OLEH :
KELOMPOK B6
CHINTYA ANGELINE LIU
1111205024
1111205052
1111205054
1111205056
1111205057
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Akibat adanya kemajuan ilmu dan teknologi pangan berakibat pada semakin
banyaknya variasi produk olahan makanan yang produksi, baik secara home industri maupun
secara masal. Salah satu produk yang saat ini sudah umum untuk diproduksi baik berskala
home industry maupun masal adalah bakso.
Bakso merupakan olahan pangan yang terbuat dari tepung sagu, tepung kanji, daging
cincang, dan rempah-rempah yang dibentuk seperti bola-bola berbagai ukuran dan bertekstur
sedikit kenyal dengan ketahanan kurang lebih 12 jam dalam suhu ruang. Bakso umumnya
disajikan dengan kuah kaldu, meskipun ada penjual yang menyajikan bakso buatannya
dengan cara digoreng maupun dibakar. Penganan ini merupakan salah satu jenis penganan
yang disukai semua kalangan masyarakat, baik anak-anak maupun orang dewasa karena
rasanya yang enak dan harga yang umumnya terjangkau. Namun, karena banyaknya
permintaan konsumen terhadap produk ini maka timbul niat jahat dari beberapa produsen
untuk menambahkan zat-zat yang dipercaya dapat mempertahankan tekstur yang kenyal dan
memperpanjang daya simpan produk. Salah satu yang sering dijumpai adalah penggunaan
boraks pada adonan bakso, agar bakso yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal sesuai
dengan permintaan pasar.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah cara mengetahui bahwa bakso yang beredar di pasaran mengandung
boraks atau tidak?
2. Apakah sampel yang digunakan positif mengandung boraks?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menentukan apakah bakso yang beredar di pasaran
mengandung boraks atau tidak.
2. Untuk mengetahui sampel bakso yang digunakan positif mengandung boraks atau
tidak
1.4
Manfaat
Dengan adanya praktikum ini diharapkan untuk memberikan wawasan kepada
mahasiswa tentang cara mengetahui apahak bakso yang beredar di pasaran mengandung
boraks dan mengetahui apakah sampel bakso yang digunakan mengandung boraks atau tidak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Boraks
Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama IUPAC Sodium tetraborate
umumnya
cenderung
berlebihan
karena
penggunaannya
tidak
ditakar.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dalam kadar yang tinggi dapat
menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Namun umumnya penyakit lain yang
dating ketika mengkonsumsi makanan dengan kadar boraks yang tinggi adalah demam,
anuria (tidak terbentuknya urin), koma, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan
darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian. Berikut ini merupakan produk
makanan yang umumnya menggunakan boraks:
Kerupuk beras
Sebagai
komponen
Mie
: Sebagai pengenyal
Lontong
: Sebagai pengeras
pembantu
Ketupat
: Sebagai pengeras
Bakso
Kecap
: Sebagai pengawet
Cenil
: Sebagai pengeras
Sayuran
2.2
CaCO3
CaCO3 atau umumnya disebut dengan kalsium karbonat merupakan senyawa
kimia yang ditemukan menjadi komponen utama dari cangkang organism laut, siput,
mutiara, dan kulit telur. Secara umum, bentuk dari CaCO3 secara alami adalah batu kapur
dan marmer yang diproduksi oleh proses sedimentasi fosil cangkang siput kecil, kerang,
dan karang selama jutaan tahun. Kalsium karbonat digunakan pada beberapa industri,
yaitu:
2.3
Industri cat,
Aquadest
Aquadest atau aquadestilata merupakan air hasil destilasi atau penyulingan yang
sama dengan air murni atau H2O, karena tidak mengandung mineral. Air ini dimurnikan
dari zat besi, zinc, mangan, kapur, dan lainnya. umumnya aquadest digunakan untuk
keperluan laboratorium dan pengolahan produk tertentu yang membutuhkan tingkat
kemurnian air dengan pH normal (pH 7).
2.4
H2SO4
H2SO4 atau secara umum dikenal dengan asam sulfat merupakan asam mineral
(anorganik) yang kuat yang secara alami terbentuk melalui oksidasi mineral sulfida
(misalnya besi sulfida). Zat ini larut dalam air (polar) pada semua perbandingan. Asam
sulfat ini memiliki berbagai kegunaan, termasuk dalam reaksi kimia secara umum.
Kegunaan utama asam sulfat termasuk dalam pemrosesan biji mineral, sintesis kimia,
pemrosesan air limbah dan pengilangan miyak.
Reaksi pelarutan dalam air (hidrasi) dari asam sulfat merupakan reaksi eksoterm
yang kuat. Apabila asam sulfat pekat ditambahkan dengan air, maka akan terjadi
pendidihan yang disebabkan oleh isipade kedua larutan. Asam sulfat bersifat lebih padu
jika dibandingkan dengan air yang cenderung akan terapung diatas asam sulfat. Reaksi ini
membentuk ion hidronium, dengan reaksi sebagai berikut:
++ HS O 4
H 2 S O 4 + H 2 O H 3 O
Asam sulfat merupakan agen pengering yang baik dan secara umum digunakan
dalm produk buah-buahan kering. Hal ini disebabkan oleh sifat dari asam sulfat yang
cenderung mengeringkan. Apabila SO3 pekat ditambahkan dengan asam sulfat, akan
terbentuk H2S2O7 yang dikenal dengan asam sulfat fuming atau oleum, atau asam
Nordhausen. Asam sulfat merupakan salah satu dari bahan kimia berbahaya yang
menyebabkan terjadinya hujan asam. Senyawa ini dipercaya ditemukan pertama kali oleh
Al-Razi pada abad ke-9 di Iran.
2.5
Metanol
Metanol yang dapat juga disebut dengan metil alkohol, wood alcohol, maupun
spritus merupakan senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH yang merupakan bentuk
alcohol yang paling sederhana. Pada suhu ruang, senyawa ini berwujud cairan yang
ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, beracun, dan memiliki bau
yang khas. Metanol umumnya digunakan sebagai bahan pendingin antibeku, pelarut,
bahan bakar, dan bahan aditif untuk etanol industri.
Metanol diproduksi dengan cara alami oleh metabolisme anaerobik dari bakteri,
yang kemudian menghasilkan uap metanol. Beberapa uap metanol yang dihasilkan akan
teroksidasi oleh oksigen yang dengan bantuan sinar matahari akan membentuk karbon
dioksida dan air. Berikut ini merupakan reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan
membentuk karbon dioksida dan air:
2C H 3 OH + 3O 2 2C O2 + 4 H 2 O
Umumnya api yang dihasilkan dari pembakaran etanol tidak menimbulkan warna
sehingga rentan menyebabkan cidera karena api yang tidak terlihat.
2.6
menunjukkan warna biru, maka sampel bahan tidak mengandung boraks, dan apabila
warna api menjadi hijau maka terdapat kandungan boraks pada sampel.
Pada metode ini alkohol (metanol atau etanol) akan terbakar dan membentuk
nyala api berwarna hijau yang disebabkan oleh pembentukan metil borat B(OCH 3)3 atau
etil borat B(OC2H5)3 yang termasuk dalam golongan ester. Kedua ester yang terbentuk ini
bersifat racun. Hal ini yang menyebabkan apabila pada sampel yang mengandung boraks
didalamnya, ketika dibakar akan menimbulkan nyala api berwarna hijau. Berikut ini
merupakan reaksi yang terbentuk:
H 3 B O3+ 3C H 3 OH B ( OC H 3 )3 +3 H 2 O
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1
Alat
Berikut ini merupakan alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini:
a. Mortar,
b. Cawan porselen,
c. Oven,
d. Muffle furnace,
e. Korek api.
3.2
Bahan
Berikut ini merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini:
a. Bakso tanpa merek,
b. CaCO3,
c. Aquadest
d. H2SO4,
e. Metanol.
BAB IV
METODOLOGI
Berikut ini merupakan metode pengerjaan praktikum Uji Kandungan Boraks Pada
Bakso:
1. Timbang sampel bakso sebanyak 2 gram, lalu dihancurkan,
2. Tambahkan CaCO3 sebanyak 0.5 gram, kemudian ditambahkan aquadest secara
perlahan hingga terbentuk pasta bakso,
3. Masukkan kedalam cawan porselen, lalu oven hingga mengering,
4. Setelah mengering, masukkan bahan dan cawan porselen ke dalam muffle furnace
hingga terbentuk abu berwarna putih,
5. Teteskan abu bakso dengan H2SO4 2.5 ml dan metanol 2.5 ml,
6. Lalu nyalakan api pada abu bakso, dan amati warna api yang terbentuk.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil
Berikut ini merupakan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan:
5.2
Warna Api
Kelompok
Sampel
B1
B2
B3
B4
B5
B6
Bakso bermerek
Bakso bermerek
Bakso bermerek
Bakso tanpa merek
Bakso tanpa merek
Bakso tanpa merek
Biru
Hijau
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dalam sampel yang
digunakan, baik sampel bakso bermerek maupun bakso tanpa merek menunjukkan tidak
adanya kandungan boraks pada sampel. Hal ini disebabkan oleh timbulnya api berwarna biru
ketika sampel dibakar dengan api. Jika api yang muncul berwarna hijau, maka sampel
dikatakan positif mengandung boraks, namun api yang muncul berwarna biru sehingga
sampel dikatakan negatif mengandung boraks.
BAB VI
KESIMPULAN
Berikut ini merupakan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum yang telah
dilakukan:
1. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan boraks pada bakso
adalah dengan metode uji nyala api. Cara pengujian ini antara lain sampel ditimbang
sebanyak 2 gram dan dihancurkan, lalu ditambahkan CaCO3 sebanyak 0.5 gram dan
aquadest hingga terbentuk pasta bakso. Sampel dimasukkan kedalam cawan porselen
dan di oven hingga mengering. Setelah mengering, sampel dan cawan dimasukkan ke
dalam muffle furnace hingga menjadi abu berwarna putih. Kemudian abu yang
terbentuk diteteskan dengan H2SO4 sebanyak 2.5 ml dan metanol sebanyak 2.5 ml.
kemudian api dinyalakan diatas sampel, dan warna api yang terbentuk diamati.
Apabila api yang terbntuk berwarna hijau, maka sampel positif mengandung boraks,
namun jika terbntuk api berwarna biru maka sampel tidak mengandung boraks.
2. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, baik sampel bakso bermerek maupun
tidak sama-sama tidak mengandung boraks. Hal ini disebabkan oleh warna yang
timbul di api adalah biru, bukan hijau.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Asam Sulfat H2SO4. http://chemistryanalist.wordpress.com/2008/10/25/asamsulfat-h2so4/. Diakses pada 29 Mei 2013.
Anonim.
2012.
Aquadest
atau
Air
Denim.
2012.
Aquadest
lt.
http://pusatkimia.com/products_detil.php?
Rofa
Y.,
Samadin,
M.
Ridwanullah,
Windayanti.
2010.
Palupi.
2012.
Identifikasi
Boraks
Dalam
Makanan.
http://palupikesling.blogspot.com/2012/02/identifikasi-boraks-dalam-makanan.html. Diakses
pada 29 Mei 2013.
Puspitasari,
Ria.
2012.
Perbedaan
Aquades
dengan
Air
(Destilasi).
Irma.
2010.
Analisis
Kualitatif
Natrium
Tetraborat
(Boraks).
http://irizlovely.blogspot.com/2010/08/analisis-kualitatif-natrium-tetraborat.html.
Diakses