Daster Spermatozoa
Daster Spermatozoa
merupakan spermatozoa yang dewasa yang ditandai dengan kondensasi kromatin yang
sempurna, motilitas tinggi dan tidak ada cytoplasmic droplets. Spermatozoa yang sudah
dewasa ini masih belum dapat membuahi sel telur sebelum melewati proses kapasitasi dalam
saluran reproduksi betina (Chapman dan Michael, 2003). Spermatozoa yang dilepas dari
epitel tubulus seminiferus dan meninggalkan testis merupakan spermatozoa muda
(immature). Pendewasaan spermatozoa terjadi di epididimis (Zanich et el., 2003). Perjalanan
spermatozoa meninggalkan testis menuju ke epididimis membutuhkan waktu kurang lebih 12
hari (Schrader dan Lemasters, 2002).
Spermatogenesis adalah proses pembelahan dan perkembangan spermatogonia (germ
cell) membentuk spermatozoa yang terjadi di dalam testis. Testis dibagi menjadi beberapa
bagian yang disebut lobules, berbentuk tabung dan berkelok yang disebut tubulus
seminiferus. Tubulus seminiferus berperan sebagai unit fungsional untuk proses
spermatogenesis. Bagian dalam tubulus seminiferus tersusun oleh jaringan ikat, sel somatik
dan sel germinal yang berkembang dengan susunan yang teratur. Sel germinal dalam tahap
awal proses spermatogenesis, dinamakan spermatogonia yang terletak pada bagian perifer,
sedangkan tahap selanjutnya sel tersebut mengarah ke bagian interior hingga ke lumen
(Albert et al., 1994; de Krester, 2002).
Proses spermatogenesis dibagi menjadi 2 yaitu proses spermatositogenesis dan
spermiogenesis. Spermatositogenesis merupakan rangkaian perubahan spermatogonia
menjadi spermatid. Spermatogonia merupakan sel bakal spermatozoa, terletak pada membran
basal epitel tubulus seminiferus, dengan ciri-ciri inti vesiculer dengan membran inti yang
jelas. Spermatogonia memperbanyak diri (poliferasi) secara kontinyu melalui proses mitosis,
menghasilkan spermatogonia dalam jumlah besar. Beberapa spermatogonia berhenti
poliferasi, kemudian mengalami diferensiasi dan membelah secara mitosis menjadi
spermatosit primer. Spermatosit primer. Mengandung kromosom diploid berkembang
menjadi sel yang berukuran paling besar dari seluruh sel spermatogenik. Selanjutnya,
spermatosit primer akan membelah melalui proses meiosis I dan menghasilkan dua
spermatosit sekunder. Kemudian spermatosit sekunder membelah lagi melalui proses meiosis
II untuk menghasilkan empat sel spermatid yang mengandung kromosom haploid. Spermatid
haploid ini kemudian mengalami perubahan morfologi membentuk spermatozoa yang terletak
di lumen tubulus seminiferus. Spermatozoa merupakan hasil diferensiasi spermatid, dan
proses tersebut dikenal sebagai spermiogenesis (Albert et el., 1994).
CARA KERJA
Koleksi spermatozoa tikus/mencit
Tikus dieutanasi dengan klorofom, kemudian dilakukan pembedahan. Spermatozoa
diambil dari epididimis bagian kaput, korpus dan kauda yang telah dipisahkan dari testis.
Koleksi spermatozoa dilakukan dengan cara epididimis dan vas deferen dari masing-masing
kelompok dipisahkan secara perlahan-lahan dari lemak dan testis. Untuk mengurangi
terjadinya kontaminasi oleh cairan darah dan jaringan lainnya, dengan hati-hati epididimis
dibersihkan dengan kertas saring. Epididimis bagian kauda dipisahkan dengan bagian lainnya
(kaput dan korpus) secara pelan-pelan, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang
berisi 4 ml larutan garam fisiologi. Spermatozoa tikus dikoleksi dengan cara :
a. Flushing dengan menggunakan mikroskop stereo. Jarum suntik insulin yang
mengandung 1 ml larutan garam fisiologis dimasukkan ke lubang vas deferen.
Selanjutnya, jarum ditekan pelan-pelan sehingga larutan NaCl fisiologis dapat
mendorong spermatozoa yang ada di vas deferen dan epididimis ke luar.
b. Pencacahan, dengan cara epididimis dipotong halus di dalam cawan petri yang telah
berisi 4 ml larutan garam fisiologis, kemudian dibuat suspensi. Suspensi spermatozoa
tersebut kemudian ditampung dan siap dianalisis kualitas spermatozoa.
Koleksi spermatozoa kelinci
1. Satu minggu sebelum dilakukan koleksi spermatozoa, kandang kelinci jantan
didekatkan dengan kandang kelinci betina (expose).
2. Koleksi spermatozoa kelinci dilakukan dengan cara kelinci dikawinkan dan
spermatozoa ditampung dalam vagina buatan.
Penghitungan jumlah spermatozoa
1. Jumlah spermatozoa dihitung dengan cara suspensi spermatozoa sebanyak 1 ml
diletakkan di atas gelas hemositometer, kemudian ditutup dengan kaca penutup.
Jumlah spermatozoa tikus dihitung di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran
400x.
2. Cara menghitung spermatozoa adalah sebagai berikut:
a. Suspensi spermatozoa yang telah diencerkan dengan 2 ml (2x10 3 l) larutan
garam fisiologis diambil 10 l, kemudian diletakkan ke dalam kamar hitung
(hemositometer).
Jumlah spermatozoa
flushing
pencacahan
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
DISKUSI
1. Apakah keuntungan dan kerugian dari koleksi spermatozoa dengan cara flushing dan
pencacahan?
2. Mengapa spermatozoa tikus dikoleksi dari epididimis? Bagaimana jika dikoleksi dari
testis?
3. Apakah ada perbedaan kualitas spermatozoa yang dikoleksi dari testis dengan
epididimis?
4. Apakah ada perbedaan kualitas spermatozoa yang dikoleksi dari epididimis bagian
kaput, korpus dan kauda?
5. Spermatozoa kelinci yang telah terkumpul berasal dari testis atau epididimis?
Mengapa?