ANTRITIS PIRAI
No.Dokumen :
No. Revisi :
Hal. 1
Pengertian
Penyakit yang disebabkan oleh deposisi kristal-monosidium urat (MSU) yang terjadi
akibat supersaturasi cairan ekstra selular dan mengakibatkan satu atau beberapa
manifestasi klinik.
Diagnosis
Diagnosis Banding
1.
Pseudogout,
Pemeriksaan Penunjang
LED, CRP
Analisis cairan sendi
Asam urat darah dan urin 24 jam
Ureum, kreatinin, CCT
Radiologi sendi
Terapi
1. Penyuluhan.
2. pengobatan fase akut
a. kolkisin, Dosis, 0.5 mg diberikan tiap jam sampai terjadi
perbaikan inflamasi atau terdapat tanda-tanda toksis atau
dosis tidak melebihi 8 mg/24 jam
b. obat anti inflamasi non steroid.
c. glukokortikoid dosis rendah bila ada kontraindikasi kolkisin
dan obat aintiinflamasi non-steroid
3. Pengobatan hiperurisemia.
a. Diet rendah purin.
b. Obat pengmbat xantin oksidase (untuk tipe produksi
berlebih), misalya allopurinol.
c. Obat urikosurik (untuk tipe sekrasi rendah).
Obat anti hiperurisemik tidak boleh diberikan pad stadium akut.
Komplikasi
Prognosis
Bonam
Tofus
Deformitas sendi
Nefromati gout, gagal ginjal
Wewenang
Unit yang menangani
Unit terkait
ATRITIS REUMATOID
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit terkait
No. Revisi :
Hal. 2
LED, CRP
Penyuluhan
Bila terdapat peradangan yang terbatas hanya pada 1-2 sendi dapat diberikan
injeksi steroid intraartikular seperti
Triamcinolon acetonide 10 mg tau metilprednisolon 20-40 mg
Fisioterapi, terapi okupasi, bila perlu dapat diberikan ortosis.
Operasi untuk memperbaiki deformitas.
Deformitas sendi (boutonnierre, swan neck, deviasi ulnar)
Sindrom terowongan karpal
Dubia
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit dalam
Departemen Penyakit Dalam_Subbagian Rematologi
Departemen bedah-Orthopedi
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit terkait
No. Revisi :
Hal.
ARTITIS SEPTIK
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
No. Revisi :
Artritis yang disebabkan oleh adanya infeksi berbagai mikroirganisme (bakteri nongonokokal)
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Terapi
Hal.
Komplikasi
Osteomielitis, sepsis
Prognosis
Dubia
Wewenang
Unit terkait
OSTEOARTRITIS
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
No. Revisi :
Hal.
Artroskopi
Komplikasi
1. Penyuluhan
2. proteksi sendi terutama pada stadium akut
3. obat antiinflamasi non steroid. Dapat digunakan sepersi sodium
diklofenak 50 mg, t.i.d, piroksikak 20 mg o.d, meloksikam, 7,5 mg o.d.
dan sebagainya
Deformitas sendi
Prognosis
Dubia
Wewenang
Unit terkait
Terapi
SPONDILITIS ANKILOSA
No.Dokumen :
Pengertian
No. Revisi :
Hal.
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Malam
Wewenang
Unit terkait
SKLEROSIS SISTEMIK
Pengertian
Prognosis
B. Kriteria minor
1.
sklerodaktil
2.
pencekungan jari atau hilangnay subtansi jari
3.
fibrosis basal di kedua paru
diagnosis dietegakkan bila didapat 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor atau
lebih.
Mixed connective tissue dsease
Biopsi kulit.
Penyuluhan dan dukungan psikolosial
Proteksi terhadap suhu dingin untuk mengatasi fenomena Raynaund
Bila terdapa ulkus atau grangen, harus dirawat dengan baik, dan
diberikan antibiotik yang adekuat.
Dapat dicoba D-penisilamin 3 x 250 mg. Bila gagal dapat dicoba
DMRAD lain seperti metotreksat
Bila didapatkan gangguan gastrointestinal, dapat diberikan H2 antagonis,
omeprazol, dan obat prokinetik.
Pada keadaan krisis renal, dapat diberikan kapotopril, bila fungsi ginjal
memburuk, dapat dilakukan dianalisis.
Pada pneumonitis, dapat diberikan glukokortikoid atau siklofosfamid.
Hipertensi yang tidak terkontrol, krisis renal, pneumonitis, refluks esofagitis,
divertikulosis/.
Dubia
Wewenang
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Terapi
Komplikasi
Unit terkait
SIROSIS HATI
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
No. Revisi :
Hal.
Prognosis
Istirahat cukup
Diet seimbang (tergantung kondisi klinis)
Roboransia
Mengatasi penyulit.
Hipertensi portal, SBP, hematemesis, sind hepatorenal, gangguan hemostasis,
ensefalopati hepatikum.
Dubnia ad malam
Wewenang
Terapi
Komplikasi
Unit terkait
HEPATOMA
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Terapi
No. Revisi :
Hal.
Prognosis
Wewenang
Unit terkait
Komplikasi
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
No. Revisi :
Hal.
Inflamasi hati akibat infeksi hepatitis yang berlangsung selama < 6 bulan
Anamnesis: mual, malaise, anoreksia, urin berwarna gelap,
Pemeriksaan fisik : ikterus, hepatomegali
Laboratorium : ALT dan AST meningkat > 3 x N
Hepatitis akibat obat, hepatitis alkoholik, penyakit saluran empedu,
leptospirosis
Laboratorium: AST, ALT, bilirubin, seromarker (igM anti HAV, HbAg, lgM
anti HBc, anti HCV, ig M anti HEV.
Terapi
Hepatitis vulminan
Prognosis
Bonam
Wewenang
Unit terkait
Diagnosis
No. Revisi :
Hal.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Perlemakan hati
Laboratorium seperti pada hepatitis Akut
USG hati
Biopsi hati
Terapi
Hepatitis vulminan
Prognosis
Wewenang
Unit terkait
ABSES HATI
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
No. Revisi :
Hal.
Rongga patologis berisi jaringan nekrotik yang timbul dalam jaringan hati
akibat infeksi amuba atau bakteri
Anamnesis: demam
Pemeriksaan fisik : ikterus, hepatomegali yang nyeri tekan,
Nyeri perut kanan atas
Laboratorium : luekositosis, gangguan fungsi hati
USG : rongga dalam hati
Biopsy hati : pus (+)
Hepatoma, kolesistitis, TBC hati, aktinomikosis hati
Laboratorium : DPL, ALP, bilirubin, serologi amuba
USG, kultur cairan pus
Prognosis
Wewenang
Terapi
Komplikasi
Unit terkait
KOLESISTITIS AKUT
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
No. Revisi :
Hal.
Prognosis
Wewenang
Terapi
Komplikasi
Unit terkait
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
No. Revisi :
Hal.
Suatu sindrom klinis dan patologis akibat perlemakan hati, ditandai oleh
berbagai tingkat perlemakan, peradangan dan fibrosis pada hati.
Anamnesis: rasa mengganjal diperut kanan atas
Pemeriksaan fisik : kelebihan berat badan
USG : gambaranb bright livet
Biopsi hati ditemukan perlemkan hati, peradangan lobulus, kerusakan
hepatoseluler, hialin mallory dengan atau tanpa fibrosis.
Komplikasi
Prognosis
Bonam
Wewenang
Unit terkait
Terapi
TROPIK INFEKSI
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
No. Revisi :
Hal.
Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan Aedes albopictus serta memenuhi
kriteria WHO untuk DBD
Kriteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi :
Demam atau riwayat demam akut antara 2-7
hari, biasanya bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi
pendarahan berikut ini :
o
Uji troniquet positif (> 20 petekie
dalam 2,54 cm2)
o
Petekie, ekimosis, atau purpura
o
Pendaharan mukosa, saluran cerna,
bekas suntikan, atau tempat lain
o
Hematemesis atau melena
Trombositopenia (< 100.000/mm3)
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma
leakage :
o
Hematokrit meningkat > 20 %
dibanding hematokrit rata-rata pada usia, jenis kelamin dan populasi
yang sama.
o
Hematokrit turun hingga > 20 %
dari hematokrit awal, setelah pemberian cairan
o
Terdapat efusi pleura, efusi
perikard, asites dan hipoproteimnemia
Derajat
I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi
pendarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau mudah memar
II : derajat 1 disertai pendarahan spontan
III : terdapat kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah atau hipotensi, disertai
kulit dingin dan lembab serta gelisah
IV : Renjatan : tekanan darah dan nadi tidak teratur
DBD derajat III dan IV digolongan dalam sindrom renjatan dengue
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit terkait
DEMAM TIFOID
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Terapi
No. Revisi :
Hal.
Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typi
Anamnesis : demam naik secara bertangga lalu menetap selama beberapa hari,
demam terutama sore/malam hari, sakit kepala nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare.
PF: febris, kesadaran berkabut, bradikardia relatif (peningkatan suhu 1 o C tidak
diikuti peningkatan denyut nadi 8 x /menit), lidah yang berselaput (kotor di
tengah tepi dan ujung merah, serta termor) hepatomegali, splenomegali, nyeri
abdomen, roseolae (jarang ada orang indonesia)
Lab: dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lekosit normal, aneosinofilia,
limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan, trombositopenia, gangguang
fungsi hati
Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titet uji.
Widal > 4 kali lipat setelah 1 minggu memastikan diagnosis.
Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji widal tunggal dengan
liter antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas menyokongh
diagnosis.
Hepatitis tifosa bila memenuhi 3 atau lebih kriteria Khosla: hepatomegali,
ikterik, kelainan laboratorium (antara lainL bilirubin >30,6 umol/l, peningkatan
SGOT/SGPT, penurunan indeks, kelainan Histofatologi.
Tifoid Karier : ditemukannya kuman salmonella typhi dalam biakan feses atau
urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau pada seseorang setelah 1
tahun pasca-demam tifoid.
Infeksi virus, malaria
DPL. Tes fungsi hati, serologi, kultur darah (biakan empedu)
Nonofarmakolgia : tirah baring, makanan lunak rendah serat
Farmakologis :
Sistomatis
Antimikroba
o
Pilihan utama:kloramfenikol 4x500 mg sampai dengan 7 hari
bebas demam
Alternatif lain :
o
Tiamfenikol 4x500 mg (komplikasi hematologi lebih rendah
dibandingkan kloramfenikol)
o
Kontrimoksazal 2 x 2 tablet selama 2 minggu
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit terkait
LEPTOSPIROSIS
No.Dokumen :
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
No. Revisi :
Hal.
Komplikasi
Prognosis
Bonam
Wewenang
Unit terkait
Terapi
Diagnosis
No. Revisi :
Hal.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
DPL, tes fungsi hati, ureum, kreatinin, gula darah, AGD, elektrolit, kultur
darah dari infeksi fokal (urin., pus, sputum, dll) disertai uji kepekaan
mikroorganisme terhadap anti mikroba foto toraks.
Terapi
o
o
tempat infeksi
dugaan kuman penyebab
profil anti mikroba (farmakokinetik dan farmakodinamik)
anti mikroba definitif, bila hasil kultur mikro organisme telah dketahui,
antimikroba dapat diberikan sesuai hasil uji kepekaan mikroorganisme.
Suportif, resusitasi ABC, oksigenasi, terapi cairan
vasopresor/inotropik, dan transfusi (Sesuai indikasi) pada renjatan septik
diperlukan untuk mendapatkan respon secepatnya.
Resusitasi cairan
Hipovolomia pad sepsis segere diatasi dengan pemberian cairan
kristalioid atau koloid. Volume cairan yang diberikan mengacu pada
respon klinis (respon terlihat dari peningkatan tekanan darah
penurunan frekuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaank kulitt,
dan ekstremitas, produksi urin, dan perbaikan kesadaran) dan perlu
diperhatikan ada tidaknya tanda kelebihan cairan (peningkatan JVP,
ronki, galop, S31 san penurunan saturasi oksigen). Sebaiknya
dievaluasi dengan CVP (dipertahankan 10-12 cmH2O) dengan
mempertimbangankan kebutuhan kalori perhari.
Komplikasi
Prognosis
Dubia ad malam
Wewenang
Unit yang menangani
Unit Terkait
No. Revisi :
Hal.
FUO klasik : infeksi, neoplasme, penyakit kolagen Demam > 38,3 o C selama lebih
dari 3 minggu, sudah dilakukan pemeriksaan intensif selama 3 hari bila pasien
dirawat atai minimal 3 kali knjungan Pasien rawat jalan tetapi belum dapat
Ditentukan periyebab demam
FUO klasik : -> infeksi
Demaim >38,3oC selama 4 minggu atai lebith pada pasien rawat jalan atau minimal 4
hari pada pasien yang dirawat dengan hasif pertumbuhan mikroorganisme negatif dari
dugaan fokus infeksi
F110 pada pasien netropenia Gumiah lekosit
.;
PMN. < 500/mm3 4 inveksi
Demam >38,30C, da!l:im 3 hari perawatlan perturi-ibuhan mikroc;rganisme masih
negatif dart dugaan fokus infeks;
FUO pada geriatri: --), neeplasma, penyakit kolagen, infeksi
Demam >38,30C, dalam 3 hari perawatan atau minimal 3 kali kunjungan pasien
rawat jalan belum dapat ditentukan penycb3b dari demam
FU0 pada pasien pediatri (usia -,18 tahtin): -~ fnlckt-i, penyakit kolagen, naoplasma
Demam >38,30C selama lebih dari 8 hari, sudah. dilakukan pemeriksaan intensif
selama 3 hari bila pasien dirawat atau minimal 3 kali kunjungan pasien rawat jalan
tetapi belum dapat ditentukan penyebab demam
FUO pada pasien nosokorrtial: 4 infeksi
Dem.am >38,3.1C timbut pada pasien yang dirawat di RS cian pada saat muiai
dirawat serta pada masa perrTluiaa.i perawatan tidak tedangkit infeksi, penyebab
dernam tak diKetahui dalam waktu 3 hari termasuk hasil perturnbuhan
mikroorganismenegatif dari dugnan fokt is infeksi
F110 iatrogenik:
Demam >38,130C akibat peiiggursaan obat: penisilin, sefalosporin, sulfenamicia,
atropin, fenitoin. prckR;.nami,4. a an-ifoterisin, interferon, interleukin, rifampisin,
INH, makrolida: klindamisin, vankornisin, amino likc3ida, alloptirinol
Diagnosis
Diagnosis Banding
Perneriksaan
Penunjang
Kornplikasi
Prognosis
Dubia
Wewenang
Terapi'
Unit Terkait
MALARIA
No.Dokumen :
Pengertian
No. Revisi :
Hal.
3.
Diagnosis
Banding
Penneriksaan
Penunjang
Terapi
Terapi radikal: primakuin 1 x 15 mg selama 14 hari Bila gagal dengan terapi klorokuin --> kina sulfat 3 x 400-600.mg/
Infeksi
P. Falsiparum dan P. vivax
P.
faisiparum
ringanisedang,
Drip kina H(C.1 500 mg (10 mg/kg1313) dalam 250-500 m D5% diberikan dalam 6-8
dengall pemantauan EKG dan kadar gula darah tiap 8-12 jam sampai pasten dapat minum obat per oral atausaisest2ai target (totalp,-,,mberian parenteral clan per ora: selama 7 haridengan closis per ora!glkgBW24 iam diberika
Pengobatan dergar. kina dapai dikombinasikan dengan tetrasikiin 94 mglkgBB diberikan 4 kaii sehari atau ksisiklin
Infeksi
P.
faisiparum
P. Falsiparum dan P. vivax
ringanisedang,
infeksi
campur
Pengobatan dergar. kina dapai dikombinasikan dengan tetrasikiin 94 mglkgBB diberikan 4 kaii
sehari atau ksisiklin 3 glkgBB sekali sehari
Perhatian: SP tidak boleh diberikan pada bayi clan ibu hamil.
Primakuin tidak boleh diberikan pada.. ibu hamil, bayi, clan penderita
defisiensi G6PD. Klorokuin tidak boleh diberikan dalam keadaan perut
kosong. Pada pernberian kina parenteral, bila obat sudah diterima selama 48
jam letapit belum ada perbaikan dan atau terdapat gangguan fungsi ginjal,
maka
dosis selanjutnya diturunkan sampai 30-50%. Kortikosteroid merupakan
kontraindikasi pada malaria serebral.
Femantauan pengobatan: hitung parasit minimal tilap 24 jam, target
hitung parasit pada H1 50% HO jan H3 <25% HO. Pemer;ksaan diusang
sampai dengan tidak d;lemukan parasit malaria dalam 3 kali pemeriKSaan
berturut-turut.
Pencegahan: klorokuin basa 5 mg/kgBB, maksimal 300 mg/minggu atau SP
dengan dosis sulfadoksin 10-15 mg/kgBB atau pirimetamin 0,5-0,75
mg/kgBB diminum tiap minggu sejak 1 minggu sebelum masuk daerah
endemik sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemik
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit Terkait
INTOKSIKASI OPIAT
No.Dokumen :
Pengertian
No. Revisi :
Hal.
Diagnosis
PIF: pupil miosis-pin point pupil, depresi napas, penurunan kesadarart, nadi
lemah, hipotensi, tanda edem3 paru, needle track sign, sianosis, spasme
saluran cerna dan bilier, kejang
Lab: opiat urin positif atau kadar dalam darah tinggi
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
B. Pernberian antidotnalokson
1. Tanpa hipoventi!asi: desis awal diberikan 0,4 mg IV pelan-pelan
atau diencerkan
2. Dengan hipoventilasi: dosis awal diberik3n 1-2 mg N pelan-pelan
atau diencerkan.
3. Bila tak ada respon, diberikan nalokson 1-2 mg IV tiap 5-10 menit
hinc pga timbul respon (perbaikan kesadaran,hilangnya depresi
pernapasan, diatasi pupil) & tau telah mencapai dosis. maksimal 10
mg. bila tetap tak ada respon, diagnosis intoksikasi opiat parlu dikaji
ulang, lapor konsulen Tim Narkoba Bagian lPD RSCM.
4. Efek nalokson beckurang dalam 20-40 merlit dan pasien
dapat jatuh kedalam keadaan overdosis kembali, sehingga perlu
pemantauan ketat tanda vital, kesadaran, dan perubahan pupil selama
24 jam. Untuk pencegahan dapat diberikan drip nalokson satu ampul
dalarn 500 ml D35% atau NaCI 0,9% diberikar dalam 4-6 jam.
5. Simpan sampel urin untuk pemeriksaan epiat urin dan !akukan
rontgen toraks.
6. Pertimbangan, pernasangan ETT bila pernapasan tak adekuat setelah
pemberikan nalokson yang optimal, oksigenasi kurang meski
ventilasi cukup, atau hipoventilasi menetap setelah 3 jam pemberian
nalokson yang optimal
7. Pasien dipuasakan 6 jam untuk menghindari aspirasi akibat spasme pilork, bila diperlukan dapat
dipasang NGT untuk mencegah aspirasi atau bilas lambung pada intoksikasi opiat oral
8. Activated charcoal dapat diberikan pada intoksikasi peroral dengan rnemberikan 240 ml cairan dengan
30 gram charcoal, dapat diberkan sampai 100 gram
9. Bila terjadi keiang dapat diberikan diazepam IV 5-10 mg dan dapat didang bila perlu.
Pasien dirawat da dikonsultasikan ke TIM Narkoba Bagian lPD RSCM untuk penilaian keadaan klinis dan
rencana rehabilitasi.
Komplikasi:Aspirasi, gagal napas, edema paru akut
Prognosis
Dubia
Wewena.ig
DoMer Spesialis Penyakit Dalam, PPDS Penyakit Dalam
Unit vang ric-nangani
Departemen Penyakit Dalam - Subbagian Tropik infeksi
Unit Terkait
Departemen Anestesi 1 ICU, Tim Narkoba Bagian lPD RSCOM
INTOSIKASI ORGANOFOSFAT
No. dokumen
Pengertian
No. Revisi
Hal.
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Kornplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit Terkait
METABOLIK ENDOKRINOLOG1
DIABETES MELLITUS
Suatu kelompok penyakit meiabolik yang ditandail oleh
hiperglikemia akibat defek pada:
1.
kerja Ansulin (resistensi insL
2.
produksi glukosa hepatik) dan perifer ( ntot clan. lernak)
3.
sekresi insulin oleh sel beta pankreas
4.
atau keduanya
Klasifikasi DM:
I. DM tipe 1 ( destruksi sel , umumnya diikuti defisiensi insulin
bsolut):
Immune-mediated,
Idiopatik
Pengertian
II.
Endokrinopatl
Infeksi
Diagnosis DM
Diagnosis komplikasi GM,
Diagnosis penyakit penyerta
Pernantauan pengendalian DM
Anamnesis:
Keluhan khas 0M
o
poliuria,
o
polidipsia,
o
polifagia,
o
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya.
Diagnoses
lemah,
kesernutan,
gatal,
mata kabur,
sesudah makan
ukur
kolesterol HDL-triglisorida
Diagnosis banding
Pemeriksaan
penunjang
Hiperglikemia reaction
Toleransi glukosa terganggu (TGT=IGT)
Glukosa darah puasa terganggu (GIDPT=IFG)
Pemeriksaan laboratorium:
Hb, leukosit, billing jenis leukosit, LED
Kreatinin
SGPT, Albumin/Globulin
A,Ci
Albuminuri mikro
Pemeriksaan penuniang lain:
Terapi
EKG
Foto thoraks
Funduskopi
Edukasi
Meliputi pernallaman tentang:
Penyakit DM
Penyulit DM
Hipoglikamia
Karhohidrat
60-70%
Protein
10-15%
Lemak
20-25%
Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan lemak
berasal dari sumber asam lemak tidak jertuh (MUFA = Mono Unsaturated Fatty
Acid), dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak
jenuh. Jurnlah kandungan serat + 25 g/hr, Diutamakan serat larut.
Jurnlah kafori basal per hari:
Status gizi:
BD gemuk
BB febih
-20%
-10%
BB kurang
Ringan
Sedang
Berat
Hamil:
u trimester 1, 11
ci trimester Ill 1 laktasi
+20%
Umur > 40 tahun
- 5%
Stres metabolik (infeksi, operasi,dll):
+ (10 s/d 30 %)
Aktifitas:
+ 10 %
+20%
+30%
+ 300 kal
+ 500 kal
Rumus Broca
Berat bardan idaman (TB -100) 10 %
*Pria < 160CM dan wanita < 150 cm, 6 dak dikurangi 10 % lagi.
BB kurang :
< 90 % BB iciaman
Bbriormal :
90-110% BB idaman
Bblebih
: 110-120% BB idaman
Gemuk
:
> 120 % BB idarnan
Latilhan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit). Prinsip:
CONTINUOUS - RYTHMICAL - INTERVAL PROGRESSIVE - ENDURANCE
Intervensi Farmakologis
Obat Hioglikemia Oral (01-10):
Sulfonilurea
Glinid
Penambah sensitivitas terhadap insulin
Metformin,
Tiazolidindon
Penghambat absorpsi glukosa
Insulin
Indikasi:
ketotik
hampir maksimal
melitus gestasional
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit terkait
Atau :
Terapi Kombinasi OHO siang hari + Insulin malam
evaluasi 2 - 4 minggu (sesuai keadaan.klinis):
Sasaran terapi kornbipasi 4 OHO tidak tercapai:
Insulin
Atau:
Terapi Kombinasi OHO siang hari + Insulin malam
Sasaran Terapi Kornbinasi OHO + insulin tidak tercapai:
Insulin
Bila sasaran tercapai: teruskan tetapi terakhir
Penilaian hasil terapi.
1. Pemeriksaan Glukosa Darah
2. Pemeriksaan A1C
3. Pemeriksaan Glukosa Darah Mandiri
4. Pemeriksaan Glukosa Grin
5. Penentuan Benda Keton
Kriteria Pengendalian DM
( lihat tabel lampiran)
Komplikasi A. Mut:
Ketoasidosis diabetik
Hipoglikernia
B. Kronik:
Makroangiopati:
Penibuluh koroner
Vaskular perifer
Vaskular otak
Mikroangiopati:
Kapiler retina
Kapiler renal
Neurcipatti
Gahunqan:
Rentan infeksi
Kalki diabetik
Disfungsi ereksi
Dubia
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPIDS Penyakit Dalam
Divisi Metabolik Endokrinologi, Departemen llmu Penyakit
Dalam FKUI 1 R.SUPN C~A
Keterangan:
TB = tinggi badan
BB = berat badan
IMT = indeks massa tubuh
TD = tekanan darah
TTGO = Tes Toleransi Glukosa Oral
Tabel : Kriteria Pengendalian PM
GID puasa (mgldL)
GID 2 jam pp (mgIdL)
A1C (%)
Kolesterol total mgldL)
Kolesterol LDL mgIcIL)
Kolesterol HDL (mgldL)
Trigliserida
IMT
Tekanan darah
Pengertian
Baik
80-109
80-144
< 6,5
< 0c
< 100
> 45
< 150
18,5-22,9
< 130180
Sedang
110-125
145-179
6,5-8
200-239
100-129
150-199
23-25
130-140
80-90
Buruk
126
>- 180
>8
~t 240
>- 130
>- 200
> 25
> 140 190
TIROTOKSIKOSIS
Pengertian Suatu keadaan dimana didapatkan kelebihan hormon tiroid.
Berh.ubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang
ditemukan bil-c suatu jaringan memberikan hormon tiroid berfebihan.
Tirotoksikosis
Kelainan yang berhubungan dengan hipertiroidisme
Kelainar yang tidak berhubungan dengan
Hipertiroidisme
= tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid
= akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan.
Etiologi screening dari tirotoksikosis ialah hipertiroidisme karena penyakit
Graves, struma multinodosa toksik (Piummer), dan denoma
Oksik Penyebab lain ialah tiroidisme, penyakit trofoblastik, penyakit
trofoblastik, pemakaian berlebihan yodium, obat hormon tiroid dll.
Krisis tiroid
keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat dan mengancam jiwa.
Urnumnya timbul pada pasicn dengan dasar penyakit Graves atau strurip
m.ultirociuia-, toksik, clan berhubungan dengan faktor pencetus:
infeksi,
operasi,
trauma,
hipoglikemia,
parfus,
stres emosi,
terapi 1,3
ketoasidosis diabei,,'kum,
Lomboemboli paru,
CVD/stroke,
Hiperaktivas
Palpitasi
keringat
Mudah lelah
BAII sering
Oligomenore 1 amenore dan
libido turun
Takikardia
Fibrilasi atrial
Tremor halus
Refleks meningkat
Kulit hangat & basah
Rambut rontok
Bruit
Struma Difus
Mrotoksikosis,
045,almopati/Eksotvalmus
Dermopati lokal
Thyroid acropachy
Laboratorium:
TSHs rendah
Diare
Amenorea
Pemeriksaan fisk
yang lain
T4 / FT4 1 T3 tinggi
Hiperglikemia
Azctemia prerenal
EKG : sinus takikardia atau fibrilasi atrial den-nan respons
ventrikuiar cepat.
Diagnosis Banding
Hipertiroidisme
Penyakit Graves
Struma Multinodosa toksik
Adenoma toksik
Metastasis karsinoma tiroid fungsional
Struma ovarii
Tiroiditis subakut
Tiroiditis silent
Tirotoksikosis gestasional
Pemeriksaan
penunjang
Terapi
Laboratorium:
TSHs
T4 atau FT4
T3 alkau FT,3
TSH RAb
Tindakan bedah
Indikasi:
Pasien usia muda dengan struma besar dan tidak respons dengan
antitiroid
Wanita hamil trimester kedua yang memerlukan obat dosis tinggi
Alergi terhadap obat antitiroid, dan tidak dapat menerima yodium
radioaktif
Adenoma toksik struma multinodosa toksik
Graves yang berhubungan dengan satu atu lebih nodul
RADIOABLAS1
Indikasi:
Pasien berusia >35 tahun
Hipe-itiroidisme yang kambuh setelah dioperasi
Gagal mencapai remisi setelah pemberian obat antitiroid
Tidak mampu atau tidak mau terapi obat antitiroid
Adenoma toksik struma multinodosa toksik
Tatalaksana Krisis tiroid: (terapi segera mulai bila dicurigai
krisis tiroid)
1.
Perawatan suportif
Kornpres dingin, antipiretik (asetarritiofeii)
Memperbaiki gangguan kaseimbangan cairan dan elektrolit: infus
Dextrose 5 % dan NaCI 0,9 %,
Mengatasi gagal jantung: 02, diuretik, digitalis
2.
Antagonis aktivitas hormon tiroid:
Blokade produksi hormon firoid:
Propiltiourasil (PTU) dosis 300 mg tiap 4-6 ;am PO. Alternatif:
Metimazol 20-30 mg tiap 4 jam PO. Pada keadaar, sangat berat:
dapat per NGT, PTU 600 - 1.000 mg atau metimazol 60-100 mg.
Blokade ekskresi hormon tiroid:
Solutic Lugol (saturated solution of porassium iodida) 8 teies tiap 6 jam
+ - blocker:
Propanolol 60 mg tiap 6 jam PO, dosis disesuaikan respons
(target: frekuensi jantung < 90 x/m).
Glukokortikoid:
Hidrokoi'Lison 100-5-00 mg IV tiap 12 jam.
Bila refrakter terhadap terapi diatas: plasmaferesis, dialisis peritoneal.
3. Pengobatan terhadap faktor presipitasi: antibiotik, dll.
Komplikasi
Prognosis
Unit terkait
Referensi:
1. Sumual A, Pandelaki K. Hipertiroidisme. Dalam Waspadji S, et al. (eds). Buku Ajar 11mu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta, Balai
Penerbit 17KUL 166-72.
2. Jameson jL, Weetman AP. Disorders & the Thmid Gland. In Braunwald E, Fatici AS, Hauser SL, Lon.go DL, Jarnesor. JIL.
Harrisons Principlos fof Internal Medicine.15th ed. New York: Mcgraw-Hill,2001-2060.
3. Suyono S, Subekti 1. Krisis Tiroid. Dalam Prosiding Simposium Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta, 15-16 April 2000:78-82.
4. Suyono S, Subekti 1. Patogenesis dan Gambaran Klinis Penyakit Graves. Makalah Jakarta Endocrinology Meeting 2003. Jakarta,
18 Oktober 2003. Waspadji S. Pengelolaan medis Penyakit Graves. Makalah Jakarta Endocrinology Meeting 2003. Jakarta, 18
Oktober 2003.
KETO-ASIDOSIS DIABETIKUM
(KAD )
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Na+ , K+, Cl, tiap 6 jam selama 24 jam, selanjutnya sesuai keadaan
1.
2.
Cairan:
NaCI 0,9 % diberikan 1-2- L pada 1 jam pertama, lalu 1 L
pada jam kedua, lalu 0,5 L pada jam ketiga dan keempat, dan
0,25 L pada jpm L-,e;ima dan keenam, se!anjutnya sesuai
kebutuhan.
Jumlah cairan yang diberikan dalam g 5 jam seCar 5 L. Ika Na+ >
155 mEq/L ganti cairan dengan NaCI 0,45 Jika GD < 200 mg/dL
ganti cairan dengan Dextrose 5 %
Insulin (regular insulin = RI):
Diberikan setelah 2 jam rehidrasi cairan
RI bobs 180 mU/kgBB IV, dilanjutkan:
RI drip 90 mU/kgBB/jam,da!am, NaCI 0,9
Jika GD < 200 mg/dL kecepatan dikurangi
RI drip 45 mU/kgBB/jam dalam NaCI 0,9 %
Jika GD stabil 200 - 300 mg/IdL selama 12 jam RI drip 1 -2 Uljam
IV, disertai sliding scale setiap 6 jam:
GD
RI
(mqldL)
(Unit, subkutan)
< 200
0
200 -250
5
250 -30C
10
300 -350
15
> 350
20
Ill. Kalium
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang Menangani
Unit terkait
Hipoglikemia
Hipokalemia
Hiperkloremia
Edema otak
Hipokalsemia
Dubia ad malam. Tergantung pada usia, komorbid. adanya
infark miokard akut, sepsis, syok
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
dengan konsultasi pada konsulen Penyakit Dalam
HIPOGLIKEMIA
Pengertian
Asupan inakan tidak adekuat: jumlah kalori atau waktu makan ticlak
tepat.
Diagnosis
Stadium gangguan otak berat: tidak sadar, dengan atau tanpa kejang
Anamnesis:
Pucat, diaphores;s.
Tekanan darah
Penurunan kesadaran
Diagnosis banding
Obat:
Hiperinsulinismo endogen:
Insulinoma
Pemeriksaan penunjang
Terapi
Defibiensi endokrin:
Kortisol, growth hoiinoi-ie
Glukagon, epinefrin
Tumor non-sel :
Sarkorna
Tumor adrenokortikal, hepatoma
Leukemia, firnforna, melanoma
Pasca-prandial:
Reaktif (setelah gaster)
Diinduksi alkohol
Kadar glukosa darah (GD)
Tes fungsi ginjal
Tes fungs hati
Stadium permulaan (sadar)
Cari penyebab
Stadium lanjut (koma hipoglikemi atau tidak sadar + curiga hipoglikemia) :
1.
Diberikan larutan dekstrosa 40 % sebanyak 2 flakon (=50 mL) bolus
intra vena
2.
Diberikan cairan destrosa 10 % per infus, 6 jam per kolf
3.
Periksa GD sewaktu (GDs), kalau memungkinkan dengan
glukometer
4.
Pemeriksa GDs setiap 1 jam setelah pemberian dekstrosa 40 % :
GID
RI
(mg/ldL)
(Unit, subkutan)
< 200
0
200 - '250
5
250-300
10
300-350
15
> 350
20
Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan
pemberian antagonis insulin, seperti: adrenalin, kortison dosis tinggi, atau
glukagon 0,5-1 mg / IM (bila penyebabnya insulin)
Bila pasien belum sadar, GDs sekitar 200 mg/dL
Mortalitas
Dubia
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
Unit Terkait
DISLIPIDEMA
Pengertian
Hiperkolesterolemia
Hipertrigliseridemia
Diagnosis
Klasifikasi kadar
Kolesterol LDL
< 100
100 - 129
130 - 159
160 - 189
>190
Kolesterol total:
< 200
200 - 239
> 240
kolesterol:
mgldL
rrg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
Klasifikasi:
Optimal
Hampir optimal
Borderline, tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
mgldL
mgldL
mgldL
Idaman
Borderline tinggi
tinggi
Kolesterol HDIL
< 40 mg/dL
>60 mg/dL
Rendah
Tinggi
sebanding dengan kejadian PJK, Vakni > 20 % dalam 10 tahun, terdiri dari:
Inaktivitas fisik
Merokok
Periksaan Penunjang
Terapi
Latihan jasm;Rni
Atorvastatin 10 - 80 mg
Golongan bile acid sequestrant:
- Cholestyramine 4 - 16 g
Kategori
Resiko
PJK atau
Ekivalen PJK
(FRS > 20 %)
Faktor resiko
100
130
> 130
(100-129: opsional)
130
> 130
Faktor resiko
i60
> 160
Korriplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
Unit terkait
Keterangan
Kcles!erol HDL -- koiesferol high density lipoprotein
Kolesterol LDL = kolesterol low density lipopi-otein
PGH - perubahan gaya hidup
M U FA = mono unsaturated fatty acid
PUFA = poly unsaturated fatty acid