TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Investasi
Teori
ekonomi
mengartikan
atau
mendefinisikan
investasi
sebagai
12
Universitas Sumatera Utara
dimana :
NS =
NS
(+)
(+)
(+)
+ +
(+)
.(2.1)
1 , 2 , =
r
Suku Bunga
r0
r1
r2
I
I0
I1
I2
Pada Gambar 2.1 suku bunga sebesar ro terdapat investasi bernilai Io. Pada suku
bunga sebesar r1 investasi meningkat menjadi I1. Demikian juga pada saat suku
bunga lebih rendah lagi yaitu sebesar r2 maka investasi semakin tinggi menjadi
I2.
3. Kemajuan Teknologi
Adanya penemuan-penemuan teknologi baru oleh para pengusaha untuk
dikembangkan dalam kegiatan produksi atau manajemen memacu dilakukannya
pembaruan-pembaruan atau inovasi dengan melakukan pembelian barang-barang
modal baru dan adakalanya juga harus mendirikan bangunan-bangunan
pabrik/industri yang baru. Dengan demikian, makin banyak pembaruanpembaruan yang dilakukan, makin tinggi investasi yang akan dicapai.
Harus
diusahakan
untuk
memajukan
industri-industri
kecil,
dimana,
ZT
= Pendapatan Nasional
= Pendapatan Daerah
= Waktu (tahun)
Menurut Rahman (1963), jika daerah i lebih produktif daripada daerah j maka
investasi akan dialokasikan ke daerah i.
Selanjutnya, oleh Intrilligator (1964) juga melakukan penelitian tentang hal
tersebut. Dengan menggunakan tujuan atau fungsi objektif yang berbeda, yaitu
memaksimumkan konsumsi total perkapita selama periode perencanaan, Intrilligator
menyimpulkan bahwa alokasi investasi yang tepat adalah dari daerah yang
produktifitasnya tinggi ke daerah yang laju pertumbuhannya cepat.
Penelitian terus berlanjut. Fujita (1994), yang menggunakan pendekatan
alokasi investasi antar daerah dengan mempertimbangkan kemungkinan gejala return
to scale. Disimpulkanya bahwa daerah yang berada pada kondisi increasing phase
akan mendapat prioritas alokasi investasi daripada daerah yang berada pada kondisi
decreasing phase.
2.1.4. Pengukuran ICOR dan proyeksi investasi
Kaitan antara pertumbuhan ekonomi dan pendapatan dengan investasi dapat
dikaji melalui konsep Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Menurut Daryanto
dan Hafizrianda (2010), ICOR merupakan konsep paling penting dan sangat berguna
bagi perencanaan pembangunan ekonomi di suatu wilayah, terutama dirasakan pada
maka, I t = k . g t (2.5)
I t = tambahan investasi baru
g = perkiraan pertumbuhan ekonomi
Proyeksi investasi yang memiliki manfaat sebagai dasar dalam perencanaan
investasi, alat untuk mendapatkan gambaran besarnya masalah ivestasi yang dihadapi
pada masa yang akan datang dan alat dalam penyusunan kebijakan untuk mengatasi
masalah investasi, dapat juga dihitung dengan menggunakan asumsi pertumbuhan
geometris yaitu, (Daryanto dan Hafizrianda, 2010 : 76), :
I t = I 0 (1 + r)n (2.6)
dimana :
I t = Perkiraan investasi pada tahun t
I o = Investasi pada tahun dasar
r = Laju Pertumbuhan investasi
n = selisih tahun perkiraan dengan tahun dasar
Sedangkan r dapat dihitung dengan rumus :
r = antilog 1/n (log I t / I o ) 1 ..(2.7)
2.1.5. Daya tarik investasi daerah/wilayah
Persaingan yang semakin tajam menuntut Pemerintah Daerah menyiapkan
daerahnya sedemikian rupa sehingga mampu menarik investasi, orang dan industri ke
daerah. Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap investasi
tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan
dengan investasi. Menurut Sirojuzilam (2011) yang juga dipertegas oleh Komite
Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD, 2003),
bahwa faktor-faktor
2.2.
Pengembangan Wilayah
Menurut
Sandy
(1982)
Pengembangan
wilayah
adalah
pelaksanaan
Rustiadi (2011), tatanan sosial yang terbagi atas masyarakat tradisional dengan
masyarakat yang lebih modern kerap ditemui secara bersama-sama pada suatu
wilayah. Tatanan sosial modern merupakan produk interaksi sosial dengan tatanan
luar yang diimpor, sedangkan tatanan sosial tradisional merupakan corak khas milik
pribumi. Sebagai implikasi berlakunya keadaan di atas, maka muncullah berbagai
macam dualisme di dalam tatanan perekonomian negara-negara berkembang yakni
dualisme teknologi, finansial dan regional.
Masalah lain yang muncul sebagai akibat adanya berbagai dualisme sosial
ekonomi seperti diuraikan di atas adalah adanya lingkaran perangkap kemiskinan
pada sektor masyarakat tradisional. Di sektor masyarakat tradisional, banyak sekali
sumber daya alam yang belum dikembangkan secara optimal sebagai akibat masih
terbelakangnya masyarakat tersebut dan kekurangan modal. Kenyataan ini
mengakibatkan tingkat produktifitas di sektor tersebut sangat rendah yang
berimplikasi terhadap tingkat pendapatan yang rendah. Pada kondisi tingkat
pendapatan yang rendah tersebut selain kemampuan menabung yang rendah juga
tingkat demand-nya rendah akibat rendahnya tingkat konsumsi. Karena tingkat
demand yang rendah kurang mendukung terhadap perkembangan ekonomi wilayah
maka rangsangan investasi di wilayah tersebut juga rendah. Akhirnya jumlah modal
yang terbentuk di wilayah tersebut masih tetap di bawah yang dibutuhkan untuk
memutuskan lingkaran perangkap kemiskinan tersebut.
PDRB Perkapita
dan
Pertumbuhan PDRB
antara,
efisensi
manajemen,
tingkat
partisipasi
masyarakat/stakeholder
c) Kelompok Output dengan indikator operasionalnya seperti total volume
produksi
d) Kelompok Outcome
e) Kelompok Benefit
f) Kelompok Impact
2.2.3. Strategi pengembangan wilayah
Dalam upaya mempercepat pengembangan suatu wilayah, diperlukan strategistrategi pembangunan wilayah yang efektif. Strategi pembangunan yang efektif dapat
dibagi dalam dua kategori yaitu, (Rustiadi, 2011) :
1. Strategi Demand Side
Strategi Demand Side adalah suatu strategi pengembangan wilayah yang
diupayakan melalui peningkatan barang-barang dan jasa-jasa dari masyarakat
meningkatkan
konsumsi
produk-produk
non
pertanian.
Tahap
selanjutnya masuk dalam stadia industri non pertanian dalam skala kecil yang
akan meningkatkan pendapatan dan permintaan barang kebutuhan sekunder.
Terakhir masuk dalam kelas stadia industri umum.
Stabilitas
ini
berkaitan
dengan
perubahan-perubahan
struktur
sehingga seringkali hanya masyarakat tertentu dengan jumlah yang terbatas atau
pendatang dari luar kawasan saja yang menikmatinya. Kemudian, sangat peka
terhadap perubahan-perubahan ekonomi di luar (faktor eksternal).
2.3.
Pertumbuhan Ekonomi
Persoalan pertumbuhan ekonomi (economic growth) telah mendapat perhatian
yang besar, sejak munculnya ilmu ekonomi. Menurut Nanga (2005), pertumbuhan
ekonomi dibutuhkan dan merupakan sumber utama peningkatan standar hidup
(standard of livingi penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Kata lain,
kemampuan ekonorni suatu negara untuk meningkatkan standar hidup penduduknya
adalah sangat bergantung dan ditentukan oleh laju pertumbuhan ekonomi jangka
panjangnya (long run rate of economic growth). Tetapi menurut Senghaas (1988),
yang menentukan bukanlah pertumbuhan itu sendiri melainkan dampak perluasan
pertumbuhan dan sejauhmana dapat terbentuk perekonomian yang koheren dengan
adanya dorongan pertumbuhan sektoral. Teori pertumbuhan ekonomi didefinisikanr
sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per
kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor
tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono,
1992). Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran kuantitatif yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari beberapa pengertian diatas,
dapat dimengerti bahwa pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan
ekonomi yang memiliki pengertian yaitu pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh
perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. Artinya, ada tidaknya
pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja
diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun tetapi
juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan
ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan
dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia dan peningkatan
dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi yang menggunakan data berbagai jenis produksi
dengan satuan ukurannya yang beragam sangat sukar untuk memberikan gambaran
tentang pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Oleh karena itu, ukuran yang digunakan
untuk menaksir perubahan output adalah nilai moneternya (uang) yang tercermin
dalam nilai Produksi Domestik Bruto (PDB) yaitu nilai barang-barang dan jasa-jasa
yang diproduksikan di dalam negara tersebut baik oleh warga negara tersebut maupun
warga negara asing dalam satu tahun. Konsep lain yang juga menggambarkan
perubahan output adalah Produk Nasional Bruto (PNB) yaitu nilai barang dan jasa
dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki
oleh warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung. Namun, dalam
analisis makro ekonomi, istilah yang sering digunakan adalah pendapatan nasional
(national income) mewakili arti Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto.
Nilai Pendapatan Nasional yang digunakan adalah nilai pendapatan nasional riil yang
dimana :
% ..(2.8)
dimana,
.(2.9)
PN riil n
HI n
PNn
Adam Smith
Menurut Adam Smith, untuk berlangsungnya perkembangan ekonomi diperlukan
adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktifitas tenaga kerja
bertambah. Kenaikkan produktifitas ini akan menaikkan penghasilan nasional
dan selanjutnya memperbesar jumlah penduduk. Penduduk tidak saja merupakan
pasar karena pendapatannya naik, tetapi pendapatan yang lebih besar itu juga
akan merupakan sumber tabungan yang akhirnya meningkatkan akumulasi
modal.
2.
David Ricardo
Menurut Ricardo, dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat
yaitu golongan kapitalis, golongan buruh dan golongan tuan tanah. Golongan
kapitalis adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan
yang penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan
kembali pendapatanya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan
naiknya pendapatan nasional lebih besar lagi. Untuk golongan buruh akan
tergantung pada golongan kapitalis dan merupakan golongan terbesar dalam
masyarakat. Adapun golongan tuan tanah, mereka hanya menerima sewa dari
golongan kapitalis atas areal tanah yang disewakan. Apabila jumlah penduduk
bertambah terus dan akumulasi kapital terus-menerus terjadi, maka tanah yang
subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka adanya. Akibatnya berlaku
pula hukum hasil yang semakin berkurang.
3.
Dari ketiga teori tokoh klasik di atas dapat diketahui bahwa apabila terdapat
kekurangan penduduk, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada pendapatan
perkapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Akan
tetapi, apabila penduduk sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin
berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mulai
mengalami penurunan. Oleh karenanya, pendapatan nasional dan pendapatan
perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya. Teori yang menjelaskan adanya
hubungan antara pertambahan penduduk dengan pendapatan perkapita tersebut sering
juga dikenal dengan teori penduduk optimum.
Y1
YPK
M
Y0
YPK
N0
N1
Jumlah Penduduk
menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai
pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Harrod-Domar
dalam analisisnya menggunakan pemisalan-pemisalan berikut :
1) barang modal telah mencapai kapasitas penuh;
2) tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional;
= ...(2.12)
2.4.
dari suatu sub sistem spasial suatu bangsa atau negara. Disini pertumbuhan
dimana :
g
dalam
persen
PDRB riil 1
PDRB riil 0
ekonominya dihitung
ekonomi regional memberikan juga pada unsur space, maka faktor-faktor yang
menjadi perhatian juga berbeda dengan apa yang lazim dibahas pada pertumbuhan
ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional faktor-faktor yang sangat
diperhatikan adalah modal, lapangan pekerjaan dan kemajuan teknologi yang bisa
muncul dalam berbagai bentuk. Sedangkan pada teori pertumbuhan ekonomi regional
faktor-faktor yang mendapat perhatian utama adalah keuntungan lokasi, aglomerasi
migrasi dan arus lalulintas modal antar wilayah. Lebih lanjut dikatakan oleh Glasson
(1977), bahwa pertumbuhan regional ditentukan oleh faktor endogen ataupun exogen
yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam daerah yang bersangkutan ataupun faktorfaktor di luar daerah atau kombinasi dari keduanya. Adisasmita (2008) mengatakan
bahwa pertumbuhan dari dalam wilayah dilihat dari segi hubungan struktural
(keterkaitan antar sektor) dan hubungan fungsional (interaksi antar sub sistem dalam
suatu wilayah). Sedangkan pertumbuhan dari luar wilayah yaitu keterkaitan suatu
wilayah dengan wilayah lain diluarnya.
Adapun beberapa teori pertumbuhan ekonomi regional yang lazim dikenal,
antara lain (sirojuzilam, 2010) :
1.
3.
industri
2.5.
Pendapatan Perkapita
Menurut Sukirno (2007), Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata
penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun.
Pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa
rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu.
Dengan demikian, Pendapatan perkapita untuk suatu tahun tertentu dihitung dengan
membagi Produk Domestik Bruto (PDB atau GDP) pada tahun tersebut dengan
jumlah penduduk pada tahun yang sama. Atau dapat dituliskan dalam suatu
persamaan matematis :
Pendapatan Perkapita =
PDB
Jumlah Penduduk
PDRB
Jumlah Penduduk
kesejahteraan
penduduk
bukan
saja
ditentukan
oleh
tingkat
pendapatannya, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor lain antara lain seperti
faktor sosial, politik dan kebudayaan dengan kata lain pendapatan perkapita
secara riil belum tentu sama ukurannya bagi suatu Negara, bias saja pertumbuhan
pendapatan nasional dan pendapatan nasional perkapita tidak sesuai dengan
kondisi masyarakat dimana posisi ekonomi golongan miskin tidak bertambah
baik atau malah bertambah buruk bersamaan dengan bertambah lebarnya jurang
perbedaan di antara yang kaya dengan yang miskin.
2. Tingkat pendapatan yang tinggi belum tentu mencerminkan distribusi pendapatan
yang merata atau sebaliknya, artinya pendapatan perkapita tidak menggambarkan
distribusi pendapatan dalam masyarakat di setiap negara.
3. Kelemahan-kelemahan yang bersumber dari ketidaksempurnaan /ketidakakuratan
dalam menghitung tingkat pendapatan perkapita antara lain hambatan-hambatan
dalam memperoleh data, seperti data pendapatan penduduk serta cara
perhitungannya maupun data mengenai jumlah penduduk dan sebagainya. Hal
lainnya adalah : tidak dapat mengukur secara tepat perubahan output yang
diakibatkan perubahan tingkat harga dan hanya menghitung nilai barang dan jasa
secara komersil.
4. Konversi dengan mata uang asing (mis. US $) cenderung memperkecil dari
jumlah yang sebenarnya sehingga dalam perbandingan pendapatan internasional
cenderung lebih rendah.
2.5.1. Pendapatan perkapita dan penduduk
Penduduk merupakan faktor utama selain pertumbuhan ekonomi yang akan
mempengaruhi tingkat pendapatan perkapita masyarakat suatu negara. Pertumbuhan
tetapi,
ahli-ahli
ekonomi
pada
umumnya
sependapat
bahwa
Ia
dipandang
sebagai
faktor
pendorong
karena,
pertama,
pendapatan nasional yang lebih besar dari pertambahan penduduk. Untuk menaikkan
penanaman modal haruslah tercipta kenaikan tabungan.
2.6.
Penelitian Sebelumnya
Rustiono (2008) melakukan penelitian untuk melihat bagaimana pengaruh
investasi (PMA dan PMDN), tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah selama kurun waktu 1985-2006. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Investasi baik PMA maupun PMDN berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah secara signifikan. Jika PMA
naik 1 persen maka pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah akan meningkat sebesar
0,486 persen. Kenaikan 1 persen PMDN menyebabkan kenaikan pertumbuhan
ekonomi Jawa Tengah meningkat sebesar 0,431 persen. Demikian juga dengan
variabel tenaga kerja dan pengaruh pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh yang
positif terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dengan koefisien regresi
masing-masing sebesar 0,945 dan 0,504. Artinya, jika tenaga kerja dan pengeluaran
pemerintah bertambah masing-masing 1 persen maka pertumbuhan ekonomi Jawa
tengah secara berturut-turut akan meningkat sebesar 0,945 persen dan 0,504 persen.
Linda (2007) melakukan penelitian yang sama yang terkait dengan pengaruh
investasi (PMA dan PMDN) dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Sumatera Utara kurun waktu tahun 1984 2005 atau sebelum dan sesudah
krisis moneter tahun 1997. Hasil estimasi menunjukkan bahwa baik sebelum maupun
sesudah krisis moneter tahun 1997, investasi (PMA dan PMDN) dan tenaga kerja
ini berarti bahwa pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Sumatera Utara akan
semakin meningkat dengan meningkatnya investasi dan jumlah tenaga kerja.
2.7.
Kerangka Konseptual
Secara teoritis, investasi memiliki peranan penting dalam pembentukan
pertumbuhan ekonomi. Dengan mendasarkan pada teori-teori Neo Klasik seperti teori
Harrod-Domar dan Solow-Swan (1992) yang menjelaskan bahwa investasi akan
mengakibatkan peningkatan output dan peningkatan output akan menciptakan
pertumbuhan ekonomi. Demikian juga kaitan investasi terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat. Dengan adanya investasi akan mendorong peningkatan
produksi. Peningkatan produksi akan menciptakan lapangan kerja bagi para tenaga
kerja dan pada akhirnya akan menciptakan pendapatan bagi masyarakat. Jika hal ini
terus terjadi dalam jangka panjang maka akan berdampak luas terhadap berbagai
aspek kehidupan masyarakat seperti sosial, politik, ekonomi, budaya dan aspek-aspek
lainnya sehingga terwujud suatu pengembangan wilayah yang lebih maju dengan
masyarakat yang sejahtera.
Berdasarkan uraian diatas, selanjutnya dikembangkan kerangka konsep
penelitian yang melandasi pola hubungan antar variabel melalui diagram konsep
berikut :
INVESTASI DI KOTA
TEBING TINGGI
PENGEMBANGAN
WILAYAH
PERTUMBUHAN
EKONOMI
PENDAPATAN
PERKAPITA
2.8.
Hipotesis penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan dari beberapa hasil kajian empiris yang