Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PREEKLAMSIA BERAT
Oleh :
0910313212
Preseptor :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi dalam kehamilan disertai proteinuria
setelah usia gestasi 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat juga timbul
sebelum usia kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblast.
Dahulu adanya edema merupakan gejala penting dari preeklamsia. Namun
sekarang, untuk menegakkan diagnosis preeklamsia gejala tersebut tidak harus ada. Di
Indonesia eklamsia ( di samping penyakit infeksi ) masih merupakan sebab utama
kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini
preeklamsia, yang merupakan tingkat pendahuluan eklamsia dan penanganannya perlu
segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Jadi jelas bahwa
pemeriksaan antenatal yang teratur dan rutin sangat perlu untuk mencari tanda tanda
preeklamsia.
Komponen hipertensi pada penyakit ini adalah bila tekanan darah sistolik 140
mmHg, atau bila tekanan darah diastolik 90 mmHg pada wanita yang biasanya
memiliki tekanan darah yang normal sebelum hamil. Diagnosa preeklamsia memerlukan
paling sedikit 2 kali pemeriksaan tekanan darah yang abnormal, yang diukur sedikitnya
dalam selang waktu 6 jam.
Proteinuria timbul bila konsentrasi protein urin menunjukkan nilai > 300 mg
selama 24 jam. Pengumpulan urin 24 jam merupakan pemeriksaan yang penting untuk
menegakkan diagnosa preeklamsia. Namun bila pemeriksaan tidak mungkin dilakukan,
maka kadar 30 mg/dL ( sedikitnya +1 pada tes dipstick ) dalam sedikitnya 2 kali
pemeriksaan sample urin secara acak, dengan jarak masing masing 6 jam, dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosa preeklamsia.
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini hanya terbatas pada definisi, epidemiologi etiologi, patogenesis,
diagnosis, talaksana, dan komplikasi dari preeklamsia berat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Preeklamsia dapat diklasifikasikan menjadi preeklamsia ringan dan berat.
Preeklamsia berat sering dihubungkan dengan oliguria, gangguan serebral atau visual,
edema paru atau sianosis, nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas abdomen, gangguan
fungsi hati, trombositopenia, atau gangguan pertumbuhan janin. Pada preeklamsia ringan,
terdapat hipertensi dan proteinuria, tapi tidak terlalu menonjol dan pasien juga tidak
menunjukkan adanya disfungsi organ organ yang lain.
2.1
Definisi
Preeklamsia ialah patologi kehamilan yang ditandai dengan trias hipertensi,
edema dan proteinuria yang terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai segera
setelah persalinan.
2.2
Epidemiologi
Di USA preeklamsia terjadi sekitar 6 8 % dari seluruh kehamilan. Rata rata
eklamsia adalah 0,05 %. Preeklamsia berhubungan dengan angka rata rata morbiditi
dan mortaliti perinatal yang tinggi. Preeklamsia adalah penyebab kematian maternal
tertinggi kedua, sekitar 12 18 % dari kehamilan yang berhubungan dengan kematian
maternal. Wanita berkulit hitam mempunyai resiko relatif 2 kali lebih besar untuk
preeklamsia dibandingkan wanita berkulit putih sedangkan wanita yang lebih muda
mempunyai resiko relatif 3 kali lebih besar untuk preeklamsia dibandingkan wanita yang
lebih tua.
Pre-eklampsia adalah penyakit yang umumnya ditemukan pada primigravida dan
usia ibu yang ekstrim. Gangguan hipertensi mengenai hampir 8% gestasi dan preeklampsia mengenai sekitar 5-7% kehamilan, dengan insiden 23,6 kasus per 1000
kelahiran di Amerika serikat, di Singapura 0,13-6,6%, sedangkan di Indonesia 3,4-8,5%.
Dari penelitian tahun 1980 didapatkan kasus pre-eklampsia 4,78%. Pre-eklampsia dan
eklampsia menyebabkan 90% kematian ibu hamil di negara berkembang. Sekitar 15%
kelahiran prematur diindikasikan karena pre-eklampsia. Selain itu, data tahun 1990-1999
diagnosis
dan
pencatatan
yang
kurang
baik
menyebabkan
sulitnya
Etiologi
Apa yang menjadi penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui. Telah
terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan
tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Penelitian terbaru
menggunakan faktor faktor resiko yang ada untuk mengembangkan teori mengenai
penyebab preeklamsia yang sebenarnya. Faktor faktor tersebut diantaranya :
Resiko relatif 4 kali lebih besar pada anak perempuan atau saudara perempuan
dari wanita yang pernah mengalami preeklamsia.
Resiko relatif 3 kali lebih besar pada wanita hamil pada usia muda
- Nuliparitas 85 % kasus preeklamsia terjadi pada wanita primigravida
- Kehamilan kembar ( gemelli )
2.4
Patofisiologi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyebab preeklamsia belum
diketahui. Sampai sekarang banyak teori yang telah dikemukakan, namun belum ada
5
yang dapat menjelaskan secara lengkap terjadinya gejala gajala yang ada pada
preeklamsia.
Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal berikut ini :
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, dan mola
hidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus.
4. Sebab jarangnya terjadi eklamsia pada kehamilan berikutnya.
Hilangnya
gejala
preEklamsia
setelah
lahirnya
plasenta,
menunjukkan
kemungkinan bahwa plasenta memiliki peranan utama pada kondisi ini. Ditambah lagi,
wanita yang mengalami peningkatan jaringan plasenta saat hamil, seperti pada mola
hidatidosa dan kehamilan kembar, menunjukkan peningkatan prevalensi terjadinya
preeklamsia. Bahkan, adanya hipertensi dan proteinuri setelah usia kehamilan 20 minggu
harus dicari kemungkinan adanya kehamilan mola, karena ia meningkatan kemungkinan
bertambahnya jaringan plasenta yang dapat menyebabkan timbulnya gejala preeklamsia.
Penyebab lainnya antara lain penghentian obat atau kelainan kromosom pada janin
( misalnya : trisomi ).
Beberapa teori telah dikemukakan sebagai upaya untuk menerangkan terjadinya
preeklamsia. Sebuah teori menyatakan bahwa gejala pereeklamsia timbul akibat adanya
peningkatan jumlah sirkulasi mediator aktif pada kehamilan. Misalnya, peningkatan
kadar angiotensin II selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya spasme pembuluh
darah. Teori kedua menyatakan bahwa gangguan perkembangan plasenta menyebabkan
disfungsi endotel pembuluh darah plasenta dan insufisiensi uteroplasental. Disfungsi
endotel pembuluh darah menyebabkan peningkatan permeabilitas, hiperkoagulabilitas,
vasospasme yang luas. Teori lainnya menyatakan bahwa peningkatan cardiac output
selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya preeklamsia. Peningkatan tekanan dan
aliran darah mengakibatkan dilatasi kapiler, yang dapat merusak organ organ, yang
berakhir pada terjadinya hipertensi, proteinuria, dan edema.
Teori lain yang diajukan berdasarkan penelitian epidemiologi, menunjukkan
adanya peranan penting dari faktor genetik dan imunologik. Peningkatan prevalensi juga
sklerosis
arteriol.
Biopsi
plasenta
dari
wanita
pre-eklampsia
Gambaran Klinik
Biasanya tanda preeklamsi timbul dalam urutan: pertambahan berat badan yang
diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada preeklamsia berat ditemukan
gejala subyektif separti sakit kepala daerah frontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di
daerah epigastrium, penurunan jumlah urin, mual, dan muntah.
10
Tekanan darah meningkat karena adanya spasmus pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Dengan biopsi ginjal, Altchek dkk (1968Z) menemukan
spasmus yang hebat pada arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus lumen
arteriola begitu kecilnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah.
Bila dianggap bahwa spasmus arteriola juga ditemukan di seluruh tubuh, maka
mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat nampaknya merupakan
usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer, agar oksigenasi jaringan dapat
dipenuhi.
Jika tidak ada penyakit ginjal yang mendasari maka setelah satu minggu
persalinan, proteinuria dan hipertensi membaik.
2.6
Pemeriksaan Fisik
dan eklamsia dapat dihindarkan dengan mengenal dan menangani penyakit tersebut
dengan baik.
2.7
baru dan proteinuria setelah minggu 20 gestasi. Edema dan peningatan tekanan darah
diatas rata-rata tekanan darah pasien bukan merupakan kriteria diagnosis lagi. Preeklampsia berat diindikasikan dengan adanya peningkatan tekanan darah dan proteinuria
yang besar disertai adanya oliguria, gangguan serebral dan penglihatan dan edema
pulmoner atau sianosis.
Pemeriksaan fisik
Tekanan darah harus diperiksa setiap asuhan prenatal. Pemeriksaan dilakukan
setelah istirahat 10 menit atau lebih. Pemeriksaan tinggi fundus uteri untuk melihat
retardasi atau oligohidramion. Peningkatan edema fasial dan peningkatan berat badan
yang cepat harus dicatat.
Laboratorium
Penilaian asam urat kurang sensitif dan spesifik untuk diagnosis tetapi dapat
menunjukkan kemungkinan hipertensi kronik. Pemeriksaan laboratorium dasar harus
dilakukan pada awal kehamilan wanita dengan resiko pre-eklampsia yang termasuk
pemeriksaan fungsi hati, trombosit, kreatinin dan urinalisis 24 jam untuk menilai kadar
protein. Saat diagnosis sudah ditegakkan pemeriksaan lanjutan harus dilakukan.
13
Pretibial
Umum
<0,5
0,5-2
2-5
>5
Nil
++
+++
Sistolik
<140
140-160
160-180
>180
Diastolik
< 90
90-100
100-110
>110
14
Uji Diagnostik:
1. Uji diagnostik dasar:
-
Pemeriksaan edema
Pemeriksaan funduskopik
Pemeriksaan
fungsi
hati
bilirubin,
protein
asam,
aspartat
4. USG
Untuk melihat perkumbangan fetus. Selain itu, pada wanita yang menunjukkan
gejala dan tanda preeklamsia pada usia kehamilan > 20 minggu, sebaiknya
dilakukan pemeriksaaan dengan USG untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
kehamilan mola.
5. Kardiotokografi.
2.8
Penatalaksanaan
Persalinan tetap merupakan terapi utama untuk pre-eklampsia. Walaupun perlu
dipertimbangan resiko ibu dan janin untuk menentukan waktu persalinan. Jika mungkin
persalinan pervaginam lebih dipilih dibandingkan persalinan cesaer untuk mengurangi
stress fisiologis. Partus spontan dihindari karena tenaga mengedan dapat memicu
perdarahan pembuluh darah otak. Oleh karena itu, kelahiran perlu penggunaan bantuan
ekstraktor cunam atau vakum diperbolehkan apabila memenuhi syarat dan tekanan darah
sudah terkontrol. Jika harus dilakukan persalinan cesaer dipilih anastesi regional, namun
15
jika terdapat koagulopati anestesi regional merupakan kontraindikasi. Wanita dengan preeklampsia dan kehamilan preterm persalinan dapat ditunda terlebih dahulu dan pasien
dirawat jalan dengan pengawasan ketat ibu dan janin. Pada ibu yang tidak patuh, sulit
akses kesehatan, atau dengan pre-eklampsia berat atau progresif harus dirawat.
Pertimbangkan rawat inap jika tekanan darah sistolik 160 mmHg, atau tekanan
darah diastolik 100 mmHg, atau hipertensi dan protinuria +, atau jika terdapat
gejala nyeri perut dengan hipertensi +/- proteinuria.
2.
Awasi tekanan darah, edema, gejala, fundus optik, refleks +/- klonus, urinalisis
untuk protein, volume urin, balans cairan.
3.
4.
Prinsip tatalaksana:
a.
Obati hipertensi jika tekanan darah sistolik 170 mmHg, atau tekanan
darah diastolik 110 mmHg, atau tekanan arteri rata-rata 125 mm Hg dengan
target tekanan darah 130-140/90-100 mmHg. Perhatikan CTG selama dan setelah
16
pemberian obat dalam 30 menit. Obat yang dapat digunakan berupa hydralazin,
labetolol dan nifedipine.
b.
c.
ii.
Klorpromazin 50 mg IM
iii.
Diazepam 20 mg IM
d.
ii.
iii.
e.
Diindikasikan pada pre-eklampsia berat, eklampsia, dan preeklampsia hampir term. Diberikan secara IV/IM untuk
profilaksis kejang pada pre-eklampsia. Gunakan IV untuk
onset aksi yang lebih cepat pada eklampsia.
Dosis
Kontraindikasi
Interaksi
17
Dosis
Kontraindikasi
Interaksi
Kehamilan
Nama obat
Dosis
Kontraindikasi
bradikardia berat
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simptomatis, karena etiologi preeklamsia dan
faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya belum diketahui.
18
Sindroma HELLP
Penatalaksanaan komprehensif:
-
Diuretikum
Penatalaksanaan obstetrik:
Belum inpartu:
1. Induksi persalinan
2. SC, dilakukan bila induksi gagal dan ada kontraindikasi.
19
Pengelolaan konservatif:
Kehamilan dapat dipertahankan bersamaan dengan penatalaksanaan komprehensif:
-
2.8
Komplikasi
secara mendadak dan cepat yang menyebabkan terjadinya retensi produk sisa nitrogen
seperti ureum dan kreatinin.
Terbagi atas 3 fase :
-
Penyebab:
Pemeriksaan penunjang
DPL, Urinalisa, Ureum, Creatinin, CCT, elektrolit, AGD
Tatalaksana :
1. Cairan: tentukan status hidrasi pasien, ukur cairan yang masuk dan keluar tiap
hari, ukur tekanan vena sentral ( bila terdapat fasilitas)
-
2. Nutrisi:
-
anuria
Azotemia (Ur>200mg/dl)
Ensefalopati uremikum
Penurunan kesadaran
Perdarahan otak
-
DNR
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
1. Cuningham dkk. Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam Obstetri Williams. Edisi
18.1989. Jakarta: EGC.
21
22