Anda di halaman 1dari 5

Tujuan

1. Membandingkan jumlah spermatozoa yang dikoleksi dengan teknik flushing dan


pencacahan.
2. Mengetahui sel-sel apa saja yang dapat ditemukan dalam suspensi spermatozoa dari
kedua teknik tersebut.
Tinjauan pustaka
Spermatozoa berasal dari spermatogonia yang membelah (meiosis) dan diferensiasi
melalui proses spermatogenesis. Spermatozoa adalah sel yang berasal dari spermatogonia.
Struktur sel dibedakan bagian kepala, leher, dan ekor. Ekor spermatozoa sangat kuat dan
berfungsi untuk bergerak, mengandung sedikit sitoplasma. Sedang mitokondria yang terletak
di pangkal ekor berfungsi sebagai sumber energi untuk bergerak. Pergerakan ekor
dikendalikan oleh protein penggerak dynein (outer dynein arm dan inner dynein) dan radial
spoks yang menyusun mikrotubulus. Gerakan tersebut menggunakan energi dari hidrolisis
ATP. Energi ini dihasilkan oleh mitokondria. Ekor spermatozoa terletak di bagian posterior
inti spermatozoa.
Antara kepala dan ekor dihubungkan oleh leher spermatozoa. Inti spermatozoa
membawa informasi genetik dari induk jantan. Akrosom yang menyelubungi inti dan terletak
pada bagian anterior inti mengandung enzim yang berperan dalam proses peleburan membran
spermatozoa-selubung telur saat fertilisasi (Albert et al., 1994). Sebagian besar sitoplasma
spermatozoa akan hilang sebelum meninggalkan testis dan jumlah mitokondria juga
mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi pada saat perkembangan dan perubahan bentuk
spermatid bulat (oval) menjadi spermatid memanjang (spermiogenesis). Sisa sitoplasma
(cytoplasmic droplets) yang melekat baik di bagian ekor maupun kepala spermatozoa akan
hilang setelah spermatozoa meninggalkan epididimis.
Untuk mengantisipasi terhadap penurunan sitoplasma, sel sertoli menghasilkan
protein yang mampu mengikat hormon androgen yaitu androgen-binding protein (ABP) yang
diperlukan dalam proses spermatogenesis dan pendewasaan spermatozoa. Melalui sisi
pengikatnya (binding site), ABP melekat pada membran inti spermatozoa dan mengalami
internalisasi. Setelah internalisasi, ABP mengikat 5--dehydrotestosterone (5--DHT).
Hormon ini diperlukan spermatozoa untuk menjalankan fungsi fertilisasi (kapasitasi, reaksi
akrosom dan fusi dengan sel telur). Spermatozoa yang berada di kauda epididimis,

merupakan spermatozoa yang dewasa yang ditandai dengan kondensasi kromatin yang
sempurna, motilitas tinggi dan tidak ada cytoplasmic droplets. Spermatozoa yang sudah
dewasa ini masih belum dapat membuahi sel telur sebelum melewati proses kapasitasi dalam
saluran reproduksi betina (Chapman dan Michael, 2003). Spermatozoa yang dilepas dari
epitel tubulus seminiferus dan meninggalkan testis merupakan spermatozoa muda
(immature). Pendewasaan spermatozoa terjadi di epididimis (Zanich et el., 2003). Perjalanan
spermatozoa meninggalkan testis menuju ke epididimis membutuhkan waktu kurang lebih 12
hari (Schrader dan Lemasters, 2002).
Spermatogenesis adalah proses pembelahan dan perkembangan spermatogonia (germ
cell) membentuk spermatozoa yang terjadi di dalam testis. Testis dibagi menjadi beberapa
bagian yang disebut lobules, berbentuk tabung dan berkelok yang disebut tubulus
seminiferus. Tubulus seminiferus berperan sebagai unit fungsional untuk proses
spermatogenesis. Bagian dalam tubulus seminiferus tersusun oleh jaringan ikat, sel somatik
dan sel germinal yang berkembang dengan susunan yang teratur. Sel germinal dalam tahap
awal proses spermatogenesis, dinamakan spermatogonia yang terletak pada bagian perifer,
sedangkan tahap selanjutnya sel tersebut mengarah ke bagian interior hingga ke lumen
(Albert et al., 1994; de Krester, 2002).
Proses spermatogenesis dibagi menjadi 2 yaitu proses spermatositogenesis dan
spermiogenesis. Spermatositogenesis merupakan rangkaian perubahan spermatogonia
menjadi spermatid. Spermatogonia merupakan sel bakal spermatozoa, terletak pada membran
basal epitel tubulus seminiferus, dengan ciri-ciri inti vesiculer dengan membran inti yang
jelas. Spermatogonia memperbanyak diri (poliferasi) secara kontinyu melalui proses mitosis,
menghasilkan spermatogonia dalam jumlah besar. Beberapa spermatogonia berhenti
poliferasi, kemudian mengalami diferensiasi dan membelah secara mitosis menjadi
spermatosit primer. Spermatosit primer. Mengandung kromosom diploid berkembang
menjadi sel yang berukuran paling besar dari seluruh sel spermatogenik. Selanjutnya,
spermatosit primer akan membelah melalui proses meiosis I dan menghasilkan dua
spermatosit sekunder. Kemudian spermatosit sekunder membelah lagi melalui proses meiosis
II untuk menghasilkan empat sel spermatid yang mengandung kromosom haploid. Spermatid
haploid ini kemudian mengalami perubahan morfologi membentuk spermatozoa yang terletak
di lumen tubulus seminiferus. Spermatozoa merupakan hasil diferensiasi spermatid, dan
proses tersebut dikenal sebagai spermiogenesis (Albert et el., 1994).

Proses spermiogenesis merupakan proses metamorfosis dari bentuk spermatid yang


bulat menjadi spermatozoa yang berekor. Spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa
meliputi sejumlahnya transformasi inti dan sitoplasma. Perubahan morfologi yang paling
penting selama proses spermiogenesis adalah pembentukan akrosom, kondensasi,
transformasi, dan pergeseran inti ke posisi eksentrik dalam sel, serta terbentuk ekor yang
mampu bergetar. Tahapan asiosasi spermatid ini berbeda untuk setiap spesies, pada tikus
terdapat 14 tahap dan mencit 12 tahap (ODonnell et el., 2001; de Kretser, 2002) pengulangan
tahapan tersebut terjadi pada tempat yang sama dalam tubulus seminiferus dengan interval
waktu 8,6 hari pada mencit dan 12,9 hari pada tikus (Franca et el., 1998). Proses perubahan
sitologik ditunjukkan dengan tahapan perkembangan spermatid menuju dewasa. Setiap
spesies mempunyai tahapan perkembangan spermatid yang berbeda, manusia mempunyai 12
tahap, tikus 19 tahap dan mencit 16 tahap (de Kretser, 2002).
Tahapan perkembangan spermatid menuju dewasa diwakili dengan proses
penempelan butir-butir pra-akrosom pada badan golgi, kemudian bergabung membentuk butir
akrosom tunggal dalam badan akrosom yang diselimuti oleh membran akrosom. Selanjutnya,
terjadi proses pergerakan badan akrosom yang mengandung butir akrosom menuju ke arah
kutub anterior inti spermatid. Akrosom memiliki sejumlah enzim yang serupa dengan enzim
yang ditemukan pada lisosom diantaranya adalah hialuronidase sebagai enzim proteolitik
yang mencerna protein (spermatid tahap 1-8). Inti spermatid berubah bentuk menjadi
memanjang dan terletak eksentrik mengarah ke perifer (spermatid tahap 9-13). Sentriol
bergerak ke kutub posterior membentuk flagel (ekor) sehingga bentuk spermatosit menjadi
memanjang (spermatid tahap 14-19) (Albert et el., 1994).
BAHAN DAN ALAT
1. Tikus/mencit jantan
2. Kelinci jantan dan betina
3. Larutan garam fisiologi/potasium fosfat buffer (pH 7,2)
4. Peralatan bedah
5. Cawan petri
6. Gelas ukur
7. Gelas beaker 100 ml
8. Gelas beaker 50 ml
9. Pipet
10. Syrink 1 ml
11. Vagina kelinci buatan

CARA KERJA
Koleksi spermatozoa tikus/mencit
Tikus dieutanasi dengan klorofom, kemudian dilakukan pembedahan. Spermatozoa
diambil dari epididimis bagian kaput, korpus dan kauda yang telah dipisahkan dari testis.
Koleksi spermatozoa dilakukan dengan cara epididimis dan vas deferen dari masing-masing
kelompok dipisahkan secara perlahan-lahan dari lemak dan testis. Untuk mengurangi
terjadinya kontaminasi oleh cairan darah dan jaringan lainnya, dengan hati-hati epididimis
dibersihkan dengan kertas saring. Epididimis bagian kauda dipisahkan dengan bagian lainnya
(kaput dan korpus) secara pelan-pelan, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang
berisi 4 ml larutan garam fisiologi. Spermatozoa tikus dikoleksi dengan cara :
a. Flushing dengan menggunakan mikroskop stereo. Jarum suntik insulin yang
mengandung 1 ml larutan garam fisiologis dimasukkan ke lubang vas deferen.
Selanjutnya, jarum ditekan pelan-pelan sehingga larutan NaCl fisiologis dapat
mendorong spermatozoa yang ada di vas deferen dan epididimis ke luar.
b. Pencacahan, dengan cara epididimis dipotong halus di dalam cawan petri yang telah
berisi 4 ml larutan garam fisiologis, kemudian dibuat suspensi. Suspensi spermatozoa
tersebut kemudian ditampung dan siap dianalisis kualitas spermatozoa.
Koleksi spermatozoa kelinci
1. Satu minggu sebelum dilakukan koleksi spermatozoa, kandang kelinci jantan
didekatkan dengan kandang kelinci betina (expose).
2. Koleksi spermatozoa kelinci dilakukan dengan cara kelinci dikawinkan dan
spermatozoa ditampung dalam vagina buatan.
Penghitungan jumlah spermatozoa
1. Jumlah spermatozoa dihitung dengan cara suspensi spermatozoa sebanyak 1 ml
diletakkan di atas gelas hemositometer, kemudian ditutup dengan kaca penutup.
Jumlah spermatozoa tikus dihitung di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran
400x.
2. Cara menghitung spermatozoa adalah sebagai berikut:
a. Suspensi spermatozoa yang telah diencerkan dengan 2 ml (2x10 3 l) larutan
garam fisiologis diambil 10 l, kemudian diletakkan ke dalam kamar hitung
(hemositometer).

b. Hindari terbentuknya gelembung udara pada saat menutup kamar hitung


dengan gelas penutup.
c. Spermatozoa yang dihitung adalah spermatozoa yang terletak di bagian tengah
dan tepi bilik (sebelah atas dan kiri bilik), sedang spermatozoa yang terletak di
tepi bilik bagian kanan dan bawah tidak di hitung.
d. Rata-rata jumlah spermatozoa (n) diperoleh dari total penjumlahan
spermatozoa yang ada di setiap bilik dibagi 4.
e. Panjang setiap bilik adalah 1 mm dan tinggi 0,1 mm, sehingga volume bilik =
0,1 mm3 (1,0 mm2 x 0,1 mm atau 1,0 x 10-4 ml).
f. Jumlah spermatozoa dihitung dengan rumus jumlah sel/ml = jumlah
spermatozoa (n) x 104 x faktor pengenceran.
HASIL PENGAMATAN
Pengamatan ke :

Jumlah spermatozoa
flushing
pencacahan

Keterangan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

DISKUSI
1. Apakah keuntungan dan kerugian dari koleksi spermatozoa dengan cara flushing dan
pencacahan?
2. Mengapa spermatozoa tikus dikoleksi dari epididimis? Bagaimana jika dikoleksi dari
testis?
3. Apakah ada perbedaan kualitas spermatozoa yang dikoleksi dari testis dengan
epididimis?
4. Apakah ada perbedaan kualitas spermatozoa yang dikoleksi dari epididimis bagian
kaput, korpus dan kauda?
5. Spermatozoa kelinci yang telah terkumpul berasal dari testis atau epididimis?
Mengapa?

Anda mungkin juga menyukai