Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA 1


ALIRAN FLUIDA

DISUSUN OLEH:
NAMA : Intanti Mulana Putri
NIM

: 2311 11 1 050

NAMA : Vika Asriani


NIM

: 2311 11 1 048

DOSEN PEMBIMBING : Febrianto Adi Nugroho,Ir.MM


NID : 414124167
ASISTEN DOSEN : Emilia Septiani
NIM: 2311 10 1 028

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA
CIMAHI
2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perilaku fluida merupakan hal yang penting dalam teknik proses pada umumnya dan

merupakan salah satu dasar yang diperlukan untuk mempelajari satuan-satuan proses. Prosesproses di industri kimia sering kali memerlukan pengaliran fluida melalui pipa, saluran dan
peralatan proses. Para sarjana teknik kimia biasanya berhadapan dengan masalah aliran
didalam pipa tertutup yang penuh dengan fluida bergerak. Tetapi mereka juga sering
menemukan masalah dimana fluida yang mengalir dalam pipa tidak terisi penuh.
Di industri kimia, penggunaan energi sangat penting. Sedangkan didalam suatu sistem
perpipaan, pada proses perpindahan massa terdapat energi yang hilang dari fluida. Oleh
karena itu dilakukan praktikum aliran fluida untuk mengetahui hilang energi pada perpipaan
akibat adanya faktor gesekan dan adanya bagian-bagian dari perlengkapan pipa.

1.2

Tujuan
Mempelajari sifat-sifat fluida, menentukan berapa besarnya kehilangan energi (head

lose) akibat gesekan dari suatu sistem perpipaan beserta perlengkapannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian, dan penggolongan aliran fluida


Fluida adalah zat yang dapat mengalir, bisa cair aataupun gas. Fluida tidak dapat

menahan perubahan bentuk (distorsi) secara permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk
suatu massa fluida, maka di dalam fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan di mana
lapisan yang satu akan mengalir di atas lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk baru.
Selama perubahan bentuk tersebut, terdapat tegangan geser (shear stress), yang besarnya
bergantung pada viskositas fluida dan laju alir fluida relatif terhadap arah tertentu. Bila fluida
telah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser tersebut akan hilang sehingga
fluida berada dalam keadaan kesetimbangan. Pada temperatur dan tekanan tertentu, setiap
fluida mempunyai densitas tertentu.
Berdasarkan pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Aliran Tak-termampatkan
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak berubah
besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Pada kondisi
ini fluida tidak mengalami perubahan dengan adanya perubahan tekanan, sehingga fluida
tak termampatkan . Contoh fluida tak termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak,
emulsi, dll.
Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:

dimana:
v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi bumi
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
p = tekanan fluida
= densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-asumsi sebagai
berikut:

Aliran bersifat tunak (steady state)

Tidak terdapat gesekan (inviscid)

Dalam bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai berikut:

2. Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya
besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Pada
keadaan ini, fluida mengalami perubahan volume dengan adanya perubahan tekanan,
sehingga fluida ini secara umum disebut fluida termampatkan. Contoh fluida
termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk aliran
termampatkan adalah sebagai berikut:

di mana:
= energi potensial gravitasi per satuan massa; jika gravitasi konstan maka
= entalpi fluida per satuan massa
Catatan:,
di mana adalah energi termodinamika per satuan massa, juga disebut sebagai energi
internal spesifik.

2.2

Jenis jenis aliran fluida


Aliran fluida melalui instalasi (pipa) terdapat beberapa jenis aliran yaitu :
1. Aliran laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisanlapisan, atau laminalamina
dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini viskositas
berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan.
Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas Newton yaitu :

= dy/du
2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel partikel fluida sangat tidak menentu
karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida
yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi
yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida
sehingga menghasilkan kerugian kerugian aliran.
3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen.

Gambar 1. Skema Aliran Dalam Pipa


Jenis aliran merupakan fungsi dari:
1. Kecepatan alir fluida (v)
2. Viskositas ()
3. Rapat massa ()
4. Diameter pipa (D)

2.3

Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat membedakan

suatu aliran itu dinamakan laminar, transisi atau turbulen.


NRe = VD /
Dimana :

V : kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir (m/s)


D :diameter dalam pipa (m)

: masa jenis fluida (kg/m3)


: viskositas dinamik fluida (kg/m.s) atau (N. det/ m2)
Dilihat dari kecepatan aliran, menurut (Mr. Reynolds) diasumsikan/dikategorikan
sebagai berikut, untuk pipa lurus dan bulat:
NRe < 2100, aliran laminer
NRe > 4000, aliran turbulen
2100<NRe > 4000, aliran transisi

2.4

Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau

perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju
perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan seiring
bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya gaya kohesi pada zat cair bila
dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat
cair yang menyebabkan menurunnya viskositas dari zat cair tersebut.

2.5

Rapat jenis (density )


Density atau rapat jenis () suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut dan

dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan dengan cara menghitung
nisbah ( ratio ) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap volume
bagian tersebut. Nilai density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur
maka kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari
molekul molekul fluida semakin berkurang.

2.6

Debit Aliran
Debit aliran dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada masing masing

pipa experimen dimana rumus debit aliran :


Q =/t
Dimana :

Q adalah debit aliran ( m3/s)


V adalah kecepatan aliran ( m/s )
A adalah luas penampang ( m2)
adalah volume fluida ( m3 )

2.7

Koefisien Gesek

Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan, karena distribusi kecepatan pada aliran
laminar dan aliran turbulen berbeda, maka koefisien gesek berbeda pula untuk masing
masing jenis aliran. Pada aliran Laminar dalam pipa tertutup (closed conduits) mempunyai
distribusi vektor kecepatan. Pada aliran laminar vektor kecepatan yang berlaku adalah
kecepatan dalam arah z saja.

2.8

Neraca massa aliran fluida


Laju aliran masuk + laju produksi = laju massa keluar + laju akumulasi
Maka,
m1=m2
A 1 v 1 1=A 2 v 2 2 ( tetap)
A 1 v 1= A2 v 2 (persamaan kontinuitas)

2.9

Neraca energi aliran fluida


Bentuk energi yang terlibat di dalam aliran fluida:
1. Energi potensial (EP)
EP=mgz
Persatuan massa(m=1)
2. Energi kinetik (EK)
EK =

v2
2

Untuk sistem perpipaan terdapat faktor koreksi, :


Laminer = 0,5
Turbulen = 1
3. Energi dalam (U)
U =QW
4. Entalpi (H)
H= U + (PV )

5. Panas yang diserap/ dilepaskan oleh fluida (Q)


6. Kerja (W)
Persamaan neraca energi untuk aliran:
Laju energi masuk = laju energi keluar selisih energi yang tersedia dalam sistem
Q=W + ( E2E1 )

E2E 1=( energi dalam 1+energi potensial 1+ energi kinetik 1 )( energi dalam 2+energi potensial 2+energi ki

1
1
E2E 1= U 2+ gz 2 + v 22 U 1+ gz 1 + v 12
2
2

)(

2 U 1
U

E2E 1=
2 U 1
U

E1=

W = PV W S
2 U 1
U

v 22v 12
( U 2 + P2 V 2) (U 1+ P1 V 1)+ 2 + ( Z 2Z 1 ) g=QW S
H= U + (PV )

H 2H 1 +

v 22v 12
+ ( Z 2Z 1 ) g=QW S
2

Bila keadaan dalam sistem aliran fluida:


1. Isotermal
2. Tidak ada gesekan
3. Tidak ada kerja
4. Tidak ada pemasukan/pengeluaran panas
Persamaan nerasa energinya menjadi:
v 12
v 22
P1 V 1 +
+ Z g=P2 V 2+
+Z g
2 1
2 2
Bila V=volume fluida per- satuan massa (1/):
2
2
P1 v 1
P v
+
+ Z 1 g= 2 + 2 + Z 2 g
1 2
2 2
Atau bila konstan:

v
+
+ Zg=0
2

2.10 Kehilangan gesekan pada sistem perpipaan


Head loss yang terjadi pada suatu rangkaian perpipaan dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:
1. Yang disebabkan karena adanya tekanan viskositas yang terbentang sepanjang
rangkaian.
2. Yang terjadi karena adanya efek-efek lokal seperti kerangan, belokan dan perubahan
tiba-tiba pada luas penampang aliran.
Head loss disebabkan oleh beberapa faktor dan perhitungannya, yaitu:
1. Fitting ( kerangan dan belokan )
Untuk kerangan dan belokan dapat dihitung dengan rumus:
hf = Kf (v2/2)
Untuk harga Kf dapat diubah sesuai ukuran kerangan dan belokan
2. Pipa lurus
L v2
F f =4 f
D 2
Pada f dapat dicari dengan menggunakan rumus:
f=

16
N

(apabila alirannya laminer) apabila turbulen memakai

3. Kontraksi adalah pengecilan diameter pipa dari besar ke kecil


2

A v
hc =0,55(1 2 ) 2
A1 2
Dengan A2 adalah luas penampang besar dan A1 adalah luas penampang yang kecil
4. Ekspansi adalah pembesaran pipa yang semula mengalir dari diameter besar ke kecil
hex =

(v 1v 2)
2

2.11 Pengukuran laju alir

Untuk mengukur laju alir fluida di dalam pipa digunakan orificemeter. Orificemeter
adalah alat untuk mengukur laju alir fluida didalam pipa. Persamaan baku orificemeter dapat
diturunkan dari persamaan Bernoulli.
Pada keadaan tunak, kerja:
v2

(1)

w= P dV F
v1

Hukum ke 1 termodinamika
U =QW

(2)

H= U + (PV )

(3)

Substitusi persamaan (2) ke dalam persamaan (3)


V2

P2

H=QW + P dV +V dP
V1

(4)

P1

Substitusi persamaan (1) ke persamaan (4)


V2

P2

dV + F + P dV + V dP
V1

(5)

P1

V2

H =QP
PV
2 1

H=Q+ F +V dP

(6)

P1

Bila persamaan (6) disubstitusikan ke persamaan neraca energi keseluruhan


P1

1
1
( v 2v 12 )+ g ( Z 2Z 1 ) + dP+ F +W s=0
2 2
P
2

Untuk fluida yang tak termampatkan ( tetap)


P P1
1
v 22v 12 ) + g ( Z 2Z 1 ) + 2
+ F +W s=0
(
2

2.12 Pompa
Pompa digunakan dalam sistem aliran untuk meningkatkan energi mekanik fluida
yang mengalir. Peningkatan itu digunakan untuk mempertahankan aliran. Energi mekanik
yang diberikan pompa harus dikurangi dengan rugi gesekan. Tetapi pada prakteknya

digunakan efisiensi pompa. Untuk mengetahui kerja pompa yang diberikan pada sistem maka
kita dapat menggunakan persamaan Bernoulli dengan menggunakan asumsi yaitu:
v

Kecepatan di sepanjang pipa sama (

Factor gesekan pompa diabaikan

Tidak terdapat perbedaan ketinggian (

=0)

=0)

Maka persamaan Bernoulli :


P

= -

Karakteristik pompa dapat ditentukan berdasarkan:


1

Kerja Pompa (W) :

P2 P1
W

( Hg air ) g h
W
air
2

Head pompa (H)


H
H

W
g
( Hg air ) gh
g . air

Daya pompa ( P )
P m .W

P
Q

Pf Hg air g .h.Q

Efisiensi pompa ( )

P
x 100%
Pact

= Daya teoritis yang didapat dari persamaan bernoulli

P act = Daya poros yang disuplai oleh pompa

BAB III
METODOLOGI
1

Alat
1. Pompa
2. Pipa lurus
3. Kerangan
4. Belokan
5. Orifice meter
6. Stopwatch
7. Penggaris/mistar
8. Pipet tetes
9. Selang
10. Gelas kimia 1000 ml

3.2

Bahan
1. Hg
2. Air

3.3Cara kerja
1. Menyalakan kerangan untuk mengisi bak sampai setengah penuh
2. Mengatur laju kerangan bagian bawah dan kemudian menyalakan pompa
3. Setelah pompa menyala, mengatur bukaan kerangan. Kerangan (1) di buka penuh,
kerangan (2) di tutup, kerangan (3) terbuka penuh, kerangan (4) terbuka penuh, dan
kerangan (5) terbuka penuh.
4. Kemudian air akan keluar dari selang, pipa dan keran, mengatur keluaran air
menggunakan kerangan (2).
5. Setelah air stabil, memulai percobaan yaitu, memasukkan selang ke dalam
orificemeter.
6. Orificemeter sebelumnya dimasukkan Hg kedalam nya, untuk menghitung h,
menghitung data untuk di kalibrasi.
7. Setelah selang dan orifismeter tersambung, ukur h=1cm, artinya untuk penurunan
dan penaikan Hg=0,5cm di bagian hilir dan hulu. Caranya, dengan mengatur laju alir
pada kerangan (2)
8. Setelah data h di dapat, kemudian melakukan perhitungan laju aliran yang keluar
dari keran. Menghitung waktu dan volume. Kemudian mencatat data nya. Melakukan
percobaan hingga 20 kali.
9. Untuk percobaan selanjutnya, langkah yang harus dilakukan sama, tetapi ada variasi
yang dibeikan di kerangan (4) dan (5).

Gambar Penampang Aliran Fluida

(4)

(5)

(3)

(2)

manometer
(1)

Anda mungkin juga menyukai