Andi Hajrah
60800112026
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada mulanya, kota merupakan konsentrasi rumah tangga di pinggirpinggir sungai yang diorganisasi mengelilingi penguasa atau biasanya
pemimpin agama atau pendeta gereja yang kemudian diteruskan oleh
kelompok pendeta yang menyelenggarakan pengendalian yang sistimatis dan
kontinyu terhadap panen, tenaga kerja dan lain-lain. Masih dapat juga
ditelusuri bahwa kota modern di barat pada abad pertengahan dan bahkan
sebelum revolusi industri umumnya masih tergantung dari sistem pertanian
yang notebene belum memakai alat mesin disamping beberapa kota yang
sekaligus memang menjadi pusat perdagangan Nasional dan Internasional.
Keadaan tersebut menjadi sebab kota berkembang sangat terbatas dan bila
kota bertumbuh di luar batas kemampuan suplai hasil pertanian (makanan)
dari hinterland (daerah sekitarnya) maka kota tersebut akan mengalami
kesulitan makanan ; dan untuk mempertahankan eksistensi pertumbuhan
tersebut sering diperlakukan penaklukan daerah sekeliling atau daerah lain
demi memperbesar suplai bahan makanan. Keadaan inilah yang sering
dilakukan oleh penguasa kota di Romawi dan Yunani dahulu.
Menurut Ilhami (1988) sebagian besar terjadinya kota adalah berawal
dari dari desa yang mengalami perkembangan yang pasti. Faktor yang
mendorong perkembangan desa menjadi kota adalah karena desa berhasil
menjadi pusat kegiatan tertentu, misalnya desa menjadi pusat pemerintahan,
pusat perdagangan, pusat pertambangan, pusat pergantian transportasi,
seperti menjadi pelabuhan, pusat persilangan/pemberhentian kereta api,
terminal bus dan sebagainya.
Pengertian kota menurut Dickinson (dalam Jayadinata, 1999) adalah
suatu pemukiman yang bangunan rumahnya rapat dan penduduknya
bernafkah bukan pertanian. Suatu kota umumnya selalu mempunyai rumahrumah yang mengelompok atau merupakan pemukiman terpusat. Suatu kota
yang tidak terencana berkembang dipengaruhi oleh keadaan fisik sosial.
Setelah revolusi industri, kota di barat berkembang dengan sangat
pesat dan merupakan asal-usul urbanisasi yang paling berarti. Penduduk kota
bertambah dengan drastis dan penduduk desa, terutama yang dekat kota
berkurang. Sebelum revolusi industri, pertumbuhan dan perkembangan kota
lambat dan bahkan konstan. Setelah revolusi industri pertambahan penduduk
bagaikan meledak hingga untuk pertama kalinya kota-kota di barat melebihi
kemampuan kota yang real, yaitu mulai dari penyediaan perumahan yang
layak, sarana pendidikan, lapangan kerja dan tempat rekreasi dan lain-lain
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Kota
yang
berpengaruh
terhadap
keseimbangan dalam segi sosial, yaitu masyarakat pada taraf tertentu bebas
dari konflik, dan adanya perubahan dalam masyarakat terjadi secara perlahan
lahan.
Pandangan liberal menekankan pada peran pemerintah, yaitu
pemerintah harus membagi kembali pendapatan, mengupayakan sesuatu bila
mekanisme pasar tidak dapat memuaskan konsumen dan menyediakan
fasilitas di mana mekanisme pasar tak mampu mengadakannya (misal
pertahanan nasional)[4].
Pandangan radikal lebih menekankan pada aspek masyarakat yaitu
struktur dan evolusi masyarakat (kota), tergantung pada modus produksi yang
dominan[5]. Modus produksi pada masyarakat kapitalis adalah organisasi
tenaga kerja melalui mekanisme kontrak upah; Metode organisasi produksi
meliputi usahausaha produksi dan distribusi; Hubungan produksi dan
distribusi menentukan dinamika masyarakat; individu selalu harus menjadi
pekerja untuk mempertahankan dirinya; dengan adanya akumulasi modal
kapitalis akan makin menguasai kehidupan masyarakat; Lembaga
masyarakat perlu diubah untuk dapat melayani perubahan perubahan yang
timbul dalam masyarakat.
Dinamika sistem masyarakat dalam pandangan radikal menjurus pada
berbagai kontradiksi yaitu mekanisme dan pembagian kerja akan
menimbulkan akibat akibat yang berpotensi tak dapat dikendalikan;
Kapitalisme menimbulkan usaha usaha sosialisasi produksi; orang menjadi
begitu saling tergantung, atau akan saling menghancurkan, dalam
persaingan; Konflik masyarakat timbul dengan timbulnya kebutuhan untuk
selalu memperbesar kapasitas produksi.
Keberadaan kota dari sudut pandang ekonomi disebabkan oleh
adanya scale economies di dalam memproduksikan barang-barang dan jasajasa kebutuhan sehari-hari. Skala ekonomi merupakan keuntungan biaya
rendah yang didapat dari perluasan atau ekspansi aktivitas operasional dalam
sebuah perusahaan (dalam hal ini kota) dan merupakan salah satu cara untuk
mendapat keuntungan biaya rendah (low cost advantage) demi menciptakan
keunggulan bersaing[6].
Fungsi kota terutama adalah untuk memperlancar produksi dan
pertukaran dengan dekatnya lokasi berbagai kegiatan ekonomi. Perhatian
keberadaan kota adalah dengan melihat faktor kedekatan atau proximity
yang secara ekonomi merupakan salah satu penyebab terciptanya kota.
Dengan adanya kebutuhan lahan dalam proses produksi akan mempercepat
perkembangan kota, serta pemenuhan tuntutan biaya transportasi yang lebih
rendah. Pemusatan kegiatan atau aglomerasi dan pertukaran barang dan
jasa di suatu wilayah akan menentukan besarnya kota (city size)[7].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu kota akan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan
perkembangan aktivitas dan sosial budaya, ekonomi dan politik yang melatar
belakanginya. Perkembangan tersebut ditunjukkan dengan adanya
perubahan yang terjadi secara terus menerus sebagai fenomena tersendiri
yang tidak bisa dihentikan (Simon dalam Zahnd,1999). Perubahan yang
paling kentara pada suatu kota terjadi pada kawasan pusat kotanya. Hal ini
dikarenakan dalam proses berkembangnya kota, kawasan pusat akan
menjadi orientasi pertumbuhan dan perkembangan kota tersebut karena
kawasan pusat kota merupakan suatu tempat konsentrasi dari kegiatan bisnis
atau komersial dari suatu wilayah.
Sebagai inti dari sebuah kota, pusat kota memiliki beberapa fungsi
yaitu sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa,
pusat perekonomian, pusat budaya dan hiburan, pusat transportasi, pusat
kegiatan rekreasi dan pusat kegiatan olahraga. Fungsi-fungsi tersebut muncul
sebagai pusat pelayanan untuk mewadahi dominasi aktivitas perkotaan.
Kota adalah Leburan Dari bangunan dan penduduk, sedangkan bentuk
kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini
dipengaruhi dengan budaya yang tertentu. Bentuk kota ada dua macam yaitu
geometri dan organik. Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan
pada bentuk geometri kota yaitu Planned dan Unplanned.
o Bentuk Planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota eropa
abad pertengahan dengan pengaturan kota yang selalu regular dan
rancangan bentuk geometrik.
o Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota
metropolitan, dimana satu segmen kota berkembang secara
sepontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling
mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya
yang kemudian disebut dengan organic pattern, bentuk kota
organik tersebut secara spontan, tidak terencana dan memiliki pola
yang tidak teratur dan non geometrik.
Pertumbuhan kota berasal dari berbagai faktor yang mempengaruhi
tingkat produktivitas dan kualitas hidup tenaga kerja (Glaeseret al, 1995).
Secara teoritik Charles C. olby (dalam Daldjoeni, 1992) menjelaskan adanya
dua daya yang menyebabkan kota berekspansi atau memusat, yaitu daya
Daftar Pustaka
http://pemudakecil.blogspot.com/2012/10/pertumbuhan-dan-perkembangankota.html
http://pracastino.blogspot.com/2011/08/keberadaan-kota-ditinjau-dari-aspek.html
http://raranariri.blogspot.com/2013/04/teori-pertumbuhan-dan-perkembangankota.html
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&ua
ct=8&ved=0CD8QFjAE&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%
2F126100-5637-Analisis%2520arahLiteratur.pdf&ei=aHs6VMzdPIKguQTduoCYAw&usg=AFQjCNFT1bvzmsKhm2LRW1Fq6uFdh2Wpw&bvm=bv.77161500,d.c2E
http://perencanaankota.blogspot.com/2013/06/tinjauan-teori-perkembangankota.html
http://artikeltekape.blogspot.com/