Anda di halaman 1dari 50

INTISARI

Geolistrik merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika untuk


menyelediki keadaan bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat
kelistrikan batuan dan bagaimana cara mendeteksinya dipermukaan bumi.
Beberapa karakteristik batuan yang dicari diantaranya adalah permeabilitas,
porositas, konduktivitas dan resistivitas. Sifat sifat suatu formasi batuan dapat
digambarkan oleh tiga parameter dasar yaitu konduktivitas listrik, permeabilitas
magnet dan permitifitas dielektrik. Sedangkan untuk metode geolistrik parameter
yang diukur dalam pengukuran diantaranya adalah potensial, arus dan medan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus
kedalam bumi. Ada beberapa metode geolistrik, yaitu : resistivitas (tahanan jenis),
Induced Polarization (IP), Self Potensial (SP).
Metode geolistrik merupakan salah satu metode aktif dikarenakan metode
geolistrik menggunakan sumber buatan. Prinsip kerja metode geolistrik
resistivitas, arus listrik diinjeksikan kedalam bumi melalui dua elektroda arus,
beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda
kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis masing masing lapisan
dibawah titik ukur. Alat yang digunakan untuk mengukur tahanan jenis dibawah
permukaan tanah yaitu resistivity meter.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan

Dapat memahami metode geolistrik untuk konfigurasi Schlumberger dan

Wenner
Dapat menggunakan alat metode geolistrik 1D (resistivity meter Naniura)
Mengerti cara pengolahan data sounding resistivitas dengan menggunakan

curve matching
Dapat mempresentasikan hasil penafsiran dan resistivitas di lapangan
Memahami pengukuran mapping 2D dengan menggunakan konfigurasi

Wenner
Dapat melakukan pengolahan data geolistrik 2D menggunakan metode
Wenner alpha

1.2. Alat
1. Resistivitymeter Nainura NR022, Nainura NRD 80 Hf.
Berfungsi sebagai alat untuk mengukur tegangan yang muncul akibat
injeksi arus dan kemudian dicari resistivitas semunya.
2. Kertas biloks
Untuk membuat kurva data lapangan dengan skala logaritmik
3. Alat tulis
Membantu proses pembuatan kurva.
4. Kurva Marching
Sebagai acuan saat melakukan inversi pencocokan kurva.
5. Kabel dan elektroda
Untuk proses akuisisi, sebagai alat penginjeksi arus ( elektroda arus )
dan menghitung beda potensial ( elektroda potensial ).
6. Multi channel switch box
Untuk membantu mengaktifkan dan menonaktifkan elektroda, sesuai
kebutuhan akuisisi.
7. IP2win ( software )
Untuk pengolahan data inversi 1 dimensi sounding geolistrik.
8. Res2Dinv ( software )
Untuk pengolahan data inversi 2 dimensi mapping geolistrik
9. Laptop / Komputer
Membantu proses pengolahan data.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar metode geolistrik
Dalam geofisika eksplorasi terdapat beberapa metode geofisika yang dapat
dimanfaatkan untuk mempelajari sifat-sifat fisika dan struktur kerak bumi yang
bertujuajn untuk mencari sumber daya alam. Salah satu metode geofisika tersbut
diantaranya metode geolistrik. Umumnya, metoda ini baik untuk eksplorasi
dangkal, sekitar 150 m.
Metoda geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya
di permukaan bumi. Parameter yang diukur dalam pengukuran geolistrik,
diantaranya: potensial, arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara

alamiah ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Ada beberapa metoda
geolistrik, yaitu: resistivitas (tahanan jenis), Induced Polarization (IP), Self
Potensial (SP), magnetotelluric, dan lain-lain.
Dalam metoda geolistrik resistivitas, arus listrik diinjeksikan ke dalam
bumi melalui dua elektroda arus, beda potensial yang terjadi diukur melalui dua
elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap
jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan
jenis masing-masing lapisan bawah titik ukur.
Pengukuran Geolistrik dengan menggunakan metode resistivitas bertujuan
untuk menetapkan distribusi potensial listrik pada permukaan tanah. Hal tersebut
secara tidak langsung juga merupakan penentuan resisitivitas lapisan tanah.
Dalam metode geolistrik resistivitas arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi
melalui dua elektroda arus , beda potensial yang terjadi diukur melalui dua
elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap
jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan
jenis masing masing lapisan dibawah titik ukur. Metoda geolistrik digunakan
untuk eksplorasi mineral, reservoar air, geothermal, gas biogenik, kedalaman
batuan dasar, dan lain-lain.
2.1.1 Perumusan dasar geolistrik Resistivitas
1. Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan hubungan antara nilai tahanan yang sebanding
Dengan nilai potensial dan berbanding terbalik dengan nilai arus, dimana nilai
tahanan memiliki satuan Ohm, nilai potensial memiliki satuan volt dan arus
memiliki satuan ampere.
R=

Dengan :

= tahanan (Ohm)

V
I

= Beda potensial (Volt)

= arus (Ampere)

2. Arus listrik searah


Konsep mengenai arus listrik searah merupakan konsep arus listrik I yang
melewati suatu medium dengan luas penampang A, Panjang medium L dan
memiliki beda potensial

antara kedua ujungnya. Secara matematis dituliskan

sebagai :

Dengan

A
V
L

I
atau

A
V
L

1
= =konstan

Kedua konsep tersebut dapat digabungkan secara matematis menjadi :


I

AV
L
(2.5)

Dengan :

: Beda potensial antara kedua ujung kawat (Volt)

: tahanan jenis bahan (Ohm m)

: Panjang bahan
: Konduktivitas (siemens/meter)

V1

V2

Gambar 1.2
L : Arus listrik searah

Harga tahanan jenis batuan ditentukan oleh masing masing tahanan jenis
unsur pembentuk batuan. Hantaran listrik pada batuan yang ada didekat
permukaan tanah , sebagian besar ditentukan oleh distribusi elektrolit yang ada
dalam pori pori batuan tersebut. Selain dari jenis batuan dan jumlah masing
masing unsure pembentuk batuan , tahanan jenis ditentukan juga oleh factor
factor :
1. Kesarangan (Porositas)
2. Hantaran jenis / tahanan jenis cairan yang ada dalam pori pori batuan
3. Temperatur
4. Permeabilitas atau kesanggupan suatu bahan yang mempunyai pori pori
untuk mengalirkan cairan.
2.1.2 Potensial dalam medium homogen
Jika suatu arus mengalir dalam medium yang homogen isotropik dan dA

merupakan elemen permukaan,

adalah rapat arus dalam ampere/meter2, maka

arus tersebut dapat dinotasikan sebagai

.Da . Berdasarkan persamaan 2.5

,maka :

I
V

A
L

(2.6)

Mengingat

V
E
L

dan

I
J
A

Maka rapat arus menjadi

J E

Dengan E (volt/meter) dan

(2.7)

adalah konduktivitas bahan (siemens/meter).Telah

diketahui bahwa medan listrik merupakan gradient dari potensial scalar,

E V

(2.8)

Dengan V dalam volt, maka persamaan 2.7 menjadi :

J V

(2.9)

Jika muatan tersebut berada pada suhu ruangan dengan volume tertutup dengan
luas permukaan A, maka kondisi tersebut dapat ditulis :

J .dA 0
A

(2.10)

Menurut teorema Gauss yang menyatakan bahwa divergensi integral volume dari
suatu arus dalam suatu luasan akan sama dengan total muatan yang dilingkupi
oleh luasan tersebut, dan dinyatakan dengan :

.JdV 0
v

(2.11)

Dengan V adalah volume yang melingkupi muatan tersebut.


Dengan mensubstitusikan persamaan (2.9) ke persamaan (2.11) maka didapat :

.J . V 0

Sehingga


.V 2V 0

Jika

bernilai konstan maka akan didapatkan persamaan laplace berikut :

2V 0

(2.12)

2.1.3 Tahanan jenis semu (apparent electrical resistivity)


Tahanan jenis semu (apparent electrical resistivity) a dari suatu formasi
geologi diperoleh dari hubungan berikut ini:
a=R

( AL )

dimana R adalah tahanan terhadap arus listrik searah I (yang menyebabkan


terjadinya perbedaan potensial V) pada blok satuan dari material batuan dengan
luas penampang A dan panjang L. Di dalam material yang jenuh air, a
tergantung pada kepadatan dan porositas dari material dan salinitas dari fluida
yang terkandung di dalam material ini. Hukum Ohm merupakan hukum dan
konsep dasar dari cara pendugaan geolistrik tahanan jenis ini. Dengan asumsi
bahwa bumi bersifat homogen isotropik, resistivitas yang terukur merupakan
resistivitas sebenarnya dan tidak bergantung pada spasi elektroda. Pada

kenyataannya , bumi terdiri dari lapisan lapisan dengan

berbeda beda,

sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan lapisan


tersebut. Karenanya, harga resistivitas yang diukur seolah olah merupakan harga
resistivitas untuk satu lapisan saja (terutama untuk spasi yang lebar). Resistivitas

a k
semu dirumuskan dengan :

V
I

Dimana K adalah faktor konfigurasi dan bernilai :


K

1 1


r1 r2

2
1 1


r3 r4

Harga tahanan semu bergantung pada faktor geometri atau dengan kata
lain bergantung pada susunan elektroda yang digunakan.
Dalam pendugaan tahanan jenis digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Di bawah permukaan tanah terdiri dari lapisan-lapisan dengan ketebalan
tertentu.
2. Bidang batas antar lapisan adalah horizontal.
3. Setiap lapisan dianggap homogen isotropis.
Yang dimaksud dengan homogen adalah nilai tahanan jenisnya sama dan
isotropis adalah tahanan jenisnya akan menyebar ke segala arah dengan harga
yang sama.
2.1.4 Susunan (Konfigurasi) elektroda dalam pengukuran tahanan jenis
Ada beberapa macam susunan (konfigurasi) elektroda dalam pengukuran
tahanan jenis, antara lain :
1. Konfigurasi Schlumberger
Dalam susunan elektroda Schlumberger ini, jarak antara dua elektroda arus
A dan B dibuat lebih besar daripada jarak elektroda potensialnya M dan N.
Umumnya pada susunan ini elektroda elektroda diletakkan satu garis lurus
seperti yang ditunjukan oleh gambar dibawah ini :

Sumber

Gambar 1.1 Susunan Elektroda Schlumberger


Berdasarkan besaran fisis yang diukur susunan elektroda schlumberger ini
bertujuan untuk mengukur gradien potensial listriknya. Besar faktor geometris
untuk susunan elektroda schlumberger ini sesuai dengan persamaan :
K

1 1


r
1 r2

2
1 1


r
3 r4

AM BN r1 r4 b a / 2
AN BM r2 r1 b a / 2

sehingga :

b2 a
K

a 4

a,s
Jadi,
2. Konfigurasi wenner

b 2 a V


a
4 I

Dalam praktek aktifitas pendugaan geolistrik di lapangan, suatu arus listrik


yang besarnya diketahui dilewatkan dari suatu alat duga geolistrik ke dalam tanah,
yakni melalui sepasang elektrode arus yang dipasang, katakanlah di titik-titik A
dan B. Kemudian selisih potensialnya diukur, yaitu melalui sepasang elektrode
potensial yang ditancapkan di titik-titik M dan N. Titik-titik A, M, N, B
diusahakan berada dalam suatu garis lurus. Metode pendugaan yang
menggunakan susunan elektrode aturan Wenner (yang merupakan bentuk khusus
dari susunan Schlumberger dengan mengambil a = MN = 1/3 AB). Setiap kali
selesai dilakukan pengukuran, elektrode arus (C) dan elektrode potensial (P)
bersama-sama digerakkan atau dipindahkan dengan jarak pindah sesuai dengan
kedalaman duga menurut aturan tersebut. Jarak atau spasi elektrode-elektrode
menentukan kedalaman penetrasi arus listrik ke dalam tanah. Untuk setiap kali
pengukuran, nilai a dihitung atas dasar hasil pengukuran perbedaan potensial,
besar arus yang dikenakannya dan spasi dari elektrode-elektrode tersebut. Panjang
bentangan diatur sekitar 500 m untuk kedalaman duga sekitar 150 m. Dengan
menerapkan susunan elektrode Wenner ini (lihat gambar 1), bisa diperoleh hargaharga serta hubungan antara nilai tahanan jenis semu

(apparent specific

resistivity) a dengan besaran fisika R (tahanan listrik) dengan menggunakan

rumus:

AM . AN
MN

, yang berlaku untuk konfigurasi Schlumberger (Astier, 1971)

Untuk konfigurasi Wenner berlaku ketentuan: AN = 2 MN; AM = MN, sehingga :

K 2 .MN
Nilai tahanan jenis semu dinyatakan berdasarkan hubungan berikut ini:

a K

V
V
2 .MN .
2 .a.R
I
I

Keterangan :
a

: nilai tahanan jenis semu (ohm meter) pada kedalaman duga

: selisih atau perbedaan potensial (milivolt)

: arus listrik (miliamper)

: faktor geometri lapangan dari konfigurasi Wenner

: jarak antara kedua elektrode potensial, yaitu MN dan jarak antara


kedua elektrode arus AB adalah

L = 3a

: tahanan yang terbaca pada alat (ohm)

3. Konfigurasi dipole-dipole
I

k n( n 1)( n 2)a
Untuk konfigurasi ini:
4. Konfigurasi pole-dipole
V

a
I

5. Konfigurasi pole-pole
V

2.1.5 Pengukuran tahanan jenis


Pengukuran tahanan jenis dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:
a.

Mapping
Pengukuran dilakukan dimana elektroda arus dan elektroda potensial
dipindahkan tanpa merubah konfigurasi keempat elektroda tersebut. Hasil
pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui variasi resistivitas secara lateral
(horizontal).

b.

Sounding
Posisi elektroda berubah-ubah terhadap suatu titik acuan. Tujuannya untuk
mengetahui variasi resistivitas sebagai fungsi kedalaman pada suatu titik
pengukuran
2.1.6 Sifat Listrik Batuan
Berdasarkan proses konduksi di dalam batuan, jenis batuan digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu:

a.

Konduksi dielektrik
Terjadi jika batuan bersifat dielektrik terhadap aliran listrik (terjadi
polarisasi muatan saat bahan dialiri arus listrik).

b.

Konduksi elektrolitik
Terjadi jika batuan bersifat porus dan pori-pori tersebut terisi cairan-cairan
elektrolit. Pada kondisi ini arus dibawa oleh ion-ion elektrolit.

c.

Konduksi elektronik
Terjadi jika batuan mem[unyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik
dibawa oleh elektron bebas.
Berdasarkan harga resisitivitasnya, batuan igolongkan menjadi tiga, yaitu:

-6

Konduktor baik: nilai resistivitasnya 10 <

< 1 Ohm-meter.

Konduktor pertengahan : nilai resistivitasnya 1 <

< 107 Ohm-meter.

Isolator: nilai resistivitasnya

> 107 Ohm-meter

2.1.7 Akuisisi data resistivitas


Pengambilan data lapangan dengan menggunakan metode metode
geolistrik resistivity ada 3 cara. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda,
ketiga cara tersebut adalah Vertical Sounding, Lateral Mapping dan Resistivity 2D
(Gabungan Lateral Mapping dengan Vertical Sounding).

1. Vertical Sounding
Vertical sounding digunakan untuk mengetahui distribusi harga resistivitas
pada suatu titik target sounding di baw\ah permukaan. Cara ini dinamakan vertical
sounding 1D karena resolusi yang dihasilkan hanya bersifat vertical. Konfigurasi
yang digunakan dalam pengukuran sounding ini dapat menggunakan konfigurasi
Schlumberger dan konfigurasi Wenner.
Konfigurasi Schlumberger bertujuan untuk mencatat gradient potensial
atau intensitas medan listrik dengan menggunakan pasangan elektroda potensial
yang berjarak relative dekat dibandingkan dengan jarak elektroda arus. Dalam
susunan ini empat elektroda kollinier atau dengan kata lain bahwa keempat
elektroda terletak dalam satu garis lurus. Susunan elektroda dari konfigurasi ini
dapat disajikan seperi gambar berikut :
I
V

C1

P1

P2
r2

r1

C2
r4

r3

Besar tahanan jenis tergantung pada susunan elektroda, faktor ketergantungan ini
disebut sebagai faktor geomeris(K). Faktor geometris ini merupakan parameter
yang sangat penting dalam pendugaan geolistrik baik untuk pendugaan vertikal
maupun horizontal, sebab harga K akan tetap untuk posisi C1 C2 dan P1 P2
yang tetap. Jadi, besarnya K tergantung pada kedudukan relatif antara elektrodaelektrodanya. Perhitungan tahanan jenis secara umum adalah

a k

V
I

Berikut teknik akuisisi vertikal sounding


I

C1

C2
V

P1

P2

n=1
n=2
n=3

Berdasaarkan gambar di atas, pengukuran pertama dilakukan dengan membuat


jarak spasi a. Dari pengukuran ini diperoleh satu titik pengukuran. Pengukuran
kedua dilakukan dengan membuat jarak spasi antara C1 P1 dan P2 C2 menjadi
2a, dan diperoleh titik pengukuran berikutnya. Adapun keuntungan dan
keterbatasan penggunaan metoda schlumberger adalah :
1. Tidak terlalu sensitive pada perubahan lateral setempat.
2. Perbandingan AB/MN harus antara 2,5 50 (2,5 < AB / MN < 50)
3. Elektroda potensial tidak terlalu sering dipindahkan, sehingga mengurangi
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Selain konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Weener pun dapat digunakan unutk
pengukuran vertical sounding. Berikut gambarnya
I
V

M
a

N
a

B
a

Persamaan resistivitasnya dan factor geometrisnya dirumuskan dengan persamaan

V
I

a K

a
dengan K = 2

Dengan a merupakan spasi antara dua elektroda.


Dalam konfigurasi Wenner ditempatkan empat elektroda dengan spasi yang sama
dengan jarak a. Geometri pengukuran konfigurasi Wenner secara vertikal
sounding dapat dilihat pada gambar berikut :
P1

C1

1m
C1

1m

P1
2m

C1

1m
C2

P2
2m

P1
4m

C2

P2

2m
C2

P2
4m

4m

Pengukuran pertama dilakukan dengan membuat spasi (misal a = 1m) dan


diperoleh satu titik pengukuran. Pngukuran kedua dilakukan dengan membuat
spasi antara C1 P1 dan P2 C2 menjadi 2a dan seterusnya sampai bentangan
maksimal yang telah ditentukan.
2. Lateral Mapping
Cara ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan harga resistivitas di
suatu areal tertentu. Setiap titik target akan dilalui beberapa titik pengukuran.
Ilustrasi cara ini dapat dilihat sperti gambar berikut :

a
C1

P1

P2

C2

Gambar di atas merupakan skema akuisisi data secara mapping (dalam hal
ini digunakan konfigurasi Weener). Untuk grup pertama (n = 1), spasi dibuat
bernilai a. Setelah pengukuran pertama dilakukan, elektrode selanjutnya digeser
ke kanan sejauh a (C1 pindah ke P1, P1 pindah ke P2, dan P2 ke C2) sampai jarak
maksimum yang diinginkan. Adapun keuntungan dan keterbatasan metoda
Weener :
1. Sangat sensitive terhadap perubahan lateral setempat
2. Jarak elektroda arus dengan potensial relatif lebih dekat sehingga daya
tembus alat lebih dangkal dan sama besar untuk setiap grup (n).
3. Setiap pengukuran semua elektroda dipindahkan sehingga memerlukan
tenaga kerja yang lebih banyak.
3. Resistivity 2D
Cara ini merupakan gabungan antara mepping dengan sounding. Dimana
pengukuran sounding dilakukan pada setiap titik lintasan secara lateral atau
lintasan mapping dilakukan setiap kedalaman. Konfigurasi elektroda yang
digunakan diantaranya adalah konfigurasi Weener, Dipole-Dipole, Schlumberger
dan Pole-Dipole.

na

2.1.8 Alat Untuk Pengukuran Resistivitas


1. Power Source
Komponen yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran resistivitas
adalah sebuah power source, meters untuk mengukur arus dan tegangan,
elektroda, kabel dan kumparan. Kita dapat menggunakan power dc atau power ac
dengan frekuensi rendah, dianjurkan dibawah 60 Hz.
Power source biasanya berupa motor generator yang bernilai ratusan watt
atau beberapa kilowatt. Karena alat ini besar dan berat, maka alat ini termasuk
jenis semiportable, sehingga alat ini tidak dipindah-pindahkan setiap kali
elektroda berpindah. Untuk menghindari efek polarisasi elektrolisis yang
disebabkan oleh arus tak terarah, maka polaritas dc harus dibalikkan secara
berkala dengan menggunakan tangan atau tombol reversing, atau dengan
komutator mekanis dan bisa juga dengan vibrator. Rata-rata komutasi bisa dalam
rentangan tiga atau empat kali satu menit sampai 100 kali per detik.
Alternating current juga digunakan pada komutasi dc. Suatu transistor
osilator gelombang sinus frekuensi rendah dengan transformer output dari
beberapa watt dapat memebuat power source portable yang baik.
Setiap alat ini pastinya mempunyai keunggulan dan keterbatasan. Sumber
dc mengizinkan pengukuran resistivitas dcyang sbenarnya-sesuai yang
diinginkan tapi juga mengukur potensial spontan. Ini membutuhkan titik poros
yang berguna sebagai elektroda potensial; pengaruh SP harus dicatat sebelum
sumber dinyalakan, dan kemudian dikurangi, secara langsung atau dengan arti
mengganti tegangan dari pengukuran potensial ketika arus megalir.

Penggunaan arus ac menghilangkan efek SP. Pada penjumlahan, amplifier


pita sempit diposisikan di sumber frekuensi bisa digunakan untuk menaikkan rasio
signal-to-noise. Akan tetapi pengukur resistivitas secara umum akan lebih rendah
dari nilai dc yang sebenarnya. Pemasangan induktif antara arus panjang dan
potensial yang berdekatan, seperti arus bocor, khususnya pada tanah basah akan
memberikan pembacaan yang aneh. Segala efek ini akan bertambah dengan
naiknya frekuensi.
2. Ammeter dan Voltmeter
Ammeter dan Voltmeter ini terdapat di dalam alat geolistrik (naniura)
tersebut. Dengan dc, arus diukur dengan suatu miliammeter dc yang nilainya
berkisar antara 5 sampai 500 mA, tergantung pada sebaran elektroda, tipe tanah
dan power yang digunakan. Secara normal potensial diukur dengan suatu
voltmeter dc yang mempunyai inputan impedansi tinggi (1M

atau lebih) dan

rentang 10mV samppai 20V. Ketika sumber ac digunakan, ac meter tentunya


diperlukan.
Suatu alat yang mengukur perbandingan arus dengan tegangan biasanya
dikenal dengan Megger sering digunakan dalam pengukuran resitivitas.
Dikembangkan untuk tes kabel isolasi, alat ini mudah dimodifikasi untuk
mengukur resistansi tanah. Power dikembangkan dengan engkol tangan suatu
generato dc atau mageto; keluarannya adalah sekitar 100 V dan suatu gulungan
arus dc yang dihubungkan dalam rentetan dengan satu sisi. Kemudian outputnya
dikomutasi dalam tangkai generator dan digunakan dalam elektroda arus.
Elektroda potensial dihubungkan dengan komutator kedua, yang saling singkron.
Akhirnya ditempelkan dengan gulungan arus untuk membuat jarum defleksi
proposional dengan V/I.
Instrumen lain yang tersedia adalah alat resistivitas all-in-one, yang
menggunakan sebuah vibrator dengan power yang berasal dari baterai kering atau
transistor osilator frekuensi rendah. Alat seperti Megger, mempunyai power

keluaran yang rendah. Selanjutnya, dengan beberapa penyebaran elektroda,


kombinasi sumber power dan kedua meter dalam satu box bisa mempunyai
kekurangan. Akan tetapi alat ini padat dan pastinya portable.
3. Elektroda dan Kabel
Dengan sumber power ac, semua elektroda yang terbuat dari baja,
alumunium atau kuningan; stainless steel merupakan kombinasi kekuatan terbaik
dan tahan terhadap korosi. Elektroda logam paling tidak harus mempunyai
panjang 0,5 m sehingga bisa ditancapkan dalam tanah beberapa cm untuk kontak
listrik yang baik. Pada permukaan yang sangat kering, kontak ini bisa diperbaiki
dengan memberi air pada elektroda.
Hubungan kabel, yang harus diisolasi seringan mungkin, tersobek pada
gulungan portable. Isolasi plastic lebih dapat menahan daripada isolasi karet,
melawan aberasi dan kelembapan; akan tetapi beberapa plastik dapat rusak dalam
cuaca dingin.
4. Resistivity Meter
Resisitivity meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur geolistrik
tahanan jenis. Sedangkan alat yang digunakan dalam pengukuran geolistrik
Induced polarization (IP) yaitu IP meter. Di jurusan Fisika Unpad terdapat tiga
lata untuk mengukur geolistrik, yaitu: Resisitivity Meter Naniura NRD22S dan
Naniura NRD22 serta Supersting Res dan IP Meter R8 Multichannel.
Resistivity Meter Naniura NRD22S dan Naniura NRD22 merupakan alat
ukur geolistrik konvensional yang masih menggunakan 1 channel (gambar 1.1).
data yang dipeoleh dari pengukuran dengan menggunakan Resistivity Naniura
NRD22S yaitu harga beda potensial (V) dan arus (I). Data V dan I ini kemudian

diolah untuk mendapatkan harga tahanan jenis semu (

apparenth). Resistivity

Meter NRD22S/NRD22 banyak digunakan untuk pengukuran sounding 1D,


sedangkan untuk pengkuran 2D relatif masih jarang digunakan karena harus

membuat dahulu geometri pengukuran (stacking chart), tabel akuisisi, membuat


format konversi data lapangan ke format data software (dilakukan secara manual),
dan pelaksanaan pengukuran di lapangan yang cukup lama. Misalnya untuk
pengukuran geolistrik 2D dengan panjang lintasan 250 meter dengan
menggunakan konfigurasi Wenner, waktu yang dibutuhkan sekitar 4 6 jam
tergantung kondisi medan di lapangan.

Spesifikasi Resistivity Meter Naniura NRD22S terdiri dari dua bagian,


yaitu bagian pemancar (transmitter) dan penerima (receiver).
Pemancar (transmitter) terdiri dari:

Catu daya (power supply)

: 12/24 V, minimal 6 AH

Daya keluar (output power)

: 200 W untuk catudaya 12 V dan

300 W untuk catudaya 24 V (automatis)

Tegangan keluar (output voltage)

: 350 V maksimum untuk catu daya

12 V dan 450 V untuk catu daya 24 V

Arus maksimum (max current)

: 2000 mA

Ketelitian arus (current accuracy)

: 1 mA

Sistem Pembacaan

: digital

Catu daya digital meter

: 9 V baterai kering

Fasilitas

: current loop indicator

Sedangkan bagian penerima (receiver) terdiri dari:

Impedansi maksimum (input impedance)

: 10 Mohm

Batas ukur pembacaan (range)

: 0.1 mV 500 V

Ketelitian (accuracy)

: 0.1 mV

Kompensator kasar

: 10 x putar

Kompensator halus

: 1 x putar

Sistem pembacaan

: digital

Catu daya digital meter

: 3V(dua buah baterai kering

AA)

Fasilitas pembacaan

: hold (data disimpan di

memory)

Massa alat

: 10 kg

Supersting Res dan IP Meter R8 Multichannel merupakan alat yang biasa


digunakan untuk mengukur geolistrik tahanan jenis 1D/2D/3D dan geolistrik
induced polarization (IP) 2D/3D. Data pengukuran yang diperoleh dari alat ini

sudah merupakan harga tahanan jenis semu (

apparenth) yang tersimpan di

memori alat. Alat ini terdiri dari 1 switch box, 28 elektroda, bentangan kabel
maksimal 945 m (gambar 1.2). Di Asia Tenggara alat Supersting Res dan IP meter
R8 Multichannel ini hanya ada di Unpad dan Pusat Survey Geologi (PSG).
Beberapa kelebihan pengukuran resistivity 2D/3D dan IP 2D/3D dengan
menggunakan alat geolistrik Supersting Res dan IP Meter Multichannel, yaitu:

Pengukurannya relatif lebih cepat dibandingkan menggunakan Resistivity


Meter Naniura NRD22S atau IP meter konvensional. Dengan menggunakan
Supersting Res dan IP IP R8, pengukuran dengan panjang lintasan 810 945
m dengan tiga konfigurasi membutuhkan waktu sekitar 4 5 jam tergantung
kondisi medan.

Tidak perlu melakukan konversi data secara manual yang membutuhkan


waktu cukup lama karena sudah tersedia software AGIS Admin untuk
melakukan konversi data pengukuran tersebut.

Hasil pengukuran bisa langsung di lapangan (quick look).

2.1.9 Intepretasi data resistivitas


Intepretasi data pendugaan resistivitas dibagi menjadi dua macam, yaitu
interpratasi langsung dan interpretasi tidak langsung.
Intepretasi Tidak langsung
Intepretasi tidak langsung dilakukan denagn cara kita membuat model
dulu lalu dicocokan dengan data dari lapangan sedangkan dalam intepretasi
langsung data lapangan diolah sedemikian sehingga kita bisa memperoleh
parameter lapisan langsung dari data lapangan.
Intepretasi tidak langsung dilakukan dengan cara kita membuat model
lapisan tanah dari model itu dihitung fungsi resistivitas semu lalu dicocokan
dengan harga resistivitas semu hasil pengukuran dari lapangan yang disebut curve
matching . Dalam curve matching fungsi resistivitas semu yang dihitung tersebut
berupa kurva-kurva teoritis, sehingga kita tinggal mencocokan kurva kurva
teoritis tersebut dengan kurva resistivitas semu dari lapangan. Harga atau nilai
dari tahanan jenis lapangan (ohm meter) pada kedalaman duga (m) diplot terhadap
jarak spasi elektrodenya pada suatu kertas grafik log-log, yang membentuk kurve
atau garis-garis lengkung. Untuk tujuan interpretasi stratigrafi, maka kurve hasil
lapangan ini dibandingkan dengan kurve yang sudah baku (standard curve) dan
sudah diterbitkan. Kurve-kurve ini merupakan model teoritis untuk suatu geometri
lapisan-lapisan yang dibuat secara sederhana.

Fungsi resistivitas semu dapat dinyatakan sebagai fungsi dari setengah


bentangan elektroda arus per tebal lapisan pertama , yaitu :
AB

a 1 f
2 d1

a
Dimana :

= Resistivitas lapisan pertama


AB / 2

d1

= Bentangan elektroda arus


= Tebal lapisan pertama

Dalam fungsi resistivitas semu tersebut terkandung semua informasi parameter


lapisan. Harga harga batas diperoleh untuk AB/2 besar dan AB/2 kecil, untuk
AB/2 besar kurva resistivitas semu akan menuju harga resistivitas yang terdalam

a
sedangkan untuk AB/2 kecil akan menuju resistivitas lapisan teratas. Jika
dilukiskan terhadap AB/2 d1 dengan membuat parameter lapisan tetap

akan

diperoleh suatu kurva untuk parameter parameter lapisan tertentu.


Penafsiran Data Lapangan dengan Metoda Pencocokan Kurva
Interpretasi geolistrik resistivity

dapat dilakukan dengan metoda

pencocokan kurva (curve matching / the auxiliary point method) yang bisa
dilakuakn secara manual ataupun komputerisasi. Secara manual bisa dilakukan
dengan menggunakan kurva matching dan kertas bilog, secara komputerisasi
dapat dilakukan dengan menggunakan program Resint, Resis, Resix, Resty, dan
lain-lain.
Dalam pengukuran dengan mengggunakan metoda geolistrik resistivity,
hasil pengukurannya masih merupakan tahanan jenis semu. Tahanan jenis terukur
diplot sebagai fungsi jarak elektroda memiliki bentuk yang sama dengan lengkung
teoritik jika diplot dalam skala yang sama. Lengkung ini dapat dibandingkan

langsung dengan lengkung teoritik dengan cara superposisi dengan sumbu tegak
dan datar, dengan menjaga agar kedua lengkung tersebut tetap sejajar. Kurva
lapangan ini menggmabarkan susunan batuan yang ada di bawah permukaan.
Dalam melakukan interpretasi kurva lapangan dilakukan dengan
mencocokannya terhadap kurva induk dua lapis (teoritik). Untuk interpretasi
kurva lapangan yang terdiri dari beberapa lapisan dapat digunakan kurva induk
dua lapis dan diperlukan kurva bantu. Kurva bantu diturunkan secara reduksi
dimana anggapan bahwa lapisan-lapisan bumi yang homogen dan isotropis diganti

a
dengan suatu lapisan fiktif dengan ketebalan d dan harga tahanan jenisnya

Macam-macam kurva bantu:


1. Kurva batu tipe A : bentuk kurva monoton baik. Bentuk kurva semacam

1 2 3
ini dapat dihubungkan dengan perubahan resistivitynya

2. Kurva bantu tipe H : kurva lapangan mempunyai bentuk yang


mengandung minimum. Hala ini dihubungkan dengan adanya urutan tiga

1 2 3
lapisan yang resistivitasnya berubah menurut:

3. Kurva bantu tipe K : kurva lapangan mempunyai bentuk yang


mengandung maksimum, dan dihubungkan dengan adanya uruten tiga

1 2 3
lapisan resistivitasnya berubah menurut:

4. Kurva bantu tipe Q : tipe kurva bantu ini kebalikan dari kurva tipe A,
bentuknya monoton turun dan dapat dihubungkan dngan perubahan

1 2 3
keadaan resistivitasnya dimana:

KURVA BANTU
Tipe - H

Tipe - K

AB/2

AB/2

Tipe - A

Tipe - Q

a
AB/2

AB/2

Res2Dinv
Res2dinv adalah program komputer yang secara automatis menentukan
model resistivity 2 dimensi (2-D) untuk bawah permukaan dari data hasil survey
geolistrik (Griffithsand Barker 1993). Model 2-D menggunakan program inversi
dengan teknik optimasi least-square non linier dan subroutine dari pemodelan
maju digunakan untuk menghitung nilai resistivitas semu dengan teknik finite
difference dan finite element.
Data hasil survei geolistrik disave dengan ekstensi *.dat dengan data
dalam file tersebut tersusun dalam order sebagai berikut :
Line 1 Nama dari garis survei
Line 2 Spasi elektroda terpendek
Line 3 Tipe pengukuran (Wenner = 1, Pole-Pole =2, Dipole-dipole=3, Poledipole = 4, Schlumberger = 7)

Line 4 Jumlah total datum point


Line 5 Tipe dari lokasi x untuk datum point. Masukkan 0 bila letak
elektroda pertama diketahui. Gunakan 1 jika titik tengahnya
diketahui.
Line 6 Ketikkan 1 untuk data IP dan 0 untuk data resistivitas
Line 7 Posisi x, spasi elektroda, (faktor pemisah elektroda (n) untuk dipoledipole, pole-pole, dan Wenner-Sclumberger) dan harga resistivitas
semu terukur pada datum point pertama
Line 8 Posisi x, spasi elektroda dan resistivitas semu yang terukur untuk
datum point kedua
Dan seterusnya untuk datum point berikutnya. Setelah itu diakhiri dengan empat
angka 0.

BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Pengukuran Sounding Konfigurasi Schlumberger
Tabel 1. Hasil Akuisisi Data Geolistrik Konfigurasi Schlumberger
MN/

I (mA)

V (mV)

1
13

2
13

5
12

5
11

0
12

9
12

8
17

8
17

7
20

9
20

2
24

5
24

6
21

4
21

0
24

0
24

0
17

2
17

0
21

2
21

6
19

7
20

274.7

8
22

2
22

30

5
494.5

7
20

7
20

40

2
AB/2
1
1.5
2.5
4
6
8
10
12
15

0.5

10

2.36
6.28
18.84
49.46
112.26
200.18
313.22
451.38
705.72
117.7

20
25

5
188.4

25

8180 8180
2505 2505
621

621

179.

179.

66.8

66.1

44.8

43.7

24.4

24.1

18.6

18.5

51.1

50.6

26.4

26.8

16.6

16

7.1

777.1

10

10

74

50

1.9

1.9

74

2.9

2.8

88

88

588.7

15

15

3
13

4
13

6.2

6.1

3.5

3.6

549.
60

5
867.

75

100

942

125
Perhitungan nilai semu
V
=k
I
Keterangan :

: resistivitas semu
k
: Faktor konfigurasi
V
: Beda potensial
I

: Kuat arus listrik

Tabel 2. Hasil perhitungan nilai rho semu


Rho rata-

Rho
1
142.99

2
rata
142.99 142.99852

9
131.09

9
132.19 131.64582

5
91.403

7
91.403 91.403438

4
50.158

4
49.598 49.878372

6
37.123
6
36.455
5
36.393

2
36.197

36.660304

35.851 36.153727
9
35.945 36.169452

2
34.982
29.059
1
Rho
1
27.856
6
25.12

7
34.506
3 34.744136
28.721
2
2
27.456

28.890111
Rho ratarata

9 27.656755
24.995

20.091

6 25.057822
19.365

9
17.382

6 19.728744
17.137

7
14.335

9 17.260285
14.335

8
21.534

8 14.335777
20.791

5
19.714

9 21.163176
19.714

3
23.857

3 19.714318
23.320

8
24.242
6

6
25.12

23.58923
24.681324

Input data ke dalam software IP2WIN

3.2 Pengukuran Sounding Konfigurasi Wenner

Tabel 3. Hasil Akuisisi Data Geolistrik Konfigurasi Wenner


N

6.28

12.56

18.84

25.12

1
733

2
724

1
71

2
70

0
402

0
400

4
64

4
64

0
207

0
206

7
57

4
57

0
107

0
107

6
60

2
60

31.4

668

668

4
56

3
56

37.68

700

700

7
69

7
69

43.96

500

515

9
64

9
64

50.24

500

510

2
67

0
67

56.52

422

421

4
66

6
66

10

10

62.8

11

12.5

78.5

12

15

94.2

13

17.5

109.9

14

20

125.6

15

25

16

394.

68

68

257.

7
257.

9
71

4
71

203

203

1
68

2
68

7
59

7
59

8
62

4
62

2
52

2
54

9
51

4
51

1
51

3
53

5
61

0
61

6
47

8
46

3
47

9
47

4
76

6
76

398

144.

146

9
126.

125.

157

80.2

82.2

30

188.4

65.7

65.8

17

35

219.8

56.3

58.8

18

40

251.2

62.1

62.1

19

45

282.6

41.3

40.2

20

50

314

38.3

38.5

21

60

376.8

51.5

51.4

Perhitungan nilai semu


V
=k
I
Keterangan :

: resistivitas semu
k
: Faktor konfigurasi
V
: Beda potensial
I
: Kuat arus listrik
Tabel 4. Hasil perhitungan nilai rho semu
Rho rata-

Rho
1

rata

64.5840909

64.5276196

1
78.0124223

8
78.0256856

6
67.8503496

8
67.7782998

44.6670198

5
44.6994361

3
44.6832280

7
36.9932980

5
36.9932980

1
36.9932980

6
37.7339055

6
37.7339055

6
37.7339055

8
34.2367601

35.3740625

34.80541131

37.9029585

37.5864941

3
35.7436942

64.47114846
78.038949
67.70625

2
37.2700296
7
35.7592803
6
36.2763425

35.72810811
36.2385380

3
36.2574402

7
Rho rata-

1
28.3969057

2
28.3680477

rata
28.3824767

7
27.8349345
26.6296153

5
27.8349345
27.0124579

6
27.8349345
26.8210366

8
25.5238585

1
25.3825080

5
25.4531832

2
23.8022684

4
23.7231617

3
24.2228571

Rho

4
24.0286213
6
25.3238961

24.1651462

23.7627151
24.1940016

24.3853584

7
24.2069899

9
25.2419417

2
25.2829189

24.6752219

5
24.2228571

3
24.4490395

9
25.3717299

4
25.3970588

7
25.3843943

6
25.5331578

2
25.4835789

9
25.5083684

3.3 Pengukuran Mapping Konfigurasi Wenner Alfa


Perhitungan nilai semu
V
=k
I
Keterangan :

: resistivitas semu
k
: Faktor konfigurasi
V
: Beda potensial
I

: Kuat arus listrik

Tabel 5. Hasil Akuisisi Data Geolistrik Konfigurasi Wenner Alpha dan Hasil
Perhitungan Nilai rho semu
Switch Box

No

a(m
)

Aru

Volt

s
I1

28

27

26

25

V
1
2
7
2
6
2
5
2
4

Arus

I (mA)

V (mV)

Rho rata -

Rho

rata

V2

I2

26

25

31.4 245 246 426

426 54.597551 54.3756

25

24

31.4 197 196 385

350 61.317665 56.0073

24

23

31.4 185 187 338

337 57.283784 56.5872

23

22

31.4 266 267 507

509 59.848872 59.8599

54.48658
039
58.66250
596
56.93547
478
59.85439
864

24

23

22

21

20

10

19

11

18

12

17

13

16

14

15

15

14

16

13

17

12

18

11

19

10 9

3
2
2
2
1
2
0
1
9
1
8
1
7
1
6
1
5
1
4
1
3
1
2
1
1
1
0

22

21

31.4 194 195 363

364 58.705052 58.5328

21

20

31.4 224 256 849

821 119.01161 100.701

20

19

31.4 456 458 756

760 52.057895 52.1048

19

18

31.4 342 344 596

601 54.720468 54.8587

18

17

31.4 265 265 164

164 19.432453 19.3851

17

16

31.4 250 258 460

467

16

15

31.4 390

637

51.286667

15

14

31.4 355

322

28.463437

14

13

31.4 246

444

56.673171

13

12

31.4 271

74.7

8.6552768

12

11

31.4 230

373

50.963565

11

10

31.4 247

386

49.070445

10

31.4 248

386

48.923226

31.4 206

284

43.274078

31.4 230

206

28.055217

57.776

56.8364

58.61893
603
109.8561
942
52.08134
912
54.78959
438
19.40875
472
57.30621
705
51.28666
667
28.46343
662
56.67317
073
8.655276
753
50.96356
522
49.07044
534
48.92322
581
43.27407
767
28.05521

739
20

9 8

31.4 281

406

45.367972

21

8 7

31.4 316

533

52.962658

22

7 6

31.4 202

327

50.861782

23

6 5

31.4 341

516

47.51437

24

5 4

31.4 384

542

44.319792

25

4 3

31.4 302

424

44.084768

24

22

62.8 349 350 255

277 45.93937 49.7376

23

21

62.8 215 216 170

172 49.714233 49.862

22

20

62.8 208 209 159

160 47.915192 48.1066

21

19

62.8 217 217 164

155 47.577512 44.7414

20

18

62.8 285 284 212

212 46.802526 46.9452

19

17

62.8 253 253 201

201 49.768379 49.9173

18

16

62.8 488 493 344

347 44.217377 44.1383

17

15

62.8 276 277 202

203 45.962319 45.9097

26 10 28

27 10 27

28 10 26

29 10 25

30 10 24

31 10 23

32 10 22

33 10 21

2
6
2
5
2
4
2
3
2
2
2
1
2
0
1
9

45.36797
153
52.96265
823
50.86178
218
47.51436
95
44.31979
167
44.08476
821
47.83848
481
49.78813
48
48.01089
759
46.15944
7
46.87386
879
49.84284
585
44.17785
688
45.93603
307

34 10 20

16

14

62.8 297 295 217

218 45.884175 46.4507

15

13

62.8 217 218 170

117 49.198157 33.5606

14

12

62.8 333

261

49.127327

13

11

62.8 219

63.4

18.180457

12

10

62.8 307

198

40.584756

11

62.8 288

197

42.913333

10

62.8 327

246

47.244037

62.8 177

131

46.479096

62.8 252

165

41.168889

43 10 11 9

62.8 223

144

40.496143

44 10 10 8

62.8 318

220

43.446541

45 10

9 7

62.8 383

21.9

3.5909138

46 10

8 6

62.8 304

207

42.761842

47 10

7 5

62.8 174

127

45.836782

22

19

35 10 19

36 10 18

37 10 17

38 10 16

39 10 15

40 10 14

41 10 13

42 10 12

8
1
7
1
6
1
5
1
4
1
3
1
2
1
1
1
0

48 15 28 2

94.2 276 277 141

46.16744
347
41.37935
357
49.12732
733
18.18045
662
40.58475
57
42.91333
333
47.24403
67
46.47909
605
41.16888
889
40.49614
35
43.44654
088
3.590913
838
42.76184
211
45.83678
161

141 47.987391 47.8822 47.93477

5
49 15 27

50 15 26

51 15 25

52 15 24

53 15 23

54 15 22

55 15 21

56 15 20

57 15 19

58 15 18

59 15 17

60 15 16

61 15 15

62 15 14

2
4
2
3
2
2
2
1
2
0
1
9
1
8
1
7
1
6
1
5
1
4
1
3
1
2
1
1

868
21

18

94.2 295 297 153

154 48.760475 48.7176

20

17

94.2 224 223 130

112 54.75375 47.1422

19

16

94.2 229 230 113

112 46.441834 45.8303

18

15

94.2 226 228 106

106 44.265664 43.8361

17

14

94.2 270 267 124

125 43.262222 44.0306

16

13

94.2 411 412 189

189 43.226569 43.236

15

12

94.2 246 247 123

124 47.176585 47.1763

14

11

94.2 197 197 102

101 48.534518 48.3911

13

10

94.2 277 277 132

132 44.991552 44.9916

12

94.2 356

159

42.098933

11

94.2 306

130

40.142745

10

94.2 229

23.3

9.5845415

94.2 287

145

47.428223

94.2 371

126

32.017844

48.73902
517
50.94799
608
46.13609
094
44.05085
817
43.64639
201
43.23127
011
47.17643
033
48.46279
188
44.99155
235
42.09893
258
40.14274
51
9.584541
485
47.42822
3
32.01784
367

63 15 13

94.2 260

193

69.744231

64 15 12 9

94.2 265

115

41.021434

65 15 11 8

94.2 218

102

43.902385

66 15 10 7

94.2 256

119

43.788281

20

16

126 286 288 110

19

15

126 234 234 85.4 86.7 45.838632 46.5364

18

14

126 249 247 81.2 83.3 40.958715 42.3582

17

13

126 200 202 71.9 71.3

16

12

126 209 209 73.5 73.3 44.170335 44.0501

15

11

126 181 182 65.3 65.6 45.313149 45.2712

14

10

126 512 513 190

191 46.560313 46.6654

13

126 407 406 139

139 42.771892 42.8772

12

126 263 263 210

210 100.09795 100.098

11

126 174 174 61.6 61.2 44.465287 44.1766

10

126 366

67 20 28

68 20 27

69 20 26

70 20 25

71 20 24

72 20 23

73 20 22

74 20 21

75 20 20

76 20 19

2
4
2
3
2
2
2
1
2
0
1
9
1
8
1
7
1
6
1
5

77 20 18 1

124

110 48.263776 47.9722

45.1532 44.3331

42.415738

69.74423
077
41.02143
396
43.90238
532
43.78828
125
48.11799
922
46.18752
137
41.65846
674
44.74313
465
44.11023
923
45.29217
898
46.61286
58
42.82456
664
100.0979
468
44.32091
954
42.41573

4
78 20 17

79 20 16

80 20 15

81 20 14

1
3
1
2
1
1
1
0

82 20 13 9

83 25 28

84 25 27

85 25 26

86 25 25

87 25 24

88 25 23

89 25 22

90 25 21

91 25 20

2
3
2
2
2
1
2
0
1
9
1
8
1
7
1
6
1
5

77
5.148139

126 344

14.1

5.1481395

126 323

111

43.046192

126 307

105

42.916743

126 359

125

43.872535

126 218

67.6

38.947523

18

13

157 202 203 55.5 54.1 43.136139 41.8409

17

12

157 222 223 64.6 63.8 45.685586 44.9175

16

11

157 167 167 51.5 49.6 48.416168 46.6299

15

10

157 240 240 68.4 68.2

14

157 206 206 59.3 59.6 45.19466 45.4233

13

157 245 245 72.3 72.4 46.33102 46.3951

12

157 332 340 105 95.6 49.795482 44.1447

11

157 417 421 115

10

157 288 289 81.6 81.8 44.483333 44.4381

44.745

535
43.04619
195
42.91674
267
43.87253
482
38.94752
294

44.6142

116 43.222062 43.2216

42.48851
266
45.30153
719
47.52305
389
44.67958
333
45.30898
058
46.36306
122
46.97009
391
43.22183
878
44.46069
781

92 25 19

93 25 18

94 25 17

95 25 16

96 30 28

97 30 27

98 30 26

99 30 25
10
0
10
1
10
2
10
3
10
4
10
5

30 24

30 23

30 22

30 21

30 20

30 19

1
4
1
3
1
2
1
1
2
2
2
1
2
0
1
9
1
8
1
7
1
6
1
5
1
4
1
3

157 283 284 75.1 76.4 41.663251 42.2352

157 385 391 121 96.9 49.505974 38.9087

157 337

92.4

43.046884

157 258

62

37.728682

16

10

15

188 210 207 48.9 49.6 43.870286 45.1432

14

188 217 216 52.6 53.5 45.667465 46.6639

13

188 163 162 38.4 38.7 44.383804 45.0067

12

188 220 219 51.9 51.9 44.445273 44.6482

11

188 262 262 61

61.1 43.864122 43.936

10

188 542 545 124

127 43.067823 43.7295

188 448 450 101

101 42.474107 42.2853

188 270 270 156

157 109.06267 109.551

188 241 241 49.3 49.3 38.539917 38.5399

188 314 315 73.4 73.1

44.04

41.94923
108
44.20733
484
43.04688
427
37.72868
217

43.7208

43.88038
095
44.50673
706
46.16567
716
44.69523
517
44.54674
595
43.90007
634
43.39868
208
42.37972
024
109.3068
889
38.53991
701

10
6
10
7
10
8
10
9
11
0
11
1
11
2
11
3
11
4
11
5
11
6
11
7

35 28

35 27

35 26

35 25

35 24

35 23

35 22

40 28

40 27

40 26

40 25

45 28

2
1
2
0
1
9
1
8
1
7
1
6
1
5
2
0
1
9
1
8
1
7
1
9

14

220 154 153 31.4

31 44.816364 44.5346

13

220 222 221 43.7 41.9 43.266937 41.6725

12

220 235 235 46.3 46.8 43.305277 43.7729

11

220 253 252 48.6 48.5 42.222451 42.3028

10

220 228 230 44.4 44.2 42.803158 42.2398

220 253 254 47.5 48.1 41.266798 41.6235

220 284 284 50.9 64.4 39.393732 49.842

12

251 265 266 42.2 42.6 40.002415 40.2298

11

251 233 234 38.4 38.3 41.399485 41.1152

10

251 232 231 39.4

251 218 218 35.7 35.9 41.136881 41.3673

10

283 225 226 31.6 31.4

40

Format notepad untuk dimasukkan kedalam Res2DinV

42.66069 43.4978

39.6896 39.2639

44.67550
208
42.46971
281
43.53910
638
42.26261
419
42.52149
199
41.44517
086
44.61785
211
40.11609
477
41.25734
933
43.07926
258
41.25211
009
39.47674
69

BAB IV
HASIL DAN INTERPRETASI

4.1.

Hasil

Pengolahan data geolistrik 1D menggunakan IPI2win_MT untuk konfigurasi


schlumberger menghasilkan :

Pengolahan data geolistrik 1D menggunakan IPI2win_MT untuk konfigurasi


Wenner menghasilkan :

Pengolahan data geolistrik 2D menggunakan Res2Dinv dengan linear untuk


konfigurasi Wenner Alpha sebelum dihilangkan data yang kurang bagus
menghasilkan :

Setelah dihilangkan data yang kurang bagus menghasilkan :

4.2.

Interpretasi dengan Program Komputer

4.2.1 Interpretasi data geolistrik 1D menggunakan IPI2win_MT untuk


konfigurasi Schlumberger
Setelah

dilakukan

pengolahan

data

menggunakan

konfigurasi

Schlumberger dilakukan pengolahan data menggunakan software IPI2win_MT.


Didapat dari tampilan diatas terdapat lima lapisan dengan nilai resistivitas yang
beragam. Lapisan pertama memiliki nilai resistivitas 157 m dengan ketebalan
1.31 m, lapisan kedua memiliki nilai resistivitas 14.7 m dengan ketebalan 0.972

m, lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas 42.9 m dengan ketebalan 8.78 m, ,


lapisan keempat memiliki nilai resistivitas 6.9 m dengan ketebalan 14.1 m dan
lapisan terakhir memiliki nilai resistivitas 38.1 m.

4.2.2 Interpretasi data geolistrik 1D menggunakan IPI2win_MT untuk


konfigurasi Wenner
Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan konfigurasi Wenner
dilakukan pengolahan data menggunakan software IPI2win_MT. Didapat dari
tampilan diatas terdapat tujuh lapisan dengan nilai resistivitas yang beragam.
Lapisan pertama memiliki nilai resistivitas 38.2 m dengan ketebalan 0.5 m,
lapisan kedua memiliki nilai resistivitas 390 m dengan ketebalan 0.405 m,
lapisan ketiga memiliki nilai resistivitas 9.98 m dengan ketebalan 1.43 m, ,
lapisan keempat memiliki nilai resistivitas 69.1 m dengan ketebalan 5.07 m,
lapisan kelima memiliki nilai resistivitas 2.23 m dengan ketebalan 2.9 m, lapisan
ketiga memiliki nilai resistivitas 133 m dengan ketebalan 17.6 m dan lapisan
terakhir memiliki nilai resistivitas 4.35 m.

4.2.3 Interpretasi data geolistrik 2D menggunakan Res2Dinv untuk


konfigurasi Wenner Alpha
Sebelum dihilangkan data yang kurang bagus, rentang nilai resistivitas
penampang berada pada 1.7 351 m sedangkan setelah dihilangkan data yang
kurang bagus rentang nilai resistivitas berada pada 30.5 69

m. Pada

penampang kontur diatas setelah dihilangkan data data yang kurang bagus,
terlihat terdapat beberapa daerah yang memiliki nilai resistivitas rendah yang
ditandai

dengan

warna

biru.

Untuk

interpretasi

selanjutnya

dilakukan

perbandingan antara nilai resistivitas batuan diatas dengan geologi untuk


memperkirakan lapisan bawah permukaan.

DAFTAR PUSTAKA
Telford, W. M., Gerard, L.P., Sherrif, R.E., and Keys, D. A.. 1976. Applied
Geophysics. Cambridge University Press, Cambridge, London, New York,
Melbourne.
http://scienceofgeography.blogspot.com/2011/03/metode-interpretasi-nilaitahanan-jenis.html (Diakses pada Selasa, 16 Desember 2014, 18.25 WIB)
http://jurnalmektek.files.wordpress.com/2012/04/6_abdul-mukaddas-so-editmektek-sept_09.pdf (Diakses pada Selasa, 16 Desember 2014, 19.15 WIB)
Santoso, D. 2002. Pengantar Teknik Geofisika.ITB Bandung

Anda mungkin juga menyukai