Disusun oleh:
MURSADA, S. Kep
NIM. 14.NS.031
Laporan Pendahuluan
Ketuban Pecah Dini (KPD)
A. Pengertian KPD
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tandatanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda
persalinan (Manuaba, 1998).
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi
pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina
setelah
kehamilan
berusia
22
minggu
sebelum
proses
persalinan
dari
vagina
atau
infeksi
pada
cairan
ketuban
bisa
9.
10.
11.
12.
13.
persalinan preterm
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
Riwayat KPD sebelumya
Trauma
servix tipis / kurang dari 39 mm, Serviks (leher rahim) yang pendek
14.
4.
5.
klinik.
placenta : solutio placenta, placenta praevia (kehamilan 35 minggu
6.
ketuban
pecah.
Penyakit-penyakit
seperti
pielonefritis,
sistitis,
rahim ini.
Selaput ketuban terlalu tipis ( kelainan ketuban )
Infeksi ( amnionitis atau korioamnionitis )
Factor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara,
Fisiologi
Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan
amnion dan lapisan korion terdapat likuora amnii (air ketuban). Volume likuor
amnii pada hamil cukup bulan adalah 1.000-1.500 ml. Warna putih, agak
keruh serta mempunyai bau yang khas yaitu bau amis dan berasa amis.
Reaksinya agak alkalis dan netral dengan berat jenis 1.008. Komposisinya
terdiri atas 98% air dan sisanya terdiri atas garam organik serta bahan organik
dan bila teliti dengan benar terdapat rambut lanugo sel-sel epitel dan vernik
kaseosa, protein ditemukan rata-rata 2,6% gr/liter sebagian besar sebagai
albumen.
Peredaran cairan ketuban sekitar 500 cc/jam atau sekitar 1% terjadi
gangguan peredaran pada air ketuban melebihi 1.500 cc air ketuban dapat
digunakan sebagai bahan penelitian untuk kematangan paru-paru janin
(Sarwono, 199)
Faal air ketuban :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
ketuban pecah.
Menyebarkan kekuatan his sehingga serviks membuka.
Sebagai pelicin saat persalinan.
D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
-
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan
prostaglandin,
menghasilkan
kolagenase
jaringan,
sehingga
terjadi
E. Pathway
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi
dapat
mengindentifikasikan
kehamilan
ganda,
protein
C-reaktif
serum
menunjukkan
peringatan
korioamnionitis
H. Penatalaksaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi
dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh
karena itu, penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang
rinci, sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan
infeksi dalam rahim. Memberikan profilaksis antibiotik dan membatasi
pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Disamping
itu makin kecil umur kehamilan makin besar peluang terjadi infeksi dalam lahir
yang dapat memicu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin
kurang dari 1 kg (Manuaba, 1998).
a. Penanganan Konservatif
1)
2)
3)
Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4)
Jika umur kehamilan 34-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi
berikan tokolitik, deksametason dan induksi sesudah 2 jam.
5)
Jika umur kehamilan 34-37 minggu ada infeksi beri antibiotik dan
lakukan induksi.
6)
7)
b. Penanganan Aktif
1)
2)
Konservatif
1) Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
3) Umur kehamilan kurang 37 minggu.
4) Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
5) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
6) Jangan melakukan periksaan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
7) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat
janin.
8) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi
uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung
terus, lakukan terminasi kehamilan.
Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan.
1) Induksi atau akselerasi persalinan.
2) Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami
kegagalan.
3) Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan.
I. Komplikasi
1) Risiko infeksi, (factor resiko: infeksi intra partum, infeksi uterus berat,
gawat janin)
Diagnosa
Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Risiko infeksi
Faktor-faktor risiko :
- Prosedur Infasif
- Kerusakan jaringan dan
peningkatan
paparan
lingkungan
- Malnutrisi
- Peningkatan
paparan
lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
- Penyakit kronik
- Imunosupresi
- Malnutrisi
- Pertahan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit,
trauma
jaringan,
gangguan peristaltik)
NOC :
NIC :
Immune Status
Pertahankan teknik aseptif
Knowledge
: Batasi pengunjung bila
Infection control
perlu
Risk control
Cuci
tangan
setiap
Setelah
dilakukan
sebelum dan sesudah
tindakan
tindakan keperawatan
keperawatan
Gunakan baju, sarung
selama
pasien
tangan
sebagai
alat
tidak
mengalami
pelindung
infeksi dengan kriteria Ganti letak IV perifer dan
hasil:
dressing sesuai dengan
Klien bebas dari
petunjuk umum
tanda dan gejala Gunakan kateter intermiten
infeksi
untuk menurunkan infeksi
Menunjukkan
kandung kencing
kemampuan untuk Tingkatkan intake nutrisi
mencegah
Berikan
terapi
timbulnya infeksi
antibiotik:............................
Jumlah
leukosit
.....
dalam
batas
Monitor tanda dan gejala
normal
infeksi sistemik dan lokal
Menunjukkan
perilaku
hidup Pertahankan teknik isolasi
k/p
sehat
Inspeksi
kulit
dan
Status
imun,
membran
mukosa
gastrointestinal,
terhadap
kemerahan,
genitourinaria
panas, drainase
dalam
batas
Monitor
adanya luka
normal
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan
pasien
dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap
4 jam
Intervensi
NIC :
Anxiety
Reduction
(penurunankecemasan)
Gunakan pendekatan
yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas
harapan
terhadap
pelaku pasien
Jelaskan
semua
prosedur dan apa yang
dirasakan
selama
prosedur
Temani pasien untuk
memberikan keamanan
dan mengurangi takut
Berikan
informasi
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
prognosis
Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
Instruksikan
pada
pasien
untuk
menggunakan
tehnik
relaksasi
Dengarkan
dengan
penuh perhatian
Identifikasi
tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi
yang
menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
Kelola pemberian obat
anti cemas:........
Diagnosa
Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Kurang Pengetahuan
NOC:
NIC :
Berhubungan dengan : Kowlwdge
: Kaji tingkat pengetahuan
keterbatasan
kognitif,
disease process
pasien dan keluarga
interpretasi
terhadap Kowledge
: Jelaskan
patofisiologi
informasi
yang
salah,
health Behavior
dari
penyakit
dan
kurangnya keinginan untuk Setelah
dilakukan
bagaimana
hal
ini
mencari informasi, tidak tindakan
berhubungan
dengan
mengetahui sumber-sumber keperawatan
anatomi dan fisiologi,
informasi.
selama . pasien
dengan cara yang tepat.
menunjukkan
Gambarkan tanda dan
pengetahuan
gejala
yang
biasa
DS: Menyatakan secara tentang
proses
muncul pada penyakit,
verbal adanya masalah
penyakit
dengan
dengan cara yang tepat
DO:
ketidakakuratan kriteria hasil:
Gambarkan
proses
mengikuti
instruksi, Pasien
dan
penyakit, dengan cara
perilaku tidak sesuai
keluarga
yang tepat
menyatakan
Identifikasi kemungkinan
pemahaman
penyebab, dengan cara
tentang penyakit,
yang tepat
kondisi,
Sediakan informasi pada
prognosis
dan
pasien tentang kondisi,
program
dengan cara yang tepat
pengobatan
Pasien
dan Sediakan bagi keluarga
informasi
tentang
keluarga mampu
kemajuan
pasien
melaksanakan
dengan
cara
yang
tepat
prosedur
yang
Diskusikan pilihan terapi
dijelaskan
atau penanganan
secara benar
Pasien
dan Dukung pasien untuk
mengeksplorasi
atau
keluarga mampu
mendapatkan
second
menjelaskan
opinion dengan cara
kembali
apa
yang
tepat
atau
yang dijelaskan
diindikasikan
perawat/tim
Eksplorasi kemungkinan
kesehatan
sumber atau dukungan,
lainnya
dengan cara yang tepat
NOC :
Pain Level,
pain control,
comfort level
Setelah
dilakukan
tinfakan
keperawatan
selama . Pasien
tidak
mengalami
nyeri,
dengan
kriteria hasil:
Mampu
mengontrol nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri,
mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi
dan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman
setelah
nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Tidak mengalami
gangguan tidur
DAFTAR PUSTAKA
NIC :
Lakukan pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga
untuk
mencari
dan
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala,
relaksasi,
distraksi,
kompres hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan
berkurang
dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari
prosedur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali