Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOPOROSIS PADA LANSIA
1.1.
Defenisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
Epidemiologi
Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan
Diperkirakan 30% dari wanita di atas usia 50 th mendapat 1 atau lebih patah
tulang vertabra. Diperkirakan 1 dari 5 pria di atas 50 th mendapat patah tulang
akibat osteoporosis dalam hidupnya. Angka kematian 5 tahun pertama meningkat
sekitar 20 % pada patah tulang nertebra maupun panggul.
Di Amerika pada tahun 1995 pata tulang aibat osteoporosis menduduki
peringkat 1 dibanding penyakit lain, jumlah 1,5 juta pertahun dengan patah tulang
vertebra terbanyak (750 ribu),hip(250 ribu), wrist(250 ribu), fraktur lain ( 250
ribu),dengan anggaran meningkat sebesar 13,8 miliar dollarpertahun(kebanyakan
biaya untuk patah tulang hip sebesar 8,7 miliar dollar. Bahkan diperkirakan
insiden patah tulang hip meningkat bermakna 240% pada wanita dan 320% pada
pria. Perkiraan pada tahun 2050 menjadi 6,3 juta terbanyak di asia.
1.3.
Etiologi
Patofisiologi
Kartilago hialin adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan
matrik ekstra selular, 5% sel konrosit. Fungsinya sebagai penyangga juga pelumas
sehingga tidak menimbulkan nyeri pada saat pergerakan sendi.
Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya
untuk memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga
kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi
lutut. Setelah terjadi kerusakan tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah.
Pathway Osteoporosis
1.5.
Klasifikasi
Manifestasi Klinis
aktivitas.
6. Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan tinggi badan)
1.7.
Usia Lanjut
1.
Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan
tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain
kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur
tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang
mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap
fraktur karena osteoporosis.
b.
Faktor mekanis
pertumbuhan
tulang
yang
bersangkutan
sesuai
dengan
kemampuan genetiknya.
2.
Faktor genetik
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat
risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini
tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal.
Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya
serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang
besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis)
sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih
mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang
kecil pada usia yang sama.
b.
Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses
Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan
ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan
meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut
mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium
melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan
akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang
negative.
e.
Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
1.8.
a.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologik
sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda
guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal sehingga dapat
dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang yang mempunyai
struktur geometri komplek seperti pada daerah leher femur dan vetrebrata.
3.
Sonodensitometri
f.
metabolisme tulang.
g.
Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra
biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya
trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya
korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus
pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
h.
CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra
diatas 110 mg/cm3baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan,
sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien
yang mengalami fraktur.
i.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
2. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi
ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
3. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.
4. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
1.9.
1.10.
1.11.
Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh
dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur
kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan
daerah trokhanter, dan frakturcolles pada pergelangan tangan
1.12.
Prognosis
10
Kondisi kronis merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada pria dan
wanita. Kompresi fraktur pada tulang belakang menyebabkan rasa tidak nyaman
dan mengganggu pernafasan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1.
Pengkajian
1.
Identitas Pasien
11
Umur
Jenis Kelamin :
a. Keluhan Utama:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit,
atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
2.
Pemeriksaan fisik
a. B1 (breathing )
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru
12
Pemeriksaan diagnostic/penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum,
b.
c.
d.
e.
13
Diagnosis/kriteria diagnosis
Diagnosis osteoporosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
4.
Radiology
Pengukuran massa tulang
Pemeriksaan lab kimiawi
Pengukuran densitas tulang
Pemeriksaan marker biokemis
Biospi
memperhatikan factor resiko (wanita, umur, ras, dsb)
Terapi/penatalaksanaan
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
2.3.
14
R/. lingkungan yang bebas bahaya mengurangi risiko untuk jatuh dan
mengakibatkan fraktur
2) Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu jalan
atau tongkat.
R/. Memberi support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia
3) Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan cegah klien dari
pukulan yang tidak sengaja atau kebetulan.
R/. Benturan yang keras menyebabkan fraktur tulang, karena tulang
sudah rapuh, porus dan kehilangan kalsium.
4) Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan dan
tidak mengangkat beban yang berat.
R/. Gerakan tubuh yang cepat dapat mempermudah fraktur compression
vertebral pada klien dengan osteoporosis
5) Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D) dalam
mencegah osteoporosis lebih lanjut.
R/ Diet kalsium memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah
kehilangan kalsium ekstra dalam tulang.
6) Anjurkan klien untuk menguragi kafein dan alkohol.
R/. kafein m berlebihan meningkat pengeluaran kalsium berlebihan dalam
urine; alkohol
meningkatkan
reabsorpsi tulang.
7) Ajarkan klien akan efek dari rokok dalam remodeling tulang.
R/. rokok meningkatkan asidosis
2. Nyeri b.d adanya fraktur
HYD: Klien mampu melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri,
dan nyeri berkurang sampai hilang.
Intervensi:
1) Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.
R/. menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien
2) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dan anjurkan klien untuk
mengambil psosisi terlentang atau miring yang nyaman bagi kalien
R/. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat
tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa
hari.
3) Beri kasur padat dan tidak lentur.
R/. Memberikan rasa nyaman bagi klien
4) Ajarkan klien tehknik relaksasi dengan melakukan fleksi lutut.
R/. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
15
3) Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti
Pengurangan kafein, rokok dan alkohol.
R/. Hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
4) Anjurkan dan ajarka cara latihan aktivitas fisik sesuai kemampuan klien.
R/. Latihan aktivitas merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang
dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
5) Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar
matahari.
R/. Kebutuhan kalsium, vitamin D, terpapar sinar matahari pagi yang
memadai dapat meminimalkan efek oesteoporosis.
6) Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat.
Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping
yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya
meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi
terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai
dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
SAP OSTEOPOROSIS
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
: Muskuloskeletal
Pokok Bahasan
: Osteoporosis
Sasaran
Tempat
Tanggal
: 29 Desamber 2009
Waktu
: 20 menit
Media
Penyaji
Metode
I.
Latar Belakang
Penuaan sering di ikuti dngan penurunan kualitas hidup sehingga status
lansia dalam kondisi sehat atau sakit. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.Penurunan
kemampuan berbagai organ, fungsi, dan system tubuh ada umumnya tanda proses
menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada
usia sekitar 60 tahun.
Menurut WHO, osteoporosis menduduki peringkat kedua, di bawah
penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama dunia. Menurut data
internasional Osteoporosis Foundation, lebih dari 30% wanita diseluruh dunia
19
mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan
mendekati 40%. Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%.
Menurut Departemen Kesehatan RI, dampak osteoporosis di Indonesia
sudah dalam tingkat yang patut diwaspadai, yaitu mencapai 19,7% dari populasi.
Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bogor,
yang melakukan penelitian dari tahun 1999 2002 pada beberapa Propinsi di
Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima perempuan mengalami osteoporosis
pada usia memasuki 50 tahun. Dan pada laki-laki umur 55 tahun. Kejadian
osteoporosis lebih tinggi pada wanita ( 21,74 % ) dibandingkan dengan laki-laki
(14,8 %). ( Siswono, 2003 )
Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. (Nugroho, 2000).
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan tulang, jaringan pada
otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Penyebab osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pada individu
bersifat multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat, kurang gerak/tidak berolah
raga serta pengetahuan mencegah osteoporosis yang kurang akibat kurangnya
akibat akti vitas fisik yang dilakukan sehari-hari mulai anak-anak sampai dewasa,
serta kurangnya asupan kalsium, maka kepadatan tulang menjadi rendah sampai
terjadinya osteoporosis.
Persoalan osteoporosis pada lansia erat sekali hubungannya dengan
kemunduran produksi beberapa hormone pengendali remodeling tulang, seperti
20
Tujuan Umum :
setelah dilakukan penyuluhan klien dan berada di ruang Mawar PSTW
Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan;
1.
2.
3.
4.
5.
IV.
21
1.
2.
3.
4.
5.
Pengertian Osteoporosis
Tanda dan gejala Osteoporosis
Penyebab Osteoporosis
Pencegahan Osteoporosis
Penatalaksanaan pada Osteoporosis
V.
Kegiatan Penyuluhan
4.
5.
VI.
Evaluasi
MATERI PENYULUHAN
1.
Pengertian Osteoporosis
Penelitian di Amerika, pada usia 50 tahun, 1 dari 4 wanita, 1 dari 8 pria
Patah tulang yang paling umum adalah tulang pinggul, tulang belakang dan tulang
pergelangan tangan
2.
Penyebab Osteoporosis
3.
berkurang secara perlahan dan berlangsung secara progresif selama bertahuntahun tanpa disadari dan tanpa disertai adanya gejala.
Penyakit osteoporosis sulit untuk di deteksi karena proses kepadatan
tulang berkurang secara perlahan dan berlangsung secara progresif selama
bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa di sertai adanya gejala. Gejala-gejala
baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut seperti:
patah tulang
Punggung yang semakin memburuk
hilangnya tinggi badan
nyeri punggung
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
25
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita,
26
Diet
Pemberian kalsium dosis tinggi
Pemberian vitamin D dosis tinggi
Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk mengurangi
nyeri punggung.
5. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis. Rokok,
mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas fisik).
6. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.
Referensi :
Mansjoer, Ariep, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, EGC, Jakarta
Sylvia A. Price. 2000. Patofisiologi. EGC. Jakarta.
http://ilmukeperawatanstikesfaletehancom.blogspot.com/2009/02/saphipertensi_27.html?zx=fd72297fddeab593
http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=239
Sumber: https://umayra.wordpress.com/2010/01/04/sap-osteoporosis/
27
28