INKONTINENSIA URINE
Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................2
BAB II
Definisi.......................................................................................3
Klasifikasi...................................................................................3
Etiologi.......................................................................................5
Patofisiologi................................................................................6
Pathway......................................................................................7
Manifestasi Klinis.......................................................................7
Komplikasi.................................................................................8
Pemeriksaan Penunjang..............................................................9
Penatalaksanaan..........................................................................9
Pengkajian.................................................................................12
Analisa Data..............................................................................21
Diagnosa Keperawatan..............................................................22
Intervensi Keperawatan.............................................................22
Implementasi Keperawatan.......................................................26
Evaluasi Keperawatan...............................................................29
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penyusunan makalah ini supaya mahasiswa/I mengerti tentang
konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan
Inkontinensia urine.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa/I mengetahui dan mengerti tentang
a. Definisi dan Klasifikasi Inkontinensia urine pada pasien lansia
b. Etiologi Inkontinensia urine pada pasien lansia
c. Patofisiologi beserta Pathway Inkontinensia urine
d. Manisfestasi klinis Inkontinensia urine
e. Komplikasi Inkontinensia urine
f. Pemeriksaan penunjang Inkontinensia urine
g. Penatalaksanaan Inkontinensia urine
h. Asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan Inkontinensia urine
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Inkontinensia adalah berkemih di luar kesadaran, pada waktu dan
tempat yang tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau sosial
(Watson, 1991). Aspek sosial yang akan dialami klien lansia antara lain
kehilangan harga diri, merasa terisolasi, dan depresi.
Inkontinensia urine (IU) adalah pengeluaran urine involunter (tidak
disadari/ mengompol) yang cukup menjadi masalah (R. Siti Maryam; dkk,
2008).
Inkontinensia urine (beser) adalah kondisi ketika dorongan berkemih
tidak mampu dikontrol oleh sfingter ekternal. (Mubarak wahit iqbal &
chayatin Nurul, 2007).
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan otot sfingter ekternal
sementara atau menetap untuk mengontrol ekresi urine. (Wartonah Tarwoto,
2003).
mengalami
kerusakan
persarafan
yang
secara
langsung
D. PATOFISIOLOGI
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara
lain:
a. Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem Perkemihan Vesika
Urinaria (Kandung Kemih)
Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300 600 ml. Dengan
sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150 350 ml. Berkemih dapat
ditundas 1 2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan. Ketika keinginan
berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontrasi dan sfingter
internal dan sfingter ekternal relaksasi,yang membuka uretra. Pada orang
dewasa muda hampir semua urine dikeluarkan dengan proses ini.
Pada lansia tidak semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml
atau kurang dianggap adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml
mengindikasikan adanya retensi urine.
Perubahan yang lainnya pada peroses penuaan adalah terjadinya
kontrasi kandung kemih tanpa disadari. wanita lansia, terjadi penurunan
produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek akibat
melahirkan mengakibatkan penurunan pada otot otot dasar (Stanley M
& Beare G Patricia, 2006).
b. Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung
kemih.
Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung
kemih,
urine
banyak
dalam
kandung
kemih
sampai
kapasitas
E. PATHWAY
Faktor fisiologi &
faktor psikologi
Nokturia
Beresiko mengiritasi
kulit disekitar alat
kelamin
Resti
gangguan
Perubahan pola
eliminasi: urine
Gangguan citra
diri
integritas kulit
F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda tanda Inkontinensia Urine menurut (H.Alimun Azis, 2006)
1. Inkontinensia Dorongan atau mendesak
a. Sering miksi
b. Spasme kandung kemih
2. Inkontinensia total atau aliran berlebihan (Overflow)
a. Aliran konstan terjadi pada saat tidak diperkirakan.
b. Tidak ada distensi kandung kemih.
c. Nokturia dan Pengobatan Inkontinensia tidak berhasil.
3. Inkontinensia stres
a. Adanya urin menetes dan peningkatan tekanan abdomen.
b. Adanya dorongan berkemih.
c. Sering miksi.
d. Otot pelvis dan struktur penunjang lemah.
4. Inkontinensia refleks
a. Tidak dorongan untuk berkemih.
b. Merasa bahwa kandung kemih penuh.
c. Kontraksi atau spesme kandung kemih tidak dihambat pada interval.
5. Inkontinensia fungsional
a. Adanya dorongan berkemih.
b. Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin.
Gejala Inkontinensia Urine menurut (Potter & Perry, 2005)
R.
Siti
Maryam,
dkk
(2008)
Inkontinensia
dapat
polaberkemih tersebut dilakukan selama 1-3 hari. Catatan tersebut dapat digunakan
untuk memantau respon terapi dan juga dapat dipakai sebagai intervensi terapeutik
karena dapatmenyadarkan pasien faktor-faktor yang memicu terjadinya inkontinensia
urin pada dirinya.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
inkontinensia
urin
menurut
Muller
adalah
Yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan jumlah urin
yang keluar, baik yang keluar secara normal, maupun yang keluar karena
tak tertahan, selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis minuman yang
diminum.
2. Terapi non farmakologi
Sambil
melakukan
terapi
dan
mengobati
masalah
medik
yang
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada hari selasa tanggal 29 Agustus 2014 pukul
10.00 WIB
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama
Umur
Pendidikan terakhir
Agama
Status Perkawinan
TB/ BB
Penampilan Umum
Ciri ciri tubuh
:
:
:
:
:
:
:
Tn. A
77 Tahun
SMP
Islam
Duda
165 cm/ 50 Kg
Badan tampak bugar, berjalan dengan bantuan
tongkat
: Badan agak kurus, berjalan bungkuk dengan
bantuan tongkat, rambut dipotong pendek
berwarna putih, warna kulit sawo matang,
hidung mancung
Alamat
: Dusun RT 02 RW 04, Desa
Orang yang dapat dihubungi : Tn. S
Hub. Dengan Klien : Anak Pasien
2. Riwayat Keluarga
a. Genogram
b. Keterangan
: Laki-Laki Normal
: Wanita Normal
: Laki-Laki yang pernah mengalami hipertensi
: Wanita yang pernah mengalami hipertensi
: pasien yang mengalami inkontinensia dengan hipertensi
3. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengatakan dulu bekerja sebagai ketua dusun setempat, tetapi
sekarang bekerja sebagai petani dengan bantuan anak laki laki nya.
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Pasien tinggal dengan keluarga anak terakhirnya tetapi pasien berada
dirumah belakang sedangkan anaknya di depan.
Penerangan : penerangan baik, pada siang hari ada cahaya dari ventilasi
rumah. Lantai tidak licin. Keadaan rumah datar. Tata ruang tidak sering
diubah, kamar mandi berada dibelakang rumah, didekat dapur, peralatan
yang diperlukan tidak jauh dari jangkauan, pasien menggunakan ember
kecil sebagai tempat seni ketika malam hari.
5. Riwayat Rekreasi
Keluarga mengatakan pasien suka menonton tv
6. Sistem Pendukung yang Digunakan
Biaya hidup pasien ditanggung oleh sendiri, rumah pasien cukup dekat
dari sarana kesehatan, pasien menggunakan tongkat sebagai alat bantu
jalan dan pasien mengatakan sebagai seorang perokok berat.
7. Deskripsi Kekhususan/ Kebiasaan Ritual
Pasieen mengatakan menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya tetapi
dengan semampunya saja.
8. Status kesehatan Saat Ini
Pasien mengatakan sulit untuk mengerakan kakinya atau kaki terasa
kaku.
9. Status Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan pada bulan Juni 2014 pasien dirawat selama 3 hari
dirumah sakit PB karena keluahan sesak nafas, dan kaki lemas dan
pernah dipasang selang pipis.
10. ADL (Activity Daily Living)
a. Berdasarkan Indeks KATZS
1) Makan
a) Pasien manpu memegang, mengambil dan memasukan
makanan/ minuman ke dalam mulut sendiri
j. Mata
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, simetris
antara kanan dan kiri, tidak memakai alat bantu penglihatan.
k. Telinga
Bentuk simetris, terdapat sedikit penumpukan serumen, tidak
memakai alat bantu pendengaran.
l. Hidung
Saluran hidung bersih tidak ada sumbatan maupun benjolan, tidak ada
polip, tidak terpasang O2
m. Mulut & gigi
Bibir kering tetapi tidak terdapat lesi, bentuk simetris, gigi tanggal,
tidak ada karies, gusi tidak ada perdarahan maupun lesi, lidah lembab,
simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran tonsil.
n. Leher
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
o. Payudara
Payudara tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
p. Sistem Cardiovaskuler
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: bunyi pekak
Auskultasi
mur.
q. Sistem Respirasi
Inspeksi
: bentuk simetris, tidak ada retraksi interkosta
Palpasi
: vocal fremitus paru kanan sama kuat dengan paru kiri.
Perkusi
: bunyi sonor
Auskultasi : vesikuler lemah pada semua lapang paru, tidak ada
suara nafas tambahan ( wheezing, ronchi).
r. Sistem Gastrointestinal
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: bunyi timpani
Palpasi
SALAH
N
O
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
PERTANYAAN
Adaptasi
Hubungan
Pertumbuhan
Afeksi
Pemecahan
APGAR KELUARGA
Uraian
skor
e
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
2
keluarga (teman teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan
saya
Saya puas dengan cara keluarga (teman
2
teman) saya membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah dengan saya
Saya puas bahwa keluarga (teman teman)
2
saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas atau arah baru
Saya puas dengan cara keluarga (taman
2
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi emosi saya, seprti
marah, sedih, atau mencintai
Saya puas dengan cara temen temen saya dan
2
saya menyediakan waktu bersama sama
B. Analisa Data
No
1
Data
Etiologi
Ds : Pasien mengatakan Inkontinensia Urine
sering
BAK
dan
terkadang tidak bisa
menahan BAK.
Masalah
Perubahan
eliminasi: BAK
pola
Resiko
gangguan
kulit
tinggi
integritas
C. Diagnosa Keperawatan
No
1
2
3
4
Diagnosa Keperawatan
Perubahan pola eliminasi: BAK b/d Inkontinesia Urine
Gangguan mobilisasi fisik b/d penurunan kekuatan otot
Gangguan citra diri b/d tidak bisa menahan miksi
Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d iritasi kulit oleh urine
D. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan Mobilisasi b/d penurunan kekuatan otot
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan pasien berpartisipasi dalam aktifitas
Kriteria hasil :
kebutuhan/
tingkat
intervensi
yang
dibutuhkan
2) Catat respons emosional/ tingkah laku untuk mengubah kemampuan
Rasional:perubahan fisik dan kehilangan kemandirian sering kali
menciptakan perasaan marah, frustasi, dan depresi yang dapat
dimanesfestasikan sebagai keengganan untuk ikut serta dalam
aktivitas
3) Rencanakan aktivitas/ kunjungan dengan periode istirahat adekuat
sesuai kebutuhan
Rasional:mencegah
kepenatan,
menghemat
energi
untuk
melanjutkan partisipasi
4) Lengkapi partisipasi dalam perawatan diri dan aktivitas rekreasi/
okupasi
Rasional:meningkatkan kemandirian dan percaya diri, mungkin
meningkatkan keinginan untuk berpartisipasi
5) Bantu dalam memindahkan dan ambulasi jika dibutuhkan,
perilihatkan pada pasien atau orang orang yang berpengaruh pada
pasien bagaimana cara bergerak yang aman, ajarkan ROM Pasif pada
pasien.
Rasional:mencegah terjadinya kecelakaan seperti jatuh/ cedera.
6) Berikan sepatu penyokong yang nyaman dan tepat ukuran, sandal
yang tidak licin.
Rasional:membantu pasien untuk berjalan dengan langkah mantap/
mempertahankan keseimbangan diri dengan mencegah terjadinya
kaki terkilir
7) Pindahkan barang barang yang tidak diperlukan
latihan
dari tempat
kemandirian
melakukkan
mobilisasi,
Kriteria hasil
Intervensi
:
1) Mandiri :
a) Tentukan pola berkemih normal pasien dan tentukan variasi
Rasional
pasien
dapat
menerima
keadaan
tersebut,
tentang
penyakitnya
2) Beri informasi klien tentang penyakitnya
Rasional : pengetahuan tentang penyakitnya dapat membuat
pasien mau menerima keadaan yang ada.
3) Dorong klien untuk menyatakan perasaan
Rasional : pasien menjadi lega setelah mengeluarkan perasaan
yang dipendamnya.
4) Dorong
klien
untuk
lingkunganya.
Rasional : pasien
beraktivitas
mulai
dan
beradaptasi
berinteraksi
dengan
dalam
lingkungan
E. Implementasi
Waktu
Implementasi
Sabtu,
menentukan kemampuan
2/11/2013 fungsional (skala 0 4)
13.30 WIB dan
alas
an
ketidakseimbangan.
Evaluasi
S : pasien mengatakan dapat
berjalan dengan bantuan tongkat.
O : pasien terlihat berjalan
mengunakan
tongkat,
Skala
tergantungan 2
13.45 WIB
S:mecatat
respons O : pasien terlihat sering murung
emosional/ tingkah laku dan mudah marah
untuk
mengubah
kemampuan
13.50 WIB
S : pasien mau mengikuti istruksi
dari tenaga kesehatan
merencanakan aktivitas/
O : pasien terlihat lebih segar setelah
kunjungan
dengan mengikuti istruksi dari perawat
periode istirahat adekuat
15.00 WIB sesuai kebutuhan
S:O : pasien tampak lebih nyaman
mobilisasi
setelah
mensituasikan linkungan berlatih
ajarkan ROM.
kolaborasikan dengan
ahli terapis fisik
Sabtu,
menentukan
pola S : pasien mengatakan bahwa pasien
2/11/2013 berkemih normal pasien sering berkemih 10 kali per hari
13.35 WIB dan tentukan varias
O : pasien terlihat sering berkemih,
berkemih dalam 2 jam sekali
15.45 WIB mendorong
S : pasien mau banyak minum
meningkatkan
O : pasien minum 8 gelas sehari
pemasukan cairan
15.50 WIB menyelidiki
keluhan S : pasien mengeluh kadang BAK
kandung kemih penuh, tidak bisa tertahan
palpasi untuk daerah O : kandung kemih pasien tdk
suprapubik
penuh, inkontinensia bukan karena
pembesaran prostat.
16.00 WIB mengajari
pasien S : pasien mau diajari
Promted voiding & O : pasien mulai tahu kapan terasa
ingin
BAK,
pasien
mampu
bladder training
melakukan bladder training dengan
baik
Minggu,
S : pasien mau banyak minum
mendorong
3/11/2013
O : pasien minum 8 gelas sehari
meningkatkan
09.00 WIB
pemasukan cairan
11.00 WIB
16.45 WIB
Minggu,
mengubah posisi dengan
2/11/2013 sering (setiap 2 jam
13.00 WIB sekali)
13.10 WIB
15.20 WIB
15.25 WIB
memberikan perawatan
kulit
menjaga kulit agar tetap
kering
F. Evaluasi
No
1
Diagnosa
Evaluasi
Gangguan mobilisasi fisik S : pasien mengatakan lebih nyaman
dengan mobilisasi yang diajarkan
b/d penurunan kekuatan otot
perawat
O : pasien terlihat lebih nyaman ketika
mobilisasi.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Berikan situasi yang kondusif
- Bantu ambulasi
- Kolaborasi ahli terapis fisik
S : pasien mengatakan lebih nyaman
dengan mobilisasi dan latihan ROM
pasif yang diajarkan perawat, pasien
sudah tidak merasakan kaku kaku
O : pasien terlihat lebih nyaman ketika
mobilisasi.
A : masalah sudah teratasi
P : pertahankan keadaan pasien
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Inkontinensia adalah berkemih di luar kesadaran, pada waktu dan tempat
yang tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau sosial
2. Inkontinensia diklasifikasikan menjadi beberapa antara lain :
a. Inkontinensia stress
b. Inkontinensia mendesak (Urge Incontinence)
c. Inkontinensia aliran berlebihan (Overflow)
d. Inkontinensia refleks
e. Inkontinensia fungsional
3. Ada 2 faktor yang berkonstribusi terhadap perkembangan inkontinensia
adalah faktor fisiologis dan psikologis.
4. Inkontinensia dapat menyebabkan terjadinya iritasi kulit, meimbulkan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Askep Gerontik Inkontinensia Urine. Retrieved: Oktober 10, 2013.
From: http://allwhyoechy.blogspot.com/2012/10/askep-gerontikinkontenensia-urine.html
Darmojo, R. Boedhi & H. Hadi Martono. 1999. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut) Edisi ke-3. Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
Manaf, Abdul. 2012. Asuhan Keperawatan Inkontinensia Urine. Retrieved:
Oktober 10, 2013. From:
http://abdulblogspot.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-padaklien-ny-s.html
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba
Medika: Jakarta.
Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Edisi 2. EGC: Jakarta.