Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Saat ini banyak pengguna layanan yang sangat menuntut pelayanan prima di
instansi pelayanan publik, baik milik swasta maupun pemerintah. Pelayanan yang
bermutu merupakan kunci sukses dan dasar untuk membangun keberhasilan dan
kepercayaan pelanggan. Namun saat ini, sebagian besar organisasi hanya berorientasi
pada sisi teknis kinerja instansi dan hanya meluangkan waktu sangat minim bagi sisi
kemanusiaan. Berinteraksi dengan pelanggan secara efektif membutuhkan berbagai
prinsip, metode, serta keahlian yang perlu dikenali, dipelajari, dan diterapkan. Sikap
dan keahlian akan menentukan bentuk pelayanan pelanggan yang bermutu (quality
customer service).
Puskesmas sebagai salah satu institusi pelayanan publik memegang peranan
penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas dituntut untuk
dapat melayani masyarakat, dapat berkembang dan mandiri serta harus mampu
memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat. Semakin
tingginya tuntutan bagi Puskesmas untuk meningkatkan pelayanannya, banyak
permasalahan yang muncul terkait dengan terbatasnya anggaran yang tersedia bagi
operasional Puskesmas, alur birokrasi yang terlalu panjang dalam proses pencairan
dana, aturan pengelolaan keuangan yang menghambat kelancaran pelayanan dan
sulitnya untuk mengukur kinerja.
Lebih lanjut Puskemas sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
berpeluang untuk dapat meningkatkan pelayanannya ke masyarakat. Puskesmas akan
mengelola sendiri keuangannya, tanpa memiliki ketergantungan operasional ke
Pemerintah Daerah (Pemda). Puskesmas dengan status BLUD seperti yang tertuang
dalam Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Dalam hal ini, layanan kesehatan diberikan
keleluasaan dalam konteks mengelola baik dari sisi sumber daya manusia (SDM)
hingga penganggaran. Demi memberikan pelayanan yang lebih maksimal terhadap
masyarakat, maka perubahan Puskesmas menjadi BLUD bukan tidak mungkin untuk
diwujudkan. Melalui konsep pola pengelolaan keuangan BLUD ini, Puskesmas
diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme, mendorong enterpreneureship,
transparansi, dan akuntabilitas dalam rangka pelayanan publik, sesuai dengan tiga
pilar yang diharapkan dari pelaksanaan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) BLUD ini,
umum
dan
mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
Kemudian
serta
dikelola
dan
dimanfaatkan
sepenuhnya
untuk
dikelompokkan
menurut
jenisnya
BLU
terbagi
menjadi 3
kelompok, yaitu:
1)
BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah sakit,
2)
3)
2)
3)
yang
ditetapkan
oleh
menteri/pimpinan
Fokus
pada
jenis
pelayanan,
dalam
arti
mengutamakan
kegiatan
b) Pengelolaan Keuangan
Adanya desentralisasi dan otonomi daerah dengan berlakunya UU tentang
Pemerintahan Daerah (UU No. 32 Tahun 2004, terakhir diubah dengan UU
No. 12 Tahun 2008), UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah, serta Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Umum Penyusunan
khususnya
dalam
pengelolaan
keuangan
maupun
perubahan
menjadi
BLU.
Perubahan
ini
berimbas
pada
dari
indikator
input,
indikator
proses
dan
indikator
output,
nirlaba
(PSAK
No.
45)
dan
menyanggupi
untuk laporan
posisi keuangan);
mengetahui perubahan aktiva bersih (disajikan dalam bentuk laporan
aktivitas).
dimaksud
TAHAP 2
ANALISIS
TAHAP 3
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
pengumpulan
semua
informasi
yang
berpengaruh
terhadap
3)
E. Analisis SWOT
Salah satu alat analisis yang cukup banyak digunakan adalah matrik SWOT.
Analisa SWOT merupakan proses menganalisis organisasi dan lingkungannya
berdasarkan pada faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang didalamnya
mencakup analisa lingkungan eksternal untuk melihat apa saja peluang dan ancaman
dan analisa lingkungan internal untuk melihat apa saja kekuatan dan kelemahan
perusahaan (Ahmed et al., 2006).
Penjabaran lebih detail dari masing masing komponen di atas adalah sebagai
berikut:
a)
b)
c)
d)
Ancaman (Threat) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya daya
tawar pemeli atau pemasok dapat menjadi ancaman keberhasilan perusahaan.
Analisis SWOT dimulai dengan mengidentifikasi, menganalisis dan mendiagnosis
keadaan di luar perusahaan. Hal ini penting agar pimpinan perusahaan dapat
mengetahui dan memaksimalkan kekuatan dan peluang yang berasal dari lingkungan
eksternal perusahaan. Langkas selanjutnya adalah melakukan analisis factor strategis
internal pada dasarnya merupakan usaha mawas diri menghadapi persaingan dalam
lingkungan bisnis.
F. Analisis Matrik Internal-Eksternal (IE)
Alat analisis ini digunakan untuk mengukur besarnya peluang atau ancaman yang
dihadapi perusahaan dalam suatu industri dan juga untuk menilai seberapa besar faktor
kekuatan atau kelemahan bisnis yang dimiliki perusahaan.
Bobot
Rating
Bobot x Rating
Intepretasi
Bobot
Rating
Bobot x Rating
Intepretasi
SEDANG
1
2
3
Pertumbuhan Pertumbuhan
Penciutan
Konsentrasi melalui
Konsentrasi
integrasimelalui
vertikalintegrasi horizontal
KUAT
Turn Around
3
5
6
Pertumbuhan
Penciutan
Konsentrasi melalui integrasi horizontal stabilitas Hati-hati
IFE
4
Stabilitas
Hati-hati
SEDANG
divestasi
7
8
9
Pertumbuhan Pertumbuhan
Likuidasi
Diversifikasi konsentrik
Diversifikasi konglomerat
Bangkrut atau pailit
LEMAH
Diagram tersebut dapat mengidentifikasi sembilan sel strategi perusahaan, tetapi
pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama,
yaitu:
1. Tumbuh dan Bina, yaitu sel 1, 2, dan 4. Strategi yang digunakan adalah strategi
intensif. Dalam strategi ini tindakan yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar,
yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa yang sudah
ada sekarang, lewat usaha pemasaran yang lebih gencar. Atau melakukan
pengembangan
pasar
dalam
dapat
dilakukan
adalah
dengan
kondisi
perusahaan
berada
dalam
pertumbuhan
cepat
dan
terdapat
secara eksternal dengan menggunakan sumber daya dari luar. Jika perusahaan
tersebut memilih strategi diversifikasi, perusahaan dapat tumbuh melalui
konsentrasi
atau
diversifikasi
konglomerat,
baik
secara
internal
melalui
kekuatan
bisnisnya,
perusahaan
harus
melakukan
upaya
perusahaan
dengan
cara
membangun
di
lokasi
lain
dan
meningkatkan jenis produk serta jasa. Jika perusahaan tersebut berada dalam
industri yang sangat menarik (sel 2), tujuannya adalah untuk meningkatkan
penjualan dan keuntungan. Sementara jika perusahaan ini berada dalam
moderate
attractive
industry,strategi
adalah
untuk
yang
diterapkan
menghindari
adalah
konsolidasi
kehilangan keuntungan.
5. Diversifikasi Konsentris (sel 7)
Strategi pertahankan dan pelihara melalui diversifikasi konsetris umumnya
dilakukan oleh perusahaan dengan posisi kompetitif sangat kuat tetapi nilai daya
tarik pasar rendah. Perusahaan tersebut berusaha memanfaatkan kekuatannya
untuk membuat produk baru secara efisien karena perusahaan sudah memiliki
kemampuan produksi dan pemasaran yang baik. Prinsipnya adalah menciptakan
sinergi dengan harapan bahwa dua bisnis secara bersama dapat menciptakan
lebih banyak keuntungan daripada jika melakukannya sendiri-sendiri.
6. Diversifikasi Konglomerat (Sel 3 dan 5)
Strategi pertahankan dan pelihara melalui kegiatan bisnis yang tidak saling
berhubungan dapat dilakukan jika perusahaan memiliki posisi kompetitif yang
tidak begitu kuat dan nilai daya tarik industri sangat rendah. Kedua faktor
tersebut memaksa perusahaan melakukan usahanya ke dalam perusahaan
lain. Tetapi pada saat pemisahan tersebut mencapai tahap matang, perusahaan
yang hanya memiliki posisi kompetitif rata-rata cenderung akan menurun
kinerjanya. Untuk itu strategi diversifikasi konglomerat sangat diperlukan.
G. Gambaran Umum Badan Layanan Umum Puskesmas
Badan Layanan Umum Daerah atau disingkat BLUD adalah Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di
lingkungan pemerintah daerah di Indonesia yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah, dengan status
hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah. Berbeda dengan SKPD pada umumnya,
pola pengelolaan keuangan BLUD memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat, seperti pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan
daerah pada umumnya. Sebuah satuan kerja atau unit kerja dapat ditingkatkan
statusnya sebagai BLUD.
Praktek
bisnis
yang
sehat
adalah
penyelenggaraan
fungsi
organisasi
satuan
kerja
instansi
pemerintah
dapat
tujuan
meningkatkan
administratif
terpenuhi
apabila
instansi
pemerintah
yang
2)
3)
4)
5)
6)
Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil
dan/atau tenaga profesional nonpegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU.
Dengan pola pengelolaan keuangan BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka
pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan
kas, dan pengadaan barang/jasa. Kepada BLU juga diberikan kesempatan untuk
mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta kesempatan pemberian imbalan
jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Tetapi sebagai pengimbang, BLU
dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan penganggarannya, serta dalam
pertanggungjawabannya.
Dalam Peraturan Pemerintah ini, BLU wajib menghitung harga pokok dari
layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan oleh menteri teknis
pembina. Demikian
pula
dalam
dilaporkan
dan
dikonsolidasikan
dalam
pertanggungjawaban
APBN/APBD.
Sehubungan dengan privilese yang diberikan dan tuntutan khusus yang
diharapkan dari BLU, keberadaannya harus diseleksi dengan tata kelola khusus.
Untuk itu, menteri/pimpinan lembaga/satuan kerja dinas terkait diberi kewajiban untuk
membina aspek teknis BLU, sementara Menteri Keuangan/PPKD berfungsi sebagai
pembina di bidang pengelolaan keuangan. Pola BLU tersedia untuk diterapkan oleh
setiap instansi pemerintah yang secara fungsional menyelenggarakan kegiatan yang
bersifat operasional. Instansi dimaksud dapat berasal dari dan berkedudukan pada
berbagai jenjang eselon atau non eselon. Sehubungan dengan itu, organisasi dan
struktur instansi pemerintah yang berkehendak menerapkan PPK-BLU kemungkinan
memerlukan penyesuaian dengan memperhatikan ketentuan yang
diatur
dalam
Peraturan Pemerintah.
Dengan demikian, BLU diharapkan tidak sekedar sebagai format baru dalam
pengelolaan APBN/APBD, tetapi BLU diharapkan untuk menyuburkan pewadahan
baru bagi pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan
pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Asas BLU yang lainnya adalah:
1)
2)
3)
4)
sebagai
BLU,diberikan
kebebasan
dalam
meningkatkan
maupun pengembangan,
tergantung kemampuan sumber daya manusia dan sumber daya material. Berikut
Program Pokok yang dijalankan masing-masing Puskesmas di kabupaten Cianjur
adalah upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan, dan jejaring dan
penunjang .
1) Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib memiliki 6 (enam) upaya pelayanan yaitu :
(1) Promosi Kesehatan, dengan sub upaya meliputi :
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
JPKM / JKBM
UKBM dan PSM.
d)Desa Siaga.
(2) Kesehatan Lingkungan, dengan sub upaya meliputi :
Pengawasan kualitas air dan lingkungan pemukiman.
Pengawasan tempat umum dan pengolahan makanan/Minuman.
Klinik Sanitasi.
Monitoring dan evaluasi Bali sehat / Indonesia Sehat.
Pengelolaan Limbah UPT Kesmas Sukawati I .
(3) KIA dan KB, dengan sub upaya meliputi :
Kesehatan Ibu.
Keluarga Berencana.
Kesehatan Anak.
Kesehatan Reproduksi.
(4) Gizi Masyarakat, dengan sub upaya meliputi :
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGK).