Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 9 TAHUN


DENGAN MENINGITIS BAKTERIAL

Oleh:
Muhammad Aji I

G99131054/I.01.14

Nur Jiwo W

G991310/I.02.14

Pembimbing:
dr. Fadhillah, Sp.A, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD DR Moewardi Surakarta. Presentasi kasus
dengan judul :
SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 9 TAHUN
DENGAN MENINGITIS BAKTERIAL

Hari/tanggal

Februari 2014

Oleh:
Muhammad Aji I

G99131054/I.01.14

Nur Jiwo W

G991310/I.02.14

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus

dr. Fadhilah, Sp.A, M.Kes

BAB I
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama

: An. E

Umur

: 9 tahun

Jenis Kelamin

: perempuan

Berat Badan

: 25 kg

Panjang Badan

: 125 cm

Agama

: Islam

Alamat

: Masaran Sragen

Tanggal masuk

: 1 Januari 2015

Tanggal pemeriksaan

: 3 Januari 2015

No. RM

: 01284929

II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Kejang disertai demam (Rujukan dari PKU Muhammadiyah Sragen)
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 1 hari SMRS pasien demam, demam tinggi mendadak lalu muncul bintikbintik merah kemudian orangtua pasien membawa pasien ke puskesmas. Dari puskesmas pasien
mendapat obat penurun demam berupa tblet, setelah itu pasien tidak demam dan beraktivitas
seperti biasa.
Kurang lebih 6 jam SMRS pasien kembali demam, lalu oleh ibu pasien diberi obat dari
puskesmas, demam turun sebentar lalu kembali naik lagi. Kurang lebih 3 jam SMRS pasien
kejang 1x @5-10 menit, kejang seluruh tubuh, mata melirik keatas, kejang berhenti sendiri,
setelah kejang pasien tidak sadar. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke PKU
Muhammadiyah Sragen. Saat di IGD PKU pasien kejang kembali, kejang + 5 menit lalu diberi
obat stesolit supp. Saat memasang infuse pasien kejang kembali dengan tipe kejang yang sama.
Kejang berhenti sendiri tanpa obat. Kurang dari 20 menit pasien kejang kmbali, kejang + 2
menit, kejang berhenti sendiri dengan tipe kejang yang sama seperti sebelumnya. Karena
keterbatasan sarana pasien dirujuk ke RS Dr. Moewardi. Saat di IGD pasien tidak kejang,
demam (-), Pasien belum BAB selama 2 hari. BAK terakhi 5jam SMRS jumlah banyak warna

kuning jernih. Batuk (+), Pilek (+), Mual (-), Muntah (-), Diare (-), Nyeri saat BAK (-), Keluar
cairan dari telinga (-)
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mondok sebelumnya

: disangkal

Riwayat kejang sebelumnya

: disangkal

Riwayat batuk pilek

: 10 hari yng lalu

Riwayat alergi obat dan makanan

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan


Riwayat sakit serupa di keluarga : kakak pasien pernah menderita kejang demam pada usia 2
tahun
Riwayat sakit serupa di lingkungan sekitar

: disangkal

E. Riwayat Pemeliharaan Kehamilan


Kontrol teratur ke dokter pada trimester I satu kali saat usia 1 bulan kehamilan, satu kali saat
trimester II dan kontrol ke dokter dua kali saat trimester III. Selama kehamilan ibu tidak
menderita sakit.

F. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan ditolong dokter pada usia kehamilan 38 minggu, dengan berat badan lahir
3200 gram, panjang badan 50 cm, dan langsung menangis kuat.
G. Riwayat Post Natal
Rutin ke posyandu tiap bulan untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi
H. Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapat imunisasi:
BCG

: < 1 bulan

Hepatitis B

: 0, 2, 4 bulan

I.

Polio

: 0, 2, 3, 4 bulan

DPT

: 3, 4, 5 bulan

Campak

: 9 bulan

Kesan

: imunisasi dasar sesuai jadwal Kemenkes

Perkembangan Anak
Motorik kasar

: Berjalan

Motorik halus

: menyusun menara dari 2 kubus

Bahasa

: berbicara dengan 3 kata

Personal sosial

: Membuka pakaian
Menggunakan sendok/garpu

Kesan

: perkembangan sesuai usia.

J. Riwayat Makan Minum Anak


Usia 0 6 bulan : ASI eksklusif lama tiap menyusui 10 15 menit, bergantian kanan dan kiri.
Usia 6 9 bulan : ASI 8-10 kali sehari dan makanan pendamping ASI 2-3 kali sehari tiap
makan 4 - 6 sendok makan.
Usia 9 12 bulan : ASI dan air putih ditambah dengan nasi tim 3 kali sehari
>12 bulan

: ASI dan makan 3 kali sehari (makanan pokok, lauk, buah-buahan, susu) dan
snack pukul 11.00 dan 16.00

Kesan

: kualitas dan kuantitas nutrisi cukup

K. Pohon Keluarga

An. E, 9 thn

III.

Pemeriksaan Fisik

A.

Keadaan umum

: somnolent, tampak sakit sedang, kesan gizi baik

B.

Tanda vital

Nadi

: 120x/ menit, reguler, isi, dan tegangan cukup

Laju nafas

: 27 x/ menit, kedalaman cukup, reguler, tipe abdominal

Suhu

: 36C (aksila)

Tekanan darah : 100/60 mmHg


C. Kepala

: mesoocephal, LK 59 cm, UUB menutup

D. Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks

cahaya (+/+), pupil isokor d= 3mm/3mm


E. Hidung

: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

F. Telinga

: sekret (-/-)

G. Mulut

: mukosa basah (+), sianosis (-), tonsil T1-T1

hiperemis (-)
H. Leher

: kelenjar getah bening tidak membesar

I. Thoraks

: simetris, retraksi (-/-)

J. Jantung

Inspeksi

: iktus cordis tidak tampak

Palpasi

: iktus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)


K. Pulmo

L.

Inspeksi

: pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi

: fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi

: sonor/sonor

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Abdomen

Inspeksi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi

: bising usus (+) meningkat

hiperemis (-), faring

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat

M.

Anus

: diaper rash (-)

N.

Ekstremitas

:
Akral Dingin
Oedem
--

Capillary refill time < 2 detik


Arteri dorsalis pedis teraba kuat
IV.

Pemeriksaan Status Neurologis


A. Refleks Fisiologis
biceps (+/+), triceps (+/+), acilles (+/+), patella (+/+)
B. Refleks Patologis
chaddock (-/-), Oppenheim (-/-), Gordon (-/-), schaeffer (-/-)
C. Meningeal sign
Kaku kuduk (+), Brudzinski I (+), kernig (-), Brudzinski II (-)

V. Perhitungan Status Gizi


A. Secara Klinis
Gizi kesan baik
B. Secara Antropometri
BB: 25 kg

TB: 125 cm

Usia: 9 tahun

BB/U = 25/29 x 100 % = 86 % P10 < BB/U < P25


normoweight
BB/TB = 25/24 x 100 % = 104 % P50 < BB/TB < P75
normoheight
TB/U = 125/133 x 100 % = 93% P10 < TB/U < P25
Kesimpulan: gizi kesan baik secara antropometri
VI.

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah

Pemeriksaan
01/01/2015
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
12.5
Hematokrit
38
Leukosit
18,7
Eritrosit
4,51
Trombosit
267
INDEX ERITROSIT
MCV
84,3
MCH
27,7
MCHC
32,9
RDW
10,8
MPV
7,8
PDW
16
HITUNG JENIS
Eosinofil
0.40
Basofil
0.40
Netrofil
85,40
Limfosit
8,70
Monosit
5.10
GOLONGAN
O
DARAH
KIMIA KLINIK
GDS
SGOT
SGPT
ELEKTROLIT
Natrium
Kalium
Kalsium Ion

Satuan

Rujukan

g/dl
%
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul

11,5-15,5
35-45
4,5-14,5
4,00-5,20
150 450

/um
pg
g/dl
%
Fl
%

80.0 - 96.0
28.0 - 33.0
33.0 - 36.0
11.6 - 14.6
7,2-11,1
25-65

%
%
%
%
%

0.00 - 4.00
0.00 - 1.00
29.00 - 72.00
30.00 48.00
0.00 5.00

193
34
8

mg/dl
u/l
u/l

60-100
<31
<34

134
3,8
1,16

mmol/L
mmol/L
mmol/L

132-145
3,1-5,1
1,17-1,29

VII.

Resume
+ 1 hari SMRS pasien demam, demam tinggi mendadak lalu muncul bintik-bintik merah
kemudian orangtua pasien membawa pasien ke puskesmas. Dari puskesmas pasien mendapat obat
penurun demam berupa tablet, setelah itu pasien tidak demam dan beraktivitas seperti biasa.
+ 6 jam SMRS pasien kembali demam, lalu oleh ibu pasien diberi obat dari puskesmas,
demam turun sebentar lalu kembali naik lagi. Kurang lebih 3 jam SMRS pasien kejang 1x @5-10
menit, kejang seluruh tubuh, mata melirik keatas, kejang berhenti sendiri, setelah kejang pasien
tidak sadar. Kemudian pasien dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke PKU Muhammadiyah Sragen.
Saat di IGD PKU pasien kejang kembali, kejang + 5 menit lalu diberi obat stesolit supp. Saat
memasang infuse pasien kejang kembali dengan tipe kejang yang sama. Kejang berhenti sendiri
tanpa obat. Kurang dari 20 menit pasien kejang kmbali, kejang + 2 menit, kejang berhenti sendiri
dengan tipe kejang yang sama seperti sebelumnya. Karena keterbatasan sarana pasien dirujuk ke
RS Dr. Moewardi. Saat di IGD pasien tidak kejang, demam (-), Pasien belum BAB selama 2 hari.
BAK terakhi 5jam SMRS jumlah banyak warna kuning jernih. Batuk (+), Pilek (+), Mual (-),
Muntah (-), Diare (-), Nyeri saat BAK (-), Keluar cairan dari telinga (-)
Riwayat kejang sebelumnya yang berkaitan dengan riwayat penyakit sekarang tidak
ditemukan, riwayat batuk pilek 10 hari yang lalu. Riwayat kejang pada keluarga diderita oleh
kakak pasien. Riwayat pemeliharaan kehamilan dan prenatal baik. Riwayat kelahiran berat badan
lahir cukup, cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir spontan, dan menangis kuat. Riwayat
imunisasi, pasien mendapatkan imunisasi dasar sesuai jadwal DEPKES. Riwayat perkembangan
pasien baik sesuai dengan usia. Status gizi pasien kesan baik berdasarkan pemeriksaan klinis dan
antropometri.
Hasil pemeriksaan keadaan umum didapatkan somnolen, status gizi kesan baik. Tanda vital
pasien didapatkan nadi 120 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, pernafasan 27 x/menit,
kedalaman cukup, reguler, tipe abdominal, suhu 36 C (aksila), tekanan darah 100/60 mmHg.
Pemeriksaan statur neurologis didapatkan tanda kaku kuduk dan brudzinski I positif.

VIII. Daftar Masalah


a. Kesadaran somnolen
b. Riwayat demam tinggi mendadak
c. Kejang sebanyak 4x SMRS

d. Meningeal sign positif


IX.

Diagnosis Kerja
1. Meningitis bacterial DD viral
encephalitis
2. Gizi baik

X. Penatalaksanaan
1.

Rawat inap di PICU

2.

O2 nasal 2lpm

3.

Diet sonde 1800 kkal/hari

4.

IVFD D1/4 67 ml/kgBB

5.

Injeksi Sibital loading dose 20mg/kgBB = 500mg dilanjutkan 5mg/kgBB/hari = 6,25 mg/12
jam

XI.

6.

Injeksi dexamethason (0,6mg/kgBB/hari) = 4mg/6 jam IV

7.

Paracetamol syr 250mg (k/p)

8.

Injeksi Ceftriaxone (100mg/kgBB/hari) = 1250mg/12 jam IV


Planning
1. Laboratorium : DL2, Golongan darah, GDT, GDS, elektrolit, SGOT/SGPT
2. Lumbal pungsi
3. Kultur CSF

XII.

Monitoring
1. KUVS/TD/SiO2 /4jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam

XIII. Edukasi
Edukasi keluarga tentang:
1. Kondisi pasien
2. Penyakit pasien

3. Tatalaksana
4. Higiene
XIV. Prognosis
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam

: bonam

FOLLOW UP PASIEN
A. Tanggal 2 Januari 2015 (DPH I)
S

: demam (-), kejang (-), muntah (-), mual (-), BAB (-), BAK (+) banyak

: tampak sakit sedang, somnolen, gizi kesan baik

Tanda vital : HR: 99x/menit RR: 23x/menit T: 37,4o C TD: 99/67mmHg


Kepala

: normocephal,

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung

: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

Telinga

: sekret (-/-)

Mulut

: mukosa basah (+), sianosis (-)

Tenggorok : mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)


Leher

: kelenjar getah bening tidak membesar

Thoraks

: simetris, retraksi (-/-)

Jantung

Inspeksi

: iktus cordis tidak tampak

Palpasi

: iktus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo

Inspeksi

: pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi

: fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi

: sonor/sonor

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Abdomen :
Inspeksi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat

Ekstremitas:
Akral Dingin

Oedem
- -

Capillary refill time < 2 detik


Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Pemeriksaan Status Neurologis
Refleks Fisiologis
biceps (+/+), triceps (+/+), acilles (+/+), patella (+/+)
Refleks Patologis
chaddock (-/-), Oppenheim (-/-), Gordon (-/-), schaeffer (-/-)
Meningeal sign
Kaku kuduk (+), Brudzinski I (+), kernig (-), Brudzinski II (-)
Hasil Pemeriksaan Gambaran Darah Tepi
Gambaran darah tepi dengan neutrofilia absolute menyokong adanya proses infeksi
Hasil Analisa Cairan Otak
Pemeriksaan
Makroskopis
Warna

02/01/2015

Satuan

Rujukan

Mg/dl
Mg/dl
/ul
%

negatif
negatif
10-43
32-82
<32
-

Tidak

Kejernihan
Bekuan
Tes pandy
Tes Nonne
Protein Total
Glukosa
Jumlah Sel
Hitung Jenis

Sel

berwarna
jernih
negatif
positif
negatif
39
88
30
71

PMN
Hitung

Sel

29

02/01/2015

Satuan

Rujukan

Jenis

MN
Hasil Urinalisa
Pemeriksaan
Kimia Kliik

Protein

Urine

Kuantitatif
SEKRESI
MAKROSKOPIS
Warna
Kejernihan
KIMIA URIN
Berat jenis
pH
Leukosit
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Eritrosit
MIKROSKOPIS
Eritrosit
Leukosit
EPITEL
Epitel
Epitel squamous
Epitel Transisional
Epitel bulat
SILINDER
Hyline
Granulated
Leukosit
Bakteri
Kristal
Kist Like Cell
Sperma
Produktivitas
Lain-lain

39,4

Mg/day

<100

Yellow
Clear
1.015
7.0
negatif
negatif
negatif
300
5
normal
negatif
negatif

Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
/ul

1.015-1.025
4.5-8.00
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
normal
negatif
negatif

10.9
1.9

/ul
/LPB

0-8.7
0-12

5.9
0-1
-

/ul
/LPB
/LPB
/LPB

0.0-12.9
negatif
negatif
negatif

/ul

0
/LPK
0-3
/LPK
negatif
/LPK
negatif
4.0
/ul
0.0-2150
0.6
/ul
0.0-0.0
0.0
/ul
0.0-0.0
0.0
/ul
0.0-0.0
14.5
mS/cm
3.0-32.0
Eritrosit 2-3/LPB, leukosit 1-2/LPB, kristal
amorf (+)

Assesment :
1. Meningitis bacterial DD viral
encephalitis
Gizi baik (antropometri)
Terapi

1.

Diet nasi lauk 1100 kkal/hari

2.

IVFD D1/2 NS = kecepatan 4ml/jam (tetesan minimal)

3.

Injeksi Ceftriaxone (50mg/kgBB/12 jam) = 1gr/12 jam

4.

Injeksi Sibital (5mg/kgBB/hari) = 62,5 mg/12 jam

5.

Injeksi Manitol (0,5gr/kgBB/8jam) = 62,5 ml/8jam

6.

Injeksi Dexamehasone (0,6mg/kgBB/hari) = 4mg/6jam

7.

Paracetamol (10mg/kgBB/x) = 250mg (k/p)

Plan

: Pindah bangsal, Pemeriksaan urin

Monitoring

1.

KUVS/4 jam dan SiO2/4 jam

2.

Balance cairan dan diuresis/8 jam

B. Tanggal 22 Oktober 2014 (DPH II)


S

: Demam (-), Kejang (-), Muntah (-), Makan (+), Minum (+), Batuk (+), Sesek (-), Pilek
(-),BAB (+), BAK (+)

: sakit sedang, kompos mentis, gizi kesan baik

Tanda vital : HR: 110x/menit RR: 24x/menit


T: 36,4o C

BC : 67ml/hari

TD : 90/60mmHg D : 2ml/kg/jam

Kepala

: normocephal,

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung

: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

Telinga

: sekret (-/-)

Mulut

: mukosa basah (+), sianosis (-)

Tenggorok : mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperremis (-)


Leher

: kelenjar getah bening tidak membesar

Thoraks

: simetris, retraksi (-/-)

Jantung

Inspeksi

: iktus cordis tidak tampak

Palpasi

: iktus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo

Inspeksi

: pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi

: fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi

: sonor/sonor

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Abdomen :
Inspeksi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat

Ekstremitas:
Akral Dingin
-Oedem
--

Capillary refill time < 2 detik


Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Assesment :
1. Meningitis bacterial DD viral
encephalitis
2. Gizi baik (antropometri)
Terapi

1. Diet nasi lauk 1100 kkal/hari


2. IVFD D1/2 NS = kecepatan 4ml/jam (tetesan minimal)
3. Injeksi Ceftriaxone (50mg/kgBB/12 jam) = 1gr/12 jam

4.
5.
6.
7.

Injeksi Sibital (3mg/kgBB/hari) = 40 mg/12 jam


Injeksi Manitol (0,5gr/kgBB/8jam) = 62,5 ml/8jam
Injeksi Dexamehasone (0,6mg/kgBB/hari) = 4mg/6jam
Paracetamol (10mg/kgBB/x) = 250mg (k/p)

Plan

Monitoring
:
1. KUVS /8 jam
2. Balance cairan dan diuresis/8 jam

Laboratorium feses rutin tanggal 21 Oktober 2014


Makroskopis
Warna
Konsistensi
Lendir
Pus
Darah
Cacing

: kuning
: cair
::::-

Mikroskopis
Epitel
Eritrosit
Cacing
Telur
Leukosit
Protozoa

::::::-

Simpulan: tinja lunak, warna coklat, tidak ditemukan parasit dan jamur patogen
Laboratorium urin rutin tanggal 21 Oktober 2014
Makroskopis
Warna
: yellow
Kejernihan
: clear
Kimia Urin
Berat jenis
: 1.015
pH
: 6.5
Leukosit
: negatif
Nitrit
: negatif
Protein
: negatif
Glukosa
: normal
Keton
: negatif
Urobilinogen
: normal
Bilirubin
: negatif
Eritrosit
: negatif
Mikroskopis
Eritrosit
: 0-1/LPB
Leukosit
: 0-1/LPB
Epitel
: Epitel skuamous
:0-1/LPK
Epitel transisional : negatif
Epitel bulat
: negatif
Silinder
: hyaline: negatif

Kristal

Granulated: negatif
Leukosit: negatif
: negatif

1.
2.

Asessment
:
Diare akut dehidrasi berat (terehidrasi) et causa Rota Virus
Gizi baik (antropometri)
Terapi
1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.

:
Diet nasi lauk 700 kkal/hari
Maintenance : IVFD D5 NS 850 cc/hari 9 tpm (mikro)
Zink 1x10 mg p.o
Oralit sachet
a. 60 cc setiap kali diare
b. 30 cc setiap kali muntah
Lacto B 2 dd 1 sachet p.o

Monitoring :
KUVS dan status hidrasi/4 jam
Balance cairan dan diuresis/8 jam
Edukasi

: Jaga higienitas pasien dan keluarga

BAB II
ANALISIS KASUS
Penegakkan diagnosis diare akut didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis perlu
ditanyakan tentang:
1. Lama, frekuensi, warna, dan konsistensi tinja, lendir dan atau darah dalam
tinja.
2. Muntah, rasa haus, rewel, kesadaran, BAK terakhir
3. Adanya demam, sesak, kejang, kembung
4. Jumlah cairan yang masuk selama diare, jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi selama diare atau mengonsumsi makanan yang tidak biasanya
dikonsumsi
5. Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
Pada pasien, diare didapatkan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
yaitu kurang lebih 8 kali sehari. Setiap buang air besar kurang lebih seperempat
gelas belimbing, cairan lebih banyak dengan ampas, berwarna kuning, tidak
berbau, tanpa lendir, dan tanpa darah. Pasien tidak demam, batuk, pilek, maupun
muntah. Saat di IGD RS Dr. Moewardi, pasien tampak lemas. Tidak didapatkan
adanya demam (-). BAK (+), terakhir kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah
sakit sedikit dan berwarna kuning pekat. Tidak didapatkan adanya riwayat sakit
serupa pada keluarga maupun lingkungan pasien. Sumber air minum di keluarga
pasien berasal dari air PAM.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi keadaan umum,
kesadaran, dan tanda vital. Dinilai adakah tanda utama dan tanda
tambahan. Tanda utama terdiri dari keadaan umum, rasa haus, dan turgor
kulit abdomen. Sedangkan tanda tambahan dinilai dari ubun-ubun besar,
adanya mata cekung, air mata, dan mukosa mulut. Dinilai adakah tanda
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), dan kejang (hipo atau
hipernatremia).

Hasil pemeriksaan keadaan umum didapatkan lemas dengan derajat


kesadaran somnolen. Tanda vital pasien didapatkan nadi 88 x/menit,
reguler, isi dan tegangan cukup, pernafasan 24 x/menit, kedalaman cukup,
reguler, tipe abdominal, suhu 38 C per aksiler. Pemeriksaan fisik
ditemukan UUB cekung, mata cekung, air mata berkurang, mukosa basah
(+), dan turgor kulit kembali lambat,. Tidak didapatkan kembung maupun
kejang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan tinja.
Hal yang dinilai adalah
Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau
Mikroskopis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Kimia: pH, elektrolit (Na, K, HCO3)
Hasil pemeriksaan feses rutin pada pasien adalah tinja lunak, berwarna
kuning, dan tidak ditemukan adanya parasit maupun jamur patogen.
Pengertian diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak
lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir darah, timbul mendadak dan berlangsung kurang
dari 7 hari. Diagnosis diare akut dehidrasi berat dapat ditegakkan jika
didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan. Tanda
utama yaitu keadaan umum tampak lemas dengan kesadaran somnolen,
rasa haus (-) dan turgor kulit abdomen kembali lambat. Tanda tambahan
yaitu ubun-ubun besar cekung, mata cekung, air mata berkurang, dan
mukosa mulut kering.
Pada pasien, diagnosis diare akut dehidrasi berat ditegakkan
berdasarkan:
1. Anamnesis
a. Pasien buang air besar cair 8 kali/hari sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit, tanpa lendir dan tanpa darah.

b. Saat di IGD RS Dr. Moewardi, pasien tampak lemas, rewel, dan terlihat
kehausan. BAK terakhir kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit
sedikit dan berwarna kuning pekat.
Pasien ini memenuhi kriteria klinis diare akut dengan derajat dehidrasi berat,
yaitu:
1. BAB cair >3 kali sehari.
2. Keadaan umum lemas
3. Rasa haus (-)
4. Turgor kulit abdomen kembali lambat
5. Ubun-ubun besar cekung
6. Mata cekung, air mata berkurang
7. Mukosa mulut kering
Penatalaksanaan diare dilakukan dalam lima langkah atau sering
disebut lima langkah tuntaskan diare (lintas diare) yang terdiri dari
rehidrasi, seng (Zinc), nutrisi, antibiotik yang tepat, dan edukasi. Rehidrasi
pada dehidrasi sedang dapat dilakukan dengan pemberian cairan rehidrasi
oral (oralit) 75 ml/kgBB dalam 3 jam dan 5-10 ml/kgBB setiap kali diare.
Pada kasus diare akut dehidrasi sedang, rehidrasi parenteral diberikan bila
anak muntah setiap diberi minum walaupun sudah diberikan sedikit demi
sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan yang digunakan adalah ringer
laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah disesuaikan berat badan:
berat badan 3-10 kg: 200 ml/kgBB/hari, 10-15 kg: 175 ml/kgBB/hari, >15
kg: 135 ml/kgBB/hari. Pasien harus diawasi selama proses rehidrasi.
Pada kasus ini, pasien dimondokkan karena pasien mengalami
dehidrasi dan terdapat kesulitan dalam memberikan asupan secara oral
dikarenakan pasien mengalami penurunan kesadaran dan muntah setiap
kali diberi minum sehingga dibutuhkan terapi cairan intravena. Terapi
cairan yang diberikan berupa Asering sebanyak 100 ml/kgBB dalam 3
jam. Setengah jam pertama diberikan IVFD sering 30 cc/kgBB dan dua
setengah jam berikutnya diberikan 70 cc/kgBB.
Setelah terehidrasi, dilanjutkan terapi cairan maintenance menurut
rumus Darrow. Berat badan pasien adalah 8,5 kg sehingga kebutuhan

cairannya adalah BB x 100 ml = 8,5 x 100 ml = 850 ml/ hari = 9 tpm


makro. Selain itu, juga diberikan oralit per oral 60 cc setiap kali diare dan
30 cc setiap kali muntah.
Karena pasien berusia lebih dari 6 bulan, zinc diberikan sebanyak
1x20 mg p.o selama 10 hari. Cara pemberian obat zinc adalah dengan
melarutkan tablet zinc dalam satu sendok air matang atau ASI (tablet
mudah larut), kemudian segera berikan kepada anak. Apabila anak muntah
sekitar setengah jam setelah pemberian zinc, ulangi pemberian dengan
cara memberikan potongan lebih kecil, dilarutkan beberapa kali hingga
dosis terpenuhi.
Edukasi diberikan kepada keluarga pasien untuk tetap memberikan
ASI, menjaga kebersihan pasien dan keluarga, mencuci tangan dengan
sabun setelah buang air besar dan sebelum makan, serta menjaga
kebersihan lingkungan, terutama tidak membuang popok yang telah
digunakan di sembarang tempat guna mencegah penularan.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir darah, timbul mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari.1
B. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun diperkirakan terjadi dua miliar kasus diare di dunia dan 1,9
juta kasus kematian pada anak kurang dari 5 tahun. Kematian tersebut
umumnya terjadi di negara berkembang. 2 Menurut Riskesdas 2007, diare
merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%
berdasarkan pola penyebab kematian di Indonesia. Sedangkan berdasarkan
penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah
TB dan pneumonia. Insiden diare tertinggi pada kelompok anak usia dibawah
dua tahun, dan menurun dengan bertambahnya usia anak.3
C. KLASIFIKASI
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanisme
b. Gangguan absorbsi
c. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lama diare
a. Diare akut : berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 14
hari)
b. Diare persisten : berlangsung lebih dari 14 hari
c. Diare kronik : berlangsung lebih dari 14 hari dan berlangsung
intermiten1

D. ETIOLOGI
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang
sering ditemukan secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan.1,4
Rotavirus adalah penyebab utama diare akut di dunia terutama pada
anak di bawah umur 5 tahun.5 Penyebab diare yang penting lainnya yaitu
Escherichia

coli

enterotoksigenik,

Shigella,

Campylobacter,

dan

Cryptosporidium.1,5

E. MEKANISME DIARE
Menurut mekanismenya diare dibedakan menjadi diare osmotik
(gangguan absorbsi) dan diare sekretorik (gangguan sekresi). Selain itu diare
juga dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi, dan imunologi.1
Penurunan fungsi absorbsi dapat terjadi karena berbagai sebab seperti
defisiensi sukrase-isomaltase, defisiensi laktase, adanya bahan yang tidak
dapat diserap, maupun kerusakan sel villi. Kerusakan sel (yang secara normal
akan menyerap Na dan air) dapat disebabkan virus atau kuman seperti
Salmonella, Shigella, atau Campylobacter. Diare sekretorik terjadi karena
toksin dari bakteri meningkatkan cAMP dan cGMP yang akan menstimulasi
sekresi cairan dan elektrolit.1
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Lama, frekuensi, warna, konsistensi, lendir, darah dalam tinja.
b. Muntah, rasa haus, rewel, kesadaran, BAK terakhir, demam, sesak,
kejang, kembung
c. Jumlah cairan yang masuk selama diare
d. Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi selama diare,
mengonsumsi makanan yang tidak biasa, obat yang sudah diminum
e. Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
f. Riwayat imunisasi 6,7
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
b. Tanda utama : keadaan umum, rasa haus, turgor kulit abdomen

c. Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa


bibir, mulut, dan lidah
d. Berat badan
e. Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit , seperti napas
cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang
(hipo atau hipernatremia)6
Derajat Dehidrasi 3,6

Gejala & Tanda

Tanpa Dehidrasi

Dehidrasi Ringan Dehidrasi Berat


Sedang

Keadaan Umum

Baik, Sadar

Rasa Haus

Normal,

Gelisah, rewel
tidak Tampak Kehausan

haus

Apatis
Sulit, tidak bisa
minum

Ubun-ubun besar Tidak cekung

Cekung

Sangat cekung

Mata

Cekung

Sangat cekung

Tidak cekung

Air mata

Berkurang

Mulut/ Lidah

Basah

Kering

Sangat kering

Turgor

Kembali cepat

Kembali lambat

Kembali

sangat

lambat
Akral

Hangat

Hangat

Dingin

Kehilangan

<5% berat badan

5-10% berat badan >10% berat badan

cairan

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja biasanya dilakukan apabila ada tanda intoleransi
laktosa dan kecurigaan amubiasis
Hal yang dinilai:
Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau
Mikroskopis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
a. Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit 6
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare dilakukan dalam lima langkah atau sering
1.
2.
3.
4.
5.

disebut lima langkah tuntaskan diare (lintas diare) yang terdiri dari:6
Rehidrasi
Seng (Zinc)
Nutrisi
Antibiotik yang tepat
Edukasi
a.

1. Terapi Cairan
Tanpa dehidrasi
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan new oralit
diberikan 5-10 ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia,
Umur <1 tahun diberi 50-100 ml, umur 1-5 tahun diberi 100-200 ml,
lebih dari 5 tahun semaunya. Cairan rumah tangga dapat diberikan
sesuai kemauan anak. ASI harus terus diberikan. Pasien dapat
dirawat di rumah kecuali terdapat komplikasi lain 3,6.
b. Dehidrasi Ringan Sedang
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat
dilakukan dengan pemberian cairan rehidrasi oral hipoosmolar 75
ml/kgBB dalam 3 jam dan 5-10 ml/kgBB setiap diare cair.

Rehidrasi parenteral diberikan bila anak muntah setiap


diberi minum walaupun sudah diberikan sedikit demi sedikit atau
melalui pipa nasogastrik. Cairan yang digunakan adalah ringer
laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah disesuaikan berat
badan: berat badan 3-10 kg: 200 ml/kgBB/hari, 10-15 kg: 175
ml/kgBB/hari, >15 kg: 135 ml/kgBB/hari. Pasien dipantau di
sarana kesehatan selama proses rehidrasi sambil memberikan
edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua.6
c. Dehidrasi Berat
Penggantian cairan parenteral menurut panduan sebagai berikut:
1) Usia <12 bln: 30 ml/kgBB dalam 1 jam, selanjutnya 70
ml/kgBB dalam 5 jam.
2) Usia >12 bln: 30 ml/kgBB dalam jam, selanjutnya 70
ml/kgBB dalam 2 jam6
2. Seng (Zinc)
Seng diberikan selama 10-14 hari meskipun anak sudah tidak
mengalami diare karena menurut penelitian pemberian seng dapat
menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat
mengurangi risiko dehidrasi. Dosis yang diberikan yaitu umur di bawah
6 bulan diberikan 10 mg/hari dan umur di atas 6 bulan diberikan 20
mg/hari.3,6
3. Nutrisi
ASI dan menu makanan seperti saat anak sehat sesuai umur
harus tetap diberikan. Makanan diberikan sedikit demi sedikit, tetapi
sering (kurang lebih 6 kali sehari), rendah serat, dan buah-buahan
diberikan terutama pisang.6,7
4. Medikamentosa (antibiotik yang tepat)
Obat antidiare tidak boleh diberikan. Sebagian besar kasus diare
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada
umumnya sembuh sendiri. Antibiotik hanya diberikan bila ada indikasi,
misalnya pada disentri (diare berdarah) atau kolera. Pemberian

antibiotik yang tidak rasional dapat mengganggu keseimbangan flora


normal usus sehingga dapat memperpanjang lama diare. Antibotik yang
diberikan untuk disentri basiler disesuaikan dengan sensitivitas
setempat, bila tidak memungkinkan dapat diberikan kotrimoksazol
sebagai lini pertama atau sefiksim jika antibiotik tersebut sudah
resisten. Antiparasit yang sering diberikan untuk amuba vegetatif adalah
metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis.6
5. Edukasi
Diberikan edukasi mengenai tanda-tanda yang harus diwaspadai
orang tua agar segera membawa anaknya ke pelayanan kesehatan.
Teanda-tanda tersebut yaitu demam, tinja berdarah, makan atau minum
sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum mebaik selama 3
hari. Selain itu, juga diajarkan cara menyiapkan oralit.6 Langkah
promotif dan preventif:
a. ASI tetap diberikan.
b. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur.
c. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air
bersih yang cukup.
d. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar.
e. Buang air besar di jamban.
f. Membuang tinja bayi dengan benar.
g. Memberikan imunisasi campak3,6

DAFTAR PUSTAKA

1. Soebagyo B. 2008. Diare Akut pada Anak. UNS Press: Surakarta.


2. Farthing, Salam, Lindber, Dite, Khalif, Salazar-Lindo, Ramakrishna, et al.
2012. Acute diarrhea in adults and children: a global perspective. World
Gastroenterology Organisation Global Guidelines

3. Agtini M.D. 2011. Morbiditas dan Mortalitas Diare pada Balita di Indonesia,
Tahun 2000-2007. Kementrian Kesehatan RI.

4. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.


2011. Lima Langkah Tuntakan Diare. Departemen Kesehatan RI.

5. WHO. 2009. Diarrhoea: Why Children are Still Dying and What Can be
Done. WHO Press.

6. Pudjiadi H.A., Hegar B., Handryastuti S., Idris N.S.,Gandaputra E.P.,


Harmoniati E.D. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. IDAI: Jakarta

7. WHO. 2005. The Treatment of Diarrhoea: A manual for physicians and other
senior health workers. WHO Press.

Anda mungkin juga menyukai