PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengamatan suatu gejala umumnya tidak lengkap bila tidak menghasilkan
informasi kuantitatif. Pengukuran suatu sifat fisis dibutuhkan untuk memperoleh
informasi semacam ini, karena itu pengukuran merupakan bagian besar dari kegiatan
rutin para ilmuan. Pernyataan suatu sifat fisis dalam bilangan membutuhkan tidak
hanya penggunaan matematika untuk menunjukkan hubungan antara berbagai
besaran, tetapi juga untuk mengolah hubungan ini.
Kerapatan adalah perbandingan antara bobot zat pada suhu tertentu dan pada
volume tertentu dengan bobot air pada suhu 4 C dengan volume yang sama
(Taba, dkk., 2014). Bobot jenis adalah perbandingan antara bobot zat pada volume
tertentu dengan bobot air pada suhu tertentu dengan volume yang sama. Bobot jenis
dapat juga disebut dengan gravitasi spesifik (Burns, 1995). Dalam praktikum,
kerapatan dan bobot jenis suatu fluida pada suhu tertentu dapat diukur menggunakan
beberapa alat antara lain neraca Mohr (Westphal), aeromoter, piknometer, densimeter
dan lain-lain.
Massa dan volume adalah sifat yang besarnya tergantung jumlah zat yang
diselidiki sifat ini disebut sifat ekstensif. Kerapatan merupakan salah satu sifat
intensif, yaitu sifat yang tidak tergantung pada jumlah zat. Hal ini berarti berapapun
jumlah suatu zat, kerapatan zat tersebut akan tetap sama dalam kondisi yang sama.
Berdasarkan teori di atas maka percobaan penentuan kerapatan dan bobot jenis ini
dilakukan dengan menggunakan akuades, metanol dan gliserol 10 % sebagai sampel
serta piknometer dan neraca Westphal sebagai alat untuk mengukur bobot jenis.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1
Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara
penentuan kerapatan dan bobot jenis suatu zat dengan menggunakan beberapa
metode pengukuran.
1.2.2
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis dari
Piknometer
Prinsip percobaan ini adalah mengukur kerapatan dan bobot jenis sejumlah
volume akuades, metanol dan gliserol 10 % dengan menghitung selisih antara bobot
penimbangan piknometer kosong dan piknometer yang berisi larutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran
Nilai kuantitatif dalam suatu penelitian ilmiah sangat diutamakan dibanding
pernyataan kualitatif. Sejak jaman dahulu pengukuran yang dinyatakan secara
kuantitatif dengan satuan-satuan yang sesuai telah digunakan. Ketetapan dari
pengukuran mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Suatu satuan pengukuran
yang tepat akan digunakan dalam pengukuran ilmiah (Petrucci 1999).
Menurut Tipler (1998), kerapatan air dalam satuan cgs adalah 1 g/cm3 karena
gram didefinisikan sebagai massa satu centimeter kubik air. Berdasarkan satuan SI,
kita dapat mengubah satuan g/cm3 menjadi kg/m3, sehingga didapatkan kerapatan air,
1g
kg 100 cm
3
m
cm 10 g
10 3 kg/m 3
nilai dengan satuan yang sama dibagi dan menghasilkan nilai tanpa satuan. Adapun
bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan rumus (Burns, 1995):
Bobot jenis suatu zat
kerapatan zat
kerapatan air
1
Wo - Ws
1
Wo
1,53
Penentuan Kerapatan
Piknometer
dan
Bobot
Jenis
dengan
Menggunakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Akuades
29
Bobot Jenis
0,6039
a.
2.
Metanol
28
0,5123
3.
Gliserol 10 %
29
0,6289
Akuades
Anting I A
: 6 x 0,1
= 0,6
= 0,003
Anting IV A : 9 x 0,0001
= 0,0009
S gt
= 0,6039
t
d aq
(29 oC)
d t4
= 0,995944 g/cm3
t
Sgt x d aq
(29 oC)
b. Metanol
Anting I A
: 5 x 0,1
= 0,5
Anting II A
: 1 x 0,01
= 0,01
= 0,002
Anting IV A : 3 x 0,0001
= 0,0003
S gt
= 0,5123
t
d aq
(28 oC)
d t4
= 0,996232 g/cm3
t
Sgt x d aq
(28 oC)
c.
Gliserol 10 %
Anting I A
: 6 x 0,1
= 0,6
Anting II A
: 2 x 0,01
= 0,02
= 0,008
Anting IV A : 9 x 0,0001
= 0,0009
S gt
= 0,6289
t
aq
(29 oC)
d t4
= 0,995944 g/cm3
t
Sgt x d aq
(29 oC)
Kerapatan adalah sifat karakteristik yang penting dari suatu materi. Kerapatan
didefinisikan sebagai massa per satuan volume. Kerapatan zat cair ditunjukkan dalam
gram per mililiter (g/mL). Bobot jenis adalah suatu istilah yang hampir sama dengan
kerapatan. Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat
dengan massa yang setara dengan volume air pada kondisi yang sama. Perbandingan
ini juga sama dengan kerapatan suatu zat dibagi dengan kerapatan air (Burns, 1995).
Neraca Westphal atau yang dikenal juga dengan nama neraca Mohr adalah
alat ukur yang digunakan untuk menentukan bobot jenis suatu zat cair. Hukum yang
berlaku pada neraca Westphal adalah hukum Archimedes yang mengatakan bahwa
apabila penyelam dimasukkan ke dalam suatu cairan, maka penyelam tersebut akan
mengalami gaya angkat yang sesuai dengan bobot jenis zat cair tersebut. Pada
percobaan penentuan bobot jenis dengan neraca Westphal ini menggunakan 3 sampel
yaitu akuades, metanol dan gliserol 10%. Pada percobaan penentuan bobot jenis
S gt
neraca Westphal adalah akuades pada suhu 29 oC memiliki
d t4
d t4
= 0,6039 dan
Sgt
= 0,6015 g/cm3; metanol pada suhu 28 oC memiliki
= 0,5123 dan
Sgt
= 0,5104 g/cm3; dan gliserol 10 % pada suhu 29 oC memiliki
0,6289 dan
d t4
suhu 29 oC adalah
0,7826 g/cm3 dan kerapatan gliserol 10 % pada suhu 29 oC adalah 1,0190 g/cm3
(Mulyono, 2011). Dengan membandingkan hasil pengukuran dengan teori terdapat
perbedaan bobot jenis pada masing-masing sampel, hal ini mungkin disebabkan
karena kesalahan dalam pembacaan skala, bobot anting yang tidak sesuai ataupun
kesalahan dalam kalibrasi alat.
Akuades
Bobot akuades + piknometer = 44,0128 gram
Bobot piknometer kosong
= 19,1238 gram
Bobot akuades
= 24,8890 gram
Sgt
1,0000
bobot akeades 24,8890 gram
t
d aq
(29,5 o C) 0,995796 g/cm 3
t
d t4 S gt x d aq
(29,5 o C) 1,0000 x 0,995796 g/cm 3
0,9958 g/cm 3
b. Metanol
Bobot metanol + piknometer = 38,9538 gram
Bobot piknometer kosong
= 19,1238 gram
Bobot metanol
= 19,8300 gram
Bobot akuades
= 24,8890 gram
Suhu
(C)
Bobot
Jenis
29,5
26
28
1,0000
0,7967
1,0166
S gt
0,796737514
bobot akeades 24,8890 gram
t
d aq
(26 o C) 0,996783 g/cm 3
t
d 4t S gt x d aq
(26 o C) 0,796737514 x 0,996783 g/cm 3
c.
Gliserol 10 %
Bobot gliserol + piknometer
= 44,4265 gram
= 19,1238 gram
Bobot gliserol
= 25,3027 gram
Bobot akuades
= 24,8890 gram
S gt
1,016621801
bobot akeades 24,8890 gram
t
d aq
(28 o C) 0,996232 g/cm 3
t
d 4t S gt x d aq
(28 o C) 1,016621801 x 0,996232 g/cm 3
Sgt
piknometer adalah akuades pada 29,5 oC memiliki
= 1 dan
d t4
Sgt
o
= 0,796737514 dan
d 4t
= 0,9958 g/cm3;
= 0,7942 g/cm3;
Sgt
dan gliserol 10 % pada suhu 28 oC memiliki memilik
dan
d t4
= 1,016621801
0,7845 g/cm3 dan kerapatan gliserol 10 % pada suhu 28 oC adalah 1,0207 g/cm3
(Mulyono, 2011). Dengan membandingkan hasil pengukuran dengan teori terdapat
perbedaan kerapatan pada metanol dan gliserol 10 %. Hal ini mungkin disebabkan
karena piknometer yang masih berisi sisa sampel pada saat piknometer diisi dengan
metanol dan gliserol atau karena bagian luar piknometer belum betul-betul kering
pada saat ditimbang sehingga mempengaruhi hasil penimbangan.
Setelah membandingkan hasil penntuan bobot jenis dan kerapatan akuades,
metanol dan gliserol 10 % dengan neraca Westphal dan piknometer dapat dilihat
bahwa hasil pengukuran kerapatan dan bobot jenis menggunakan piknometer lebih
teliti dibanding penentuan dengan neraca Westphal. Hal ini dapat dilihat dari
perbandingan kerapatan secara teori dan pratikum. Serta urutan kerapatan dan bobot
jenis sampel adalah gliserol 10 %, akuades dan metanol (Mulyono, 2011).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengukuran bobot jenis dan kerapatan akuades,
metanol, dan gliserol 10 % dengan menggunakan neraca Westphal diperoleh bahwa
pada suhu 29 oC akuades memiliki kerapatan 0,6015 g/cm3 dan bobot jenis 0,6039;
pada suhu 28 oC metanol memiliki kerapatan 0,5104 g/cm3 dan bobot jenis 0,5123;
dan pada suhu 29 oC gliserol memiliki kerapatan 0,6263 g/cm3 dan bobot jenis
0,6289. Sedangkan dengan metode Piknometer diperoleh, pada suhu 29,5 oC akuades
memiliki kerapatan 0,9958 g/cm3 dan bobot jenis 1 pada; pada suhu 26 oC metanol
memiliki kerapatan 0,7845 g/cm3 dan bobot jenis 0,7967; dan pada suhu 28 oC
gliserol 10 % memiliki kerapatan 1,0128 g/cm3 dan bobot jenis 1,0166.
5.2 Saran
Saran untuk laboratorium yaitu diharapkan agar kondisi alat dan bahan lebih
diperhatikan, agar proses praktikum dapat berjalan lancar. Serta diharapkan agar
setiap meja praktikum memiliki bak cuci sendirir agar praktikan tidak harus
DAFTAR PUSTAKA
Ajala, O.O., dan Ogunsanwo, O.Y., 2011, Specific Grafity and Mechanical Properties
of Aningeria Robusta Wood From Nigeria, Journal of Tropical Forest
Science, 23 (4): 389-395.
Alonso, M., dan Finn, E.J., 1992, Dasar-dasar Fisika Universitas, Edisi Kedua, Jilid
Pertama, diterjemahkan oleh Lea Prasetio, 1992, Erlangga, Jakarta.
Burns, R.A., 1995, Fundamentals of Chemistry Second Edition, Prentice Hall, New
Jersey.
Castellan, G.W., 1983, Physical Chemistry Third Edition, Addison-Wesley
Publishing Company, California.
Harimurti, N., Soerawidjaja, T.H., Sumangat, D., dan Risfaheri, 2012, Ekstraksi
Minyak Nilam (Pogostemon Cablin BENTH) Dengan Teknik Hidrodifusi
pada Tekanan 1-3 Bar, Jurnal Pascapanen, 9 (1): 1-10.
Khamidinal, 2009, Teknik Laboratorium Kimia, Pustaka Pelajar, Jakarta.
Masuda, H., Higashitani, K., dan Yoshida, H., 2006, Powder Technology Handbook,
Third Edition, CRC Press, USA.
Petrucci, R.H, 1999, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Edisi Keempat, Jilid
I, diterjemahkan oleh Suminar Achmadi, Ph.D, 1999, Erlangga, Jakarta.
Sherman, A., Sherman, S.J., dan Russikoff, L., 1992, Basic Concepts of Chemistry
Fifth Edition, Houghton Mifflin Company, Boston.
Stoker, H.S., 1990, Introduction to Chemical Principles Fourth Edition, Macmillan
Publishing Company, New York.
Sutiah, Firdausi, K.S., dan Budi, W.S., 2008, Studi Kualitas Minyak Goreng dengan
Parameter Viskositas dan Indeks Bias, Berkala Fisika, 11 (2): 53-58.
Taba, P., Kasim, A.H., Zakir, M., dan Anshar, A.M., 2014, Penuntun Praktikum
Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tipler, P.A., 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik, Edisi Ketiga, Jilid Pertama,
diterjemahkan oleh Lea Prasetio dan Rahmad W. Adi, 1998, Erlangga,
Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Praktikan
FAUZI ABDILAH
NIM. H311 10 010
RACHMA SURYA M.
NIM. H311 11 014
LAMPIRAN
Hasil
Hasil
Lampiran 2.
Tabel 1. Densitas Air (g/cm3) pada Suhu 0 0C sampai 32 0C
0.0
0
0.999841
0.1
0.999847
0.2
0.999854
0.3
0.999860
0.4
0.999866
0.5
0.999872
0.6
0.999878
0.7
0.999884
0.8
0.999889
0.9
0.999895
0.999900
0.999905
0.999909
0.999914
0.999918
0.999923
0.999927
0.999930
0.999934
0.999938
0.999941
0.999944
0.999947
0.999950
0.999953
0.999955
0.999958
0.999960
0.999962
0.999964
0.999965
0.999967
0.999968
0.999969
0.999970
0.999971
0.999972
0.999972
0.999973
0.999973
0.999973
0.999973
0.999973
0.999972
0.999972
0.999972
0.999970
0.999969
0.999968
0.999966
0.999965
0.999963
0.999961
0.999959
0.999957
0.999955
0.999952
0.999950
0.999947
0.999944
0.999941
0.999938
0.999935
0.999931
0.999927
0.999924
0.999920
0.999916
0.999911
0.999907
0.999902
0.999898
0.999893
0.999888
0.999883
0.999877
0.999872
0.999866
0.999861
0.999855
0.999849
0.999843
0.999837
0.999830
0.999824
0.999817
0.999810
0.999803
0.999796
0.999789
0.999781
0.999774
0.999766
0.999758
0.999751
0.999742
0.999734
0.999726
0.999717
0.999709
10
0.999700
0.999691
0.999682
0.999673
0.999664
0.999654
0.999645
0.999635
0.999625
0.999615
11
0.999605
0.999595
0.999585
0.999574
0.999564
0.999553
0.999542
0.999531
0.999520
0.999509
12
0.999498
0.999486
0.999475
0.999463
0.999451
0.999439
0.999427
0.999415
0.999402
0.999390
13
0.999377
0.999364
0.999352
0.999339
0.999326
0.999312
0.999299
0.999285
0.999272
0.999258
14
0.999244
0.999230
0.999216
0.999202
0.999188
0.999173
0.999159
0.999144
0.999129
0.999114
15
0.999099
0.999084
0.999069
0.999054
0.999038
0.999023
0.999007
0.998991
0.998975
0.998959
16
0.998943
0.998926
0.998910
0.998893
0.998877
0.998860
0.998843
0.998826
0.998809
0.998792
17
0.998774
0.998757
0.998739
0.998722
0.998704
0.998686
0.998668
0.998650
0.998632
0.998613
18
0.998595
0.998576
0.998558
0.998539
0.998520
0.998501
0.998482
0.998463
0.998444
0.998424
19
0.998405
0.998385
0.998365
0.998345
0.998325
0.998305
0.998285
0.998265
0.998244
0.998224
20
0.998203
0.998183
0.998162
0.998141
0.998120
0.998099
0.998078
0.998056
0.998035
0.998013
21
0.997992
0.997970
0.997948
0.997926
0.997904
0.997882
0.997860
0.997837
0.997815
0.997792
22
0.997770
0.997747
0.997724
0.997701
0.997678
0.997655
0.997632
0.997608
0.997585
0.997561
23
0.997538
0.997514
0.997490
0.997466
0.997442
0.997418
0.997394
0.997369
0.997345
0.997320
24
0.997296
0.997271
0.997246
0.997221
0.997196
0.997171
0.997146
0.997120
0.997095
0.997069
25
0.997044
0.997018
0.996992
0.996967
0.996941
0.996914
0.996888
0.996862
0.996836
0.996809
26
0.996783
0.996756
0.996729
0.996703
0.996676
0.996649
0.996621
0.996594
0.996567
0.996540
27
0.996512
0.996485
0.996457
0.996429
0.996401
0.996373
0.996345
0.996317
0.996289
0.996261
28
0.996232
0.996204
0.996175
0.996147
0.996118
0.996089
0.996060
0.996031
0.996002
0.995973
29
0.995944
0.995914
0.995885
0.995855
0.995826
0.995796
0.995766
0.995736
0.995706
0.995676
30
0.995646
0.995616
0.995586
0.995555
0.995525
0.995494
0.995464
0.995433
0.995402
0.995371
31
0.995340
0.995309
0.995278
0.995247
0.995216
0.995185
0.995154
0.995122
0.995090
0.995058
32
0.995026
0.994994
0.994962
0.994930
0.994898
0.994866
0.994834
0.994801
0.994768
0.994735
4
6
2
5
Gambar 1. Rangkaian alat Neraca Westphal
Keterangan:
1. Anting berfungsi sebagai pemberat yang menyeimbangkan neraca setelah
penyelam dimasukkan serta menunjukkan bobot jenis zat dari pembacaan
skala letak anting.
2. Gelas ukur berfungsi sebagai wadah cairan yang akan diukur.
3. Penyelam berfungsi sebagai alat pengukur bobot jenis yang dibaca
berdasarkan kesetimbangan lengan neraca.
4. Lengan tunggal sebagai tempat anting sehingga neraca seimbang, nilai skala
yang menunjukan nilai bobot jenis dari zat tersebut.
5. Dasar statif, berfungsi sebagai dasar neraca.
6. Tiang statif, berfungsi untuk menyesuaikan tinggi neraca terhadap. wadah
yang diukur bobot jenisnya
7. Pemberat (beban penyeimbang), berfungsi sebagai penyeimbang neraca
sebelum penyelam dimasukkan.
8. Penyeimbang, berfungsi untuk menyeimbangkan neraca.
3
1
2
piknometer.
Lampiran 4. Foto Percobaan
: RACHMA SURYA M.
: H311 12 267
: IV (EMPAT)
: SENIN / 10 MARET 2014
: FAUZI ABDILAH
2014