan penyakit parkinson adalah tanda depresi.
Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi, dan penurunan
memori. Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, dimensia,
konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien. Klien
dengan penyakit parkinson tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan
pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernapasan.
B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas,
aspirasi makanan atau saliva, berkurangnya fungsi pembersihan saluran pernapasan.
Inspeksi, ditemukan klien batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas, dan
penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
Aukultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronchi pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang
sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas
B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek sampin pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
B3 (Brain)
Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan dengan pengkajian lainnya. Pada
inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada
seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
B4 (Bladder)
32

Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan
persepsi klien secara umum. Klien mengalami inkontinensia urin, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan kontrol motorik dan postural
B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang
karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh. Klien
sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas
B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secara
umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan keseimbangan dan
koordinasi dalam melakukan pergerakan karena perubahan gaya berjalan dan kaku pada
seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
Diagnosis Parkinson
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot
2. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,
kelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi
Rasional
Kaji mobilitas yang ada dan observasi
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur

melakukan aktivitas

fungsi motorik
Lakukan program latihan yang meningkatkan

Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan,

kekuatan otot

menurunkan kekuatan otot dan mencegah

Lakukan latihan postural

kontraktur bila otot tidak digunakan


Latihan postural untuk melawan
33

kecenderungan kepala dan leher tertarik


Ajarkan teknik berjalan khusus :

kedepan dan kebawah


Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari

Ajarkan untuk berjalan tegak, memandang

untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret

lurus ke depan, dan menggunakan cara

dan kecenderungan tubuh condong kedepan

berjalan dengan dasar lebar (misalnya

berjalan dengan kaki terpisah


Klien dianjurkan untuk latihan berjalan
serupa dengan barisan musik marching
atau suara dengan birama lagu, karena hal

ini memberikan rangsangan sensori


Latihan bernafas sambil berjalan
membantu untuk menggerakan rangka
tulang rusuk dan transpor oksigen untuk
mengisi bagian paru-paru yang miskin

oksigen
Periode istirahat yang sering untuk
membantu pencegahan frustasi dan

kelelahan
Anjurkan mandi hangat dan masase otot

Mandi hangat dan masase membantu otototot rileks pada aktivitas pasif dan aktif serta
mengurangi nyeri otot akibat spasme yang

Bantu klien melakukan latihan ROM,

mengakibatkan kekakuan
Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai

perawatan diri sesuai toleransi


Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk

kemampuan
Peningkatan kemampuan dalam mobilitas

latihan fisik klien

ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan


fisik dari tim fisioterapis

Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,


perlambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam, klien mampu membuat teknik atau metode komunikasi yang
dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
34

Intervensi
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikassi

Rasionalisasi
Gangguan bicara ditemukan pada banyak
klien dengan penyakit parkinson. bicara
mereka yang lemah, monoton, danterdengar
halus menuntut kesadaran dan berupaya
untuk bicara dengan lambat, dengan
penekanan perhatian pada apa yng mereka

Menentukan cara cara komunikasi seperti

katakan.
Memeprtahankan kontak mata akan membuat

mempertahnkan kontak mata, memberikan

klien tertarik selama berkomunikasi. jika

pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak,

klien dapat menggerakkan bicara,

menggunakan kertas atau balpoin, gambar,

mngedipkan mata, atau senang dengan

papan tulis, bahasa isyarat, perjelas arti dari

isyarat isyarat sederhana, lebih baik dengan

komunikasi yang disampaikan

menggunakan pertanyaan ya atau tidak.


Kemampuan menulis kadang kadang
melelahkan klien, selain itu dapat
mengakibatkan frustassi dalam upaya
memenuhi kebutuhan dalam komunikasi.
keluarga dapat bekerjasama untuk membantu

Pertimbangkan bentuk komunikasi bila

memenuhi kebutuhan klien


Kateter intravena yang terpasang ditangan

terpasang kateter intra vena

akan mengurangi kebebassan klien dalam

Lakukan bel pemanggil dalam jangkauan

menulis atau membri isyarat


Ketergantungan klien pada ventilator akan

klien dan berikan penjelasan cara

membuat klien lebih baik dan rileks, merasa

menggunakannya. jawab panggilan tersebut

aman, dan mengerti bahwa selama

dengan segera. penuhi kebutuhan klien.

menggunakan ventilator, perawat akan

katakan kepada klien bahwa peraat siap

memenuhi segala kebutuhannya

membantu jika diperlukan.


Buatlah catatan dikantor perawat tentang

Mengingatkan staff perawat untuk berespon

keadaan klien yang tak dapat berbicara


Buat rekaman pembicaraan klien

dengan klien selama memberikan perawatan


Rekaman pembicaraan klien dalam pita kaset
secara periodik dibutuhkan dalam memantau
35

perkembangan klien. amplipier kecil


membantu bila klien mengalam kesulitan
Anjurkan keluarga atau orang lain yang dekat

mendengar
Keluarga dapat merassa akrab dengan klien

dengan kkien untuk berbicara dengan klien,

dan berada dekat klien selama berbicara.

memberikan informasi tentang keluarganya,

pengalaman ini dapat membantu atau

dan keadaan yang sedang terjadi

mempertahankan kontak mata seperti


merasakan kehadiran anggota keluarga yang

Kolabarasi denganahli wicara bahasa

dapat mengurangi perasaan kaku


Ahli terapi wicara bahsa dapat membantu
dalam membentuk peningkatan latihan
percakan dan membantu oetugas kesehatan
untuk mengembangkan metode komunikasi
untuk memenuhi kebuthan klien.

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil: mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan
berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium
Intervensi
Rasionalisasi
Evaluasi kemampuan makan klien
Klien mengalami kesulitan dalam
mempertahankan berat badan mereka. mulut
mereka kering akibat obat obatan dan
mengalami kesulitan mengunyah dan
menelan. klien beresiko mengalami aspirasi
Timbang berat badan jika memungkinkan

akibat penurunan refleks batuk.


Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan
kekurangan asupan nutrisi menunjang
terjadinya masalah katabolisme, kandungnan
glikogen dalam otot dan kepekaan terhadap

Manajemen mencapai kemampuan menelan

pemasangan ventilator
Meningkatkan kemampuan klien dalam

1. Gangguan menelan disebabkan oleh

menelan dan dapat membantu pemenuhan


36

tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai

nutrisi klien melalui oral. tujuan lain adalah

menelan, kesulitan dalam membentuk

mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan

makanan dalam bentuk bolus

masuknya makanan dan mencegah gangguan

2. Makanan setengah padat dengan sedikit air pada lambung


memudahkan untuk menelan
3. Klien dianjurkan untuk menelan secara
berurutan
4. Klien diajarkan untuk meletakkan
makanan di ataslidah menutup bibir dan gigi
dan menelan
5. Klien dianjurkan untuk mengunyah
pertama kali pada satu sisi mulut dan
kemudian ke sisi lain
6. Untuk mengontrol air liur, klien dianjurkan
untuk menahan kepala tetap tegak dan
membuat keadaan secara sadar untuk
menelan
7. Masase otot wajah dan leher sebelum
makan dapat membantu
8. Berikan makanan kecil dan lunak
Monitor pemakaian alat bantu

Pemanass elektrik digunakan untuk menjaga


makanan tetap hangat dan klien diizinkan
untuk istirahat selama waktu yang ditetapkan
untuk makan, alat-alat khusus juga
membantu makan. penggunaan piring yang
stabil, cangkir yang tidak pecah bila
jatuh,dan alat-alat makan yang dapat
digenggam sendiri digunakan sebagai alat

Kaji fungsi sitem gastrointestinal meliputi

bantu
Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting

suara bising usus, caraterjadinya perubahan

untuk asupan makanan. ventilator dapat

didalam lambung seperti mual, muntah.

menyebabkan kembung pada lambung dan


37

observasi perubahan pergerakan usus

perdarahan pada lambung.

misalnya diare, konstipasi.


Anjurkan pemberian cairan 2500cc

Mencegah terjadinya dehidrasi akibat

perhariselama tidak terjadi gangguan jantung

penggunaan ventilator selama klien tidak

Lakukan pemeriksaan laboratorium yang

sadar dan mencegah terjadinya konstipasi.


Meberikan informasi yang tepat tentang

diindikasikan seperti serum, transperin,

keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.

BUN/kreatinin dan glukosa

VI.

PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

a. Cerebrovaskular Desease (CVD)


Medis
Mengingat pentingnya golden periode 3 jam dimulai saat awitan Cerebrovaskular
Desease (CVD), maka upaya khusus harus dijalankan agar periode ini dapat dicapai oleh
sebanyak mungkin penderita Cerebrovaskular Desease (CVD) sehingga terapi
trombolitik dapat dilaksanakan. Diantara yang perlu dilaksanakan adalah :
1

Pendidikan dan penerangan pada masyarakat dan semua tenaga kesehatan untuk
pengenalan gejala dini Cerebrovaskular Desease (CVD), sehingga rujukan ke pusat
stroke dapat dilaksanakan. Spek transportasi dan akses ke unit stroke ini juga
harus difikirkan dengan baik agar tidak memperlambat upaya terapi dalam

golden periode tersebut.


Pendirian unit Cerebrovaskular Desease (CVD) yang terakreditasi yang dapat

menangani stroke dengan baikdan benar yang siap selama 24 jam.


Pusat/unit Cerebrovaskular Desease (CVD) tersebut perlu mengadopsi tatacara
penatalaksanaan Cerebrovaskular Desease (CVD) yang baik dan benar, walaupun
dianjurkan pula pengusahaan terapi non standar asalkan dalam kerangka uji coba
(trial)

Diagnosis
Ditujukan untuk mencari beberapa keterangan antara lain :
1 Apakah penderita menderita Cerebrovaskular Desease (CVD) atau bukan
38

2
3

Bila memang Cerebrovaskular Desease (CVD), letak, jenis dan luas lesi
Status penderita secara keseluruhan, termasuk disini adalah tekanan darah, kadar
gula darah, keadaan kardio-respirasi, keadaan hidrasi, elektrolit, asam basa,
keadaan ginjal, dan lain lain.
Untuk mencari keterangan point 1 dan 2 diatas, diperlukan pemeriksaan

neurologik sederhana. Yang kemudian perlu dikonfirmasikan dengan alat pencitraan


yang lebih canggih (CT scan) atau pencitraan dengan resonansi magnetik (MRI). Lesi
kecil dibatang otak sering tidak terlihat dengan CT scan akan tetapi dapat terdeteksi
dengan MRI. Pengobatan dengan rTPA tidak boleh dilaksanakan apabila diagnosis
stroke belum dikonfirmasi dengan salah satu dari ke dua alat tersebut.
Penatalaksanaan spesifik
Yang dimaksud penatalaksanaan spesifik disini adalah penatalaksanaan terhadap
lesi yang diharapkan dapat mengembalikan aliran darah dan jaringan otak yang
dialirinya menjadi normal kembali. Untuk Cerebrovaskular Desease (CVD) non
hemoragik, satu satunya obat yang terbukti dan direkomendasikan di Eropa dan
Amerika adalah rTPA (aktivator plasminogen jaringan rekombinan), terapi ini hanya
bermanfaat dan oleh karena itu hanya boleh diberikan pada penderita dalam waktu 3
jam setelah awitan. Untuk Cerebrovaskular Desease (CVD) hemoragik, hanya
perdarahan yang superfisial dan terapetik window antara 6-12 jam yang bisa diterapi
dengan jalan pembedahan.
Obat-obat neuroprotektif :
Dasar pemikiran obat golongan ini adalah bahwa sebagai akibat terjadinya
iskemia otak akan terjadi berbagai rantai reaksi melalui pelepasan glutamat, kemudian
banjirnya kalsium intraseluler, stres oksidatif yang selanjutnya menyebabkan
kerusakan organel dan tanggapan jaringan dan akhirnya kematian neuron. Akan tetapi
yang terjadi bukan sekedar iskemia akan tetapi akibat sumbatan pembuluh darah
sehingga obat obat ini, walaupun menarik secara teoritis, akan tetapi secara umum
gagal memberikan perbaikan pada penderita.
EUSI 2003, deklarasi Helsingborg 2006 dan American stroke Guidelines 2007
tidak merekomendasikan obat bobat ini karena uji coba meta analisis berbagai ujicoba
yang telah dilaksanakan gagal mebuktikan manfaat obat ini. Dua macam obat yang
39

banyak digunakan di Indonesia (Pirasetam dan Citicolin) bahkan dikatakan


meningkatkan kematian pada penderita stroke (AHA, 2007)
Keperawatan
Diarahkan untuk memberikan perawatan yang optimal pada penderita. Memberikan
posisi yang tepat, alih baring untuk penderita dengan keadaan kesadaran menurun,
pemberian hidrasi yang cukup merupakan beberapa aspek perawatan yang penting.
Perbaikan Gangguan/Komplikasi Sistemik :
Seperti dikemukakan diatas, berbagai komplikasi sistemik lebih berbahaya
dibanding strokenya sendiri. Oleh karena itu keadaan tersebut harus selalu dipantau,
diantaranya :
1 Tekanan darah. Berbagai penelitian menunjukan bahwa pada stroke akut biasanya
tekanan darah akan meningkat sebagai mekanisme kompensasi, untuk kemudian
kembali menjadi normal setelah 2-3 hari. Oleh karena itu peningkatan tekanan
darah pada hari-hari pertama stroke tidak perlu dikoreksi, kecuali bila mencapai
2

(sistolik>220mmHg atau diastolik >130mmHg).


Gula darah. Sepeti tekanan darah, gula darah seringkali meningkat pada hari-hari
pertama stroke, akan tetapi penelitian menunjukkan bahwa gula darah yang tinggi
akan menyebabkan kerusakan otak, sehingga peninggian kadar gula darah pada
hari-hari pertama stroke harus diturunkan senormal mungkin, kalau perlu dengan

pemberian insulin melalui pompa syring.


Keadaan kardio-respirasi.gangguan jantung selain sebagai penyebab stroke juga
dapat timbul sebagai akibat stroke, karena itu pemantauan keadaan jantung harus
selalu dilakukan seawal mungkin. Gangguan respirasi juga sering menyebabkan
kamatian oleh karena itu perlu pemantauan yang baik dan tindakan pengobatan

yang tepat.
Ulkus stres, infeksi, gangguan ginjal atau hati. Juga merupakan keadaanyang perlu
diperhatikan pada penderita stroke, karena keadaan tersebut seringkali terjadi dan

menentukan kelangsungan hidup penderita.


Terhadap lesi. Perlakuan terhadap lesi tergantung jenis, besar dan letak lesi serta

berapa lama lesi itu sudah terjadi.


Rehabilitasi dini. Upaya rehabilitasi dini harus segera dikerjakan begitu keadaan
penderita mulai stabil. Fisioterapi pasif, kemudian aktif segera dilakukan. Apabila
terdapat

gangguan

bicara

atau

menelan,

upaya

terapi

wicara

bisa
40

diberikan.pendekatan psikologik berguna untuk memulihkan kepercayaan diri


7

penderita stroke.
Tindakan perawatan lanjutan. Tindakan untuk mencegah stroke berulang dan upaya
rehabilitasi kronis harus terus dilakukan. Pencegahan berulangnya stroke dengan
cara mengontrol berbagai faktor resiko.

b.Parkinson
Medis
Obat

Dosis

Mekanisme kerja

Efek samping

Levodopa (dopar)

penggunaan
200-500mg/hari

Tingkatkan

Nausea,

dalam

dosis ketersediaan

terbagi

dopamin
adakan

Karbidopa (lydosyn)

Sp.

anoreksia,diskinesia,

dnegan hipotensi

ortostatik,

prekusor gangguan perilaku mimpi

metabolik
100mg/hari Turunkan

dalam

vomitus,

dosis metabolisme

Karbidopa-

terbagi
40/400-200/2000 Tingkatkan

levodopa(sinemet)

mg/hari

visual, halusinasi
Dapat
tingkatkan
toksisitas levodo[a

dalam ketersediaan

dosis terbagi

dopamin(kedua

mekanisme diata)
Amantadin (symetrel)
100-300mg/ hari
Bromokriptin (parlodel, 1-1,5 mg 3- Tingkatkan

Delirium dan halusinasi


Delirium dan halusinasi

elkrip)

Perubahan

4x/hari

pelepasan

ditingkatkan

dopamin. Aktivasi hipotensi, nausea

sampai

perilaku,

maks langsung reseptor

100-

dopamin

200mg/dosis
Pramipreksol(mirapeks,

terbagi
3x0,5-1mg/hari

Agonis dopamin

Halusinasi

sifrol)
Ropinirol ( requip)

3x3,5mg/hari

Agonis dopamin

Ortostatis,

sinkope

nausea.somnolens
41

Gol. Kolinergik
-

Turunkan

triheksil-phenidil 2-20mg/

(artane)
-benstropin

dosis terbagi

efek Mulut kering, konstipasi,

hari asetilkolin, bantu retensia urin, pandangan


seimbangkan

kabut,

mesilat 0,5-8 mg / hari sistem kolinergik glaukoma,

(cogentin)
Selegilin (eldepril)

dosis terbagi

dan dopaminergik

ekserbasi
takikardia,

konfusio,

perubahan

10 mg / hari Hambat

perilaku
Nausea,

konfusio,

sekali sehari

agitasi,insomnia,gerakan

monoamin

Antidepresan(trisiklik,

oksidase tipe B
involunter
Tunda
awitan Trisiklik :

SSRI, trasodon)

disabilitas

terus seperti SE antikolinergik,

saat

bulan gejala psikotik (jarang),

12

pertama. Berguna idiosinkarasi.

hangover,

SSRI

untuk manifestasi disforia, mania. Trasodon


depresi

yang : disforia , dizzy malam

terdapat
2/3

seperti hari, idiosinkrasi(jarang)


penderita misal priapisme

penyakit
parkinson
Keperawatan
Sebagai salah satu penyakit parkinson kronis yang diderita oleh manula , maka perawatan
tidak bisa hanya diserahkan kepada profesi paramedis , melainkan kepada semua orang
yang ada di sekitarnya.
a. Pendidikan
Dalam arti memberi penjelasan kepada penderita , keluarga dan care giver tentang
penyakit yang diderita.Hendaknya keterangan diberikan secara rinci namun supportif
dalam arti tidak makin membuat penderita cemas atau takut. Ditimbulkan simpati dan
empati dari anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi
maksimal.
b. Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan
menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-masalah
42

sebagai berikut :
Abnormalitas gerakan
Kecenderungan postur tubuh yang salah
Gejala otonom
Gangguan perawatan diri ( Activity of Daily Living ADL )
Perubahan psikologik
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
1. Terapi fisik : ROM ( range of motion )
Peregangan
Koreksi postur tubuh
Latihan koordinasi
Latihan jalan ( gait training )
Latihan buli-buli dan rectum
Latihan kebugaran kardiopulmonar
Edukasi dan program latihan di rumah
2. Terapi okupasi
Memberikan program yang ditujukan terutama dalam hal pelaksanaan aktivitas
kehidupan sehari-hari .
3. Terapi wicara
Membantu penderita Parkinson dengan memberikan program latihan pernapasan
diafragma , evaluasi menelan, latihan disartria , latihan bernapas dalam sebelum bicara.
Latihan ini dapat membantu memperbaiki volume berbicara , irama dan artikulasi.
4. Psikoterapi
Membuat program dengan melakukan intervensi psikoterapi setelah melakukan asesmen
mengenai fungsi kognitif , kepribadian , status mental ,keluarga dan perilaku.
5. Terapi sosial medik
Berperan dalam melakukan asesmen dampak psikososial lingkungan dan finansial , untuk
43

maksud tersebut perlu dilakukan kunjungan rumah/ lingkungan tempat bekerja.


6. Orthotik Prosthetik
Dapat membantu penderita Parkinson yang mengalami ketidakstabilan postural , dengan
membuatkan alat Bantu jalan seperti tongkat atau walker.
c. Diet
Pada penderita parkinson ini sebenarnya tidaklah diperlukan suatu diet yang khusus ,
akan tetapi diet penderita ini yang diberikan dengan tujuan agar tidak terjadi kekurangan
gizi , penurunan berat badan , dan pengurangan jumlah massa otot , serta tidak terjadinya
konstipasi . Penderita dianjurkan untuk memakan makanan yang berimbang antara
komposisi serat dan air untuk mencegah terjadinya konstipasi , serta cukup kalsium untuk
mempertahankan struktur tulang agar tetap baik . Apabila didapatkan penurunan motilitas
usus dapat dipertimbangkan pemberian laksan setiap beberapa hari sekali . Hindari
makanan yang mengandung alkohol atau berkalori tinggi.

VII. TERAPI KOMPLEMENTER


b Konsep Latihan Fungsional Tangan
Latihan fungsional tangan merupakan salah satu dari latihan pergerakan sendi
untuk pasien stroke yang mengutamakan pergerakan sendi pergelangan tangan pada
ekstremitas atas sebagai gerakannya.
1. Macam Latihan Fungsional Tangan
Fungsi tangan begitu penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari bagi
kita dan merupakan bagian yang paling aktif. Jika lesi pada bagian otak yang
mengakibatkan kelemahan pada tangan tersebut akan sangat menghambat dan
mengganggu kemampuan dan aktivitas seseorang. Tangan juga merupakan organ
panca indra dengan daya guna yang sangat khusus. Latihan fungsional tangan
dapat didefinisikan sebagi semua fungsi yang diberikan pada gerakan ketika
sebuah objek digenggam oleh tangan. Fungsi menggenggam (grip) melalui tiga
44

tahap yaitu, membuka tangan, menutup jari-jari untuk menggenggam objek, serta
mengatur kekuatan menggenggam.
Beberapa bentuk dari fungsional tangan yaitu :
1) Power Grip, adalah bagian dari fungsional tangan yang dominan.
Yang termasuk dalam Power Grip ialah :
a.
Clyndrical grip

1)
2)
3)
4)

Gambar 2.5 Posisi Clyndrical Grip (Widjaya, 2007)


Berikan benda berbentuk silindris.
Lakukan koreksi pada jari-jari agar menggenggam sempurna
Posisi wrist joint 45 derajat.
Berikan instruksi untuk menggenggam (menggenggam kuat) selama

5 detik kemudian rileks).


5) Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali.
Dalam memberikan latihan ini, yang terpenting ialah kerja otot yang
sinergi serta stabilitas pergelangan tangan.
b.

Spherical grip

Gambar 2.6 Posisi Spherical Grip (Widjaya, 2007)


1)
2)
3)
4)

Berikan benda berbentuk bulat (seperti bola tenis).


Lakukan koreksi pada jari-jari agar menggenggam sempurna.
Posisi wrist joint 45 derajat.
Berikan instruksi untuk menggenggam (menggenggam kuat) selama 5
detik kemudian rileks.
45

5) Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali.


c.
Hook grip

Gambar 2.7 Posisi Hook Grip (Widjaya, 2007)


1) Gunakan benda berupa tas jinjing tanpa beban/dengan menggunakan
benda lainnya.
2) Posisi tangan pasien stroke pada pegangan tas.
3) Lakukan koreksi pada jari-jari tangan agar menggenggam sempurna.
4) Berikan pengulangan dan lebih mandiri dengan koreksi jari-jari secara
mandiri pula.
d.

Lateral Prehension Grip

Gambar 2.8 Posisi Lateral Prehension Grip (Widjaya, 2007)


1) Gunakan benda berupa pensil/sejenisnya.
2) Tempatkan pada sela jari-jari.
3) Pertahankan selama 7 hitungan kemudian lepaskan kembali.
4) Lakukan beberapa pengulangan juga di sela-sela jari lainnya.
2) Precision Handling
Precision Handling cocok digunakan untuk keterampilan motorik halus
dengan menekankan pada sensasi yang cukup adekuat pada tangan.
Berikut ini yang termasuk dalam precision handling, yaitu :
a.
Pad to Pad

46

1)
2)
3)
4)

Gambar 2.9 Posisi Pad to Pad (Widjaya, 2007)


Gunakan pensil sebagai alat bantu.
Berikan posisi tangan seperti hendak menulis.
Pertahankan beberapa saat.
Dapat pula dilanjutkan dengan menulis beberapa kata yang
sederhana.

b.

Tip to tip

1)
2)
3)
4)

Gambar 2.10 Posisi Tip to Tip (Widjaya, 2007)


Gunakan alat bantu berupa jarum atau sejenisnya.
Tempatkan jarum dengan menjepit pada jari 1 dan 2.
Pertahankan beberapa saat.
Lakukan koreksi dengan tangan yang sehat jika posisi jarum tidak
tepat.

c.

Lateral Pinch

Gambar 2.11 Posisi Lateral Pinch (Widjaya, 2007).


1) Gunakan kunci sebagai alat bantu.
2) Tempatkan kunci pada sela jari 1 dan sela jari 2.
3) Pertahankan posisi seperti pada gambar dibawah ini.

47

2. Terapi artwork untuk penderita parkinson

dr Banon Sukoandari, Sp.S(K) selaku ketua Yayasan Peduli Parkinson Indonesia (YPPI)
mengimbau pasien parkinson untuk mendapatkan terapi sederhana berupa artwork.
"Dengan melakukan pekerjaan seni, pasien dapat melukis, menggambar, dan membentuk
aneka kerajinan tangan untuk memberikan latihan pada motorik halusnya," jelas dr
Banon.
Tujuan terapi :
- Parkinson sering diikuti dengan isolasi sosial dan percaya diri rendah berhubungan
dengn kesulitan mereka dalam berbicara dan berkreativitas. Mempelajari keterampilan
baru membantu seorang penderita memiliki kepercayaan diri dan harga diri
- Penelitian menunjukkan bahwa fungsi fisiologis, seperti detak jantung, tekanan darah
dan respirasi menjadi lambat ketika seseorang terlibat dalam kegiatan yang mereka suka.
Membuat hasil seni memberikan kesempatan bagi seseorang untuk melatih tangan dan
mata mereka, meningkatkan koordinasi mata dan tangan, serta

merangsang jalur

neurologis dari otak ke tangan


Alat :
- Kertas gambar, A3, A4, taplak meja besar berwarna putih
- Crayon, spidol, cat warna
48

1. Pre-drawing relaxation
- Duduk di kursi dan bernafas perlahan, pejamkan mata
- Relaks
- Bernafas dalam
- Putar dan angkat bahu berulang
- Buka mata
2. Beginning activity
- Ambil alat menggambar, sambil mendengarkan musik
- Tutup mata, gerakkan crayon, pensil warna, cat warna sesuai irama musik
- Dengarkan musik dan gunakan gerakan perlahan saja
- Mata masih tertutup, cobalah menggambar objek simpel dalam pikiranmu. Bayangkan
dirimu melihat apa yang sedang digambar tanpa mengangkat pensil dari kertas. Buatlah
gambar sederhana misalnya pohon, bunga, dan lain-lain
- Tutup matamu, dengarkan musik dan rasakan dirimu menjadi bagian darinya. Tubuh
akan berelaksasi. Buka mata dan lanjutkan menggambar tapi gunakan warna lain dan
lihat apa yang kemudian terbentuk

49

DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedhi. 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai
penerbit FKUI
Martono, Hadi dan Kris. 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Pearce, 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia
Konsep askep lansia dengan stroke oleh raden ketut ari (2011,
http://ketutpsik08.wordpress.com/2011/05/07/konsep-askep-lansia-dengan-stroke/) ,
diakses 2 oktober 2013
Sari, Mia Dian. 2012. http://nursemiadiansari.blogspot.com/2012/02/gangguansistem-persarafan-pada-lansia.html di akses 20 September 2013
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2012/11/ANATOMI-FISIOLOGI-SISTEMSARAF.pdf
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/02/medula-spinalis-dan-syaraf-spinal.html

50

Anda mungkin juga menyukai