Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemeriksaan diagnostik radiologi telah menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari, terutama didalam penatalaksanaan
klinis pasien di dalam pelayanan kesehatan. Sejak ditemukannya sinar X oleh
Roentgen pada tahun 1895 dan kemudian diproduksinya peralatan radiografi
pertama untuk penggunaan diagnostik klinis, prinsip dasar dari radiografi
tidak mengalami perubahan sama sekali, yaitu memproduksi suatu gambar
pada film reseptor dengan sumber radiasi dari suatu berkas sinar-X yang
mengalami absorbsi dan attenuasi ketika melalui berbagai organ atau bagian
pada tubuh.
Perkembangan teknologi radiologi telah memberikan banyak sumbangan
tidak hanya dalam perluasan wawasan ilmu dan kemampuan diagnostik
radiologi, akan tetapi juga dalam proteksi radiasi pada pasien-pasien yang
mengharuskan pemberian radiasi kepada pasen serendah mungkin sesuai
dengan kebutuhan klinis merupakan aspek penting dalam pelayanan
diagnostik radiologi yang perlu mendapat perhatian secara kontinu. Karena
selama radiasi sinar-x menembus bahan/materi terjadi tumbukan foton dengan
atom-atom bahan yang akan menimbulkan ionisasi didalam bahan tersebut,
oleh karena sinar-x merupakan radiasi pengion, kejadian inilah yang
memungkinkan timbulnya efek radiasi terhadap tubuh, baik yang bersifat non
stokastik , stokastik maupun efek genetik.
Unit pelayanan radiologi merupakan salah satu instalasi penunjang
medik, menggunakan sumber radiasi pengion untuk mendiagnosis adanya
suatu penyakit dalam bentuk gambaran anatomi tubuh yang ditampilkan
dalam film radiografi.
aspek
tindakan
radiodiagnostik, radioterapi
dan kedokteran
nuklir.
Ketiga jenis bidang ini mempunyai sumber radiasi yang spesifikasi fisiknya
berbeda
dengan faktor
risiko
yang
berbeda
pula.
Semua tindakan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PELAYANAN RADIOLOGI
Pelayanan bidang radiologi yang merupakan pelayanan penunjang
kesehatan
juga
perlu
menjaga
dan
meningkatkan
mutu
pelayanannya
bila penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol, terlebih lagi bila di lakukan
oleh tenaga yang tidak kompeten atau bukan radiographer.
Untuk itu setiap pengguna, penguasa ataupun pelaksana pelayanan
radiologi harus senantiasa menjamin mutu pelayanannya yaitu harus tepat dan
aman baik bagi pasien, pekerja maupun lingkungan atau masyarakat sekitarnya.
Kebijakan dan upaya peningkatan mutu pelayanan radiologi pada dasarnya juga
sama seperti kebijakan pelayanan kesehatan umumnya yang mengutamakan
kesehatan dan keselamatan pasen antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
radioterapi)
Peningkatan pengawasan pelaksanaan pelayanan radiologi baik
oleh pusat yang dilakukan oleh Depkes dan Bapeten maupun
i.
j.
oleh daerah
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengembangan Teknik Pemeriksaan Radiologi
meminimalkan
interpersonal
discrepancies
dan
intrapersonal
2. Katarak
3. Sterilitas
Organ Kulit
Efek deterministik pada kulit bergantung pada besarnya dosis. Paparan
Mata
Mata terkena paparan radiasi baik akibat dari radiasi lokal (akut atau
protraksi) maupun paparan radiasi seluruh tubuh. Lensa mata adalah struktur mata
yang paling sensitif terhadap radiasi. Kerusakan pada lensa diawali dengan
terbentuknya titik-titik kekeruhan atau hilangnya sifat transparansi sel serabut
lensa yang mulai dapat dideteksi setelah paparan radiasi sekitar 0,5 Gy. Kerusakan
ini bersifat akumulatif dan dapat berkembang sampai terjadi kebutaan akibat
katarak. Tidak seperti efek deterministik pada umumnya, katarak tidak akan
terjadi beberapa saat setelah paparan, tetapi setelah masa laten berkisar dari 6
bulan sampai 35 tahun, dengan rerata sekitar 3 tahun
3.
Tiroid
Tiroid atau kelenjar gondok berfungsi mengatur proses metabolisme tubuh
Paru
Organ reproduksi
Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah sterilitas atau
sasaran paparan radiasi dosis tinggi akan mengakibatkan kematian dalam waktu
beberapa minggu. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan secara tajam
sel stem/induk pada sumsum tulang. Dosis radiasi seluruh tubuh sekitar 0,5 Gy
sudah dapat menyebabkan penekanan proses pembentukan sel-sel darah
sehingga jumlah sel darah akan menurun.
Komponen sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(lekosit) dan sel keping darah (trombosit). Sel lekosit dapat dibedakan atas sel
limfosit dan netrofil. Radio sensitivitas dari berbagai jenis sel darah inibervariasi,
sel yang paling sensitif adalah sel limfosit dan sel yang paling resisten adalah sel
eritrosit.
Jumlah sel limfosit menurun dalam waktu beberapa jam pasca paparan
radiasi, sedangkan jumlah granulosit dan trombosit juga menurun tetapi
dalamwaktu yang lebih lama, beberapa hari atau minggu. Sementara penurunan
jumlah eritrosit terjadi lebih lambat, beberapa minggu kemudian. Penurunan
jumlah sel limfosit absolut/total dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat
keparahan yang mungkin diderita seseorang akibat paparan radiasi akut. Pada
dosis yang lebih tinggi, individu terpapar umumnya mengalami kematian sebagai
akibat dari infeksi karena terjadinya penurunan jumlah sel lekosit (limfosit dan
granulosit) atau dari pendarahan yang tidak dapat dihentikan karena menurunnya
jumlah trombosit dalam darah.
Efek stokastik pada sumsum tulang adalah leukemia dan kanker sel darah
merah. Berdasarkan pengamatan pada para korban bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki, leukemia merupakan efek stokastik tertunda pertama yang terjadi
setelah paparan radiasi seluruh tubuh dengan masa laten sekitar 2 tahun dan
puncaknya setalah setelah 6 7 tahun.
7.
Sistem Pencernaan
Bagian dari sistim ini yang paling sensitif terhadap radiasi adalah usus
Janin
Efek paparan radiasi pada janin dalam kandungan sangat bergantung pada
kehamilan pada saat terpapar radiasi. Dosis ambang yang dapat menimbulkan
efek pada janin adalah 0,05 Gy. Perkembangan janin dalam kandungan dapat
dibagi atas 3 tahap. Tahap pertama yaitu preimplantasi dan implantasi yang
dimulai dari proses pembuahan sampai menempelnya zigot pada dinding
rahim yang terjadi sampai umur kehamilan 2 minggu. Pengaruh radiasi pada tahap
ini menyebabkan kematian janin.
Tahap kedua adalah organogenesis pada masa kehamilan 27 minggu. Efek yang
mungkin timbul berupa malformasi tubuh dan kematian neonatal. Tahap ketiga
adalah tahap fetus pada usia kehamilan 8 40minggu dengan pengaruh radiasi
berupa retardasi pertumbuhan dan retardasimental. Janin juga berisiko terhadap
efek stokastik dan yang paling besar adalah risiko terjadinya leukemia pada masa
anak-anak.
Kemunduran mental diduga terjadi karena salah sambung sel-sel syaraf di
otak yang menyebabkan penurunan nilai IQ. Dosis ambang diperkirakan sekitar
0,1 Gy untuk usia kehamilan 8 - 15 minggu dan sekitar 0,4 - 0,6 Gy untuk usia
kehamilan16 - 25 minggu. Pekerja wanita yang hamil tetap dapat bekerja selama
dosis radiasi yang mungkin diterimanya harus selalu dikontrol secara ketat.
Komisi merekomendasikan pembatasan dosis radiasi yang diterima permukaan
perut wanita hamil tidak lebih dari 1 mSv.
Efek stokastik berupa kanker tiroid. Hal ini banyak terjadi sebagai akibat
paparanradiasi tindakan radioterapi (sampai 5 Gy) pada kelenjar timus bayi yang
menderita pembesaran kelenjar timus akibat infeksi. Paparan radiasi pada kelenjar
timus yang berada tepat di bawah kelenjar tiroid ini menyebabkan kelenjar tiroid
juga terirradiasi walaupun dengan dosis yang lebih rendah. Hal ini mengakibatkan
individu tersebut menderita kanker tiroid setelah dewasa
2.4 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RADIOLOGI
Definisi K3 menurut ILO (International Labour Organization) yaitu : Suatu
upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik,
mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan,
pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan
psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap
manusia kepada jabatannya.
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur (Mangkunegara 2002)
.Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan (Sumamur 2001)
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
Periksalah secara teratur kabel dan sambungan pada kedua ujung dengan kondisi
seperti di bawah ini:
a. Karet pembungkus kabel. Jika terdapat potongan atau kerusakan hendaknya
segera diperbaiki atau diganti.
b. Sambungan antara ujung kabel dan colokan listrik. Karet pembungkus kabel
hendaknya terlindung di dalam kotak colokan listrik.
c. Kotak colokan listrik. Jika kotak ini retak atau pecah hendaknya segera
diganti.
d. Ujung arde yang terdapat di dalam colokan listrik hendaknya terkait dengan
baik. Setiap 6 bulan teknisi listrik atau petugas yang cakap harus mengecek
keadaan ini. jika colokannya putus, maka jangan dimasukkan ke dalam soket
listrik sampai ia benar-benar telah diperbaiki dan aman.
Kerusakan dapat dicegah dengan penanganan yang cermat dan hati-hati
terhadap peralatan sinar-x dan kabelnya. Jangan sampai kabel dalam keadaan
tegang, kusut, menempel pada permukaan yang tajam saat digerakkan.
2. Sekering/Fuse
Peralatan listrik dilengkapi dengan sekering sebagai alat pengaman untuk
mencegah arus yang tidak sesuai pada saat melewati rangkaian. Oleh sebab itu,
sangat penting untuk memasang sekering yang benar nilainya. Jika sekeringnya
tidak berfungsi maka sebaiknya ditukar dengan yang lain pada nilai yang sama.
Jika gagal lagi maka terdapat kerusakan pada rangkaian dan harus dicari sebabnya
serta diperbaiki.
Jangan Pernah menaikkan nilai sekering, karena hal ini sangat bahaya
dilakukan. Beberapa model pesawat sinar-x mempunyai colokan listrik khusus,
biasanya berwarna merah dan ditandai dengan hanya sinar-x. Hal ini jangan
digunakan untuk pemakaian yang lain, karena ia colokan khusus tanpa sekering.
Alat itu didisain khusus untuk menerima tegangan listrik pada saat eksposi yang
amat sangat rendah, akan tetapi sangat berbahaya bila digunakan dengan tegangan
listrik biasa yang tidak mempunyai peralatan pengaman khusus di dalam pesawat
sinar-x nya.
3. Colokan dan soket listrik
dan
periksalah semua ujung peralatan, tidak ada yang menempel pada bagian lain.
Jika terdapat kerusakan pada bagian dalam dari peralatan hendaknya yang
mengambil adalah teknisi listrik. Dan semua ujung peralatan harus dalam keadaan
tidak ada arus listrik. Periksa sekering apakah masih melekat ketika pelindung
logam sedang diperbaiki.
5. Pembersihan peralatan
Jangan pernah menggunakan air atau lap basah untuk membersihkan
peralatan listrik. Gunakanlah krim pembersih yang tidak mudah terbakar (nonflammable) seperti krim pembersih bodi mobil yang dengan mudah dapat dibeli
di pasar.
6. Perbaikan peralatan
Perbaikan peralatan harus dilakukan oleh orang terlatih dan mem-punyai
kecakapan untuk jenis pekerjaan tersebut.
7. Konsleting (electrical fire)
Peralatan listrik karena kesalahan bisa terjadi konsleting atau kelebihan arus
listrik sehingga menjadi panas yang bisa mengakibatkan kebakaran. Jika asap
atau rasa panas terasa, peralatan yang ada harus diputus dari sambungan listriknya
dengan segera. Api yang timbul pada peralatan listrik biasanya tidak cepat
merambat bila penghubung listriknya dimatikan, karena bahannya dibuat dari
yang tidak mudah terbakar. Tetapi jika api telah menjalar hendaknya dipadamkan
dengan tabung pemadam api yang berisi gas CO2 atau bubuk pemadam api.
Tidak menggunakan air bila terjadi konsleting. Pasir yang kering bisa
digunakan bila tidak terdapat peralatan yang lain. Bila terjadi kebakaran, panggil
teman untuk memindahkan setiap orang/pasien ke tempat yang aman dan dekat
dengan pintu. Karena untuk mencegah bahaya kebakaran, maka segala serpihan
yang mudah terbakar jangan berada dekat atau di dalam bagian yang mengandung
listrik. Udara harus dapat dengan mudah bertukar pada bagian peralatan tersebut
sehingga tidak terjadi peningkatan panas pada bagian itu.
b.
tidak terjadi kecelakaan pada radiografer dan pekerja lainnya. Perlu pemeriksaan
barang-barang perabot terletak secara aman di dinding, lantai atau atap, Kunci dan
gembok berfungsi dengan baik.
Tombol dan pembungkus peralatan terletak dengan aman pada posisinya
sehingga tidak ada jari-jari pasien atau radiografer yang tersentuh atau luka akibat
keadaan tersebut. Sekrup atau mur yang lepas harus diganti dengan ukuran yang
sama. Periksa konus dan pembatas sinar-x, apakah tersambung dengan baik ke
tabung sinar-x dan tabung sinar-x tersambung dengan baik dengan penyangganya.
c. Keselamatan radiasi
Periksa karet Pb yang digunakan untuk meyakinkan tidak adanya sinar-x
yang tembus ketika melakukan pemeriksaan (terutama pada eksposi yang dekat
organ/daerah sensitif). Jika karet timbal yang digunakan tidak cukup tebal, maka
gunakan karet timbal yang lebih tebal sehingga tidak timbul kabut pada film hasil.
Apron/Pelindung Pb. Periksalah apron untuk meyakinkan bahwa tidak ada
bagian yang rusak, ingat bahwa bila apron yang digunakan terdapat celah atau
renggang yang kecil sekalipun maka tetap harus dilakukan perbaikan atau
pemindahan letak bagian yang rusak tersebut. Lipatan dapat ditekan dan ditempel
dengan lem perekat untuk menghindari terjadinya berbagai pecahan pada karet
Pb. Jika bagian yang rusak ini telah diperbaiki, hendaknya diperiksa dengan
menggunakan sinar-x apakah masih terdapat kebocoran radiasi.
d.
A. Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman
bahaya radiasi dapat dilakukan dengan cara :
1. Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak
melebihi batas-batas yang dianggap aman.
2. Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi
yang tepat dalam jumlah yang cukup.
3. Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang karena bidang
pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi dengan alat monitor
radiasi.
4. Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi.
5. Membuat dan melaksankan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan
aman.
B. Desain dan paparan di ruangan radiasi
1. Ukuran Ruangan Radiasi
Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter,
lebar 3 meter, tinggi 2,8 meter. Ukuran tersebut tidak termasuk ruang
operator dan kamar ganti pasien.
2. Tebal Dinding
Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa
sehingga penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari
timbal setebal 2 mm. Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat
jenis 2,35 gr/cc adalah 15 cm.
f. Pemeriksaan Kesehatan
Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan
secara berkala sedikitnya sekali dalam setahun.
g. Kalibrasi Pesawat Rontgen
Pesawat rontgen harus dikalibrasi secara berkala terutama untuk
memastikan penunjukkan angka-angkanya sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
h. Ekstra Fooding
Rumah sakit berkewajiban menyediakan makanan ekstra puding yang
bergizi bagi pekerja radiasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap radiasi.
i. Prosedur Kerja di Ruangan Radiasi
1. Menghidupkan lampu merah yang berada di atas pintu masuk
ruang pemeriksaan.
2. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain
pasien yang sedang diperiksa.
3. Pada
waktu
penyinaran
berlangsung,
semua
yang
tidak
dinyatakan
mampu
melaksanakan
pekerjaan
yang
0,35 mm (nol koma tiga puluh lima milimeter) Pb, atau 0,5 mm (nol koma lima
milimeter) Pb untuk pesawat sinar-X Radiologi Intervensional. Dengan
menggunakannya maka sebagian besar dari tubuh dapat terlindungi dari bahaya
radiasi. Kacamata Pb ini terbuat dari timbal dengan daya serap setara dengan 1
mm Pb, yang digunakan untuk melindungi lensa mata, gonad apron : setara
dengan 0,2 mm (nol koma dua milimeter) Pb, atau 0,25 mm (nol koma
duapuluh lima milimeter) Pb untuk Penggunaan pesawat sinar-X Radiologi
Diagnostik, dan 0,35 mm (nol koma tiga puluh lima milimeter) Pb, atau 0,5
mm (nol koma lima milimeter) Pb untuk pesawat sinar-X Radiologi
Intervensional. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk
mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama. Menurut
penelitian daerah gonad merupakan daerah yang paling sensitif terkena paparan
radiasi. Pembatasan dosis, paparan dosis normal untuk setiap individu harus
dibatasi baik secara total maupun organ dosis ekivalen total yang relevan, yang
disebabkan oleh kombinasi yang mungkin dari paparan praktek resmi, melebihi
batas dosis yang relevan. Sarana/peralatan pemantauan, pemantauan dan
pengukuran harus dilakukan dari parameter yang diperlukan untuk verifikasi
kesesuaian dengan persyaratan standar. Pelatihan, seperti yang berlaku, tempat,
lokasi, desain, konstruksi, perakitan, komisioning, operasi, pemeliharaan dan
dekomisioning sumber dalam praktek yang harus didasarkan pada skil teknikal
yang wajib, sebagaimana layaknya:
a. mempertimbangkan
kode
yang
disetujui
dan
standar
dan
dari
sumber,
dan
untuk
operasi
yang
melibatkan
penekanan
pada
pencegahan
kecelakaan,
mengurangi
tahun,
terhitung
sejak
tanggal
pemberhentian
pekerja
yang
pemantauan
radiasi
daerah
kerja
yang
digunakan
untuk
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pelayanan bidang radiologi yang merupakan pelayanan penunjang
kesehatan yang menggunakan sinar pengion atau bahan radiaktif,
mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, yaitu dapat sangat berguna
bagi penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan di sisi lain akan sangat
berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol.
2. Tindakan proteksi radiasi yang dilakukan tentunya merupakan tindakan
proteksi radiasi terhadap paparan radiasi sinar X, tindakan proteksi adalah
tindakan untuk mengupayakan agar tingkat paparan radiasi yang diterima
pekerja radiasi menjadi serendah mungkin.
3. Penyakit akibat kerja dan akibat radiasi, bukan hanya cedera, trauma,
cacat, tapi juga dapat menyerang organ dari tubuh manusia
4. Bekerja pada bagian radiologi harus memperhatikan kesehatan dan
keselamatan kerja misalnya terkait dengan penggunaan listrik, penggunaan
radiasi, bahan kimia dan peralatan lainnya
5. Sebagai upaya untuk terhindar dari bahaya radiasi yakni, mendesain
ruangan sesuai dengan aturan,
rumah sakit sangat perlu membuat dan menjalankan prosedur tetap dan beberapa
aturan atau kebijakan lainnya yang dapat mencegah timbulnya penyakit akibat
kerja atau akibat radiasi.
DAFTAR PUSTAKA
Atro.2013.Keselamatan kerja di Instalasi radiologi.Akademi Teknik Radiologi:
Bali
Aulia,Ridha.2013.efek
Radiasi
terhadap
sel
tubuh.http://dunia-
radiology.blogspot.com/2013/10/efek-radiasi-terhadap-sel-tubuh.html.
Diakses 7 November 2014
BAPETEN.2010.Pelatihan Penyegaran Petugas Proteksi Radiasi.Jakarta,
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_rad
iasi/2-3.ht. Diakses 7 November 2014
Dir. Bina Kesehatan kerja .2006. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah Sakit, Depkes, Jakarta
Haikal.2013.KeselamatandanKesehatanKerja.http://cumasebuahkehidupan.blogsp
ot.com/2013/11/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di.html.
Diakses
November 2014
Hendra,yuli.2011. Beberapa faktor yang berhubungan dengan praktik pemakaian
alat pelindung diri (apd) pada radiografer di instalasi radiologi 4 rumah
sakit di kota semarang.unismuh:semarang
Sari,silvia.2012. Pengembangan sistem manajemen keselamatan radiasi sinar-x
di
unit
kerja
radiologi
rumah
sakit
xyz
tahun
2011.UniversitasIndonesia:Depok
TimProfesiRadiografer.2010.Keselamatan
kerja
radiologi.
http://cafe-
radiologi.blogspot.com/2010/08/keselamatan-kerja-radiologi.html.
Diakses
7 November 2014
Yoasainto.2011..BeberapaPenyakitAkibatRadiasi.http://yosainto.wordpress.com/2
011/11/20/beberapa-penyakit-akibat-radiasi/.Diakses 7 November 2014