PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi
kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap
individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur.
Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yan cukup,
kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi
dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas.
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya
insomnia.
Insomnia
merupakan
ganggguan
tidur
yang
paling
sering
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang gangguan tidur; insomnia.
BAB II
ISI
1. Definisi
Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang
merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun
orang tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga
mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari
tidur .
Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu
tidurnya pendek ( short sleepers ), dimana pada short sleepers meskipun
waktu tidur mereka pendek, mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur,
berfungsi secara normal di siang hari, dan mereka tidak mengeluh tentang
tidur mereka di malam hari.
Tidur
tidak
sekadar
mengistirahatkan
tubuh,
tapi
juga
menyebabkan otot terus aktif. Kelelahan akan mengurangi irama kerja otot,
demikian juga di kala beristirahat, sehingga semua ini akan menurunkan
kegiatan dalam korteks.
Menurunnya aktivitas dalam korteks akan membiarkan otot-otot kita
semakin rileks. Begitu rangsangan antara pikiran dan otot menurun, kita akan
mengantuk lalu tertidur. Selagi tidur, jantung kita akan berdetak lebih lamban,
tekanan darah menurun, dan pembuluh-pembuluh darah melebar. Suhu badan
turun sekitar 0,5oF (-17,5oC) tetapi perut dan usus tetap bekerja. Sementara
tidur, tubuh sekali-kali bergerak. Gerakan sebanyak 20 - 40 kali masih
dianggap normal. Terganggu insomnia berarti kerja pikiran dan otot tidak
berjalan seiring. Pikiran kita akan sulit tertidur bila otot masih tegang.
Sebaliknya, akan sulit bagi otot untuk tertidur jika pikiran masih terjaga,
tegang, dsb.
2. Etiologi
Beberapa factor yang merupakan penyebab Insomnia yaitu :
a. Faktor Psikologi :
Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia
jenis kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi
penyebab insomnia transient.
b. Problem Psikiatri
Depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari biasanya
yang tidak diingininkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi,
Cemas, Neorosa, dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi
penyebab dari gangguan tidur.
c. Sakit Fisik
Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung
yang tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama
penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum dapat ditanggulangi dengan
baik, gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat terjadi.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan
kereta api, pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor
penyebab susah tidur.
e. Gaya Hidup
Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak
teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.
3. Klasifikasi Insomnia
Adapun macam-macam dari tipe insomnia yaitu :
a. Insomnia sementara (transient)
Yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam dan biasanya
berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung
sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali
dengan mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia
biasanya dibuat secara retrospektif setelah keluhan pasien sudah
hilang. Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada pria dan
wanita dan episode berulang juga cukup sering ditemukan, faktor
yang memicu antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda,
gangguan irama sirkadian sementara akibat jet lag atau rotasi
waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja baru, dan
lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi
khusus dan jarang membawa pasien ke dokter.
Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai
tiga minggu. Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang orang
yang sedang mengalami stress, berada di lingkungan yang ributramai,
berada
di
lingkungan
yang
mengalami
perubahan
temperatur ekstrim.
c. Insomnia kronis
Kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan
atau lebih. Salah satu penyebab chronic insomnia yang paling
umum adalah depresi. Penyebab lainnya bisa berupa arthritis,
gangguan ginjal, gagal jantung, sleep apnea, sindrom restless legs,
Parkinson, dan hyperthyroidism. Namun demikian, insomnia
kronis bisa juga disebabkan oleh faktor perilaku, termasuk
penyalahgunaan kafein, alkohol, dan substansi lain, siklus
tidur/bangun yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan
malam hari lainnya, dan stres kronis.
4. Manifestasi Insomnia
a. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
b. Wajah kelihatan kusam
c. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap di bawah mata
d. Lemas, mudah mengantuk
e. Resah dan mudah cemas
f. Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori, dan gampang tersinggung.
5. Komplikasi Insomnia
b) Insomnia Kronik
menyebabkan
tidak
menyebabkan
penurunan
menurunkan
motivasi,
atensi,
(risiko
energi,
depresi
kronik dapat
dan
anxietas),
dankonsentrasi,
serta
membutuhkan waktu tidur 7-8 jam dengan NREM 75% dan REM 25%.
Kebutuhan ini menetap sampai batas lansia.
Lansia menghabiskan waktunya lebih banyak di tempat tidur, mudah jatuh
tidur, tetapi juga mudah terbangun dari tidurnya. Perubahan yang sangat
menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang lambat, terutama stadium
4, gelombang alfa menurun, dan meningkatnya frekuensi terbangun di malam
hari atau meningkatnya fragmentasi tidur karena seringnya terbangun.
Gangguan juga terjadi pada dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif
terhadap stimulus lingkungan.
Selama tidur malam, seorang dewasa muda normal akan terbangun sekitar
2-4 kali. Tidak begitu halnya dengan lansia, ia lebih sering terbangun.
Walaupun demikian, rata-rata waktu tidur total lansia hampir sama dengan
dewasa muda.
Ritmik sirkadian tidur-bangun lansia juga sering terganggu. Jam biologik
lansia lebih pendek dan fase tidurnya lebih maju. Seringnya terbangun pada
malam hari menyebabkan keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh tidur pada
siang hari. Dengan perkataan lain, bertambahnya umur juga dikaitkan dengan
kecenderungan untuk tidur dan bangun lebih awal. Toleransi terhadap fase atau
jadwal tidur-bangun menurun, misalnya sangat rentan dengan perpindahan jam
kerja.
Adanya gangguan ritmik sirkadian tidur juga berpengaruh terhadap kadar
hormon yaitu terjadi penurunan sekresi hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid,
dan kortisol pada lansia.
Hormon-hormon ini dikeluarkan selama tidur dalam. Sekresi melatonin
juga berkurang. Melatonin berfungsi mengontrol sirkadian tidur. Sekresinya
terutama pada malam hari. Apabila terpajan dengan cahaya terang, sekresi
melatonin akan berkurang.
8. Penanganan Gangguan Tidur Pada Lansia
a. Pencegahan Primer
Sebelas peraturan untuk mendapatkan higiene tidur yang baik telah berhasil
diidentifikasi untuk pencegahan primer gangguan tidur.
1) Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan
sehat dihari berikutnya. Pembatasan waktu tidur dapat memperkuat
tidur, berlebihnya waktu yang dihabiskan di tempat tidur
c. Pencegahan Tersier
Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam
kehidupan, kondisi pasien memerlukan rehabilitasi melalui tindakantindakan seperti pengangkatan jaringan yang menyumbat di mulut dan
memengaruhi jalan napas. Saat ini sudah banyak pusat-pusat gangguan tidur
yang tersedia di seluruh negara untuk membantu mengevaluasi gangguan
tidur.
Tempat-tempat tersebut, yang biasanya berkaitan dengan lembaga penelitian
dan kedokteran klinis atau universitas, dilengkapi dengan peralatan medis
yang canggih untuk mendeteksi rekaman listrik di otak dan obstruksi
pernapasan. Data-data tersebut membantu menentukan pengobatan yang
terbaik untuk mengatasi kesulitan dan merehabilitasi lansia sehingga ia
dapat menikmati tidur yang berkualitas baik sampai akhir hidupnya.
9. Penanganan Terapeutik Gangguan Tidur pada Lansia
Nicassio menganjurkan aturan-aturan berikut untuk mempertahankan
kenormalan pola tidur :
11
Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah ke ruangan lain. Bangun sampai
anda benar-benar mengantuk, kemudian baru kembali ke tempat tidur. Jika
tidur masih tidak biasa dilakukan dengan mudah, bangun lagi dari tempat
tidur. Tujuannya adalah menghubungkan antara tempat tidur dengan tidur
cepat. Ulangi langkah ini sesering yang diperlukan sepanjang malam.
Siapkan alarm dan bangun di waktu yang sama setiap pagi tanpa
mempedulikan berapa banyak anda tidur di malam hari. Hal ini dapat
membantu tubuh menetapkan irama tidur bangun yang konstan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut),
Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Stockslager, Jaime L. 2007 . Buku Saku Gerontik edisi: 2 . Jakarta : EGC.
Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.
Suratum . 2008 . Seri Askep Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal . Jakarta : EGC.
12
13