Oleh :
Nama
: Satryo Priyanggodo D.
NRP
: 123020383
Kelompok
:P
No. Meja
: 4 (Empat)
Asisten
: Sefty Muliawaty
Tanggal Percobaan : 3 Desember 2014
I. PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan
Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.
1.1 Latar Belakang Percobaan
Buah adalah bagian tanaman hasil perkawinan putik dan benang sari. Pada
umumnya bagian tanaman ini merupakan tempat biji. Dalam pengertian sehari
hari, buah diartikan sebagai semua produk yang dikonsumsi sebagai pencuci
mulut (desserts), misalnya manga, papaya, pisang dan sebagainya. (Muchtadi,
1989)
Dari segi botani, buah yang dikelaskan sebagai beri memiliki banyak biji
yang kecil dan lembut. Biji itu dapat dimakan tetapi rasanya pahit karena
mengandung nikotin, sejenis alkaloid yang banyak dikandung tembakau.
Umumnya buah-buahan termasuk ada dua jeinis golongan yaitu klimaterik
dan non klimaterik. (Muchidin, 1990)
Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui sifat fisiko kimia terhadap bahan pangan khususnya pada buah dan sayuran yang akan
dilakukan pada penelitian ini, sehingga dapat mengetahui apabila suatu bahan
pangan akan diberikan proses lebih lanjut, sehingga dalam penangananya dapat
dikendalikan untuk memproses lebih lanjut atau adanya diversifikasi suatu bahan
pangan menjadi suatu produk yang lebih spesifik.
Sayuran adalah tanaman hortikultura, umumnya mempunyai umur relatif
pendek (kurang dari setahun) dan merupakan tanaman musiman.Setiap jenis dan
varietas sayur-sayuran mempunyai warna, rasa, aroma, dan kekerasan yang
Alat-alat yang digunakan pada pengamatan edible portion adalah pisau dan
timbangan.
Alat-alat yang digunakan pada pengamatan pengamatan sifat kimia adalah
timbangan, lumpang, alu, indikator pH universal, kertas saring, pipet,
refraktometer, termometer, dan penangas air.
Alat-alat yang digunakan pada pengamatan pengupasan buah dan sayur
adalah pisau, penangas air, dan gelas kimia.
Alat-alat yang digunakan pada pengamatan perlakuan pendahuluan sebelum
pengolahan adalah gelas kimia, penangas air, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
piller, pipet ukur, dan pipet volumetri.
Alat yang digunakan pada pengamatan pengaruh etilen terhadap
pematangan buah adalah manga, toples, lumpang, alu, pH universal, termometer,
dan refraktometer.
Alat yang digunakan pada pengamatan pelilinan buah dan sayur adalah
toples.
Kulit
Penimbangan
Daging Buah
Edible Portion =
x 100%
Penimbangan
Air (1:1)
Penghancuran
Ampas
Filtrat
Refraktometer
Skala Refrkatometer = % Padatan Terlarut
Gambar 4. Prosedur Percobaan Pengamatan Sifat Kimia "Padatan Terlarut"
Prosedur percobaan pengamatan padatan terlarut adalah dihancurkan bahan
sebanyak 100 gram menggunakan waring. Disaring hancuran bahan yang
diperoleh
dengan
menggunakan
kertas
saring.
Diteteskan
filtrat
pada
Uap air
t : 1, 3, 5, 10
Penirisan dan pendinginan
t = 5
Tiriskan t: 1-3
Kupas di air mengalir
Amati warna, aroma, dan tekstur dan hitung waktu
Penirisan t: 1-3
Pengupasan di air mengalir
Amati warna, aroma, dan tekstur dan hitung waktu
Gambar 8. Pengupasan Buah dan Sayur dengan Uap
Prosedur percobaan cara pengupasan buah dengan uap adalah dicuci bahanbahan yang akan dikupas, kemudian dititrasikan. Ditimbang masing-masing
bahan. Dipanaskan bahan yang dikupas dalam retort pada suhu 110-121C selama
1,5-2 menit. Dibuka katup uap retort (exhaust) sehingga ditekan di dalam retort
menjadi 1 atmosfir. Disemprot bahan dengan air untuk melepaskan kulitnya.
Amati
Warna
Aroma
Tekstur
: Cepat sekali
+++
: Cepat
++
: Agak cepat
: Kurang cepat
Gambar 10. Prosedur Percobaan Blansir
Prosedur percobaan perlakuan blansir terhadap buah dan sayur adalah
dimasukan buah atau sayur yang telah dikupas ke dalam air mendidih selama 3-5
menit. Diamati warna, aroma dan tekstur bahan. Dibandingkan hasilnya jika
bahan dikukus selama 3-5 menit.
NaHSO3
2000 ppm 0,5%
Larutan garam
H2O2 2%
dapur 0,5 %
Vitamin C
0,5%
t: 15-30
Amati warna
Bandingkan dengan Bahan
Vitamin C 0,5%
Asam sitrat 0,5%
Larutan garam
dapur 0,5 % + Asam sitrat 0,5%
Wadah tertutup
Wadah tertutup
Wadah tertutup
dan gas karbit
Pencucian
Air kotor
Pelilinan 30
Pengeringan
Hasil Pengamatan
Labu Siam Kecil
Khas Labu Siam
Hijau Tua
Lebar = 41 mm
Ukuran
Bentuk
Rasa
Berat
Kekerasan Objektif
Kekerasan Subjektif
Sumber: Kelompok P, Meja 4, (2014)
Panjang = 66,9 mm
Lonjong
Sedikit Manis
55,5 gram
1,89 x 105 Pa
Keras
Labu Siam
pH = 7
Keasaman
Sumber: Kelompok P, Meja 4, (2014)
Labu Siam
2,424 %
Labu Siam
Suhu 70 oC dengan Air
Ukuran
Waktu
(cm3)
(menit)
1
Warna
Tekstur
Aroma
10
1
+
+
+
+
+
+
10
1
+
+
+
+
+
+
Warna
Tekstur
Aroma
10
13
++
+
++
+
++
+
10
++
++
10
+
Suhu 80 C dengan Air
o
Ukuran
3
(cm )
1
Waktu
(menit)
1
13
Warna
Tekstur
Aroma
10
1
++
+
++
+
++
+
10
1
++
+
++
+
+
+
++
Warna
Tekstur
Aroma
++
++
10
1
++
+
++
+
++
+
++
++
10
1
++
+
++
++
++
+
++
++
++
++
Warna
Tekstur
Aroma
++
++
++
10
1
+++
+
++
+
++
+
10
+
Suhu 90 C dengan Air
o
Ukuran
3
(cm )
1
Waktu
(menit)
1
10
Ukuran
Waktu
(cm3)
(menit)
1
10
++
Suhu 70 oC dengan Uap
++
Suhu 80 C dengan Uap
o
Ukuran
3
(cm )
1
Waktu
(menit)
1
++
++
10
1
++++
+
+++
+
++
+
++
++
++
++
++
Warna
Tekstur
Flavour
++
++
++
10
1
+++
+
+++
++
++
+
+++
++
++
10
1
+++
+
++++
+
+++
+
++
+++
++
10
+++
Sumber: Kelompok P, Meja 4, (2014)
+++
++
10
Ukuran
++
Suhu 90 oC dengan Uap
Waktu
(cm )
(menit)
1
Waktu
1,2'
49
1,5
1,7
Kentang
Warna
Aroma
Kuning Kusam Khas Kentang
Kuning Cerah Khas Kentang
Kuning Pucat
Khas Kentang
Tekstur
Keras
Lunak
Keras
Kuning Cerah
Sekali
Keras
Khas Kentang
alkali
Sumber: Kelompok P, Meja 4, (2014)
Tabel 7. Hasil Perlakuan Pendahuluan terhadap Buah dan Sayuran sebelum
Pengolahan (Blansir)
Sampel
Pengamatan
Warna
Direbus
Orange Kecoklatan
Wortel
Dikukus
Orange Cerah
Aroma
Khas Wortel
Tekstur
Cukup Lunak
Sumber: Kelompok P, Meja 4, (2014)
Khas Wortel
Keras
Wortel
Warna
Orange
Orange
Orange Luntur
Orange Pucat
Orange Pekat
Orange Luntur
Hari ke-2
Hijau
Khas Mangga
Lembek
113,4 gram
5
Hari ke-4
Hijau kecoklatan
Khas Mangga
Sangat Lembek
106,2 gram
6,512 %
Buah Mangga
Tabel 10. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Kematangan Buah pada
Wadah Tertutup dengan Sampel Buah Mangga
Pengmatan
Warna
Hari ke-0
Hijau Kekuningan
Hari ke-2
Hijau Kekuningan
Aroma
Khas Mangga
Khas Mangga
Tekstur
Berat
pH
Sedikit Lembek
122,6 gram
Lembek
120,8 gram
5
Hari ke-4
Coklat
Khas Mangga
Busuk
Sangat Lembek
118,9 gram
Padatan
Terlarut
Sampel
Sumber: Kelompok P, Meja 4, (2014)
2,845 %
Buah Mangga
Tabel 11. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Kematangan Buah pada
Wadah Tertutup dan Pisang Masak
Pengmatan
Hari ke-0
Warna
Hijau Kekuningan
Aroma
Khas Mangga
Tekstur
Sedikit Lembek
Berat
126,0 gram
pH
Padatan
Terlarut
Sampel
Sumber: Kelompok P, Meja 4, (2014)
Hari ke-2
Hijau Kekuningan
Khas Mangga
Sedikit Lembek
124,3 gram
5
Hari ke-4
Hijau kecoklatan
Khas Mangga
Lembek
122,4 gram
5,21 %
Buah Mangga
Tabel 12. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Kematangan Buah pada
Wadah Tertutup dan Karbit dengan Buah Mangga
Pengmatan
Hari ke-0
Warna
Hijau
Aroma
Khas Mangga
Tekstur
Keras
Berat
91,8 gram
pH
Padatan
Terlarut
Sampel
Sumber: Kelompok P, Meja 4, (2014)
Hari ke-2
Hijau Kekuningan
Khas Mangga
Sedikit Lembek
90,6 gram
5
Hari ke-4
Coklat
Khas Mangga
Lembek
89,7 gram
7,013 %
Buah Mangga
Tabel 13. Hasil Pengamatan Pelilinan pada Buah dan Sayur Sampel Cabai Gendot
Wadah Terbuka dan Suhu Kamar
Pengmatan
Warna
Aroma
Tekstur
Berat
pH
Padatan
Hari ke-0
Hijau
Khas Cabai
Gendot
Agak Lunak
23,5 gram
Hari ke-2
Hijau
Khas Cabai
Gendot
Agak Lunak
22,1 gram
5
5,51 %
Hari ke-4
Hijau
Khas Cabai
Gendot
Lunak
20,6 gram
Terlarut
Sampel
Sumber: Kelompok P, Meja 4, (2014)
Cabai Gendot
Tabel 14. Hasil Pengamatan Pelilinan pada Buah dan Sayur Sampel Cabai Gendot
Wadah Terbuka
Pengmatan
Warna
Aroma
Hari ke-0
Hijau
Khas Cabai
Gendot
Keras
20,5 gram
Tekstur
Berat
pH
Padatan
Terlarut
Sampel
Sumber: Kelompok P, Meja 4, (2014)
Hari ke-2
Hijau
Khas Cabai
Gendot
Keras
20,1 gram
5
4,508 %
Cabai Gendot
Hari ke-4
Hijau
Khas Cabai
Gendot
Keras
19,9 gram
3.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan sifat fisik buah dan sayur pada sampel labu siam
didapatkan aroma khas labu siam, dengan warna hijau tua dan berbentuk lonjong
dengan panjang 66,9 mm dan lebar 41 mm dan berat 61 gram serta memiliki rasa
manis. Secara subjektif labu siam ini masih keras, dan ketika diukur
menggunakan fruit hardness tester memiliki tingkat kekerasan sebesar 1,89 x 105
Pa.
Tingkat kekerasan pada buah dapat diukur secara objektif menggunakan
fruit hardness tester. Alat ini berfungsi untuk mengukur tingkat kekerasan pada
buah. Tingkat kekerasan buah akan menurun pada umur panen dan waktu simpan
yang semakin lama. Hal ini terjadi karena buah/sayur melunak yang disebabkan
terhidrolisisnya zat pectin menjadi komponen-komponen yang larut dalam air
sehingga total zat pectin akan menurun kadarnya, dan komponen yang larut air
akan meningkat jumlahnya yang mengakibatkan buah menjadi lunak yang
tandanya buah telah matang (Purba, 2006).
Pektin secara umum terdapat di dalam dinding sel primer tanaman,
khususnya disela-sela antara selulosa dan hemiselulosa. Protopektin merupakan
istilah untuk senyawa-senyawa pectin yang tidak larut, yang banyak terdapat pada
jaringan tanaman yang muda. Bila jaringan tanaman ini dipanaskan di dalam air
yang juga mengandung asam, protopektin dapat berubah menjadi pectin yang
dapat terdispersi dalam air. Karena alasan tersebut, maka jaringan-jaringan dalam
sayur dan buah-buahan menjadi lunak dan empuk bila dimasak dengan air panas
(Winarno, 1992).
Buah adalah bagian tanaman hasil perkawinan putik dan benang sari. Pada
umumnya bagian tanaman ini merupakan tempat biji. Dalam pengertian sehari
hari, buah diartikan sebagai semua produk yang dikonsumsi sebagai pencuci
mulut (desserts), misalnya manga, papaya, pisang dan sebagainya. (Muchtadi,
1989).
Tiap-tiap buah dan sayur mempunyai sifat fisik yang berbeda. Perbedaan
tingkat kematangan juga menyebabkan perbedaan sifat fisik. Sifat fisik buah dan
sayur sangat penting dalam sortasi dan pengkelasan mutu (grading). Sering kali
sortasi dan pengkelasan mutu buah dan sayur didasarkan pada pengamatan sifat
fisiknya. Sifat fisik buah atau sayur yang sering diamati antara lain warna, aroma,
rasa, bentuk, berat, ukuran, atau kekerasan. (Muchtadi, 1989).
Sayuran adalah tanaman hortikultura, umumnya mempunyai umur relatif
pendek (kurang dari setahun) dan merupakan tanaman musiman.Setiap jenis dan
varietas sayur-sayuran mempunyai warna, rasa, aroma, dan kekerasan yang
berbeda-beda, sehingga sebagai bahan pangan sayur-sayuran dapat menambah
variasi makanan (Muchtadi, 1989).
Warna sayuran dan buah-buahan terutama disebabkan oleh kandungan zat
warna didalamnya yang disebut pigmen dan terdiri dari klorofil, karatenoid, dan
grup flavonoid yang terdiri dari antosiainin, antoxantin dan tainin (Muchtadi,
1992).
Proses terjadinya perubahan warna hasil tanaman merupakan proses yang
berlangsung kearah masaknya hasil tanaman tersebut, yang mana selama proses
itu terjadi perubahan yang berkaitan dengan adanya perombakan senyawa yang
ada dalam bahan tersebut maka timbulah warna-warna lainya sehinggga yang
menunjukan tingkat masaknya hasil tanaman (buah), antara lain warna kuining,
merah jambu, merah tua (Kartasaputra, 1994).
Berdasarkan percobaan edible portion pada labu siam ukuran kecil
didapatkan hasil 81,08%.
Edible portion adalah bagian yang dapat dimakan dari sayur dan buahbuahan. Buah terdiri dari kulit, daging buah, dan biji. Sedangkan sayuran
tergantung jenisnya, apakah sayuran daun, buah, umbi, biji, batang, dan
sebagainya (Muchtadi, 1989).
Untuk memperhitungkan jumlah bagian yang termakan dan yang terbuang
dari sayuran atau buah-buahan perlu diketahui jumlah bagian yang biasa dimakan
dari sayuran dan buah-buahan tersebut. Hal ini penting diketahui dalam
perhitungan rendemen produksi hasil olahan sayur atau buah (Muchtadi, 1989).
Berdasarkan percobaan sifat buah dan sayur pada labu siam didapatkan hasil
tingkat keasaman dengan pH 7, dan padatan terlarut sebesar 2,424%.
Gambar
14.
di blansir dengan uap, tekstur labu siam masih cukup kuat, aroma labu siam
tercium lemah dan warna labu siam masih baik.
Blansir pada dasarnya adalah pemanasan dan dapat dilakukan dengan air
panas maupun uap panas. Selama blansir terjadi inaktifasi enzim poliphenolase
yang dapat menyebabkan pencokelatan. Pemanasan selama blansir menyebabkan
bahan menjadi lunak, layu dan secara organoleptik bahan lebih baik. Kebanyakan
operasi proses blansir dilakukan dengan meletakkan bahan agar kontak dengan air
panas atau uap panas dalam waktu yang memadai. Lamanya waktu tergantung
tujuan proses blansir. Dengan uap panas lebih memberikan retensi zat gizi yang
optimum dibanding dengan air panas. Blansir dengan air panas dilakukan dengan
cara batch ataupun kontinyu. Untuk proses yang kontinyu harus diperhatikan
keseragaman waktu blansir khususnya bagi produk yang berbentuk daun. Sebab
bila daun-daun itu bertumpuk, maka ada bagian yang tidak kontak dengan panas
dalam waktu yang memadai. Biasanya air panas digunakan sebagai medium untuk
mencegah atau mengurangi terjadinya abrasi. Blansir dilakukan untuk mengurangi
aktivitas enzim yang dapat menyebabkan pencokelatan. Serta untuk melunakkan
bahan. Adapun yang dimaksud dengan blansir adalah suatu teknik pelunakan
bahan pangan dengan suhu yang kurang dari 100C. Lama perendaman dalam
suhu panas tergantung pada jenis sayur dan buah, tetapi tidak melebihi 10 menit
(Winarno, 1992).
Blansir atau blanching adalah perlakuan panas yang lazim dilakukan pada
makanan sebelum proses pembekuan, pengeringan, atau pengalengan. Tujuan
proses
blansir.
Waktu
pemanasan
yang
diperlukan
untuk
menonaktifkan enzim dalam buah dan sayuran tergantung dari jenis bahan,
metode pemanasan, ukuran bahan serta suhu medium pemanasan. Untuk blansir
dengan tujuan komersial biasanya dilakukan pada suhu 100C dengan waktu yang
berbeda-beda tergantung jenis bahannya. Sebagai medium pemanasan biasanya
digunakan
air,
tetapi
uap
atau
udara
panas
pun
dapat
digunakan
(Wirakatakusumah, 1999).
Berdasarkan hasil pengamatan percobaan pengupasan kulit pada sampel
kentang dapat diketahui bahwa waktu yang paling cepat dapat mengupas kulit
kentang adalah dengan menggunakan air mendidih. Sedangkan dengan
menggunakan tagan/pisau diperoleh waktu yang cepat, dengan uap panas
diperoleh waktu agak cepat dan dengan menggunakan larutan alkali diperoleh
waktu yang kurang cepat.
Pengupasan merupakan salah satu proses yang sering dilakukan pada
pengolahan buah dan sayur. Pengupasan bertujuan menghilangkan kulit atau
penututp luar buah dan sayur. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi
terlebih dahulu dalam air mendidih, maka konsentrasi alkali yang digunakan dapat
lebih rendah (Muchtadi, 1989).
Jika sayuran dan buah-buahan terpotong atau terluka maka biasanya pada
bagian yang terpotong atau terluka tersebut permukaannya akan barubah
warnanya menjadi coklat. Reaksi perubahan warna ini disebut browning
(pencoklatan).
Berdasarkan hasil pengamatan blasir pada perlakuan pendahuluan sebelum
pengolahan pada sampel wortel lebih baik dikukus, daripada direbus, karena lebih
menghasilkan aroma dan tekstur yang lebih baik. Sedangkan pada perlakuan
perendaman dengan larutan dengan sampel wortel yang direndam menggunakan
larutan vitamin C 0,5% + asam sitrat 0,5% warna wortel orange pekat. Direndam
dalam larutan garam + asam sitrat, warna orange luntur. Direndam dalam NaHSO3
2000 ppm wortel berwarna orange. Direndam dalam larutan garam dapur 0,5%,
wortel berwarna orange. Direndam dalam vitamin C 0,5%, warna orange luntur.
Direndam dalam H2O2 2% warna wortel orange pucat.
Dari pengamatan secara blansir, wortel yang di blansir dengan cara uap
mendapatkan hasil yang lebih bagus dibanding dengan blansir yang menggunakan
air panas. Wortel yang di blansir dengan air panas teksturnya menjadi agak lunak
karena ketika proses blansir, wortel menyerap banyak air sehingga menjadikan
teksturnya lunak. Sedangkan wortel yang diblansir dengan uap teksturnya tetap
keras karena tidak menyerap air dari luar.
rusak teroksidasi dimana proses tersebut dipercepat oleh adanya panas, sinar
alkali, enzim, oksidator. Oksidasi akan terhambat bila vitamin dibiarkan dalam
keadaan asam atau pada suhu yang rendah.
Laju perusakan meningkat, salah satunya disebabkan oleh enzim. Enzim
yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya merupakan katalis
yang efisien untuk penguraian asam askorbat. Enzim yang paling penting dalam
golongan ini adalah asam askorbat oksidase, fenolase, sitokrom oksidase, dan
peroksidase. Asam askorbat oksidase terlibat reaksi langsung antara enzim,
substratm dan oksigen molekul. Fenolase mengkatalis oksidasi mono- dan
dihidroksi fenol menjadi juinon. Peroskidase, bergabung dengan senyawa fenol,
menggunakan hidrogen peroksida untuk melakukan oksidasi.
Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh etilen pada pematangan buah pada
sampel mangga, untuk wadah terbuka + suhu kamar memiliki pH 4 dengan skala
refraktometer 6 dan padatan terlarut 10,52%. Untuk wadah tertutup memiliki pH 4
dengan skala refraktometer 2,5 dan padatan terlarut 2,843%. Untuk wadah
tertutup + pisang masak memiliki pH 5 dengan skala refraktometer 5 dan padatan
terlarut 5,21%. Untuk wadah tertutup + karbit memiliki pH 5 dengan skala
refraktometer 6,5 dan padatan terlarut 7,013%.
Pematangan adalah salah satu fase akhir dari proses penguraian substrat dan
merupakan suatu proses yang dibutuhkan oleh bahan untuk mensintesa enzimenzim yang spesifik yang diantaranya akan digunakan dalam proses kelayuan
(Muchtadi, 1989).
akar,
menghambat
kecepatan
pertumbuhan,
memperbanyak
mekanis
dan
infeksi,
sehingga
akan
mempercepat
Juml. CO2
puncak
klimakterik
preklimakterik
minimum
klimakterik
meningkat,
pasca klimakterik
KLIMAKTERIK
NON-KLIMAKTERIK
Pembelahan sel
Pembesaran selPelayuan
tidak bersifat racun. Di samping itu buah yang akan dilapisi harus tua, sehat,
segar, utuh, dan muls. Tebal lapisan lilin dihasilkan harus seoptimal mungkin
dengan pengertian bahwa lapisan lilin yang terlalu tebal dapat mengakibatkan
respirasi anaerob yang menghasilkan sayuran yang masam dan busuk. Sedang jika
lapisan lilin terlalu tipis kurang efektif mengurangi respirasi dan transpirasi
(Muchtadi, 1989).
Emulsi lilin dapat dibuat dari bahan lilin dengan bahan pengemulsi. Lilin
yang biasa digunakan adalah lilin tebal, lilin karnauba, maupun lilin lebah.
Emulsifier yang digunakan adalah trietanol amein dan asam oleat. Untuk
pemakaian fungisida sering digunakan Benlate-50, Thiabendazole-60 dan lain-lain
(Muchtadi, 1989).
Wax merupakan jenis lipida yang dibentuk oleh senyawa asam lemak
jenuh dengan alkohol yang memiliki rantai karbon panjang. Sehingga senyawa ini
berbentuk ester. Senyawa ini dapat diamati pada daun-yang mengandung lilin.
Fungsi lapisan wax pada daun ini tidak lain untuk mengurangi penguapan,
demikian pula yang ditemukan pada permukaan buah (Anonim, 2010).
padatan terlarut 5,51%. Sedangkan pada wadah tertutup pada cabai gendot
didapatkan pH 5 dan padatan terlarut 4,508%.
4.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung praktikan memahami prosedur
dengan benar dan lebih teliti agar mendapatkan hasil pengamatan dan perhitungan
yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN PERHITUNGAN
45
x 100
55,5
81,08
0,42+
( 20 )
( 0,430,42 )
( 50 )
0,424
padatan terlarut= X +C
0,424+2
2,424
0,51+
( 65 )
( 0,520,51 )
( 105 )
b. Wadah Tertutup
Skala refraktofotometer = 2,5
Suhu sampel = 27 OC
Interpolasi : a = 0
b = 0,34
c = 2,5
( ca )
x=b+
( eb )
( da )
0,34+
d=5
e = 0,35
f=?
( 2,50 )
( 0,350,34 )
( 50 )
0,345
Padatan terlarut=2,5+ 0,345
2,845
c. Wadah Tertutup + Pisang Masak
Skala refraktofotometer = 5
Suhu sampel = 23 OC ; x = 0,21
Padatan terlarut=5+ 0,21
5,21
d. Wadah Tertutup + Karbit
Skala refraktometer = 6,5
Suhu sampel = 27 OC ; x = 0,513
Interpolasi : a = 5
d = 10
b = 0,51
e = 0,52
c = 6,5
f=?
x=b+
( ca )
( eb )
( da )
0,51+
( 6,55 )
( 0,520,51 )
( 105 )
0,513
Padatan terlarut=0,513+ 0,51
7,013
b. Wadah Tertutup
Skala refraktometer = 4
Suhu sampel = 27 OC ; x = 0,513
Interpolasi : a = 0
d=5
b = 0,50
e = 0,51
c=4
f=?
( ca )
x=b+
( eb )
( da )
0,50+
( 40 )
( 0,510,50 )
( 50 )
0,508
padatan terlarut= X +C
0,508+4
4,508
Skala refraktometer = 2
Suhu sampel = 27
Interpolasi : a = 0
b=2
c=5
( ba )
x=d +
( f d )
( ca )
0,50+
d = 0,50
e=?
f = 0,51
( 20 )
( 0,510,50 )
( 50 )
brix=e + skalarefraktofotometer
0,504+2
2,504