Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN
Seiring

perkembangan

zaman,

kemajuan

teknologi

di

ikuti

dengan

meningkatnya konsumsi energi(mengakibatkan krisis energi). Meningkatnya


konsumsi energi ini diikuti oleh persediaan suplai energi yang besar dan
mengakibatkan eksploitasi sumber-sumber energi secara maksimal yang
lama-kelamaan

akan

menyebabkan

kerusakan

ekologi.

Di

Indonesia,

meningkatnya konsumsi energi menyebabkan krisis energi yang salah


satunya seperti

krisis energi lisitrik. Krisis ini terjadi karena kurangnya

pasokan energi listrik untuk masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa


dan Sumatra yang terjadi pada bulan-bulan terakhir ini. Akibatnya, berbagai
wilayah di Indonesia akan mengalami pemadaman listrik. Karena hal itulah,
perlu suatu pengembangan sumber energi baru untuk mengatasi krisis
energy tersebut.
Dengan berkembangnya teknologi dan penelitian-penelitian untuk mencari
sumber energy baru, maka munculah sampah. Sampah memang menjadi
masalah di kota - besar di seluruh dunia, dimana volume sampah
dihasilkan tiap harinya

berjumlah

cukup

besar.

Selain itu,

yang
model

penanganan sampah yang selama ini diterapkan dianggap tidak layak karena
biasanya hanya ditangani dengan penimbunan sampah

di tanah lapang

terbuka (open dumping) sehingga mengakibatkan polusi udara(produksi gas


methan yang membahayakan), mengakibatkan penyebaran penyakit bagi
masyarakat spt: diare,kolera,demam berdarah, dll.
Di negara negara maju seperti Denmark, Swis, Amerika dan Prancis. Mereka
telah memaksimalkan proses pengolahan sampah. Tidak hanya mengatasi
bau busuk saja tapi sudah merobah sampah - sampah ini menjadi energi
listrik. Khusus di Denmark 54 % sampah di rubah menjadi energi listrik.
Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi,
yaitu proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang
menghasilkan panas. Pada kedua proses tersebut, hasil proses dapat
langsung dimanfaatkan untuk menggerakkan generator listrik. Perbedaan
mendasar di antara keduanya adalah :
PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

2
1. Proses biologis menghasilkan gas-bio yang kemudian dibakar untuk
menghasilkan

tenaga

yang

akan

menggerakkan

motor

yang

dihubungkan dengan generator listrik.


2. Proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk
membangkitkan

steam

yang

kemudian

digunakan

untuk

menggerakkan turbin uap yang dihubungkan dengan generator listrik.

PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

BAB II
PROSES KONVERSI TERMAL
Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu:

Insinerasi
Proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya
sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan
oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan
organik

(H

dan

C)

dalam

sampah

akan

dikonversi

menjadi

gas

karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). Unsur-unsur penyusun sampah


lainnya seperti belerang (S) dan nitrogen (N) akan dioksidasi menjadi
oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di gas produk.
Beberapa contoh insinerator ialah open burning, single chamber, open
pit, multiple chamber, starved air unit, rotary kiln, dan fluidized,bed
incenerator

Pirolisa
Proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan tanpa kehadiran
oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur tinggi,
molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi
molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat
berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan char, dan produk gas.
Pyrolysis dilakukan di dalam sebuah pengurangan atmosfer (hampa
udara) pada temperatur hingga 8000C. Di dalam proses pyrolysis, limbah
plastik mampu diubah menjadi feedstock petrokimia, seperti nafta, liquid
dan wax- seperti hidrokarbon dan gas. Teknik pyrolysis telah digunakan
sejak awal tahun 1930 di Jerman untuk peningkatan residu hidrogenasi
yang diperoleh dari pencairan/pelelehan batu bara (coal liquefaction).
Pyrolysis adalah sebuah metode sempurna untuk mendaur ulang material
heterogen seperti limbah yang telah bercampur atau residu potongan
PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

4
otomotif. Perusakan termal dari limbah plastik telah dilakukan pada skala
industri oleh BASF di Jerman. Karena adanya fakta yang menunjukkan
bahwa prosesnya fleksibel dan desainnya sederhana, maka daur ulang
pyrolysis tepat digunakan secara ekonomis. Pyrolysis limbah plastik
dilakukan menggunakan sebuah kiln (dapur) yang
memberikan efisiensi panas tinggi sekitar 75-85%. Metode pyrolysis
dapat merubah limbah plastik menjadi minyak pyrolytic dan padatan
kokas.

Produk-produk pyrolysis memerlukan proses-proses lebih lanjut, seperti


refining. Dengan demikian, pyrolysis lebih baik ditampilkan sebagai
bagian dari proses multi-step daripada sebagai sebuah sistem yang
integral. Beberapa keuntungan dari pyrolysis, meliputi: Konsumsi energi
yang sangat rendah (sebagai contoh, maksimal hanya sekitar 10% dari
jumlah energi limbah plastik yang digunakan untuk merubah potongan
(sampah) menjadi produk petrokimia). Prosesnya dapat mengatasi limbah
plastik yang tidak dapat didaur ulang secara efisien melalui cara-cara
alternatif .Proses beroperasi tanpa membutuhkan udara atau campuran
hidrogen dan tidak melibatkan tekanan elevasi (tinggi).HCl terbentuk
sebagai sebuah produk dari proses ini yang dapat diperoleh kembali dan
digunakan sebagai bahan mentah (raw material).
Keunggulan nyata dari pyrolysis dibandingkan dengan pembakaran
adalah reduksi terjadi sekitar 5-20 kali di dalam volum dari produk gas.
Keuntungan lainnya adalah polutan-polutan dan pengotor menjadi
terkonsentrasi di dalam sebuah coke-like matrix, yaitu sebuah residu
padat dari proses. Selanjutnya, karena pyrolysis dilakukan dalam sebuah
sistem tertutup, maka tidak ada polutan yang dapat keluar.

Gasifikasi
Proses konversi termokimia padatan organik menjadi gas. Gasifikasi
melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna
pada temperatur yang relatif tinggi (sekitar 900-1100 C). Seperti
PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

5
halnya pirolisa, proses gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar
dengan nilai kalor sekitar 4000 kJ/Nm3.

Gasifikasi adalah suatu teknologi proses yang mengubah bahan padat


menjadi gas. Bahan padat yang dimaksud adalah bahan bakar padar
termasuk didalamnya, biomass, batubara, dan arang dari proses oil
refinery. Gas yang dimaksud adalah gas-gas yang keluar dari proses
gasifikasi dan umumnya berbentuk CO, CO2, H2, dan CH4. Proses
gasifikasi dari limbah plastik terjadi pada temperature lebih tinggi dari
proses pyrolisis (1300C) dan dengan penambahan oksigen yang
terkontrol. Reaksi dasar gasifikasi adalah sebagai berikut: CnHm +
0.55n O2 n CO + 0.5m H2 Produk utamanya adalah campuran gas
karbon monoksida dan hydrogen. Campuran gas yang dikenal sebagai
syngas ini bisa digunakan sebagai substitusi untuk gas alami.
Menariknya, biar bagaimanapun, jika syngas pertama-tama dipisahkan
ke unsur pokoknya, maka ini bernilai sebagai chemical intermediate
dan membawa dua sampai tiga kali nilai bahan bakar dari campuran.
Sisa abu anorganik menjadi ikatan di suatu matriks gelas yang bisa
digunakan sebagai unsur di beton dan adukan semen dikarenakan
ketahanannya yang tinggi terhadap asam.
Proses gasifikasi pada hakikatnya mengoksidasi suplai hidrokarbon
pada mode yang terkontrol, untuk memproduksi gas sintetik yang
memiliki nilai komersial yang signifikan. Gasifikasi adalah pilihan
menarik karena proses ini mencegah pembentukan beberapa dioxin
dan senyawa aromatic. Gasifikasi secara efesien memanfaatkan
energy kimia dan bahan baku material yang dapat diperbaharui yang
melekat pada limbah rumah tangga yang tidak dipisahkan, limbah
industry, dang limbah khusus (contohnya limbah medis), dan mampu
untuk merubah hampir semua total input limbah kepada bahan baku
material yang berguna dan energy. Limbah input (MSW mengandung
plastic campuran) secara khas dimiliki antara 10 dan 16 MJ/Kg
kandungan panas dan bisa menghasilkan 800 dan 1200 Nm3/t gas
PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

6
sintetis. Proses gasifikasi juga menghasilkan reduksi utama pada
volume input limbah & dust rata-rata- 75%.
Teknologi SWGCC
Gasifikasi sampah padat pada prinsipnya adalah suatu proses
perubahan material padat menjadi gas yang mudah terbakar. Proses
ini melalui beberapa proses kimia dalam reaktor gasifikasi (gasifier).
Mula-mula sampah yang sudah diproses secara fisis diumpankan ke
dalam reaktor dan akan mengalami proses pemanasan sampai
temperatur reaksi serta mengalami proses pirolisa (menjadi bara api).
Kecuali bahan pengotor, sampah bersama-sama dengan oksigen
dikonversikan menjadi hidrogen, karbon monoksida dan methana.
Proses gasifikasi sampah berdasarkan sistem reaksinya dapat dibagi
menjadi empat macam yaitu : fixed bed,
fluidized bed, entrained flowdan molten iron bath. Dalam fixed bed,
sampah padat yang telah di proses menjadi material yang berukuran
kecil berupa serbuk yang berukuran antara 3 - 30 mm diumpankan
dari atas reaktor dan akan menumpuk karena gaya beratnya. Uap dan
udara (O2) dihembuskan dari bawah berlawanan dengan masukan
serbuk tersebut akan bereaksi membentuk gas. Reaktor tipe ini dalam
prakteknya mempunyai beberapa modifikasi diantaranya adalah
proses Lurgi, British Gas dan KILnGas. Sedangkan proses yang
menggunakan prinsip fluidized bed adalah High - Temperature Winkler,
Kellog Rust Westinghouse dan U-gas. Dalam fluidized bed gaya dorong
dari uap dan O2 akan setimbang dengan gaya gravitasi sehingga
serbuk sampah dalam keadaan mengambang pada saat terjadi proses
gasifikasi. Serbuk sampah yang digunakan lebih halus dan berukuran
antara 1 - 5 mm. Dalam entrained flow serbuk sampah yang
berukuran 0.1 mm dicampur dengan uap dan O2 sebelum diumpankan
ke dalam reaktor.
Proses ini telah digunakan untuk memproduksi gas sintetis dengan
nama proses Koppers-Totzek. Proses yang sejenis kemudian muncul
seperti proses PRENFLO, Shell, Texaco dan DOW. Proses molten iron
bath merupakan pengembangan dalam proses industri baja. Serbuk
batubara diumpankan ke dalam reaktor bersama-sama dengan kapur
PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

7
dan O2. Kecuali proses molten iron bath semua proses telah digunakan
untuk keperluan pembangkit listrik. Saat ini teknologi IGCC sedang
dikembangkan di seluruh dunia, seperti : Jepang, Belanda, Amerika
Serikat dan Spanyol. Di samping proses gasifikasi yang terus
mengalami perbaikan, gas turbin jenis baru juga terus dikembangkan.
Temperatur masukan gas turbin yang tinggi akan dapat menaikkan
efisiensi dan ini dapat dicapai dengan penggunaan material baru dan
perbaikan sistem pendinginnya.
Prinsip kerja dari SWGCC merupakan perpaduan teknologi gasifikasi
dan pirolisis sampah padat serta proses pembangkitan uap. Gas hasil
gasifikasi

batubara

mengalami

proses

pembersihan

sulfur

dan

nitrogen. Sulfur yang masih dalam bentuk H2S dan nitrogen dalam
bentuk NH3 lebih mudah dibersihkan sebelum dibakar dari pada sudah
dalam bentuk oksida dalam gas buang. Sedangkan abu dibersihkan
dalam reaktor gasifikasi. Gas yang sudah bersih ini dibakar di ruang
bakar dan kemudian gas hasil pembakaran disalurkan ke dalam turbin
gas untuk menggerakkan generator. Gas buang dari turbin gas
dimanfaatkan dengan menggunakan HRSG (Heat
Recovery Steam Generator) untuk membangkitkan uap. Uap dari
HRSG (setelah turbin gas) digabungkan dengan uap dari HRSG
(setelah reaktor gasifikasi) digunakan untuk menggerakkan turbin uap
yang akan menggerakkan generator.
PLTSa menggunakan proses konversi Thermal dalam mengolah sampah
menjadi energy. Proses kerja tersebut dilakukan dalam beberapa tahap
yaitu:
1. Pemilahan dan penyimpanan sampah
Limbah

sampah

akan

dikumpulkan

pada

suatu

tempat

yang

dinamakan Tempat Pengolahan Akhir (TPA).


Pemilahan sampah sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan PLTSa
Sampah ini kemudian disimpan didalam bunker yang menggunakan
teknologi RDF (Refused Derived Fuel).
PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

Teknologi RDF ini berguna

8
dalam

mengubah limbah sampah kota menjadi limbah padatan

sehingga mempunyai nilai kalor yang tinggi.


Penyimpanan dilakukan selama lima hari hingga kadar air tinggal 45 %
yang kemudian dilanjutkan dengan pembakaran.
3.

Pembakaran sampah

PLTSa mempunyai tungku dimana pada awal pengoperasiannya akan


digunakan bahan bakar minyak.
Setelah suhu mencapai 850oC 900oC, sampah akan dimasukkan
dalam tungku pembakaran (Insenerator) yang berjalan 7800 jam.
Hasil pembakaran limbah sampah akan menghasilkan gas buangan
yang mengandung CO, CO2, O2, NOx, dan Sox. Hanya saja, dalam
proses tersebut juga terjadi penurunan kadar O2. Penurunan kadar O2
pada keluaran tungku bakar menyebabkan panas yang terbawa keluar
menjadi berkurang dan hal tersebut sangat berpengaruh pada
efisiensi pembangkit listrik.
1. Pemanasan boiler
Panas

yang

pembakaran

dipakai

dalam

sampah.

Panas

memanaskan
ini

akan

boiler

berasal

memanaskan

boiler

dari
dan

mengubah air didalam boiler menjadi uap.


5. Penggerakan turbin dan generator serta hasil.
Uap yang tercipta akan disalurkan ke turbin uap sehingga turbin akan
berputar. Karena turbin dihubungkan dengan generator maka ketika
turbin berputar generator juga akan berputar. Generator yang
berputar akan mengahsilkan tenaga listrik

yang kan disalurkan ke

jaringan listrik milik PLN. Dari proses diatas dengan jumlah sampah
yang berkisar 500-700 ton tiap harinya dapat diolah menjadi sumber
energi berupa listrik sebesar 7 Megawatt

PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

Gambar bagian-bagian Incinerator

PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

10

BAB III
PROSES KONVERSI BIOLOGIS
Proses konversi biologis dapat dilakukan secara anaerobik (biogas)
atau tanah urug (landfill). Biogas adalah teknologi konversi biomassa
(sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses
biogas menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry.
PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

11
Konsep landfill ialah sebuah konsep landfill modern yang di dalamnya
terdapat suatu sistem pengolahan produk buangan yang baik dengan
cara menimbunnya di dalam tanah. Di dalam lahan landfill, limbah
organik akan didekomposisi oleh mikroba dalam tanah menjadi
senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini berinteraksi
dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke
dalam tanah dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate).

Gambar model landfill


Jika landfill tidak didesain dengan baik, leachate akan mencemari
tanah dan masuk ke dalam badan-badan air di dalam tanah. Karena
itu, tanah di landfill harus mempunya permeabilitas yang rendah.
Aktifias mikroba dalam landfill menghasilkan gas CH4 dan CO2 (pada
tahap awal proses aerobik) dan menghasilkan gas methane (pada
proses anaerobiknya).

PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

12
Sistem pengambilan gas hasil biasanya terdiri dari sejumlah sumursumur dalam pipa-pipa yang dipasang lateral dan dihubungkan
dengan pompa vakum sentral. Selain itu terdapat juga sistem
pengambilan gas dengan pompa desentralisasi.

Gambar modern landfill

Secara umum, proses teknologi dapat dijelaskan, yaitu :


1. Pemisahan Awal
Agar proses konversi energi sampah dapat berjalan baik, maka
dilakukan pemisahan sampah dalam kategori sebagai berikut:

Sampah organik bio-degradasi (baik basah maupun kering),


contoh: sampah buah-buahan, dan sampah sayuran. Sampah
organik yang diproses di TPA umumnya berasal dari sampah
rumah

tangga,

kompleks

perumahan,

dan

pasar-pasar

tradisional. Sampah-sampah organik ini dikumpulkan untuk


selanjutnya akan diangkut oleh truk-truk pengangkut sampah
PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

13
yang memang bertugas untuk mengangkut sampah-sampah
organik ini yang kemudian akan dibawa ke TPA dan kemudian

diproses .
Sampah organik non-biodegradasi (baik basah maupun kering),
contoh: plastik dan kayu. Pihak pengelola TPA juga melakukan
kerjasama

dengan

mengumpulkan

para

pemulung

sampah-sampah

untuk

membantu

non-organik,

khususnya

sampah plastik. Pihak pengelola TPA menyediakan tempat


khusus bagi para pemulung untuk mengumpulkan dan memilah
sampah-sampah yang mereka dapatkan. Pihak pengelola juga
menyediakan truk-truk pengangkut sampah yang juga dapat

mengangkut sampah nonorganik.


Sampah inert, contoh: besi, kaca, sisa bahan bangunan. Setelah
dilakukan

pemisahan

dimasukkan

ke

diatas,

dalam

maka

mesin

sampah

pencacah

selanjutnya

(shreder)

untuk

menyaring dan memisahkan sampah beradasarkan ukurannya.


Proses ini dilaksanakan di dalam bangunan MRF (Material
Recycle Facility).
2. Landfill Gas
Landfill adalah suatu proses pengambilan gas methan dari tumpukan
sampah lama (landfilling). Tumpukan sampah lama ditutup dengan
lapisan tanah untuk menghindari lepasnya gas methan yang sangat
berbahaya

bagi

lingkungan

(karena

gas

ini

mudah

terbakar).

Selanjutnya, jaringan pipa gas perforasi dimasukkan ke dalam


tumpukan sampah untuk menyedot gas methan menuju fasilitas gas
treatment.
3. Proses Anaerobis Diggestion
Proses Anaerobic Diggestion, maka dilakukan untuk pengelolaan
sampah basah pada structured landfill dengan melibatkan bakteri,
yaitu

bakteri

EM4

yang

tipenya

sama

dengan

bakteri

yang

menghasilkan landfill gas dan sewage gas. Bakteri ini juga berfungsi
untuk mengurangi bau busuk yang ditimbulkan oleh sampah.
Penguraian oleh bakteri biasanya akan menghasilkan bio gas dan
membutuhkan waktu antara 1 sampai 2 minggu serta kontrol yang
baik untuk menjamin kesempurnaan proses sanitasi. Sisa padat dari
proses ini dapat digunakan sebagai bahan baku pupuku berkualitas
PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

14
tinggi dengan menerapkan teknologi pengolahan kompos lanjutan.
Sedangkan sisa air hasil proses dapat diolah kembali atau langsung
disalurkan kembali ke awal proses. Dengan teknologi ini, maka volume
sampah dapat berkurang menjadi 10%-15% dari volume awal.
4. Moisture Sparator
Dari landfill gas dialirkan melalui pipa-pipa HDPE (High Density
Polyethylene) menuju ke pembangkit listrik, tetapi sebelumnya gas
melalui Moisture Sparetor yang berfungsi untuk memisahahkan cairan
lindi dengan gas.
5. Blower
Untuk menangani tekanan gas yang rendah digunakan kombinasi
sistem kompressi dan cooler, maka pada blower ini selain untuk
mengisap LFG dari Moisture Sparator, gas ditekan dan didinginkan
untuk langkah awal.
6. Refrigerant Chiller
Pada prinsipnya, refrigerant chiller digunakan untuk mendinginkan Gas
Landfill (LFG) yang kemudian masuk ke kondensat.
Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida
sampai pada temperature yang rendah. Temperature fluida hasil
pendinginan didalam chiller yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan fluida pendinginan yang dilakukan dengan pendingin air.
Untuk chiller ini media pendingin biasanya digunakan amoniak atau
Freon.
7. Kondensor
Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap
atau campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media
pendingin yang dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran
uap akan melepaskan panas atent kepada pendingin, dalam kasus LFG
ini maka uap dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan
menjadi kondensat.

PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

15
Dengan seluruh proses di atas maka volume sampah dapat berkurang
sampai 80%. Gas yang dihasilkan (biogas gas, methane gas, dan
synthetic gas) selanjutnya dapat menjadi bahan bakar (gas engine)
mesin pembangkit listrik. Adapun kelebihan suplai gas ke generator
akan disalurkan ke Flare-Stack untuk dibakar guna mengurangi emisi
dari gas Methane menjadi karbondioksida.
8. Kualitas Emisi Gas Buang
Buangan gas dengan teknologi ini memiliki emisi yang sangat rendah
dan ramah lingkungan. Buangan gas ini memiliki emisi yang rendah
karena telah mengalami berbagai macam proses penyaringan dan
pengurangan emisi.

BAB IV
PENUTUP
Tujuan suatu sitem pemanfaatan sampah ialah dengan mengkonversi
sampah tersebut menjadi bahan yang berguna secara efisien dan ekonomis
dengan dampak lingkungan yang minimal. Untuk melakukan pemilihan alur
konversi sampah diperlukan adanya informasi tentang karakter sampah,
PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

16
karakter teknis teknologi konversi yang ada, karakter pasar dari produk
pengolahan, implikasi lingkungan dan sistem, persyaratan lingkungan, dan
yang pasti: keekonomian.

PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

17

Schematic of PLTSa

LAMPIRAN
PLTSa BANTAR GEBANG

PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

18

PLTSa Bantar Gebang Bekasi

Salah satu landfill di PLTSa Bantar Gebang Bekasi


PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

19

Salah satu pompa LFG di PLTSa Bantar Gebang Bekasi

Penimbunan tanah pada landfill baru di PLTSa Bantar Gebang Bekasi


PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

20

Penggunaan pipa HDPE pada PLTSa Bantar Gebang Bekasi

Moisture Sparator pada PLTSa Bantar Gebang Bekasi


PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

21

PLTSa Bantar Gebang Bekasi

Flare pada PLTSa Bantar Gebang Bekasi


PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

22

PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

23

PLTSa Bantar Gebang Bekasi

Daftar Pustaka
1. Okaya, Y., 1997, Development of new Technique for Reprocessing of
Waste Plastic
Materials, Technical report, pp.1-3.
2. AEEMTRC (1996). Biomass-Fuel of The Past and for The Future, Effergy,
Vol.2, No.1.
3. J. Woods and

D.O.

Hall,

Bioenergy

for

Development,

FAO

Environment and Energy Paper


4. (116 halaman), Food and agriculture Organization, Roma, 1994
5. Wibowo arianto & Darwin T Djajawinata, Penanganan Sampah
Perkotan Terpadu, free article 2nd edition
Luis Javier Molero de Blas. Pollutant Formation and Interaction in the
Combustion of Heavy Liquid Fuels, Doctoral Thesis, University of
London.
6. Nishida, O., H. Fujita, W. Harano, T. Egashira, S. Okawa, M. Kawabata,
T. Nakatsukasa, Y. Sumitani, D. Suzuki, 1998, Proceeding of 60th
Symposium of The Marine Engineering Society in Japan, pp.156-163.
PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

24

PLTSa | Teknik Tenaga Listrik

Anda mungkin juga menyukai