Oleh:
Muhammad Aji I
G99131054/I.01.14
Nur Jiwo W
G991310/I.02.14
Pembimbing:
dr. Fadhillah, Sp.A, M.Kes
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD DR Moewardi Surakarta. Presentasi kasus
dengan judul :
SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 9 TAHUN
DENGAN MENINGITIS BAKTERIAL
Hari/tanggal
Februari 2014
Oleh:
Muhammad Aji I
G99131054/I.01.14
Nur Jiwo W
G991310/I.02.14
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama
: An. E
Umur
: 9 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
Berat Badan
: 25 kg
Panjang Badan
: 125 cm
Agama
: Islam
Alamat
: Masaran Sragen
Tanggal masuk
: 1 Januari 2015
Tanggal pemeriksaan
: 3 Januari 2015
No. RM
: 01284929
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Kejang disertai demam (Rujukan dari PKU Muhammadiyah Sragen)
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 1 hari SMRS pasien demam, demam tinggi mendadak lalu muncul bintikbintik merah kemudian orangtua pasien membawa pasien ke puskesmas. Dari puskesmas pasien
mendapat obat penurun demam berupa tblet, setelah itu pasien tidak demam dan beraktivitas
seperti biasa.
Kurang lebih 6 jam SMRS pasien kembali demam, lalu oleh ibu pasien diberi obat dari
puskesmas, demam turun sebentar lalu kembali naik lagi. Kurang lebih 3 jam SMRS pasien
kejang 1x @5-10 menit, kejang seluruh tubuh, mata melirik keatas, kejang berhenti sendiri,
setelah kejang pasien tidak sadar. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke PKU
Muhammadiyah Sragen. Saat di IGD PKU pasien kejang kembali, kejang + 5 menit lalu diberi
obat stesolit supp. Saat memasang infuse pasien kejang kembali dengan tipe kejang yang sama.
Kejang berhenti sendiri tanpa obat. Kurang dari 20 menit pasien kejang kmbali, kejang + 2
menit, kejang berhenti sendiri dengan tipe kejang yang sama seperti sebelumnya. Karena
keterbatasan sarana pasien dirujuk ke RS Dr. Moewardi. Saat di IGD pasien tidak kejang,
demam (-), Pasien belum BAB selama 2 hari. BAK terakhi 5jam SMRS jumlah banyak warna
kuning jernih. Batuk (+), Pilek (+), Mual (-), Muntah (-), Diare (-), Nyeri saat BAK (-), Keluar
cairan dari telinga (-)
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mondok sebelumnya
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
F. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan ditolong dokter pada usia kehamilan 38 minggu, dengan berat badan lahir
3200 gram, panjang badan 50 cm, dan langsung menangis kuat.
G. Riwayat Post Natal
Rutin ke posyandu tiap bulan untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi
H. Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapat imunisasi:
BCG
: < 1 bulan
Hepatitis B
: 0, 2, 4 bulan
I.
Polio
: 0, 2, 3, 4 bulan
DPT
: 3, 4, 5 bulan
Campak
: 9 bulan
Kesan
Perkembangan Anak
Motorik kasar
: Berjalan
Motorik halus
Bahasa
Personal sosial
: Membuka pakaian
Menggunakan sendok/garpu
Kesan
: ASI dan makan 3 kali sehari (makanan pokok, lauk, buah-buahan, susu) dan
snack pukul 11.00 dan 16.00
Kesan
K. Pohon Keluarga
An. E, 9 thn
III.
Pemeriksaan Fisik
A.
Keadaan umum
B.
Tanda vital
Nadi
Laju nafas
Suhu
: 36C (aksila)
D. Mata
F. Telinga
: sekret (-/-)
G. Mulut
hiperemis (-)
H. Leher
I. Thoraks
J. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
L.
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat
M.
Anus
N.
Ekstremitas
:
Akral Dingin
Oedem
--
TB: 125 cm
Usia: 9 tahun
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah
Pemeriksaan
01/01/2015
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
12.5
Hematokrit
38
Leukosit
18,7
Eritrosit
4,51
Trombosit
267
INDEX ERITROSIT
MCV
84,3
MCH
27,7
MCHC
32,9
RDW
10,8
MPV
7,8
PDW
16
HITUNG JENIS
Eosinofil
0.40
Basofil
0.40
Netrofil
85,40
Limfosit
8,70
Monosit
5.10
GOLONGAN
O
DARAH
KIMIA KLINIK
GDS
SGOT
SGPT
ELEKTROLIT
Natrium
Kalium
Kalsium Ion
Satuan
Rujukan
g/dl
%
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
11,5-15,5
35-45
4,5-14,5
4,00-5,20
150 450
/um
pg
g/dl
%
Fl
%
80.0 - 96.0
28.0 - 33.0
33.0 - 36.0
11.6 - 14.6
7,2-11,1
25-65
%
%
%
%
%
0.00 - 4.00
0.00 - 1.00
29.00 - 72.00
30.00 48.00
0.00 5.00
193
34
8
mg/dl
u/l
u/l
60-100
<31
<34
134
3,8
1,16
mmol/L
mmol/L
mmol/L
132-145
3,1-5,1
1,17-1,29
VII.
Resume
+ 1 hari SMRS pasien demam, demam tinggi mendadak lalu muncul bintik-bintik merah
kemudian orangtua pasien membawa pasien ke puskesmas. Dari puskesmas pasien mendapat obat
penurun demam berupa tablet, setelah itu pasien tidak demam dan beraktivitas seperti biasa.
+ 6 jam SMRS pasien kembali demam, lalu oleh ibu pasien diberi obat dari puskesmas,
demam turun sebentar lalu kembali naik lagi. Kurang lebih 3 jam SMRS pasien kejang 1x @5-10
menit, kejang seluruh tubuh, mata melirik keatas, kejang berhenti sendiri, setelah kejang pasien
tidak sadar. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke PKU Muhammadiyah Sragen.
Saat di IGD PKU pasien kejang kembali, kejang + 5 menit lalu diberi obat stesolit supp. Saat
memasang infuse pasien kejang kembali dengan tipe kejang yang sama. Kejang berhenti sendiri
tanpa obat. Kurang dari 20 menit pasien kejang kmbali, kejang + 2 menit, kejang berhenti sendiri
dengan tipe kejang yang sama seperti sebelumnya. Karena keterbatasan sarana pasien dirujuk ke
RS Dr. Moewardi. Saat di IGD pasien tidak kejang, demam (-), Pasien belum BAB selama 2 hari.
BAK terakhi 5jam SMRS jumlah banyak warna kuning jernih. Batuk (+), Pilek (+), Mual (-),
Muntah (-), Diare (-), Nyeri saat BAK (-), Keluar cairan dari telinga (-)
Riwayat kejang sebelumnya yang berkaitan dengan riwayat penyakit sekarang tidak
ditemukan, riwayat batuk pilek 10 hari yang lalu. Riwayat kejang pada keluarga diderita oleh
kakak pasien. Riwayat pemeliharaan kehamilan dan prenatal baik. Riwayat kelahiran berat badan
lahir cukup, cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir spontan, dan menangis kuat. Riwayat
imunisasi, pasien mendapatkan imunisasi dasar sesuai jadwal DEPKES. Riwayat perkembangan
pasien baik sesuai dengan usia. Status gizi pasien kesan baik berdasarkan pemeriksaan klinis dan
antropometri.
Hasil pemeriksaan keadaan umum didapatkan somnolen, status gizi kesan baik. Tanda vital
pasien didapatkan nadi 120 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, pernafasan 27 x/menit,
kedalaman cukup, reguler, tipe abdominal, suhu 36 C (aksila), tekanan darah 100/60 mmHg.
Pemeriksaan statur neurologis didapatkan tanda kaku kuduk dan brudzinski I positif.
Diagnosis Kerja
1. Meningitis bacterial DD viral
encephalitis
2. Gizi baik
X. Penatalaksanaan
1.
2.
O2 nasal 2lpm
3.
4.
5.
Injeksi Sibital loading dose 20mg/kgBB = 500mg dilanjutkan 5mg/kgBB/hari = 6,25 mg/12
jam
XI.
6.
7.
8.
XII.
Monitoring
1. KUVS/TD/SiO2 /4jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam
XIII. Edukasi
Edukasi keluarga tentang:
1. Kondisi pasien
2. Penyakit pasien
3. Tatalaksana
4. Higiene
XIV. Prognosis
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
FOLLOW UP PASIEN
A. Tanggal 2 Januari 2015 (DPH I)
S
: demam (-), kejang (-), muntah (-), mual (-), BAB (-), BAK (+) banyak
: normocephal,
Mata
Hidung
Telinga
: sekret (-/-)
Mulut
Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas:
Akral Dingin
Oedem
- -
02/01/2015
Satuan
Rujukan
Mg/dl
Mg/dl
/ul
%
negatif
negatif
10-43
32-82
<32
-
Tidak
Kejernihan
Bekuan
Tes pandy
Tes Nonne
Protein Total
Glukosa
Jumlah Sel
Hitung Jenis
Sel
berwarna
jernih
negatif
positif
negatif
39
88
30
71
PMN
Hitung
Sel
29
02/01/2015
Satuan
Rujukan
Jenis
MN
Hasil Urinalisa
Pemeriksaan
Kimia Kliik
Protein
Urine
Kuantitatif
SEKRESI
MAKROSKOPIS
Warna
Kejernihan
KIMIA URIN
Berat jenis
pH
Leukosit
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Eritrosit
MIKROSKOPIS
Eritrosit
Leukosit
EPITEL
Epitel
Epitel squamous
Epitel Transisional
Epitel bulat
SILINDER
Hyline
Granulated
Leukosit
Bakteri
Kristal
Kist Like Cell
Sperma
Produktivitas
Lain-lain
39,4
Mg/day
<100
Yellow
Clear
1.015
7.0
negatif
negatif
negatif
300
5
normal
negatif
negatif
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
/ul
1.015-1.025
4.5-8.00
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
normal
negatif
negatif
10.9
1.9
/ul
/LPB
0-8.7
0-12
5.9
0-1
-
/ul
/LPB
/LPB
/LPB
0.0-12.9
negatif
negatif
negatif
/ul
0
/LPK
0-3
/LPK
negatif
/LPK
negatif
4.0
/ul
0.0-2150
0.6
/ul
0.0-0.0
0.0
/ul
0.0-0.0
0.0
/ul
0.0-0.0
14.5
mS/cm
3.0-32.0
Eritrosit 2-3/LPB, leukosit 1-2/LPB, kristal
amorf (+)
Assesment :
1. Meningitis bacterial DD viral
encephalitis
Gizi baik (antropometri)
Terapi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Plan
Monitoring
1.
2.
: Demam (-), Kejang (-), Muntah (-), Makan (+), Minum (+), Batuk (+), Sesek (-), Pilek
(-),BAB (+), BAK (+)
BC : 67ml/hari
TD : 90/60mmHg D : 2ml/kg/jam
Kepala
: normocephal,
Mata
Hidung
Telinga
: sekret (-/-)
Mulut
Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas:
Akral Dingin
-Oedem
--
4.
5.
6.
7.
Plan
Monitoring
:
1. KUVS /8 jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam
: kuning
: cair
::::-
Mikroskopis
Epitel
Eritrosit
Cacing
Telur
Leukosit
Protozoa
::::::-
Simpulan: tinja lunak, warna coklat, tidak ditemukan parasit dan jamur patogen
Laboratorium urin rutin tanggal 21 Oktober 2014
Makroskopis
Warna
: yellow
Kejernihan
: clear
Kimia Urin
Berat jenis
: 1.015
pH
: 6.5
Leukosit
: negatif
Nitrit
: negatif
Protein
: negatif
Glukosa
: normal
Keton
: negatif
Urobilinogen
: normal
Bilirubin
: negatif
Eritrosit
: negatif
Mikroskopis
Eritrosit
: 0-1/LPB
Leukosit
: 0-1/LPB
Epitel
: Epitel skuamous
:0-1/LPK
Epitel transisional : negatif
Epitel bulat
: negatif
Silinder
: hyaline: negatif
Kristal
Granulated: negatif
Leukosit: negatif
: negatif
1.
2.
Asessment
:
Diare akut dehidrasi berat (terehidrasi) et causa Rota Virus
Gizi baik (antropometri)
Terapi
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
:
Diet nasi lauk 700 kkal/hari
Maintenance : IVFD D5 NS 850 cc/hari 9 tpm (mikro)
Zink 1x10 mg p.o
Oralit sachet
a. 60 cc setiap kali diare
b. 30 cc setiap kali muntah
Lacto B 2 dd 1 sachet p.o
Monitoring :
KUVS dan status hidrasi/4 jam
Balance cairan dan diuresis/8 jam
Edukasi
BAB II
ANALISIS KASUS
Penegakkan diagnosis diare akut didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis perlu
ditanyakan tentang:
1. Lama, frekuensi, warna, dan konsistensi tinja, lendir dan atau darah dalam
tinja.
2. Muntah, rasa haus, rewel, kesadaran, BAK terakhir
3. Adanya demam, sesak, kejang, kembung
4. Jumlah cairan yang masuk selama diare, jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi selama diare atau mengonsumsi makanan yang tidak biasanya
dikonsumsi
5. Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
Pada pasien, diare didapatkan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
yaitu kurang lebih 8 kali sehari. Setiap buang air besar kurang lebih seperempat
gelas belimbing, cairan lebih banyak dengan ampas, berwarna kuning, tidak
berbau, tanpa lendir, dan tanpa darah. Pasien tidak demam, batuk, pilek, maupun
muntah. Saat di IGD RS Dr. Moewardi, pasien tampak lemas. Tidak didapatkan
adanya demam (-). BAK (+), terakhir kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah
sakit sedikit dan berwarna kuning pekat. Tidak didapatkan adanya riwayat sakit
serupa pada keluarga maupun lingkungan pasien. Sumber air minum di keluarga
pasien berasal dari air PAM.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi keadaan umum,
kesadaran, dan tanda vital. Dinilai adakah tanda utama dan tanda
tambahan. Tanda utama terdiri dari keadaan umum, rasa haus, dan turgor
kulit abdomen. Sedangkan tanda tambahan dinilai dari ubun-ubun besar,
adanya mata cekung, air mata, dan mukosa mulut. Dinilai adakah tanda
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), dan kejang (hipo atau
hipernatremia).
b. Saat di IGD RS Dr. Moewardi, pasien tampak lemas, rewel, dan terlihat
kehausan. BAK terakhir kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit
sedikit dan berwarna kuning pekat.
Pasien ini memenuhi kriteria klinis diare akut dengan derajat dehidrasi berat,
yaitu:
1. BAB cair >3 kali sehari.
2. Keadaan umum lemas
3. Rasa haus (-)
4. Turgor kulit abdomen kembali lambat
5. Ubun-ubun besar cekung
6. Mata cekung, air mata berkurang
7. Mukosa mulut kering
Penatalaksanaan diare dilakukan dalam lima langkah atau sering
disebut lima langkah tuntaskan diare (lintas diare) yang terdiri dari
rehidrasi, seng (Zinc), nutrisi, antibiotik yang tepat, dan edukasi. Rehidrasi
pada dehidrasi sedang dapat dilakukan dengan pemberian cairan rehidrasi
oral (oralit) 75 ml/kgBB dalam 3 jam dan 5-10 ml/kgBB setiap kali diare.
Pada kasus diare akut dehidrasi sedang, rehidrasi parenteral diberikan bila
anak muntah setiap diberi minum walaupun sudah diberikan sedikit demi
sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan yang digunakan adalah ringer
laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah disesuaikan berat badan:
berat badan 3-10 kg: 200 ml/kgBB/hari, 10-15 kg: 175 ml/kgBB/hari, >15
kg: 135 ml/kgBB/hari. Pasien harus diawasi selama proses rehidrasi.
Pada kasus ini, pasien dimondokkan karena pasien mengalami
dehidrasi dan terdapat kesulitan dalam memberikan asupan secara oral
dikarenakan pasien mengalami penurunan kesadaran dan muntah setiap
kali diberi minum sehingga dibutuhkan terapi cairan intravena. Terapi
cairan yang diberikan berupa Asering sebanyak 100 ml/kgBB dalam 3
jam. Setengah jam pertama diberikan IVFD sering 30 cc/kgBB dan dua
setengah jam berikutnya diberikan 70 cc/kgBB.
Setelah terehidrasi, dilanjutkan terapi cairan maintenance menurut
rumus Darrow. Berat badan pasien adalah 8,5 kg sehingga kebutuhan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir darah, timbul mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari.1
B. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun diperkirakan terjadi dua miliar kasus diare di dunia dan 1,9
juta kasus kematian pada anak kurang dari 5 tahun. Kematian tersebut
umumnya terjadi di negara berkembang. 2 Menurut Riskesdas 2007, diare
merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%
berdasarkan pola penyebab kematian di Indonesia. Sedangkan berdasarkan
penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah
TB dan pneumonia. Insiden diare tertinggi pada kelompok anak usia dibawah
dua tahun, dan menurun dengan bertambahnya usia anak.3
C. KLASIFIKASI
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanisme
b. Gangguan absorbsi
c. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lama diare
a. Diare akut : berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 14
hari)
b. Diare persisten : berlangsung lebih dari 14 hari
c. Diare kronik : berlangsung lebih dari 14 hari dan berlangsung
intermiten1
D. ETIOLOGI
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang
sering ditemukan secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan.1,4
Rotavirus adalah penyebab utama diare akut di dunia terutama pada
anak di bawah umur 5 tahun.5 Penyebab diare yang penting lainnya yaitu
Escherichia
coli
enterotoksigenik,
Shigella,
Campylobacter,
dan
Cryptosporidium.1,5
E. MEKANISME DIARE
Menurut mekanismenya diare dibedakan menjadi diare osmotik
(gangguan absorbsi) dan diare sekretorik (gangguan sekresi). Selain itu diare
juga dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi, dan imunologi.1
Penurunan fungsi absorbsi dapat terjadi karena berbagai sebab seperti
defisiensi sukrase-isomaltase, defisiensi laktase, adanya bahan yang tidak
dapat diserap, maupun kerusakan sel villi. Kerusakan sel (yang secara normal
akan menyerap Na dan air) dapat disebabkan virus atau kuman seperti
Salmonella, Shigella, atau Campylobacter. Diare sekretorik terjadi karena
toksin dari bakteri meningkatkan cAMP dan cGMP yang akan menstimulasi
sekresi cairan dan elektrolit.1
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Lama, frekuensi, warna, konsistensi, lendir, darah dalam tinja.
b. Muntah, rasa haus, rewel, kesadaran, BAK terakhir, demam, sesak,
kejang, kembung
c. Jumlah cairan yang masuk selama diare
d. Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi selama diare,
mengonsumsi makanan yang tidak biasa, obat yang sudah diminum
e. Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
f. Riwayat imunisasi 6,7
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
b. Tanda utama : keadaan umum, rasa haus, turgor kulit abdomen
Tanpa Dehidrasi
Keadaan Umum
Baik, Sadar
Rasa Haus
Normal,
Gelisah, rewel
tidak Tampak Kehausan
haus
Apatis
Sulit, tidak bisa
minum
Cekung
Sangat cekung
Mata
Cekung
Sangat cekung
Tidak cekung
Air mata
Berkurang
Mulut/ Lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Turgor
Kembali cepat
Kembali lambat
Kembali
sangat
lambat
Akral
Hangat
Hangat
Dingin
Kehilangan
cairan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja biasanya dilakukan apabila ada tanda intoleransi
laktosa dan kecurigaan amubiasis
Hal yang dinilai:
Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau
Mikroskopis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
a. Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit 6
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare dilakukan dalam lima langkah atau sering
1.
2.
3.
4.
5.
disebut lima langkah tuntaskan diare (lintas diare) yang terdiri dari:6
Rehidrasi
Seng (Zinc)
Nutrisi
Antibiotik yang tepat
Edukasi
a.
1. Terapi Cairan
Tanpa dehidrasi
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan new oralit
diberikan 5-10 ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia,
Umur <1 tahun diberi 50-100 ml, umur 1-5 tahun diberi 100-200 ml,
lebih dari 5 tahun semaunya. Cairan rumah tangga dapat diberikan
sesuai kemauan anak. ASI harus terus diberikan. Pasien dapat
dirawat di rumah kecuali terdapat komplikasi lain 3,6.
b. Dehidrasi Ringan Sedang
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat
dilakukan dengan pemberian cairan rehidrasi oral hipoosmolar 75
ml/kgBB dalam 3 jam dan 5-10 ml/kgBB setiap diare cair.
DAFTAR PUSTAKA
3. Agtini M.D. 2011. Morbiditas dan Mortalitas Diare pada Balita di Indonesia,
Tahun 2000-2007. Kementrian Kesehatan RI.
5. WHO. 2009. Diarrhoea: Why Children are Still Dying and What Can be
Done. WHO Press.
7. WHO. 2005. The Treatment of Diarrhoea: A manual for physicians and other
senior health workers. WHO Press.