Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum
ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel sel epitel dan jaringan ikat, dimana
komponen epitelnya menunjukkan tanda tanda aberasi yang sama dengan
komponen epitel normal. Saat ini insiden dari fibroadenoma mammae masih sulit
untuk dihitung, diperkirakan prevalensi dari tumor ini kurang lebih 10%. Ratio
fibroadenoma mammae terhadap cancer sendiri 1:4. Etiologi penyakit ini belum
diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas estrogen.
Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas ovarium dimulai dan
terjadi terutama pada remaja muda.(1)
Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia
di bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita
postmenopause. Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun
tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya
menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada payudara yang dapat digerakkan,
sehingga pada beberapa kasus, penyakit ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat
pemeriksaan fisik. (1)
Menurut WHO fibroadenoma merupakan tumor jinak pada jaringan ikat
dan proliferasi dari sel epitel. Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui.
Namun, terdapat beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain
peningkatan mutlak aktivitas estrogen, yang diperkirakan berperan dalam
pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor embrional yang
dormant di kelenjar mammaeria yang dapat memicu pembentukan fibroadenoma
yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium. (1)
Mengingat distribusi dari fibroadenoma mammae cukup umum untuk
ditemukan sehingga pengetahuan yang lebih mendalam mengenai manifestasi
klinik, diagnosis, penatalaksanaan, serta pemahaman lainnya penting untuk
dibahas lebih lanjut pada bagian berikutnya

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Payudara
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat
memisahkan payudara dari otot otot dinding dada, otot pektoralisdan seratus
anterior. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila
mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola.Puting mempunyai
perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil,yaitu apertura duktus
laktiferosa. Tuberkel tuberkel Montgomery adalah kelenjar sebasea pada
permukaan areola. (1)

Gambar 1.
Jaringan kelenjar membentuk 15 hingga 20 lobus yang tersusun radier di
sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya,
yang mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus lobus. Setiap lobus
berbeda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus
lainnya. Drainase dari lobus menuju sinus laktiferosa, yang kemudian berkumpul
di duktus pengumpul dan bermuara ke puting. Jaringan ikat di banyak tempat
akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak,

mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit. Pita ini, yaitu
ligamentum Cooper yang merupakan ligamentum suspensorium payudara.
Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiriatas
beberapa lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak subkutaneus,
stroma (jaringan fibroglandular) yang di dalamnya terdapat duktus laktiferus,
fascia pektoralis, m. pektoralis mayor dan tulang iga. (1)

Gambar.2
2.2 Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke masa menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan
progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. (1)
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari
ke 8 haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang kadang timbul benjolan yang nyeri dan

tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik,terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada
waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel sel alveolus, mengisi
asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
2.3 Definisi Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma berasal dari kata fibro yang berarti jaringan ikat dan
adenoma yang berarti tumor jinak yang sel-selnya membentuk struktur kelenjar.
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang biasa muncul pada wanita usia 15-30
tahun. Fibroadenoma biasanya dideskripsikan sebagai benjolan halus yang lunak
dengan batas tegas, tidak nyeri dan dapat digerakan dengan mudah. Fibroadenoma
umumnya berukuran 1-3cm dan dapat menghilang dengan sendirinya.
2.4 Patofisiologi
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses
hiperplasia dan prolifrasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan
dengan suatu proses aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak
diketahui, diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan
yang mempengaruhi sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen,
diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Kira kira 10% fibroadenoma
akan menghilang secara spontan tiap tahunnya dan kebanyakan perkembangan
fibroadenoma berhenti setelah mencapai diameter 1-3 cm. Fibroadenoma hampir
tidak pernah menjadi ganas. (1,2)
Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami
postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya,
fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada
terapi pergantian hormon, dan pada orang orang yang mengalami penurunan
kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan keganasan. Pada

pasien pasien yang

mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan

fibroadenoma berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.


2.5. Diagnosis
2.5.1. Diagnosis Klinik
2.5.1.a. Gambaran Klinik
Fibroadenoma

pada

sebagian

besar

penderita

tidak

menunjukkan gejala dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan


fisik. Pertumbuhan fibroadenoma relatif

lambat dan hanya

menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur dalam beberapa


bulan. Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan
permukaan yang licin dan merah. Biasanya fibroadenoma tidak
nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan. (1,3)
2.5.1.b. Pemeriksaan Fisik
Secara

klinik,

fibroadenoma

biasanya

bermanifestasi

sebagai massa soliter, diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak


terbentuk jaringan fibroblast disekitar jaringan payudara, dengan
diameter kira-kira 1-3cm, tetapi ukurannya dapat bertambah
sehingga membentuk nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat
ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi tersering
adalah pada quadran lateral atas payudara. Tidak terlihat perubahan
kontur payudara.

Gambar.3 Distribusi Fibroadenoma berdasarkan letak.

2.5.1.c. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI


Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna
cokelat putih pada irisan, dengan bercakbercak kuning merah
muda yang mencerminkan daerah kelenjar.
Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan
kelenjar dengan berbagai proporsi dan variasi. Tampak storma
fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip duktus
berlapis sel epitel dengan ukuran danbentuk yang beragam. Rongga
yang mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih
lapisan sel yang reguler dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di
sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan cukup teratur
(fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh
proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang
rongga tersebut tampak sebagi celah atau struktur ireguler
mirip bintang (fibroadenoma intrakanalikularis). (1,2)

Gambar 4. Gambaran Histologi (a) payudara normal, (b)


fibroadenoma
2.5.2. Pemeriksaan Radiologi
2.5.2.a. Mammografi
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan
sebagai massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus.

Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama dengan


jaringan kelenjar sekitarnya, tetapi, pada fibroadenoma yang besar,
dapat menunjukkan densitas yang lebih tinggi. Kadang-kadang,
tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi yang kasar, yang diduga
sebagai infraksi atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada
fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah berbentuk bulat, oval
atau berlobus lobus. Pada wanita postmenopause, komponen
fibroglandular dari fibroadenoma akan berkurang dan hanya
meninggalkan gambaran kalsifikasi dengan sedikit atau tanpa
komponen jaringan ikat. (1,3)

Gambar 5. Hasil Mammografi Fibroadenoma


2.5.2.b. Ultrasonografi (USG)
Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata,
berbatas tegas, berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan
lebarnya

lebih

besar

dibandingkan

dengan

diameter

anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan ditemukan


gambaran dari isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic
kapsul yang tipis,merupakan gambaran khas dari fibroadenoma dan
mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma tidak memiliki
kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan USG

merupakan pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari


jaringan di sekitarnya.

Gambar 6. Hasil USG Fibroadenoma yang mengasilkan


gambar hypoechoic.
2.5.2.c. Magnetic Resonances Imaging (MRI)
Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagi massa
bulat atau oval yang rata dan dibandingkan dengan menggunakan kontras
gadolinium-based. Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi yang
hypointense atau isointense, jika dibandingkan dengan jaringan
sekitarnya dalam gambaran T1-weighted dan hypointense dan
hyperintense dalam gambaran T2-weighted.

Gambar 7. Hasil MRI pada Payudara.

2.6 Diagnosis Banding


Diagnosis banding dari fibroadenoma, antara lain :
1. Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan
diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter
kecil, sekitar 3 4 cm, tetapi sebagian besar terus tumbuh dan
membesar sehingga menyebabkan payudara membesar. Tumor ini
terdapat pada semua usia, namun kebanyakan ditemukan pada usia 45
tahun. Gambaran radiologi (mammografi) dari tumor ini berupa massa
berbentuk bulat dan berbatas tegas. (1,3)
Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas
yang masih tegas, echo-internal dapat homogen atau sedikit
inhomogen serta adanya penyangatan akustik posterior lemah, hal ini
mungkin disebabkan struktur kistik pada tumor tersebut.
2. Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika
lamina duktus dan acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan
epitel. Gambaran mamografinya berupa massa bulat atau oval yang
berbatas tegas. Tepi kista ini dapat berbatasan dengan jaringan
fibroglandular, baik sebagian maupun seluruhnya. Gambaran USG
pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval, mempunyai batas
tegas dan teratur. (1)
3. Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus
dan 75% tumbuh di bawah areola mammae. Papilloma memberikan
gejala berupa sekresi cairan serous atau berdarah, adanya tumor
subareola kecil dengan diameter beberapa milimeter atau retraksi
puting payudara (jarang ditemukan). Biasanya,ukuran lesi papilloma
sangat kecil, hanya beberapa milimeter,sehingga pada mamografi,
terlihat gambaran sedikit pengembungan atau normal dari duktus retroareolar.
2.7 Penatalaksanaan Fibroadenoma Mammae
Saat ini manajemen dari fibroadenoma dilakukan secara konservatif.
Artinya, sebisa mungkin terapi pembedahan dihindari untuk pasien selama ukuran
tumor kurang dari 3cm. Jika tumor terus membesar maka operasi eksisi
merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma. (1)
9

Operasi dilakukan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk


menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan
lokasi dari lesi di payudara. terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu:
1.Radial Incision
2.Circumareolar Incision
3.Curve/Semicircular Incision
Tipe insisi yang paling sering digunakan adalah tipe radial. Tipe
circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi
hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk
fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas areola.
Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang besar dan berada
di daerah lateral payudara.
2.8 Prognosis
Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko
yang tinggi untuk menderita kanker payudara. bagian yang tidak diangkat harus
diperiksa secara teratur.

BAB III
PENUTUP

10

Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum


ditemukan. Fibroadenoma biasa muncul pada wanita usia 15-30 tahun dan
dideskripsikan sebagai benjolan halus yang lunak dengan batas tegas, tidak nyeri
dan dapat digerakan dengan mudah. Fibroadenoma umumnya berukuran 1-3cm
dan dapat menghilang dengan sendirinya.
Patofisiologi dari fibroadenoma sendiri belum diketahui dengan pasti.
Diperkirakan peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam
pembentukannya.
Selain pemeriksaan fisik, diperlukan pemeriksaan penunjang dalam
menegakan diagnosis fibroadenoma mammae. Seperti pemeriksaan histopatologi,
mammografi, USG dan MRI untuk mengeliminasi diagnosis banding seperti
cystosarcoma phyllodes, kista payudara dan papilloma.
Manajemen dari fibroadenoma sebisa mungkin untuk menghindari terapi
pembedahan selama ukuran tumor kurang dari 3cm, karena tumor dapat menyusut
dengan sendirinya. Jika tumor terus membesar sampai lebih dari 3cm, maka
operasi eksisi merupakan jalan utama dalam terapinya. Prognosis penyakit ini
baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita kanker
payudara, selama pasien teratur dalam pemeriksaan rutin.

11

Anda mungkin juga menyukai