Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA IBU DENGAN POST PARTUM


A. PENGERTIAN
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu atau 42 hari. Kejadian
yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi (Manuaba, 2007).
Menurut WHO menyatakan bahwa, pasca partus-post natal, mulai sejak 1 jam
setelah plasenta lahir sampai minggu ke-6 atau berlangsung selama 42 hari
(Manuaba, 2001).
B. Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
1. Teori Penurunan Hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan hormon estrogen dan
progesteron. Fungsi progesteron sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menimbulkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesteron
turun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Turunnys kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori iritasi mekanik
Terdapat tekanan oleh kepala janin menimbulkan kontraksi uterus.
4. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8
jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I
ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi

sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh
putar paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di
bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah
kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti
dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat
ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat
bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan
yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
C. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai
kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm
setiap 24 jam Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr
2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di
dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr.
Peningkatan

esterogen

dan

progesteron

bertabggung

jawab

untuk

pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan
kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama
masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar
setelah hamil.
b. Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi


lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin
yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat
kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit
dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk
mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau
intramuskuler

diberikan

segera

setelah

plasenta

lahir.

Ibu

yang

merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di


payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3
fase yaitu :
a. Fase taking in/ ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima
peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem
pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan
sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan
baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem
keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh
pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali
dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
D. Manifestasi klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,


proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan
350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada
di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada
masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Selsel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap
ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat
dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan
kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan segera setelah plasenta lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan
trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan
bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebabkan
pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut
yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum,
selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas
tempat plasenta.
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran
menyembur menjadi merah setelah 1-2 hari. Lochea sanguinolenta berwarna
merah dan kuning berisi darah dan lendir,yang keluar pada hari ke 3
sampai ke-7 pasca persalinan. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum,
leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan

berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel
epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu
setelah bayi lahir. Lochea purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan.18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada
wanita multipara.

2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan.
Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa
puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok
setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan
pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil.
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan
sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
4. Sistem cerna
a. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam
waktu yang singkat setelah bayi lahir.
b. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan.
5. Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara selama wanita


hamil (esterogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin,
krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan
pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa
terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan
hangat jika di raba.
b. Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras
ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih
kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
6. Sistem Integumentasi
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah
bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul
mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.
E. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode
post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc
setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dari 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan
dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam
setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus
lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan
baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus
yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan
dengan janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan
predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.

b. Laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat


menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000)
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum.
Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0
dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah :
streptococus dan staphylococus aureus dan organisasi lainnya
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis (Novak, 1999).
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting
susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis
umumnya di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999)
5. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan
bakterigram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari
dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis
superficial terjadi 1 kasus dari 500 750 kelahiran pada 3 hari pertama post
partum.
7. Emboli

Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil menyebapkan


kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).
8. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa
minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya.
Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi
cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri
kepala, ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex,
kehilanagan semangat (Novak, 1999)
F. Tanda Tanda Bahaya Post Partum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim
baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir
(Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum
antara lain :
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada
mukosa vagina
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium bisa segera dilakukan pada periode pasca partum.
Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama
pada postpartum untuk mengkaji kehilangan darah pada saat melahirkan.
2. Pemeriksaan urin
Pengambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan kateter atau
dengan teknik pengambilan bersih (clean cath) spesimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan urinalisis rutin atau kultur dan
sensitivitas terutama jika cateter indwelling dipakai selama paska inpartum.
Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status
rubella dan rhesus dan kebutuhan terapi yang mungkin.(Bobak, Lowdermilk,
dan Jensen, 2005)
H. Penatalaksanaan Medis
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri

3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Sakit perut, pendarahan, nyeri pada luka jaritan, takut bergerak.
2. Riwayat kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyertai.
3. Riwayat persalinan
a. Tempat persalinan
b. Normal/terdapat komplikasi
c. Keadaan bayi
d. Keadaan ibU
4. Riwayat nifas yang lalu
a. Pengeluaran ASI lancer atau tidak
b. BB bayi
c. Riwayat ber KB atau tidak
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomy
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid
6. Pemeriksaan psiko social
a. Respon + persepsi keluarga

b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema atau pembesaran
jaringan atau distensi efek-efek hormonal.
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan Hb, prosedur infasive, pecah ketuban, malnutrisi.
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubunag dengan penurunan masukan
atau penggantian tidak adekuat, kehil;angan cairan berlebih ( muntah,
hemoragik, peningkatan pengeluaran urin).
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi tidak
tahu sumber-sumber.
C. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema atau pembesaran jaringan
atau distensi efek-efek hormonal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri teratasi.
Kriteria Hasil:
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Melaporakn bahwa nyeri berkurang dengan menggunaka manajemen nyeri
3. Merasakan rasa nyaman setalah nyeri berkurang

1. Kaji karakteristik nyeri, tingkat nyeri, tempat nyeri, skala nyeri.


Rasional : Mengetahui seberapa berat nyeri yang dialami pasien
2. Inspeksi daerah perineum dan daerah episiotomi. Perhatikan
adanya udem, nyeri tekan lokal, purulen.
Rasional : Mengetahui apakah ada tanda-tanda peradangan daerah sekitar vulva.
3. Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama
setelah melahirkan.
Rasional : Memberi

anestesi

lokal,

meningkatkan vasokonstriksi,dan

mengurangi edema dan vasodilatasi.


4. Berikan kompres dengan air hangat selama 20 menit, 3 sampai 4 kali sehari,
setelah 24 jam pertama.

Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi


dan

nutrisi

pada

jaringan,

menurunkan

edema

dan meningkatkan

penyembuhan.
5. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : Analgetik dapat mengurangi nyeri
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi
Kriteria hasil :
1) Klien mengetahui cara merawat payudara bagi ibu menyusui
2). Asi keluar
3). Payudara bersih
4). Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
5). Bayi mau menyusu
1). Kaji pengetahuan pasien mengenai manajemen laktasi dan perawatan payudara
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan
mengembangkan rencana perawatan.
2). Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan keuntungan
menyusui, perawatan puting dan payudara,kebutuhan diet khusus, dan faktor-faktor
yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
Rasional : membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah puting
pecah dan luka, memberikan kenyamanan, dan membuat ibu menyusui. Pamflet dan
buku-buku menyediakan sumber yang dapat dirujuk klien sesuai kebutuhan.
3). Kaji puting klien, anjurkan untuk melihat puting setiap habis menyusui.
Rasional : identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah/ membatasi
terjadinya luka atau pecah puting, yang dapat merusak proses menyusui.
4). Anjurkan klien untuk mengeringkan puting dengan udara selama 20-30 menit
setelah

menyusui.

Insruksikan

klien

menghindari penggunaan

sabun

atau

penggunaan bantalan bra berlapis plastik, dan mengganti pembalut bila basah atau

lembab.
Rasional : Mempertahankan putting pada media lembab maningkatkan
pertumbuhan bakteri dan kerusakan kulit.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan Hb,
prosedur infasive, pecah ketuban, malnutrisi.
Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam infeksi tidak

terjadi.
Kriteria hasil :
1) Klien meyertakan perawatan bagi dirinya
2) Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
3) Jahitan perineum besar
4) Vulva bersih dan tidak infeksi
5) Tidak ada tanda perawatan
6) Vital sign dalam batas normal :
TD : 120/80 mmhg
Suhu : 36-37,5 C
RR : 12- 24 x/menit

1). Pantau vital sign


Rasional : Peningkatan suhu dapat mengidentifikasikan adanya infeksi
2). Kaji daerah perineum dan vulva
Rasional : Menentukan radakah tanda peradangan di daerah vulva dan perineum
3). Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibupost partum
Rasional : Pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
4). Ajarkan perawatan vulva bagi pasaien
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
5). Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah
vulvanya
Rasional : Meminimalkan terjadinya infeksi
6). Lakukan perawatan hygiene

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman bagi


pasien
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubunag dengan penurunan masukan atau
penggantian tidak adekuat, kehillangan cairan berlebih ( muntah, hemoragik,
peningkatan pengeluaran urin).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam tidak terjadi
kehilangan volume cairan.
Kriteria hasil :
1). Intake dan output seimbang
2). Tidak ada oedema
3). Berat badan pasien ideal
1) Kaji dan awasi turgor kulit
Rasional

capilary

refil

time

yang

lebih

dari

detik

dapat

mengidentifikasikan terjadinya dehidrasi


2). Monitor intake dan output
Rasional : membantu dalam menganalisa keseimbangan cairan dan derajat
kekurangan cairan
4). Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan sedikitnya 8 gelas sehari
Rasional : mengganti kehilangan cairan karena kelahiran dan diaforesis
5). Kolaborasi pemberian cairan intravena jika diinstruksikan
Rasional : membantu kebutuhan cairan dalam tubuh
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi tidak tahu
sumber-sumber.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam kecemasan hilang
Kriteri hasil :
1. Klien mengungkapkan pemahaman
2. Klien tidak tampak cemas

1) Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan
tingkat kelelahan klien.
Rasional : terdapat hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk
melakukan tanggung jawab tugas dan aktivitas aktivitas perawatan diri/ perawatan
bayi.

Makin lama persalinan makin negative persepsi klien tentang kinerja

persalinan, dan semakin lama hal tersebut klien memikul tanggung jawab terhadap
perawatan dan mensintesa informasi baru serta mempelajari peranperan baru.
2) Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar. Bantu klien / pasangan dalam
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan.
Rasional : periode pascanatal dapat merupakan pengalaman positif bila
penyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan
ibu, maturasi dan kompetensi.
3) Berikan informasi tentang peran post partum
Rasional : meningkatkan perasaan sejahtera secara umum.
4) Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan
hygiene, perubahan fisiologis, termasuk kemajuan normal dari rabas lokhia,
kebutuhan untuk tidur dan istirahat, perubahan peran, dan perubahan emosional.
Biarkan klien mendemonstrasikan materi yang dipelajari, bila diperlukan.
Rasional : membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
AsuhanKeperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Anda mungkin juga menyukai