Anda di halaman 1dari 12

Krisis Hipertensi

Pendahuluan
Hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik, dan
atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolic pada seseorang yang tidak sedang makan obat
antihipertensi. Hipertensi biasanya merupakan peningkatan kronis dari tekanan darah yang
lebih dari 140/90 mmHg, etiologinya 90 95 % tidak diketahui (Hipertensi essensial) .
Walaupun Hipertensi merupakan penyakit yang lazim, gawat darurat pada Hipertensi
jarang terjadi, ini akibat dari perbaikan dalam terapi obat yang telah dipertahankan dalam
tekenan tertentu (maintenance drug therapy). Pengobatan gawat darurat menjadi penting
bila tekanan arterial sistemik yang menetap tinggi merusak target organ (end organ),
misalnya encefalopati, beban jantung berlebihan (cardiac overload) atau memperburuk
masalah yang mendasarinya.
Faktor resiko kardiovaskular antara lain, merokok, obesitas (BMI > 30), inaktivitas
fisik, dislipidemia, diabetes mellitus, mikroalbuminuria, usia (laki >55 tahun, perempuan
>65 tahun), riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular. Pemeriksaan penunjang
yang membantu yaitu urinalisis, tes pungsi ginjal, gula darah, elektrolit, profil lipid, foto
toraks, EKG, dan berdasarkan penyakit penyerta.
Pada kelompok umur dewasa termasuk yang lebih dari 70 tahun, semakin tinggi
tekanan darah sistolik dan diastolic maka semakin besar resiko terkena stroke dan gagal
jantung kongestif. Tekanan darah sistolik menjadi prediksi angka kesakitan yang lebih baik
dibandingkan dengan tekanan darah diastolic. Beberapa klasifikasi penggolongan
hipertensi dapat digunakan untuk menangani penderita.
Pencegahan primer hipertensi dapat dilakukan dengan intervensi pola hidup pada
populasi umum dan populasi khusus (populasi yang mempunyai resiko tinggi). Intervensi
efektif untuk pencegahan primer termasuk mengurangi konsumsi natrium dan alcohol,
menurunkan berat badan, serta olahraga teratur.
Diagnosis dan klasifikasi
Diagnosis tekanan darah tinggi berdasarkan hasil pengukuran tekanan sistolik
adalah suara fase 1 dan tekanan diastolic adalah suara fase 5 (Nicolai Sergeyevich
Korotkoff). Pengukuran dilakukan pada lengan atas dengan menggunakan cuff yang
meliputi (melingkari) minimal 80 % lengan atas (di pertengahan antara acromium dan

procecus olecranon, tepi bawah cuff paling sedikit 1 inci di atas fossa antecubiti) pada
pasien dengan posisi duduk dan telah beristirahat paling sedikit 5 menit
Klasifikasi tekanan darah tinggi berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan
darah yang dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan oleh individu yang sama dengan
selang waktu 30 detik setelah pengukuran pertama (dapat lengan yang sama ataupun yang
sebelahnya, pada kunjungan pertama harus pada ke dua lengan) pada 2 kunjungan atau
lebih.
Peningkatan tekanan darah sistolik disebabkan oleh peningkatan stroke volume
atau penurunan compliance dari aorta. Peningkatan tekanan darah diastolik disebabkan
oleh peningkatan peripheral resistance, antara lain vasokontriksi dan kerusakan tunika
intima.
KLASIFIKASI HIPERTENSI JNC VI I
Klasifikasi
Sistolik (mmHg)
Prehipertensi
120 139
Hipertensi
Stadium 1 140 159
Stadium 2 >160

Diastolik (mmHg)
80 89
90 99
100 109

Definisi krisis hipertensi


Definisi Krisis Hipertensi secara umum adalah terjadinya peningkatan tekanan
darah diastolik (TDD) >120 mmHg. Termasuk dalam kategori ini adalah pasien yang
menderita hipertensi emergensi, hipertensi urgensi atau hipertensi berat.
Istilah krisis seolah-olah menggambarkan diperlukannya suatu tindakan yang
segera harus dilakukan, padahal untuk dua kategori terakhir (hipertensi urgensi dan
hipertensi berat) menurunkan tekanan darah (TD) dengan cepat merupakan kontra indikasi,
sehingga ada yang mengusulkan agar terminology krisis tersebut ditinjau kembali.
Kelainan yang terjadi pada hipertensi emergensi secara keseluruhan berhubungan
dengan TDD >120 mmHg, walaupun demikian tidak semua pasien yang dating dengan
hipertensi berat merupakan hipertensi emergensi. Penting bagi seorang dokter untuk dapat
mengenal perbedaan antara hipertensi emergensi dan hipertensi berat sehingga penurunan
tekanan darah yang terlalu cepat bahkan sampai mencapai TD normal terutama bila tidak
disertai kerusakan organ target (KOT) yang akut malahan akan berakibat fatal. Perlu
dipahami pula pada pasien yang menderita hipertensi kronis tidak terkontrol dalam jangka
lama akan juga menderita KOT yang kronis. Pasien hipertensi yang sebelumnya tidak
2

pernah diobati atau pengelolaannya tidak baik cenderung untuk mengalami kenaikan TD
yang mendadak menjadi tinggi. Pasien-pasien dengan hipertensi sekunder juga merupakan
pasien-pasien yang memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadi peningkatan TD yang
mendadak apabila dibandingkan dengan pasien-pasien hipertensi esensial.
Hipertensi emergensi adalah terjadinya hipertensi dengan TDD >120 mmHg yang
disertai KOT yang akut (system saraf pusat, jantung atau ginjal). Pada keadaan ini
diperlukan penurunan TD dalam hitungan menit sampai jam menggunakan obat-obat
parenteral dan memerlukan pemgelolaan di ICU.
Hipertensi urgensi adalah terjadinya hipertensi dengan TDD >120mmHg tapa
disertai KOT akut. Ciri khas hipertensi urgensi adalah adanya hipertensi yang berat dapat
disertai atau tanpa disertai keluhan-keluhan sakit kepala hebat, rasa cemas atau sesak nafas.
Pada pemeriksaan fisik tidak menggambarkan adanya ancaman KOT. Pada keadaan ini
diperlukan penurunan TD dalam waktu 24-48 jam menggunakan obat oral dan tidak
memerlukan perawatan intensif. Definisi ini masih menjadi masalah oleh karena pada
keadaan ini tidak terjadi KOT yang akut dan masih dipertanyakan apakah penurunan
tekanan darah memang harus dilakukan dalam 24-48 jam. Kata urgensi sebenarnya hanya
pemikiran dokter semata untuk menurunkan TD segera dan bukan merupakan keluhan
yang sebenarnya terjadi pada pasien.
Hipertensi berat didefinisikan sebagai TD sistolik >180mmHg dan TDD
>110mmHg. Seperti pada hipertensi urgensi kuncinya adalah tidak terdapat KOT yang akut
dan memerlukan penurunan TD secara bertahap menggunakan terapi kombinasi obat anti
hipertensi oral dalam jangka waktu tertentu. Pasien-pasien dalam kategori ini harus
dievaluasi dengan baik terhadap kemungkinan adanya kelainan jantung, ginjal atau
penyebab hipertensi lainnya.
Hipertensi maligna adalah terminologi yang tua dan tidak dipergunakan lagi.
Keadaan ini menghubungkan kenaikan TD dengan retinopati Keith-Wagener-Barker
stadium IV (papiledema, perdarahan retina dan eksudasi retina). Istilah diatas biasa
dipergunakan untuk menggambarkan hipertensi emergensi dengan kelainan sistem saraf
pusat.
Hipertensi akselerasi adalah keadaan yang menghubungkan kenaikan TD dengan
retinopati Keit-Wagener-Barker stadium III (perdarahan retina, eksudasi retina dan
papiledema).
Klasifikasi retinopati Keith-Wagener-Barker tidak menggambarkan secara akurat dari
beratnya kenaikan TD sehingga terminologi tersebut sudah jarang dipergunakan lagi.
3

Patofisiologi hipertensi emergensi


Patofisiologi terjadinya krisis hipertensi tidaklah begitu jelas, namun demikian ada
dua peran penting yang menjelaskan patofisiologi tersebut yaitu :
1. Peran langsung dari peningkatan TD
Akibat dari peningkatan mendadak TD yang berat maka akan terjadi
gangguan autoregulasi disertai peningkatan mendadak resistensi vaskuler
sistemik yang menimbulkan KOT dengan sangat cepat. Gangguan terhadap
sistem autoregulasi secara terus-menerus akan memperburuk keadaan pasien
selanjutnya. Pada keadaan tersebut terjadi keadaan kerusakan endovaskuler
(endothelium pembuluh darah) yang terus-menerus disertai nekrosis fibrinoid di
arteriolus. Keadaan tersebut merupakan suatu siklus (vicious circle) dimana akan
terjadi iskemia, pengendapan platelet dan pelepasan beberapa vasoaktif.
Trigernya tidak diketahui dan bervariasi tergantung dari proses hipertensi yang
mendasarinya.
Bila stress peningkatan tiba-tiba TD ini berlangsung terus-menerus maka
sel endothelial pembuluh darah menganggapnya suatu ancaman dan selanjutnya
melakukan vasokontriksi diikuti dengan hipertropi pembuluh darah. Usaha ini
dilakukan agar tidak terjadi penjalaran kenaikan TD ditingkat sel yang akan
menganggu hemostasis sel. Akibat dari kontraksi otot polos yang lama, akhirnya
akan menyebabkan disfungsi endotelial pembuluh darah disertai berkurangnya
pelepasan nitric oxide (NO). Selanjutnya disfungsi endotelial akan ditriger oleh
peradangan dan melepaskan zat-zat inflamasi lainnya seperti sitokin, endhotelial
adhesion molecule dan endhoteli-1.
Mekanisme ditingkat sel ini akan meningkatkan permeabilitas dari sel
endotelial, menghambat fibrinolisis dan mengaktifkan sistem koagulasi. Sistem
koagulasi yang teraktifasi ini bersama-sama dengan adhesi platelet dan agregasi
akan mengendapkan materi fibrinoid pada lumen pembuluh darah yang sudah
kecil dan sempit sehingga makin meningkatkan TD. Siklus ini berlangsung terus
dan menyebabkan kerusakan endotelial pembuluh darah yang makin parah dan
meluas.
2. Peranan Mediator Endokrin dan Parakrin

Sistem renin-Angiotensin-Aldosteron (RAA) memegang peran penting


dalam patofisiologi terjadinya krisis hipertensi. Peningkatan renin dalam darah
akan meningkatkan vasokonstriktor kuat angiotensin II, dan akan pula
meningkatkan hormon aldosteron yang berperan dalam meretensi air dan garam
sehingga volume intravaskuler akan meningkat pula. Keadaan tersebut diatas
bersamaan pula dengan terjadinya peningkatan resistensi perifer pembuluh darah
yang akan meningkatkan TD. Apabila TD meningkat terus maka akan terjadi
natriuresis sehingga seolah-olah terjadi hipovolemia dan akan merangsang renin
kembali untuk membentuk vasokonstriktor angiotensin II sehingga terjadi
iskemia pembuluh darah dan menimbulkan hipertensi berat atau krisis hipertensi.
Diagnosis krisis hipertensi
Sebenarnya tidak terdapat tekanan darah yang tertentu merupakan krisis hipertensi,
namun merupakan kombinasi pemburukan cepat pada satu atau lebih organ vital (susunan
saraf pusat, kardiovaskuler, ginjal) disertai peningkatan tekanan darah yang tidak sesuai.
Perburukan cepat artinya jika tidak diberikan terapi secara efektif dalam waktu tertentu,
terdapat kemungkinan terjadinya kegawatdaruratan. Hipertensi ini memerlukan penurunan
tekanan darah segera meskipun tidak perlu menjadi normal, untuk membatasi

atau

mencegah terjadinya kerusakan organ sasaran.


Krisis hipertensi adalah keadaan hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan
darah segera karena akan mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya. Tingginya tekanan
darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. Krisis hipertensi
dibagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi.
Hipertensi emergency, situasi di mana diperlukan penurunan tekanan darah yang
segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut
atau progresif. Kerusakan yang dapat terjadi antara lain :

Neurologik: Encephalopati Hipertensi, stroke hemoragik (intraserebral atau


subdural) atau iskemik, papil edema.

Kardiovaskuler: Unstable angina, infark miokardium akut, gagal jantung dengan


edema peru, diseksi aorta.

Renal; Proteinuria, hamaturia, gagal ginjal akut, krisis ginjal scleroderma.

Mikroangiopati: anemia hemolitik.

Preeklampsia dam eklampsia.


5

Riwayat penyakit ditujukan pada system neurologist dan kardiovaskular, medikasi


dan penggunaan obat. Keluhan neurologi mungkin dramatik, tetapi sering kali berupa
gejala yang tidak spesifik seperti nyeri kepala, malaise, dan persepsI yang samar-samar
tentang kemampuan mental, dan merupakan satu-satunya tanda dekompensasi SSP akut.
Riwayat penyakit SSP atau serebrovaskular sebelumnya harus dicari, karena komplikasi
terapetik lebih sering terjadi pada pasien dengan riwayat penyakit tersebut.
Hipertensi Urgency, situasi di mana terdapat peningkatan tekanan darah yang
bermakna (ada yang menyebut tekanan darah sistolik > 220 mmHg atau tekanan darah
diastolik > 125 mmHg) tanpa adanya gejala berat atau kerusakan target organ progresif dan
tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Diagnosis, Prinsip-prinsip penegakan diagnosis Hipertensi emergency dan
Hipertensi Urgency tidak berbeda dengan penyakit lainnya ;

Anamnesis
Tanyakan riwayat hipertensi sebelumnya serta terapinya, kepatuhan minum
obat, tekanan darah rata-rata, riwayat pemakaian obat-obat simpatomimetik dan
steroid, kelainan hormonal, riwayat penyakit kronik lain, gejala-gejala serebral,
jantung dan gangguan penglihatan.

Pemeriksaan Fisik ;
o Pengukuran tekanan darah pada kedua lengan, perabaan denyut nadi perifer
(raba nadi radialis kedua lengan dan kemungkinan adanya selisih dengan
nadi femoral, radial-femoral pulse leg ),
o Mata: Lihat adanya papil edema, pendarahan dan eksudat, penyempitan
yang hebat arteriol.
o Jantung: Palpasi adanya pergeseran apeks, dengarkan adanya bunyi jantung
S3 dan S4 serta adanya murmur.
o Paru: perhatikan adanya ronki basah (rales) yang mengindikasikan CHF.
o Status neurologik: pendekatan pada status mental dan perhatikan adanya
defisit neurologik fokal. Periksa tingkat kesadarannya dan refleks fisiologis
dan patologis.

Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan dilakukan dengan memperhatikan penyakit dasarnya, penyakit
penyerta, dan kerusakan target organ. Yang sering dilakukan antara lain ;
pemeriksaan elektrolit, BUN, kreatinin, glukosa darah, urinalisis., hitung jenis
6

komponen darah dan SADT. Pemeriksaan lainnya antara lain foto rontgen toraks,
EKG dan CT Scan.
Penatalaksanaan krisis hipertensi
Dalam penatalaksaan kegawatan hipertensi dua hal penting perlu dipertimbangkan
yaitu berapa cepat dan berapa rendah tekanan darah harus diturunkan. Penurunan tekanan
darah sampai normal pada umumnya tidak diperlukan bahkan pada keadaan tertentu bukan
merupakan tujuan pengobatan.
Tujuan pengobatan Hipertensi emergency adalah memperkecil kerusakan organ
target akibat tingginya tekanan darah dan menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan.
Berdasarkan prinsip ini maka obat antihipertensi pilihan adalah yang bekerja cepat, efek
penurunan tekanan darah dapat dikontrol dan dengan sedikit efek samping. Tujuan
pengobatan menurunkan tekanan arteri rata-rata (MABP) sebanyak 25 % atau mencapai
tekanan darah diastolik 100 110 mmHg dalam waktu beberapa menit sampai satu atau
dua jam. Kemudian tekanan darah diturunkan menjadi 160/100 mmHg dalam 2 sampai 6
jam. Tekanan darah diukur setiap 15 sampai 30 menit. Penurunan tekanan darah yang
terlalu cepat dapat menyebabkan iskemia renal, cerebral dan miokardium. Pada stroke
penurunan tekanan darah hanya boleh 20 % dan khusus pada stroke iskemik penurunan
tekanan darah secara bertahap bila tekanan darah > 220/130 mmHg.
Tujuan pengobatan Hipertensi Urgency adalah penurunan tekanan darah sama
seperti Hipertensi emergency, hanya dalam waktu 24 sampai 48 jam. Setelah target tercapai
harus diikuti program terapi Hipertensi jangka panjang. Antihipertensi yang dipilih dapat
per oral atau parenteral sesuai fasilitas yang tersedia.
OBAT OBAT PADA HIPERTENSI EMERGENSI DAN URGENSI
NO

NAMA OBAT

CARA
KERJA

0,25
1

Natrium
Nitroprusid

ONSET

DOSIS

ACTION

DURASI OF

EFEK

PERHATIAN

ACTION

SAMPING

KHUSUS

10

g/kg/menit secara

Vasodilator

OF

drip IV (maks. 10

Mual,
Segera

3 5 menit

menit)
2

Labetalol

hidroklorida

Blocker

dan

20 40 mg tiap 10

muntah,

tremor,

TTIK

berkeringat,

5 10

36

Keluhan

menit

jam

bronkospasme,
hipotensi,

IV bolus sampai

bradikardia,

300 mg,

block jantung

0,5 2,0 mg menit


infus

dg
atau

azotemia

hipotensi

menit

Hati-hati

GI,

Kecuali
jantung

gagal

5
3

Nikardipin
hidroklorida

mg/jam,

Calcium

dinaikan

channel

Blocker

setiap

2,5

mg/jam

15

menit

1 5

36

menit

jam

Takikardia, sakit
kepala, flushing,
flebitis lokal

Dapat presipitasi
iskemia miokard

sampai 15 mg/jam
IV
Takikardia,
4

Fenoldopam
mesilat

Dopamin

0,1

reseptor

g/kg/menit

agonist

IV

0,25
5

Nitrogliserin

Vasodilator

1,6

NAMA OBAT

Enalaprilat

CARA
KERJA
ACE
Inhibitor

< 10 menit

menit

g/Kg/menit
IV

NO

hipotensi,

45

Hati-hati

peningkatan

glaukoma

tekanan
intraokuler
Mual, muntah,

25

35

sakit

menit

menit

methe-

kepala,

ONSET

1,25 5 mg setiap
6 jam
IV

OF

Indikasi khusus
pada

iskemia

miokard

moglobinuria

DOSIS

dg

DURASI OF

EFEK

PERHATIAN

ACTION

ACTION

SAMPING

KHUSUS
Indikasi khusus

15

Respon

pada

menit

jam

bervariasi

ventrikel

gagal
kiri,

hindari IMA
Takikardia, sakit

10 20 mg IV
7

Hidralazin
hidroklorida

Vasodilator

10 20 menit

kepala, flushing,
26

muntah, angina

Indikasi khusus

20 30 menit

jam

yang memberat

pada eklampsia

12

4 24

menit

jam

10 50 mg IM

50 150 mg IV
bolus,

dapat

diulang setiap 5
8

Diazoksid

Vasodilator

15 menit; atau 15
30 mg/menit infus

Takikardia,
flushing,

mual,

nyeri dada

Pada CAD dan


diseksi aorta

sampai maksimum
600 mg

500 g/kg bolus


dalam 1 menit,
9

Esmolol
hidroklorida

Blocker

dilanjutkan 25

12

200

menit

Keluhan
10 - 30 menit

GI,

bradikardia,
hipotensi

g /kg / menit

Indikasi khusus
pasa

diseksi

aorta

dan

perioperatif

infus

10
11

Furosemid
Trimetaphan

Diuretik

10 80 mg

Gangliocic

IV bolus
0,5 5 mg / menit

Blocker

15

Hipokalemia,

menit

jam

hipotensi

13

10 menit

menit

Indikasi khusus
Hipotensi, ileus,

pasa

retensio

aorta

respiratory

urine,

diseksi

arrest

NO

NAMA OBAT

CARA
KERJA

Calcium
12

Nifedipine

channel
Blocker

ONSET

DOSIS

Diawali
dapat

10

DURASI OF

EFEK

PERHATIAN

ACTION

OF

ACTION

SAMPING

KHUSUS

15

26

takikardia, sakit

Respone

menit

jam

kepala,

dapat diprediksi

mg,

diulang

setelah 30 menit

Hipotensi,

( oral )

angina,

tidak

miokardial
infark, stroke

Diawali 0,1 0,2


13

Clonidine

Central

mg, lalu 0,1 mg

30 - 60

simpatolitik

setiap jam sampai

menit

6 8 jam

sedasi

Efek rebound

0,8 mg ( oral )

14

Captopril

ACE

12,5 25 mg

Inhibitor

( Oral )

15 - 30 menit

4-6
jam

Hipotensi

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi


Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi tergantung
dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi emergensi dan
disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care
unit, (ICU) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena (IV):
1. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun
venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 2 dosis 1 6
ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.
2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan
dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 5 menit,
duration of action 3 5 menit. Dosis : 5 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek
samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V
bolus. Onset of action 1 2 menit, efek puncak pada 3 5 menit, duration of action
4 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 75 mg
setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock,
mual, muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 1
jam, i.v : 10 20 menit duration of action : 6 12 jam. Dosis : 10 20 mg i.v
bolus : 10 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central
ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk
9

mengurangi volume intravaskular. Efeksamping : refleks takhikardi, meningkatkan


stroke volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.
5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15
60 menit. Dosis 0,625 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers.
Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 20
mg secar i.v bolus atau i.m. Onset of action 11 2 menit, duration of action 3 10
menit.
7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi
sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 4 mg / menit secara infus i.v. Onset
of action : 1 5 menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi,
ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.
8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 80 mg
secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5
10 menit Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala,
bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam,
duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan
komplikasi lebih sering dijumpai.
9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf
simpatis. Dosis : 250 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 60
menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + )
demam, gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of
actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai
untuk terapi awal.
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelanpelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan
titrasi dosis. Onset of action 5 10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam
atau beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering,
rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan
sindroma putus obat.

11. Perdipine
pemberian perdipine sebaiknya dalam syring pump
kandungan dalam 1 amp = 5 cc = 10 mg = 10.000 micro gram.
10

bila perdipine 10 mg (1 amp) dilarutkan dalam 50 cc PZ


maka 1 cc PZ adalah 10.000 microgram : 50 ccPZ = 200 microgram/cc
RUMUS: (Dosis x BB x vol cairan pelarut) : (sediaan perdipine x 1000) x 60 mnt
Pengobatan khusus krisis hipertensi
1. Ensefalopati Hipertensi
Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari
hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia. Biasanya
tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah,
bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif,
reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang
dan akhirnya meninggal. Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide
dan Trimetapan.
2.

Gagal Jantung Akut


Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat
dari bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila
tensi telah terkontrol. Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid.
Pemberian Diuretik IV akan mempercepat perbaikan.

3.

Feokromositoma
Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan
berakibat kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala,
palpitasi, keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.

4. Deseksi Aorta Anerisma Akut


Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang
meluas. Bila terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya
adalah nyeri dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota bawah.
Auskultasi : didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan perbedaan
tekanan darah pada kedua lengan. Pengobatan dengan pembedahan, dimana
sebelumnya tekanan darah diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan :
Trimetapan atau Sodium Nitroprusid.

11

5. Toksemia Gravidarum
Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan. Obat pilihan :
Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.
6. Perdarahan Intrakranial
Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati,
karena penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh
darah disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan.
Penurunan tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan
sekitar 110-120 mmHg Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.
Komplikasi dan Penatalaksanaanya
Komplikasi
Diseksi aorta

Obat Pilihan
Nitroprusside + esmolol

Target Tekanan Darah


SBP 110-120 sesegera

AMI, iskemia

Nitrogliserin,

mungkin
nitroprusside, Sekunder untuk bantuan

Edema paru

nicardipine
Nitroprusside,

iskemia
nitrogliserin, 10% -15% dalam 1-2 jam

Gangguan Ginjal

labetalol
Fenoldopam,

nitroprusside, 20% -25% dalam 2-3 jam

labetalol
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol
10% -15% dalam 1-2 jam
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside
20% -25% dalam 2-3 jam
Subarachnoid
Nitroprusside,
nimodipine, 20% -25% dalam 2-3 jam
hemorrhage
Stroke Iskemik

nicardipine
nicardipine

0% -20% dalam 6-12 jam

12

Anda mungkin juga menyukai