Bakterial
Klamidia
Viral
Riketsia
Parasitik
Non-infeksius
Alergi
Autoimun
Toksik (kimia atau iritan)
Penyakit sistemik seperti sindrom Steven-Johnson
Iritasi persisten akibat produksi air mata yang kurang.2
dapat bervariasi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda dari konjungtivitis
berupa:
Hiperemia: mata tampak merah akibat dilatasi pembuluh darah. Jika tanpa
disertai infiltrasi seluler, menandai iritasi seperti angin, matahari, dan asap.
Epifora: lakrimasi yang berlebihan sebagai respons terhadap sensasi benda asing
dan iritan yang harus dibedakan dengan transudat. Transudat ringan yang timbul
membranosa berulang.
Flikten: diawali dengan perivaskulitis limfositik yang kemudian berkembang
menjadi ulkus konjungtiva. Selain itu, flikten menandakan reaksi delayed
Tanda Konjungtvitis3
Mata tampak merah dengan dilatasi pembuluh darah konjungtiva yang difus
(injeksi konjungtiva)
A. KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
Tanda dan Gejala
Dua bentuk konjungtivitis bakterial adalah akut dan kronik. Konjungtivitis bacterial
akut (subakut) yang disebabkan oleh Haemophilus influenza bersifat self-limited dengan
lama sakit melebihi dua minggu (tanpa pengobatan) dan eksudat tipis, berair, serta
flokulen.
Neisseria meningitidis menyebabkan komplikasi yang serius jika tidak diobati dengan
benar.
Konjungtivitis bilateral dengan eksudat purulen dan biasanya pembengkakan kelopak
mata. Umumnya, infeksi bersifat unilateral pada mulanya kemudian mengenai mata yang
lain melalui tangan. Konjungtivitis purulen yang banyak dapat disebabkan oleh N
gonorrhoeae, Neisseria kochii, dan N meningitides yang membutuhkan pemeriksaan
laboratorium dan pengobatan segera. Penundaan dapat menyebabkan kerusakan kornea,
B. KONJUNGTIVITIS VIRAL
virus (fomites) seperti handuk. Infeksi dapat muncul sporadik atau epidemik pada tempat
ramai seperti sekolah, RS, atau kolam renang. 1
Tanda dan Gejala
Mata akan sangat berair dengan eksudat minimal, disertai adenopati preaurikular atau
radang tenggorokan dan demam. Vaughan membagi konjungtivitis ke dalam 3 kelompok
sbb:
a) Konjungtivitis folikuler viral akut 1
Pharyngoconjunctival fever.
Disebabkan oleh adenovirus tipe 3, 4, dan 7. Ditandai dengan demam 38 40
C, nyeri tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau kedua mata.
Tanda lain dapat berupa injeksi, mata berair, limfadenopati preaurikular, atau
keratitis epitelial superfisial.
Epidemic keratoconjunctivitis.
Disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, dan 29. Sering hanya muncul pada satu
mata, atau bilateral dengan lesi salah satu mata akan lebih berat. Ditandai dengan
injeksi, nyeri, mata berair, kemudian dalam 5 14 hari diikuit dengan
fotofobia, keratitis epitelial, dan opasitas subepitelial. Tanda lain berupa nodul
preaurikular, edema kelopak mata, kemosis, subkonjungtiva hiperemis, dan
kadang pseudomembran dan symblepharon. Pada dewasa, infeksi ini hanya
terbatas pada mata, sedangkan pada anak-anak gejala nyeri tenggorokan dan
demam akan terlihat nyata.
Herpes simplex virus conjungtivitis.
Biasanya ditemukan pada anak-anak, ditandai dengan infeksi unilateral, iritasi,
keluar sekret mukoid, nyeri, dan fotofobia ringan. Muncul pada infeksi primer
HSV atau pada episode rekuren herpes okuler. Kadang disertai pula dengan
keratitis
herpes
simplex.
Bentuk
konjungtivitis
berupa folikuler
atau
benda asing, mata berair, mata merah, kelopak mata bengkak, perdarahan
subkonjungtiva, kemosis. Disertai dengan limfadenopati preaurikular, folikel
konjungtiva, dan keratitis epitelial.
b) Konjungtivitis folikuler viral kronik 1
Infeksi Molluscum contagiosum
unilateral kronik, keratitis superior, dan pannus superior. Lesi berbentuk nodul bulat,
waxy, berwarna putih mutiara, dengan pusatnya bertangkai.
(A)
Konjungtivitis folikular dengan lesi molluscum; (B) lesi molluscum pada konjungtiva
bulbar; (C) lesi molluscum ekstensif pafa pasien HIV 5
c) Blefarokonjungtivitis viral 1
Infeksi oleh varicella dan herpes zoster, ditandai dengan konjungtivitis hiperemis,
lesi erupsi vesikular sepanjang cabang optalmika dari nervus trigeminalis. Lesi berbentuk
papil, kadang folikel, pseudomembran, dan vesikel. Lesi varicella dapat muncul pada
kulit disekitar mata.
Tatalaksana 1,5
Mengurangi risiko transmisi
Menjaga kebersihan tangan, mencegah menggaruk mata
Tidak menggunakan handuk bersamaan
Disinfeksi alat-alat kedokteran setelah digunakan pada pasien yang terinfeksi
menggunakan sodium hipoklorit, povidone-iodine
Steroid topikal
Prednisolone 0,5% 4xsehari pada konjungtivitis psuedomembranosa atau
membranosa
Keratitis simtomatik steroid topikal lemah, hati-hati dalam penggunaan,
gejala dapat muncul kembali karena steroid hanya menekan proses inflamasi.
Steroid dapat membantu replikasi virus dan memperlama periode infeksius
pasien.
Harus monitoring tekanan intraokular jika penggunaan steroid diperpanjang
Lainnya
Untuk infeksi varicella zoster, Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg 5x sehari
selama 10 hari) diberikan jika progresi memburuk.
Pada keratitis herpetik dapat diberikan acyclovir 3% salep 5x/hari, selama
Prognosis
Konjungtivitis virus merupakan penyakit limited disease, yang dapat sembuh
dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Pada infeksi adenovirus, infeksi
dapat hilang sempurna dalam 3 4 minggu, dan 2 3 minggu untuk HSV. Dan
b.
akubat
atropine,
antibiotik,
neomycin,
atau
broad-spectrum
Penyakit autoimun
Keratoconjunctivitis sicca yang diasosiasikan dengan sindroma Sjgren.
a.
kotoran mukoid,
Cicatricial pemphigoid. Diawali dengan konjungtivitis kronik nonspesifik yang
resisten terhadap terapi. Progresi hingga membentuk scar pada fornix dan
entropion dengan trichiasis.
Tatalaksana
Pada dasarnya
terapi
yang
diberikan
berupa
terapi
suportif
pemberian
atau
mengalihkan
dengan
jenis
lain.
Sedangkan
pada
vernal.
Sel limfosit, merupakan gambaran karakteristik infeksi infeksi kronis.
Sel epitel dengan multi nukleus dengan atau tanpa badan inklusi intraseluler
merupakan gambaran yang dapat ditemukan pada infeksi virus.
Sedangkan pada pemeriksaan dengan pewarnaan gram dapat ditemukan bakteri gram
positif yang akan terlihat sel dengan berwarna ungu gelap atau biru, sedangkan pada
bakteri gram negatif akan ditemukan sel berwarna merah,
Diagram skematik dinding sel bakteri gram positif (a) dan bakteri gram negatif (b).
Foto pewarnaan gram di tengah menunjukkan sel Staphylococcus aureus (ungu, gram
positif) dan Escherichia coli (merah muda, gram negatif)
1.
2.
3.
PENULISAN RESEP
Tulislah resep obat untuk pasien berikut Tn. A, usia 35 tahun. Mendapatkan terapi Ximex
Optixitrol sebanyak 2 tetes setiap 6 kali dalam 1 hari pada mata kanan, obat minum Asam
Mefenamat 500 mg 2 kali dalam sehari, dan Becom C 1 kali dalam sehari.
S 6 dd gtt 2 OD
R/ Asam Mefenamat 500 mg tab No. X
S 2 dd tab 1
R/ Becom C tab No. X
S 1 dd tab 1
Pro : Tn. A
Usia : 35 tahun