PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan
wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru-paru yang
mengejutkan. American Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus
baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju
sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun,
sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker
Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker
payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi
pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar
peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (5%), life time risk 1:13 dan
pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang
lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 65 tahun.
Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker paru
dengan kasus pada tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru
melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitatif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana konsep dasar teori kanker paru ?
1.2.2 Bagaimana konsep dasar askep pada kanker paru?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum:
Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
Tujuan Khusus:
Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi dari penyakit kanker paru
Menjelaskan Stadium dan klasifikasi dan manifestasi klinis kanker paru
Menjelaskan pemeriksaan diagnostik,metastase dan penatalaksanaan pada kanker
paru
BAB II
PEMBAHASAN
Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu
85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan
kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru
pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap
setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
b.
Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan
risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orangorang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker
paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
2
c.
Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya
dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti
statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat
dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka
dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa
kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat
pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi.
Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok)
adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
d.
e.
Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin,
2006).
f.
Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa
mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam
timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen
(termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor
(termasuk gen rb, p53,dan CDKN2) (Wilson, 2005).
g.
Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko
empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok
dihilangkan (Stoppler, 2010).
Laki-laki
Usia lebih dari 40 tahun
Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
Radon dan asbes
Lingkungan industri tertentu
Zat kimia, seperti arsenic
Beberapa zat kimia organic
Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
Polusi udara
Kekurangan vitamin A dan C
b.
Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung
mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan
kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis
interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium
dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.
c.
Karsinoma bronkoalveolus
4
e.
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila
sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
1.
2.
Invasi local :
Nyeri dada
3.
4.
Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis
Kelainan berupa nodul soliter
1.
Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi
pada bronkus.
2.
Gejala umum.
a.
Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai
sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana
dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b.
Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
c.
SEL
NORMAL
LINGKUNGAN:
Bahan kimia,
penyinaran berlebih,
merokok, polusi
udara
MAKANAN
PSIKOLOGI :
Kepribadian dan stress
BIOLOGI :
Virus, hormon,
keturunan, iritasi fisik
ESOFAGUS
GASTER
PARU -PARU
COLON
PARU - PARU
PROSTAT
SERVIKS
DL
L
Diferensiasi
KANKER PARU
KARSINOMA SEL
SKUAMOSA
Berkaitan dengan asap
rokok serta toksin
lingkungan, biasanya
terletak di hillus,
berasal dari epitel
bronkus.
ADENOKARSINOMA
:Berasal dari kelenjar
paru, biasa terjadi di
bagian perifer bronkus,
termasuk alveoli.
KARSINOMA
SEL BESAR :
KARSINOMA
SEL :
Terjadi di jaringan
paru perifer dan
meluas ke paru
Terjadi disekitar
percabangan utama
bronkhi
MK : BERSIHAN JALAN
NAFAS TIDAK EFEKTIF.
Metastase
sel kanker
ke jantung
Metastasis
sel kanker
ke otak
Invasi sel
kanker ke
kerongkongan
9
Persebaran
hematogen
sel kanker ke
tulang
Penumpu
kan
cairan di
rongga
perikard
CO
menurun
T&G :
Pucat,
sianosis
MK :
Penurunan
curah
jantung
Lesi di
otak
Gangguan
menelan
Penurunan
fungsi
serebral
T&G :
Nafsu
makan
menurun
disorientasi
T&G:
Penurunan
kesadaran
MK : nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Nyeri tulang
T&G : Mati
rasa, lemas
MK :
intoleransi
aktifitas
MK :
Gangguan
persepsi
sensori
Staging kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis Kanker paru, apakah SLCC
atau NSLCC. Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan terapi yang harus segera
diberikan pada pasien. Staging berdasarkan ukuran dan lokasi : tumor primer,
keterlibatan organ dalam dada/ dinding dada (T), penyebaran kalenjer getah bening (N),
atau penyebaran jauh (M).
Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :
a.
b.
Stadium I
Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar
ke kalenjer getah bening sekitarnya.
Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer getah bening
di dekatnya.
Stadium III
Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya, seperti
dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah bening di sisi yang sama
ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
11
Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang sama,
atau di paru-paru yang lain. Sel sel Kanker telah menyebar juga ke organ tubuh
lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati dan tulang.
2.9 METASTASE
Deteksi anak sebar (metastasis) pada kanker paru
Deteksi anak sebar kanker jauh (metastasis jauh) merupakan tahapan yang penting pada
penatalaksanaan pasien kanker paru, karena biasanya akan merubah pengobatan pada
pasien kanker paru. Pada pasien yang sudah terjadi metastasis jauh, maka operasi
pengangkatan tumor tidak dapat dilakukan. Metastasis dapat terjadi pada sekitar 50%
pasien kanker paru jenis NSCLC. Apabila secara klinis diduga sudah terjadi metastasis
jauh, maka perlu dilakukan pemeriksaan pencitraan pada lokasi yang dicurigai.
Pencitraan ini dapat dilakukan dengan menggunakan CT atau MRI untuk daerah otak,
dan sidik tulang untuk mendeteksi metastasis di tulang. Biasanya organ-organ tersebut
tidak dilakukan pemeriksaan pada pasien yang tanpa keluhan.
Kemungkinan untuk terjadinya metastasis paling tinggi pada kanker paru jenis SCLC,
yang dapat terjadi pada 60-80% pasien, dan paling rendah pada kanker sel skuamosa;
angka kejadiannya meningkat seiring dengan meningkatnya stadium. Pola ini tidak dapat
jelas terlihat pada kanker paru jenis yang lain. Adenokarsinoma cenderung sudah
menyebar ke otak dan kelenjar adrenal pada stadium awal.
Metastasis Otak
Kanker paru jenis SCLC dan adenokarsinoma merupakan kanker paru yang
sering menyebar ke otak. Terdapat lesi di otak menyebabkan penurunan fungsi
serebral, penuunan fungsi serebral dapat mengakibatkan disorientasi kemudian pasien
akan menunjukan gejala penurunan kesadaran. MRI lebih superior dibandingkan CT
scan terutama dalam memberikan gambaran anatomi otak di fossa posterior yang
berdekatan dengan dasar tengkorak. Pada pasien kanker paru dengan jenis NSCLC,
pencitraan otak tidak rutin dilakukan pada pasien tanpa gejala karena angka kejadian
untuk metastasis otak pada pasien tersebut hanya 2-4%.
Metastasis Tulang
Penyebaran hematogen kanker paru ke tulang menyebabkan nyeri tulang.
Sidik tulang dengan menggunakan radioisotop Tc-99m dapat dilakukan di bagian
kedokteran nuklir dan diindikasikan untuk pasien dengan keluhan nyeri tulang.
12
Pemeriksaan ini memiliki nilai sensitivitas hingga 95% untuk mendeteksi metastasis,
akan tetapi juga memiliki nilai positif palsu yang juga tinggi. Positif palsu ini
biasanya dapat disebabkan oleh penyakit degeneratif dan trauma. Sehingga
pemeriksaan ini perlu dikombinasikan dengan pencitraan anatomi. Namun terkadang
ditemukan perbedaan hasil antara sidik tulang dengan radiologi karena sidik tulang
sudah dapat mendeteksi sebelum terjadi 30% kerusakan pada tulang, sedangkan
pencitraan radiologi baru dapat mendeteksi setelah terjadi > 30% kerusakan pada
tulang.
Metastasis di tulang belakang dapat menyebabkan kompresi pada medula spinalis.
Pada pasien tanpa keluhan, sidik tulang hanya dapat mendeteksi 5% metastasis tulang,
sehingga pemeriksaan ini tidak disarankan untuk rutin digunakan sebelum operasi.
2.10 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Radiologi.
Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara
pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2.
Laboratorium.
3.
Histopatologi.
Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya
karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
13
Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4.
Pencitraan.
Kuratif
14
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b)
Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c)
d)
Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi
darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001
dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
e)
Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru
paru yang tidak terkena kanker.
f)
Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
g)
Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satu atau lebih segmen paru.
j)
Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru berbentuk baji
(potongan es).
k)
Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris)
l)
Radiasi
15
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
m) Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PARU
3.1 PENGKAJIAN
16
1.
Anamnesis
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk diagnosis
tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit kanker paru.
Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur darah, sesak nafas
dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun,
dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin,
keniasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter
paru.
2.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan
bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda
obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.
3.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
4.
a.
Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan
pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas.
b.
Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organorgan lainnya.
c.
Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan
tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk
kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar
getah bening, dan metastasis ke organ lain.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer. Pada
pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan dinding
toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak
hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke
dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat
mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan.
5.
Sitologi
17
Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk
bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik
mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan
lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di
perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.
7.
Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor
pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan radiologi
untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa tumor.
Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks
yang berdekatan dengan tumor.
8.
Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan
histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan
mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak. Pengambilan jaringan dapat juga
dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang
dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada
DX.
N
KEPERAWA
O
TAN
1 Bersihan jalan
. nafas tidak
efektif b/d
TUJUAN
&
KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)
(NOC)
Setelah dilakukan
Bantu pasien
tindakan
dengan/intrusikan
keperawatan 3x24
untuk nafas dalam
18
RASIONAL
-Posisi duduk
memungkinkan ekstens
paru maksimal dan
adanya eksudat
di alveolus
jam diharapkan
mampu
mempertahankan
kebersihan jalan
nafas dengan
kriteria:
penekanan menguatkan
upaya atuk untuk
memobilisasi dan
membuang sekret.
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernapas dengan
mudah)
-Penghisapan rutin
meningkatkan risiko
hipoksemia dan kerusakan
mukosa. Penghisapan
trakeal dalam secara
umum kontraindikasi
Pada pasien
pneumonektomi untuk
menurunkan risiko ruptur
jahitan bonkial.
Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(frekuensi
pernafasan rentang
normal, tidak ada
suara nafas
abnormal)
Berikan bronkodilator,
ekspektoran, dan/atau
analgesik sesuai indikasi
Menghilangkan spasme
bronkus unuk
memperbaiki alira udara.
-Mampu
mengidentifikasi
dan mencegah faktor
yang dapat
menghambat jalan
nafas
2
.
Penurunan
curah jantung
b.d perubahan
frekuensi
Setelah dilakukan
tindakan
-Biasanyaterjaditakikardi
(meskipunpadasaatistirahat
)
untukkompensasipenurun
ankontraktilitasventrikuler
telementri )
irama
3
.
Gangguan
persepsi
sensori b.d
kerusakan
syaraf pusat
sensori
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
kerusakan pusat
sensori dapat
diatasidengan KH
sebagaiberikut :
1.Trauma spinal
dapat dikurangi
atau stabil.
2.Komplikasi dapat
dicegah atau
dikontrol.
3.Pasien mulai
menerima
Pucatmenunjukkanmenur
unnyaperfusiperifersekun
derterhadaptidakadekuatn
yacurahjantung,
vasokonstriksi, dan
anemia.
1.Pasien mungkin tidak
merasa nyeri atau tidak
sadar tentang posisi
tubuh.
2.Bantu pasien
mengenali dan
mengkompensasi
perubahan sensasi.
2.Dapat membantu
menurukan ansietas
tentang ketidaktahuan
dan mencegah cidera.
3.Berikan rangsangan
taktil sentuh pasien
pada area dengan
sensori utuh misal :
bahu,wajah,kepala.
3.Menyentuh
menyampaikan perhatian
dan memenuhi
kebutuhan fisiologis dan
psikologis normal.
20
kenyataan yang
ada.
4.Keadaan
penyakit
,prognosis obatobatan atau
komplikasi yang
mungkin terjadi
dapat dipahami.
4
.
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d
gangguan
menelan
Intoleransi
aktifitas b.d
nyeri
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 1x24
jam klien memiliki
kriteria hasil :
-klien menghabiskan
setengah porsi
makanan
-BB stabil
-klien mengalami
peningkatan nafsu
makan
4.Menurukan kelebihaan
beban
sensori,meningkatkan
koping.
5.Perhatikan adanya
respon emosional
berlebihan.
5.Indikasi kerusakan
traktus sensori dan atau
stress psikologis
memerulakan pengkajian
dan intervensi lanjut
-dengan pengetahua yang
baik akan memotivasi
untuk meningkatkan
pemenuhan nutrisi
-jelaskan pentingnya
makanan bagi proses
penyembuhan
-beri diet yang sesuai
-berikan makanan
dengan jumlah kecil tapi
sering
-evaluasi respon pasien
terhadap aktfitas, catat
laporan dispnea,
perubahan tanda vital
sebelum dan sesudah
aktifitas
-meningkatkan selera
makan klien
-jelaska pentingnya
istirahat
-tirah baring
dipertahankan selama
fase akut, menghemat
energi, pembatasan
aktivitas.
-bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan
-meminimalkan kelelahan
dan membatu
keseimbangan suplai dan
21
-menetapkan kemampuan/
kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan
intervensi
kebutuha oksigen
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus. Beberapa faktor dapat menjadi penyebab terjadinya kanker paru.Kanker
paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan kanker
paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk
menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah
epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.Dari
etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang
dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen.kanker paru memiliki tanda
dan gejala seperti batuk darah, sesak nafas, dan nyeri dada. Kanker paru dapat
bermetastase ke jantung, otak, esofagus, dan tulang rangka.
4.2 SARAN
Menerapkan pola hidup sehat, mengenali tanda dan gejala kanker paru serta
penatalaksanaan yang tepat terhadap kanker paru.
23
DAFTAR PUSTAKA
24