Presentasi Kasus
Jenis Anamnesis
: Autoanamnesis
II.
: Flamboyan lt.2
Identitas Pasien
Nama
: Tn. A. I
Umur
: 33 tahun
JK
: Laki-laki
Alamat
: Bejilor, Suruh
Pekerjaan
: Swasta
Masuk RS
: 13 Agustus 2014
Data Subjektif
Keluhan utama
: Lemah pada kedua tungkai, tangan, dan terasa sesak
Keluhan tambahan : Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Salatiga dengan keluhan sesak, kedua
tungkai tidak dapat digerakkan dan terasa lemas, tangan terasa lemah dan kaku jika
digunakan untuk duduk sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengaku anggota badannya terasa lemah dan susah digerakkan setelah jatuh dari
pohon mangga yang lumayan tinggi. pasien berobat ke alternatif namun karena
sesak sehingga pengobatan alternatif tak mampu. Pasien mengaku sesak dirasakan
terutama ketika ia beraktivitas seperti mengangkat kaki atau tangan. Pasien juga
mengatakan bahwa sering merasa kesemutan terutama di kedua kaki. BAK dan
BAB tak dapat dikontrol. Pasien menyangkal keluhan demam, batuk dan pilek.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat batuk lama (-), r.operasi (-), Hipertensi disangkal. DM disangkal, riwayat
alergi obat (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
III.
Abdomen
Perkusi
Auskultasi
ka = ki
: Sonor +/+
: Suara dasar : vesikuler (+), wheezing (-)
: Inspeksi
Palpasi
Kanan
N I (Olfaktorius)
Kiri
Subjektif
+
Dengan bahan
tdl
N II (Optikus)
Kanan
Daya penglihatan
N
Pengenalan warna
+
Medan penglihatan
tdl
N III (Okulomotorius)
Ptosis
Gerakan bola mata ke :
Superior
+
Inferior
+
Medial
+
Ukuran pupil
3 mm
Bentuk pupil
bulat
Reflek cahaya langsung
+
N IV (Troklearis)
Gerak bola mata ke lateral bawah +
Diplopia
N V (Trigeminus)
Menggigit
+
Membuka mulut
+
N VI (Abdusens)
Gerakan mata ke lateral
+
N VII (Facialis)
Kerutan kulit dahi
+
Kedipan mata
+
Mengerutkan dahi
+
Mengerutkan alis
+
Menutup mata
+
Menggembungkan pipi
+
N VIII (Akustikus)
Mendengar suara
+
N IX (Glosofaringeus)
Sengau
Reflek muntah
N X (Vagus)
Bersuara
Menelan
N XI (Asesorius)
Memalingkan kepala
Sikap bahu
Mengangkat bahu
Trofi otot bahu
N XII (Hipoglosus)
Sikap lidah
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Trofi otot lidah
+
tdl
Kiri
N
+
tdl
+
+
+
3 mm
bulat
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
N
N
Eutrofi
+
N
N
Eutrofi
N
N
-
N
N
-
Ekstremitas Superior
Gerakan
Ekstremitas inferior
+/+ (terbatas)
Sensibilitas
/N
Kekuatan
3+/4-
Tonus
Trofi
+/+ terbatas
4-/4-
Eutrofi
Biseps
Reflek
Eutrofi
Patella
Fisiologis
Reflek Patologis
Babinski
Gonda
Chaddock
Bing
Oppenheim
Rossolimo
Gordon
Tes Lasegue
Tes patrik
Tes kontra patrik
Tes Kernig
IV.
Kanan
(+)
(-)
(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
Kiri
(+)
(-)
(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
Al
: 7.53x103
HT
: 37.5 %
Achilles
/
HB
: 12.1g/dL
: 333x103
AT
Kimia Darah
GDS
: 64 mg/dl
Creatinin
: 0.6 mg/dL
Ureum
: 15 mg/dL
Chol Total
: 192 mg/dl
Natrium
: 142 mml/e
Kalium
Chlorida
: 107 mmol/l
Kalsium
Elektrolit
: 4.3 mml/e
: 8.1 mg/%
Foto Cervical
Hasil
-
Foto Thoracholumbal
Hasil :
-
Paraspinal musculospasme
Tak tampak gambaran spondyloarthrosis maupun kompresi corpus vertebrae
thorakalis.
V.
ASSESMENT
Tetraparese
VI.
Penatalaksanaan
Inf. RL + Sohobion drip 20 tpm
Inj. Metil Prednisolon 2x125 mg
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj.citicolin 2x500 cc
PO : Neurodex 2x1
Esperison HCl 1-0-1
BAB II
SUSUNAN SARAF
A. Anatomi Vertebra
Tulang belakang atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung yang mudah digerakkan. terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 7
tulang cervical, 12 tulang thorax (thoraks atau dada), 5 tulang lumbal, 5 tulang sacral,
dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx). Sebuah tulang punggung terdiri atas
dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae,
dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae.
arteri radikularis dibagi menjadi arteri radikularis posterior dan anterior yang dikenal
juga ramus vertebromedularis arteria interkostalis. Medula Spinalis disuplai oleh
arteri spinalis anterior dan arteri spinalis posterior. Nervus spinalis/akar nervus yang
berasal dari medula spinalis melewati suatu lubang di vertebra yang disebut foramen
dan membawa informasi dari medula spinalis sampai ke bagian tubuh dan dari tubuh
ke otak.
Ada 31 pasang nervus spinalis dan dibagi dalam empat kelompok nervus
spinalis, yaitu :
a. nervus servikal : berperan dalam pergerakan dan perabaan pada lengan, leher, dan
anggota tubuh bagian atas
b. nervus thorak : mempersarafi tubuh dan perut
c. nervus lumbal dan nervus sakral : mempersarafi tungkai, kandung kencing, usus
dan genitalia.
sampai inti-inti motorik di saraf kranial di batang otak sampai cornu anterior medulla
spinalis. Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik kelompok UMN dibagi
dalam susunan piramidal dan susunan ekstrapiramidal. Susunan piramidal terdiri dari
traktus kortikospinal dan traktus kortikobulbar. Traktus kortikobulbar fungsinya untuk
geraakan-gerakan otot kepala dan leher, sedangkan traktus kortikospinal fungsinya
untuk gerakan-gerakan otot tubuh dan anggota gerak. Sedangkan lower motor neuron
(LMN), yang merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang berasal dari cornu
anterior medulla spinalis sampai ke efektor dilanjutkan ke berbagai otot dalam tubuh
seseorang.
Dari otak medula spinalis turun ke bawah kira-kira ditengah punggung dan
dilindungi oleh cairan jernih yaitu cairan serebrospinal. Medula spinalis terdiri dari
berjuta-juta saraf yang mentransmisikan informasi elektrik dari dan ke ekstremitas,
badan, oragan-organ tubuh dan kembali ke otak. Otak dan medula spinalis merupakan
sistem saraf pusat dan yang mehubungkan saraf-saraf medula spinalis ke tubuh adalah
sistem saraf perifer. Medula spinalis terdiri atas traktus ascenden (yang membawa
informasi di tubuh menuju ke otak seperti rangsang raba, suhu, nyeri dan gerak posisi)
dan traktus descenden (yang membawa informasi dari otak ke anggota gerak dan
mengontrol fungsi tubuh).
Motorneuron dengan aksonnya merupakan satu-satunya saluran bagi impuls
motorik yang dapat menggerakkan serabut otot. Bilamana terjadi kerusakan pada
motorneuron, maka serabut otot yang tergabung dalam unit motoriknya tidak dapat
berkontraksi, kendatipun impuls motorik masih dapat disampaikan oleh sistem
pyramidal dan ekstrapiramidal kepada tujuannya.
ekstremitas
: Tetra/Paraparese
2. Sistem Ekstrapiramidal
Dimulai dari serebral korteks, basal ganglia, subkortikal nukleus secara tidak
langsung ke spinal cord melalui multisynap conection
Inti-inti yang menyusun ekstrapyramidal:
1.Korteks motorik tambahan (area 4s, 6, 8).
2.Ganglia basalis (Nucleus kaudatus, Putamen, Globus pallidus, substansia
nigra), Korpus subtalamikum (Luysii), Nucleus ventrolateralis Talami.
3.Nucleus ruber & substansia retikularis batang otak.
4.Cerebellum
Berfungsi untuk gerak otot dasar /gerak tonic, pembagian tonus secara
harmonis, mengendalikan aktifitas piramidal.
Gangguan pada ekstrapiramidal : Kekakuan, rigiditas, ataksia, tremor,
balismus, khorea, atetose.
LMN
Merupakan neuron-neuron yang menyalurkan impuls motoric pada bagian
perjalanan terakhir (dari kornuanterior medulla spinalis) ke sel otot skeletal
(final common pathway motoric impuls).
LMN dibagi menjadi:
-motoneuron besar, akson tebal, menyalurkan impuls ke serabut otot
ekstrafusal
-motoneuron kecil, akson halus, menyalurkan impuls ke serabut
otot intrafusal
Tiap motorneuron menjulurkan 1 akson yang bercabang-cabang dan tiap
cabangnya mensarafi seutas serabut otot. Otot untuk gerakan tangkas terdiri
dari banyak unit motoric yang kecil-kecil, sedangkan otot untuk gerakan
sederhana terdiri dari kesatuan motoric besar berjumlah sedikit.
Pola impuls motoric dari lintasan pyramidal menyalurkan impuls ke system
output striatal extrapyramidal, fungsinya untuk menggalakkan/menghambat
--motoneuron. Bila hubungan antara UMN dan LMN diputus,
motoneuron masih bisa menggerakkan otot, akan tetapi gerakannya tidak
sesuai dan cenderung reflektorik, massif. Namun bila motoneuronnya yang
rusak, impuls tetap disampaikan, namun otot yang terhubungan tidak bisa
digerakkan sehingga menimbulkan atrofi otot.
Secara klasik terjadi akibat cedera tusukan tetapi juga sering dijumpai pada
fraktur massa lateral dari vertebra. Tanda dari sindroma ini sesuai dengan
hemiseksi dari medula spinalis.
Conus medullaris syndrome
Adalah trauma vertebra sakral dengan atau tanpa keterlibatan saraf lumbal.
Sindrom ini ditandai arefleksia pada kandung kemih, pencernaan. Hilangnya
fungsi motorik dan sensorik pada ekstremitas bawah bervariasi.
Cauda equina syndrome
Melibatkan trauma saraf lumbosakral dan ditandai arefleksia pada pencernaan
dan /atau kandung kemih, dengan hilangnya fungsi motorik dan sensorik
ekstremitas bawah yang bervariasi. Trauma ini biasanya disebabkan oleh
herniasi diskus lumbal sentral.
D. Parese
Parese adalah kelemahan/kelumpuhan parsial yang ringan/tidak lengkap atau
suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya atau gangguan fungsi motorik pada suatu
bagian tubuh akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot. Kelemahan adalah hilangnya
sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih kelompok otot yang dapat menyebabkan
gangguan mobilitas bagian yang terkena. Parese pada anggota gerak dibagi mejadi 4
macam, yaitu :
Monoparese adalah kelemahan pada satu ekstremitas atas atau ekstremitas
bawah.
Paraparese adalah kelemahan pada kedua ekstremitas bawah.
Hemiparese adalah kelemahan pada satu sisi tubuh yaitu satu ekstremitas atas
dan satu ekstremitas bawah pada sisi yang sama.
Tetraparese adalah kelemahan pada keempat ekstremitas.
E. Tetraparese
Tetraparese juga diistilahkan juga sebagai quadriparese, yang keduanya
merupakan parese dari keempat ekstremitas. tetra dari bahasa yunani sedangkan
quadra dari bahasa latin. Tetraparese adalah kelumpuhan/kelemahan yang
disebabkan oleh penyakit atau trauma pada manusia yang menyebabkan hilangnya
sebagian fungsi motorik pada keempat anggota gerak, dengan kelumpuhan/kelemahan
lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai. Hal ini diakibatkan
oleh adanya kerusakan otak, kerusakan tulang belakang pada tingkat tertinggi
(khususnya pada vertebra cervikalis), kerusakan sistem saraf perifer, kerusakan
neuromuscular atau penyakit otot. Kerusakan diketahui karena adanya lesi yang
menyebabkan hilangnya fungsi motorik pada keempat anggota gerak, yaitu lengan
dan tungkai. Penyebab khas pada kerusakan ini adalah trauma (seperti tabrakan mobil,
jatuh atau sport injury) atau karena penyakit (seperti mielitis transversal, polio, atau
spina bifida).
Pada tetraparese kadang terjadi kerusakan atau kehilangan kemampuan dalam
mengontrol sistem pencernaan, fungsi seksual, pengosongan saluran kemih dan
rektum, sistem pernafasan atau fungsi otonom. Selanjutnya, dapat terjadi
penurunan/kehilangan fungsi sensorik. adapun manifestasinya seperti kekakuan,
penurunan sensorik, dan nyeri neuropatik. Walaupun pada tetraparese itu terjadi
kelumpuhan pada keempat anggota gerak tapi terkadang tungkai dan lengan masih
dapat digunakan atau jari-jari tangan yang tidak dapat memegang kuat suatu benda
tapi jari-jari tersebut masih bisa digerakkan, atau tidak bisa menggerakkan tangan tapi
lengannya masih bisa digerakkan. Hal ini semua tergantung dari luas tidaknya
kerusakan.
F. Etiologi
Penyebab umum dari tetraparase, yaitu :
- Complete/incomplete transection of cord with fracture
- Prolapsed disc
- Cord contusion-central cord syndrome, anterior cord syndrome
- Guillain-Barre Syndrome (post infective polyneuropathy)
- Transverse myelitis Acute myelitis
- Anterior spinal artery occlusion
- Spinal cord compression
- Haemorrhage into syringomyelic cavaty
- Poliomyelitis
G. Epidemiologi
Tetraparese salah satunya disebabkan karena adanya cedera pada medula
spinalis. menurut Pusat Data Nasional Cedera Medula Spinalis (The National Spinal
Cord Injury Data Research Centre) memperkirakan ada 10.000 kasus baru cedera
medula spinalis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi paralisis komplet
dan defisit neurologi yang tidak masif di seluruh tubuh. Lesi yang terletak di medula
spinalis tersebut maka akan menyebabkan kelemahan/kelumpuhan keempat anggota
gerak yang disebut tetraparese spastik.
Lesi di otot dapat berupa kerusakan struktural pada serabut otot atau selnya
yang disebabkan infeksi, intoksikasi eksogen/endogen, dan degenerasi herediter.
Karena serabut otot rusak, kontraktilitasnya hilang dan otot tidak dapat melakukan
tugasnya. Penyakit di otot bisa berupa miopati dan distrofi, dapat menyebabkan
kelemahan di keempat anggota gerak biasanya bagian proksimal lebih lemah
dibanding distalnya. Pada penderita distrofia musculorum enzim kreatinin fosfokinase
dalam jumlah yang besar, sebelum terdapat manifestasi dini kadar enzim ini di dalam
serum sudah jelas meningkat. akan tetapi mengapa enzim ini dapat beredar didalam
darah tepi masih belum diketahui. Di samping kelainan pada sistem enzim, secara
klinis juga dapat ditentukan kelaian morfologik pda otot. jauh sebelum tenaga otot
berkurang sudah terlihat banyak sel lemak (liposit) menyusup diantara sel-sel serabut
otot. Ketika kelemahan otot menjadi nyata, terdapat pembengkakan dan nekrosisnekrosis serabut otot. Seluruh endoplasma serabut otot ternyata menjadi lemak. Otototot yang terkena ada yang membesar dan sebagian mengecil. Pembesaran tersebut
bukan karena bertambahnya jumlah serabut otot melainkan karena degenerasi lemak.
Kelemahan otot (atrofi otot) dapat kita jumpai pada beberapa penyakit.
J. Tetraparese dapat dijumpai pada beberapa keadaan
a. Penyakit infeksi
Mielitis transversa
Dapat menyebabkan satu sampai dua segmen medula spinalis rusak
sekaligus, infeksi dapat langsung terjadi melalui emboli septik, luka terbuka
ditulang belakang, penjalaran osteomielitis atau perluasan proses meningitis
piogenik. Istilah mielitis tidak hanya digunakan jika medula spinalis
mengalami peradangan, namun juga jika lesinya mengalami peradangan dan
disebabkan oleh proses patologik yang mempunyai hubungan dengan infeksi.
Adakalanya reaksi imunologik timbul di medula spinalis setelah beberapa
minggu sembuh dari penyakit viral. Pada saat itu sarang-sarang reaksi
imunopatologik yang berukuran kecil tersebar secara difus sepanjang medula
spinalis. Serabut-serabut asenden dan desenden panjang dapat terputus oleh
salah satu lesi yang tersebar luas, sehingga dapat menimbulkan kelumpuhan
parsial dan defisit sensorik yang tidak masif di seluruh tubuh atau yang
dikenal dengan istilah tetraparese.
- Poliomielitis
adalah peradangan pada daerah medula spinalis yang mengenai
substantia grisea. Jika lesi mengenai medula spinalis setinggi servikal atas
maka dapat menyebabkan kelemahan pada anggota gerak atas dan bawah.
Pada umumnya kelompok motoneuron di segmen-segmen intumesensia
servikal dan lumbalis merupakan substrat tujuan viral. Tahap kelumpuhan
bermula pada akhir tahap nyeri muskular. Anggota gerak yang dilanda
kelumpuhan LMN adalah ekstremitas.
b. Polineuropati
motorik bagian atas (brain) dan saraf motorik bagian bawah (spinal cord)
dengan kombinasi tanda upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron
(LMN).
Penurunan kualitas saraf ini, menyebabkan kelemahan pada otot dan
dapat berakhir pada kematian Proses degenerasi hanya menyerang pada
neuron motorik, yaitu sel-sel saraf yang mengatur pergerakkan otot. Akibat
kelemahan itu, kemampuan tubuh untuk mengatur gerakan otot yang disadari
akan hilang secara perlahan-lahan. Misalnya, memegang, menjentik,
menggaruk, dan sebagainya. Namun penyakit ini tidak mempengaruhi saraf
sensoris (perasa) dan fungsi mental. Meskipun penyebab pasti ALS belum
diketahui, teori yang dikenal saat ini menyatakan neurotransmiter glutamat
(suatu zat kimia yang menghantarkan impuls atau sinyal ke sel-sel saraf)
kemungkinan memegang peranan sebagai penyebab matinya sel-sel saraf
motorik. Zat-zat kimia lainnya, seperti molekul radikal bebas dan kalsium
kemungkinan juga ikut terlibat. Penyakit ALS mengakibatkan sistem
neuromuscular tidak berfungsi karena kedua saraf motorik penderita ALS
telah rusak. Seiring berjalannya waktu, penyakit ALS menyebabkan saraf
saraf motorik yang berada di otak dan batang tubuh mengecil, dan pada
akhirnya menghilang. Akibatnya, otot otot tubuh tidak lagi mendapat sinyal
untuk bergerak. Karena otot yang berada dalam tubuh kehilangan pemasok
nutrisinya, sehingga otototot yang menjadi lebih kecil dan melemah. Sarafsaraf di dalam sistem neuromuscular yang memberi nutrisi ke otot-otot
tersebut terlokalisir, sehingga menyebabkan tumbuhnya jaringan yang rusak
mengantikan sarafsaraf yang normal.
DAFTAR PUSTAKA
Snell, Richard, Clinical Neuroanatomy for Medical Student, 5th Edition,
Saunders Elsevier, 2005.
Ditunno JF, et.al., Spinal Shock Revisited; a four-phase model. Spinal Cord.
2004; 42;383-95
Diakses
PRESENTASI KASUS
PARAPARESE INFERIOR
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu Penyakit Saraf di RSUD Salatiga
dari
Disusun Oleh :
Reviolita Ariani
20090310143