Rahsa Sejati
Feb 27
Posted by SABD
WAYANG
KARYA ASLI LELUHUR BANGSA
Sebagai Falsafah Gumlaring-Bawn
Wayang yang dikenal oleh masyarakat Jawa, memiliki beberapa jenis
antara lain Wayang Kulit atau Wayang Purwa terbuat dari kulit kerbau,
Wayang Klithik bentuknya pipih terbuat dari kayu, Wayang Golek terbuat
dari bahan dasar kayu, kain dll, dan Wayang Orang bahan bakunya paling
aneh, namun sungguh kenyataan, benar-benar terbuat dari manusia
hidup-hidup hii..!!
Dalam bahasa Jawa, kata wayang berarti bayangan. Ditinjau dari
perspektif filosofi wayang dapat diartikan sebagai bayangan atau
cerminan seluruh sifat-sifat yang ada dalam diri manusia, seperti sifat dur
angkara murka, dan segala macam sifat kebaikan (positif). Wayang
digunakan sebagai instrumen untuk memperagakan suatu cerita
kehidupan manusia di jagad raya, serta gambaran khayangan, atau alam
gaib. Dimainkan oleh seorang dalang yang dibantu oleh tim yang terdiri
penyumping atau asisten dalang, niyaga atau orang-orang penabuh
gamelan dan beberapa waranggana sebagai pelantun tembang. Dalang
menjalankan fungsi sentral sebagai sutradara sekaligus pelaku utama
jalannya pagelaran secara keseluruhan. Dalanglah yang memimpin semua
kru-nya untuk melebur dalam alur lakon yang disajikan. Dalam adegan
yang kecil-kecilpun dan spontanitas harus ada kekompakan di antara
semua kru. Seorang dalang harus menguasai berbagai macam gending
atau aransemen alat musik gamelan, dan syarat mutlak bagi seorang
dalang menghayati masing-masing karakter dari semua tokoh dalam
pewayangan. Desain lantai yang digunakan dalam pagelaran wayang
berupa garis lurus, dan dalam memainkan wayang, dalang menghadap ke
arah kelir (batang pohon pisang) yang digunakan untuk menancapkan
wayang secara berjajar. Jajaran wayang di bagi dua secara berhadapan,
ada di sebelah kanan dan sebelah kiri dalangnya. Jajaran wayang di
sebelah kiri dalang merupakan kumpulan tokoh tokoh atau satria-satria
pembela kebenaran dan kebajikan, sedangkan jajaran wayang sebelah
kanan adalah tokoh-tokoh angkara murka. Mengapa para kesatria
pembela kebenaran letaknya di sebelah kiri dalang, hal itu tidak lain
karena cara menonton wayang yang benar adalah dari balik (belakang)
layar. Yang ditonton bayangannya, akan lebih terasa sangat eksotis.
Walaupun demikian ketentuan ini tidak mutlak. Untuk memperagakan
mengajarkan kepada kita, jangan sampai kita gegabah menilai orang lain
semata-mata dari yang tampak oleh mata, dan apa yang bisa dibaca
secara verbal.
Gatholoco Bertanya
Gatholoco nuly ngucap, dalang wayang lawan klir, lan balncong
ngndi kang tuw, badnn cangkriman iki. Yn sir nyt wasis, msthi
wruh ingkang spuh, Ahmad Arif ambatang klir kang tuw pribadi,
Abdul Jabar ambatang, Ki dalang kang tuw dw. Abdulmanap kanthi
wicak ambatang, mnw tuw dw ora liy wayang.
Gatholoco kemudian berkata, dalang wayang dan kelir, serta blencong
mana yang paling tua, tebaklah peribahasa ini. Bila kamu memang pandai
pasti mengetahui mana yang paling tua sendiri. Ahmad Arif menebak,
kelir yang paling tua sendiri, menurut Abdul Jabar yang paling tua adalah
dalangnya. Abdul Manap lain lagi, menebak bila yang paling tua tidak lain
adalah wayangnya. Namun bagi Gatholoco kesemua jawaban tersebut
belumlah tepat.
Jawaban Versi Gatholoco :
Bila menurutku, blencong lah yang paling tua sendiri. Walaupun kelir
sudah dipasang, gamelan sudah siap tertata, dalang duduk siap, namun
bila panggungnya masih gelap tentunya belum bisa berjalan pementasan
wayangnya. Penonton pun tak bisa melihat akan warna warni rupa
wayang yang perpasang di sepanjang kelir. Bila blencong sudah
dinyalakan, barulah tampak berjejer wayang menancap di sepanjang kelir.
Di atas di bawah, di kiri dan di kanan, tampak Pandawa dan Kurawa
berjajar saling berhadapan. Dalang di bawah blencong dapat memilih
wayang-wayang yang akan dilakonkan. Dalang dapat menimbang besar
kecilnya wayang, memilih dan memilah dalam masing-masing kelompok.
Sifat dan watak wayang digolongkan sendiri-sendiri sesuai dengan
karakternya, sesuai pula dalang mengucap intonasinya. Semua itu bisa
berjalan karena lampu blencong telah menerangi jagad pakeliran, dalam
pagelaran lakon wayang. Oleh karena itu blenconglah yang paling tua.
Begitulah jawaban Si manusia buruk rupa Gatholoco.
Makna Di Balik Ucapan Gatholoco
Agar mengetahui maksud pemikiran Gatholoco, sebelumnya marilah kita
sama-sama mengupas satu-persatu makna filsafat di balik peralatan
dalam pentas wayang. Bunyi gamelan, wayang yang diiringi gamelan,
dalang hanya sekedar mengucap, si wayang lah yang memiliki bunyi.
Kurang lebih artinya, (seolah) semua patuh pada kehendak dalangnya,
berkuasa atas semua wayang dan lakon, akan tetapi jangan terkecoh, Ki
Dalang hanya sekedar melakonkan wayang, alias Ki dalang hanya sekedar
mengikuti alur cerita yang telah ada sebelumnya.
pintu kecil, gelap, pengap dan sempit, namun menjadi lorong atau pintu
masuk menuju ke alam gaib para leluhur yang terang benderang dan
menakjubkan (bagi yang perbuatannya pada sesama baik, bagi yang tdk
baik saya nggak tahu).
Dalang
Dalang adalah orang yang hanya sekedar menjalankan cerita-cerita
(lakon) wayang yang telah ada sebelumnya. Meskipun demikian, dalang
harus memahami betul pakem gamelan, karakter wayang, cengkok
tembang, pribadi masing-masing waranggana dan wiyaga. Dalang
menjadi pembawa cerita, sekaligus pemimpin atau komando bagi seluruh
tim yang bersama-sama menjalankan pementasan sandiwara kehidupan
wayang. Kekompakan terjadi bilamana para waranggana, wiyaga, dan
asisten dalang memahami secara persis bagaimana jalan cerita lakon,
menghayatinya serta bagaimana keinginan-keinginan Ki Dalang selama
melakonkan wayang.
Dalang ibarat pemuka agama, tokoh masyarakat, koordinator paguyuban
dan perkumpulan, sesepuh desa, pemuka adat, pemimpin spiritual, yang
hanya sekedar menjalankan hukum kodrat Tuhan, hukum alam, nilai-nilai
tradisi dan budaya yang telah ada sebelumnya untuk mendasari lakon
kehidupan di mercapada, sejak bumi ini ada. Siapapun boleh dan bisa
menjadi dalang. Tidak pandang derajat, pangkat, golongan. Maknanya,
setiap orang boleh dan bisa menjadi ahli spiritual, pemuka adat, tokoh
masyarakat, tokoh agama, dst. Setiap manusia berhak menjadi khalifah
di mercapada. Tak perlu menunggu disuruh-suruh Tuhan. Syaratnya
hanyalah, memahami akan nilai kesejatian kebenaran, memiliki banyak
ilmu pengetahuannya, serta mampu mengendalikan diri agar menjadi
manusia yang arif, berwibawa, bijaksana, adil dan paling penting adalah
bersedia berbuat kebaikan pada sesama tanpa pandang apa sukunya, apa
agamanya, apa budayanya, dari mana asalnya, siapa namanya, apa
jabatannya. Dalang menjadi jalma manungsa kang hambeg utama,
sadrema netepi titahing Gusti. Umpama manusia-manusia suci penegak
keadilan dan kebenaran di muka bumi, yang hanya menetapkan segala
tindakannya sesuai lakon dalam kodrat Hyang Widhi.
Blencong
Blencong merupakan lampu penerang letaknya di depan layar, di atas Ki
dalang duduk bersila. Blencong menggunakan bahan bakar minyak
kelapa, sehingga nyalanya relatif lama, apinya bersih, baunya juga harum
dan gurih. Filsafat blencong umpama wahyu kehidupan, atau atm sejati
yang menghidupkan segala yang hidup, cahaya blencong umpama cahy
sejati. Blencong berasal dari Hyang Widhi yang tak tergambarkan dalam
pagelaran wayang. Blencong asale sk wahananing Gusti Kang Murbeng
Dumadi. Cahaya blencong adalah cahy sejati, yang menerangi seluruh
pagelaran wayang kulit, yakni meliputi seluruh jagad gumelar. Cahy
sejati, menyinari wayang (sukm sejati), menyinari Ki Dalang dan kelir.
Blencong dan sinarnya ibarat tej lan cahy. Yakni umpama Bethara
Nurrada dan Bethr Teja (Antg). Chy sejati, cahaya kehidupan
merambah ke dalam badan, di luar dan di dalam, di bawah dan di atas,
berasal dari Yang Maha Hidup atma sejati, wujudnya berasal dari Hyang
Mahamulya. Wujudnya menjadi Wujud Yang Maha Tunggal. Ora n PR
Mh Tunggal kajb kang NYAWIJI Mh Tunggal.
Gatholoco Pergi meninggalkan Pertanyaan :
..Yn wayang mari tinanggap, wayang kalawan klir sinimpn sajroning
kothak, balncong pisah lan klir, dalang pisah lan ringgit, marang ndi
paranipun, sirnaning balncong wayang, upayann dn kpanggih, yn
tan wruh sir urip ky rc
Bilamana pertunjukan wayang telah usai,
wayang dan kelir disimpan dalam kotak,
blencong terpisah dengan kelir,
dalang terpisah dengan wayang,
di manakah tujuannya,
hilangnya blencong wayang,
carilah sampai ketemu,
bila tak mengerti
kamu ibarat hidup seperti arca.
Bnjang yn sir palastr, uripmu n ing ngndi, saikine sir gsang,
patimu n ing ngndi, uripmu bakal mati, pati nggw urip iku, ing
ngndi kuburir, sir gw wira-wiri, tuduhn dunung panggonanir..
Besok bila kamu mati,
hidupmu ada di mana,
sekarang ini kamu hidup,
kematianmu ada di mana,
hidupmu bakal mati,
kematian membawa kehidupan,
di mana kuburanmu,
kamu bawa kesana-kemari,
tunjukkan di manakah tempatmu.
Apa jawabannya?
Namun hati-hatilah menjawab, karena pertanyaan Gatholoco tersebut
merupakan pertanyaan mengandung dua dimensi yakni lahir dan batin.
Jasad dan spirit (roh), artinya bukan sekedar pertanyaan lugas, namun
lebih cenderung kiasan. Misalnya: besok bila kamu mati. Maksudnya
yang mati adalah NAFSU. Mangga, marilah kita bahas bersama