PENDAHULUAN
Penyakit infeksi mata perlu mendapat pertolongan segera dan adekuat, agar tidak
mengganggu penglihatan terlalu lama atau tidak berakibat gangguan penglihatan dan kebutaan.7
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan
bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam
gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.
Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat
berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai
kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning
kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna
merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air
mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah
konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai
kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul benjolan di
kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam
beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan memberikan larutan astringen
agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata
buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata.
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan
dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur,
chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.2
2.2 Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
Infeksi olah virus atau bakteri
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik
atau sinar matahari.
2.3 Klasifikasi
Konjungtivitis, terdiri dari:
1. Konjungtivitis bakterial
2. Konjungtivitis virus
3. Konjungtivitis alergi
4. Konjungtivitis Neonatorum
5. Trakoma
6. Konjungtivitis iritasi atau kimia
2.4 Gambaran klinik Konjungtivitis
a. Subjekstif
Seperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas,, gatal, kadang kabur, lengket waktu
pagi.
b. Objektif
1. Injeksi Konjungtiva
Pelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran berkelokkelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju kornea dan ikut
bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan.
2. Folikel
Kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kira-kira 1mm.
tonjolan ini mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel landai, licin abu-abu
kemerehan karena adanya pembuluh darah dari pinggir folikel yang naik kearah
puncak folikel.
3. Papil raksasa (Coble-stone)
Cobble-stone berbentuk polygonal tersusun berdekatan dengan permukaan datar.
Pada coble-stone pembuluh darah berasal dari bawah sentral.
4. Flikten
Tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik di bawah epitel konjungtiva atau
kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana permukaan epitel mengalami nekrosis.
2
5. Membran
Massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar, atau seluruh
konjungtiva. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal. Massa puth ini dapat
berupa endapan secret, sehingga mudah diangkat, dan disebut pseudomembran.
Selain massa putih yang menutupi konjungtiva dapat berupa koagulasi dan
nekrosis konjungtiva, sehingga sukar diangkat, disebut membran.7
Gejala lainnya adalah:
- mata berair
- mata terasa nyeri
- mata terasa gatal
- pandangan kabur
- peka terhadap cahaya
- terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.2
2.5 Macam-macam Konjungtivitis
1. Konjungtivitis Bakteri
o Definisi : inflamasi konjungtiva diakibatkan Staphylococcus aureus (berhubungan
dengan blefaritis), S.Epidermidis, Streptococcus pneumonia, dan Haemophilus
influenza (khususnya pada anak-anak)
o Diagnosis
Gejala : Mata merah, pedih, nyeri, mengganjal, eksudat, lakrimasi
Tanda :
Papila konjungtiva
Kemosis : pembengkakan konjungtiva
Konjungtiva injeksi
Tanpa adenopati preaurikuler
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan segmen anterior bola mata
Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk
mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya.
o Terapi
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat
diteteskan tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari
selama 1 minggu. Pada malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah
belekan di pagi hari dan mempercepat penyembuhan
o Prognosis
3
Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata
yang sakit.
2. Konjungtivitis Virus
1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
a). Demam Faringokonjungtival
Tanda dan gejala
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 C, sakit tenggorokan, dan
konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering sangat mencolok
pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering
terjadi, dan kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah
limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).1
Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang
kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan
oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis
secara serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis
adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada bakteri
yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang
dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6
4
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam
sekitar 10 hari. 1
b). Keratokonjungtivitis Epidemika
Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata
saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada infeksi
dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh
fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea normal.
Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan
hyperemia konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva
sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti
parut datar atau pembentukan symblepharon. 1,3,4
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel terutama
terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan namun
menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1
Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata.
Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti
demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.
Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37
(subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam biakan
sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan
reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat
banyak neutrofil. 1
Penyebaran
atau
ulkus-ulkus
epithelial
yang
bercabang
banyak
(dendritik).
dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah
nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika
konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika
pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari
tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea,
jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan
pulasan Giemsa. Ditemukannya sel sel epithelial raksasa multinuclear
mempunyai nilai diagnostic.3
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain
kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan
biakan.3
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,
umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local
maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk
ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni
dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan
menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 10
hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali
sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes
setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep
acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg
lima kali sehari selama 7 hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah
pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.
7
a). Blefarokonjungtivitis
Molluscum Contagiosum
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat
menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior, dan
pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi radang yang
mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat,
berombak, putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat, adalah khas
molluscum kontagiosum. Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik,
yang memenuhi seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu
sisi.3
Eksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi memasukinya,
atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya.
b). Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster
Tanda dan gejala
Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi vesikuler khas
sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika adalah khas
herpes zoster. Konjungtivitisnya biasanya papiler, namun pernah ditemukan
folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer, yang kemudian berulserasi.
Limfonodus preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal penyakit. parut
pada palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah adalah sekuele. 1
Laboratorium
Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra mengandung sel
raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear; kerokan konjungtiva pada
varicella dan zoster mengandung sel raksasa dan monosit. Virus dapat diperoleh
dari biakan jaringan sel sel embrio manusia. 1
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika
diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan menghambat
penyakit. 1
c). Keratokonjungtivitis Morbilli
Tanda dan gejala
Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang dalam
beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa hari sebelum
erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan secret mukopurulen, dan saat
muncul erupsi kulit, timbul bercak-bercak Koplik pada konjungtiva dan kadangkadang pada carunculus. 1,3
Pada
pasien
imunokompeten,
keratokonjungtivitis
campak
hanya
meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada pasien kurang
gizi atau imunokompeten, penyakit mata ini seringkali disertai infeksi HSV atau
infeksi bacterial sekunder oleh S pneumonia, H influenza, dan organism lain.
Agen ini dapat menimbulkan konjungtivitis purulen yang disertai ulserasi kornea
dan penurunan penglihatan yang berat. Infeksi herpes dapat menimbulkan ulserasi
kornea berat dengan perforasi dan kehilangan penglihatan pada anak-anak kurang
gizi di Negara berkembang. 1,3
Kerokan konjungtivitis menunjukkan reaksi sel mononuclear, kecuali jika ada
pseudomembran atau infeksi sekunder. Sedian terpulas giemsa mengandung selsel raksasa. Karena tidak ada terapi spesifik, hanya tindakan penunjang saja yang
dilakukan, kecuali jika ada infeksi sekunder. 1
3. Konjungtivitis Alergi
1) Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)
- Tanda dan gejala
o Radang konjungtivitis non-spesifik ringan umumnya menyertai demam jerami
(rhinitis alergika). Bianya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput, bulu
hewan, dan lainnya. Pasien mengeluh tentang gatal-gatal, berair mata, mata
10
Diagnosis
Ditemukan adanya tanda-tanda radang konjungtiva
Ditemukan adanya giant papil pada konjungtiva palpebra superior
Ditemukan adanya tantras dot pada limbus kornea
Kadang disertai shield ulcer
Bersifat kumat-kumatan
Gejal danTanda :
Mata merah (biasanya rekuren)
Kadang disertai rasa gatal yang hebat
Adanya riwayat alergi
Adanya hipertrofi papil difus pada konjungtiva tersal terutama superior
Adanya penebalan limbus dengan tantras dot
Discharge mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder
- Terapi
Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin, ruangan
sejuk, lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical levokabastin,
11
antibiotic topikal
Dapat diberikan antihistamin sistemik.8
3) Konjungtivitis Atopik
dan
sering
mengalami
eksaserbasi
dan
remisi.
Seperti
keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah
berusia 50 tahun.
- Laboratorium
o Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat
sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1
- Terapi
o Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg
empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200
12
pada bayi baru lahir yang didapat ketika bayi melewati jalan lahir.
Penyebab
Berbagai organisme bisa menyebabkan infeksi mata pada bayi baru lahir, tetapi
infeksi bakteri yang berhubungan dengan proses persalinan, yang paling banyak
ditemukan dan berpotensi menyebabkan kerusakan mata adalah gonore (Neisseria
gonorrhea) dan klamidia (Chlamydia trachomatis). Virus yang bisa menyebabkan
konjungtivitis neonatorum dan kerusakan mata yang berat adalah virus herpes.
Virus ini juga bisa didapat ketika bayi melewati jalan lahir, tetapi konjungtivitis
herpes lebih jarang ditemukan. Organisme tersebut biasanya terdapat pada ibu
hamil akibat penyakit menular seksual (STD, sexually-transmitted disease). Pada
saat persalinan, ibu mungkin tidak memiliki gejala-gejala tetapi bakteri atau virus
mampu menyebabkan konjungtivitis pada bayi yang akan dilahirkan.
(purulen).
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Untuk
13
mata.
Terapi
Antibiotik dalam bentuk topikal (salep dan tetes mata), per-oral (melalui mulut)
maupun intravena (melalui pembuluh darah), semua bisa digunakan tergantung
kepada beratnya infeksi dan organisme penyebabnya. Kadang antibiotik oral dan
topikal digunakan secara bersamaan. Irigasi mata dengan larutan garam normal
5. Trakoma
- Definisi
Trakoma (Konjungtivitis granuler, Oftalmia Bangsa Mesir) adalah suatu infeksi
konjungtiva yang berlangsung lama dan disebabkan oleh bakteri Chlamydia
-
trachomatis.
Penyebab
Trakoma terjadi akibat infeksi oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
Masa inkubasi berlangsung selama 5-12 hari dan berawal sebagai kemerahan pada
mata, yang jika tidak diobati bisa menjadi penyakti kronis dan menyebabkan
pembentukan jaringan parut.
Trakoma ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah pedesaan di negaranegara berkembang.
Sering menyerang anak-anak.
Trakoma merupakan penyakit menular dan bisa ditularkan melalui:
- kontak tangan dengan mata
- sejenis lalat
atau
berbulan-bulan
lamanya
setelah
dihilangkan.
b. Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans
15
penyebabnya
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk ke
saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum
adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up,
dan berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut)
menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut
belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada
efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan
16
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
: GAD
Umur
: 22 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Lelateng
Pekerjaan
:17
Pendidikan
: Tamat SMA
Suku/Bangsa
: Bali
Agama
: Hindu
18
Riwayat Sosial :
Pasien sehari hari bekerja sebagai guru SD, dikatakan oleh pasien bahwa ada salah satu
rekan guru d SD tempat pasien bekerja menderita penyakit mata yang sama
3.3
Pemeriksaan Fisik
Status present
TD
: 110/80
Nadi
RR
: 20 x / menit reguler
Tax
: 36,5
Status generalis
Kepala
: Normochepali
Leher
Thorax
Cor
Paru
Abdomen
Ekstremitas
STATUS LOKALIS
I.PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
VOD Sc
: 6/6
Koreksi
:-
PH TD
VOS
19
Sc
: 6/6
Koreksi
:-
PH TD
II.PEMERIKSAAN OBJEKTIF
a.Inspeksi
OD
OS
Motilitas BM
Palpebra
normal
normal
Cilia
Trichiasis (-)
Trichiasis (-)
APP.lac
lacrimasi (+)
normal
Konjungtiva
IC (+),IS (-)
IC(-),IS(-)
Cornea
COA
Dalam
Iris
Rubeosis(-),sinekia(-)
Pupil
Lensa
Jernih
RINGKASAN
20
Anamnesa Khusus
Pemeriksaan Fisik
VOD : 6/6
VOS : 6/6
Conjungtiva
Diagnosa kerja
Diagnosa Banding
Terapi :
Gentamicyn ED
3 x 1 tts OD
Tetracaine ED3 x 1 tts OD
BAB IV
PEMBAHASAN
AKD, umur 22 tahun, perempuan datang dengan keluhan mata kanan merah dan gatal dirasakan
sejak kemarin, awalnya dirasakan seperti ngeres pada mata kanan dan dikucek oleh pasien
hingga mata tersebut menjadi merah. Os juga mengeluh silau dan keluar kotoran mata yang
banyak dan lengket saat bangun tidur. Penlihatan kabur, nyeri pada mata yang sakit, sakit kepala
disangkal pasien. Riwayat pemakaian kontak lens disangkal pasien. Pada pemeriksaan status
lokalis mata ditemukan injeksi konjungtiva pada okuli dekstra dan hipersekresi lakrimal pada
mata kiri. Dari gejala dan tanda yang dijabarkan diatas menunjukkan bahwa terjadi infeksi pada
lapisan konjungtiva, kemungkinan keratitis ataupun penyakit mata yang lebih profundus dapat
21
disingkirkan sebab pada kasus ini tidak ada penurunan tajam penglihatan. Penyebab dari
konjungtivitis yang dialami pasien kemungkinan adalah bakteri, hal ini ditunjukkan dengan
keluhan adanya kotoran mata yang banyak dan lengket saat baru bangun tidur yang merupakan
gejala khas infeksi bakteri.
Pengobatan pada kasus konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri adalah antibiotik tetes mata
yang berpedoman pada bakteri empiris penyebab konjungtivitis. Agen terbanyak dan tersering
yang menyebabkan konjungtivitis adalah golongan staphylococcus, dalah hal ini yaitu
staphylococcus aureus. Antibiotika tetes mata yang cocok dan tersedia di puskesmas yang efektif
terhadap agen ini adalah gentamicyn suatu golongan aminoglikosida yang bekerja dengan
dengan menghambat sintesi protein bakteri yaitu di subunit 30s dan mengacaukan susunan
protein sehingga membentuk stop kodon. Pembentukan stop kodon akan menyebabkan kematian
sel bakteri, sehingga gentamicyn tergolong antibiotik baktereosida. Pemberian dosis gentamicyn
sebagai tetes mata adalah 3x 2 tts, namun pemberian antibiotic tetes mata tunggal dapat
menyebabkan iritasi mata sehingga perlu penambahan tetes mata penyegar yang dalam kasus ini
diberikan tetes mata tetracaine yaitu air mata buatan yang diteteskan sebelum pemakaian
antibiotik, dosis pemberiannya yaitu 3x 2 tts.
BAB V
KESIMPULAN
Penyakit infeksi mata perlu mendapat pertolongan segera dan adekuat, agar tidak
mengganggu penglihatan terlalu lama atau tidak berakibat gangguan penglihatan terlalu lama
atau tidak berakibat gangguan penglihatan dan kebutaan.
Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat
berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai
kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning
kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna
merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air
mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah
konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai
22
kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul benjolan di
kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam
beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan memberikan larutan astringen
agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata
buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata.
Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati konjungtivitis
bakteri. Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi di bagian tubuh lain. Pada
konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres hangat di daerah mata untuk
meringankan gejala. Tablet atau tetes mata antihistamin cocok diberikan pada konjungtivitis
alergi. Selain itu, air mata buatan juga dapat diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus
melindungi mata dari paparan alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata.
Untuk konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan paparan dengan
benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti menggunakan lensa kontak. Selain itu
dapat diberikan tetes mata yang berfungsi untuk mengurangi peradangan dan rasa gatal di mata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
2. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
3. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 1998
4. www.dcmsonline.org, tentang conjunctivitis
5. www.eyepathologisyt.com/disease
6. www.aafp.org/afp//AFPprinter/980215ap/morrow.html
23
7. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta. 2002
8.
24