Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1 Pengertian Stomatitis
Stomatitis merupakan inflamasi dan ulserasi pada membrane
mukosa mulut (Nursalam dkk, 2005)
Stomatitis merupakan gangguan di rongga mulut, berupa bercak
putih kekuningan dengan permukaan agak cekung (Rita Juniriani
Primisasiki, 2007)
Stomatitis merupakan luka membulat dan berwarna putih yang
dikelilingi oleh keadaan selaput lender yang memerah (Agus Susanto,
2007)
Stomatitis adalah radang rongga mulut (Ahmad Ramali, 2000)
2
Macam-macam Stomatitis
1.
a.
Etiologi :
Etiologi yang pasti belum diketahui beberapa faktor predisposisi
memegang peranan yang penting :
1) Alergi
Biasanya stomatitis ini timbul setelah makan suatu jenis makanan tertentu
dan umumnya ini terjadi berulang-ulang jenis makanan ini berbeda untuk
tiap-tiap penderita.
2) Gangguan hormonal / endokrin
Menurut
penyelidikan
bahwa
ada
hubungan
yang
jelas
antara
Penatalaksanaan :
Selain
Stomatitis HERPETIKA.
Stomatitis ini disebabkan oleh virus herpes simpleks. Mula-mula
timbul sebagai gelombang air yang kecil yang ditemukan disekitar mulut,
palatum, kadang-kadang lidah. Lesinya selalu multiple dan biasanya
berlangsung selama 8-10 hari. Gelembung air pecah sedang atap
gelembung menutupi erosi yang terjadi sebagai selaput putih sehingga
mirip stomatitis aftosa. Setelah atap gelembung hilang, daerah itu tidak
lagi putih.
a.
Manifestasi klinis :
Gejala yang muncul adalah gejala prodromal diikuti timbulnya
vesikel-vesikel kecil berdiameter 1-3 mm yang berkelompok sebesar 1-2
cm pada bibir, lesi pada intra oral sama dengan lesi yang muncul pada
bibir, tapi sangat cepat pecah sehingga membentuk ulserasi. Lesi akan
bertambah besar dan menyebar ke mukosa disekitarnya, pada daerah
yang mengandung sedikit keratin, seperti mukosa rongga mulut, mukosa
bibir, dan dasar rongga mulut, penyakit ini akan sembuh dalam 1-2
minggu. Biasanya stomatitis ini sering di sertai demam.
b.
Penatalaksanaan :
Tergantung keluhan pasien pemberian asiklovir 5 x 2 mg dapat
diberikan sebagai profilaksis bukan saat penyakit ini kambuh jika
pasiennya anak-anak maka jangan memberikan anak makanan yang
mengandung bumbu-bumbu dan asam. Misalnya, jus jeruk, dan hindari
pemakaian obat kumur. Ibu bisa memberikan petroleum jelly tau pasta
anastetikom yang dioleskan dengan kapas pada daerah yang sakit untuk
menghilangkan rasa sakit (Arif Mansjur, 2000).
3.
KANDIDIASIS ORAL
Kandidiasis oral sering disebut dengan oral trush atau moniliasis,
oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit-langit dan pipi
bagian dalam bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila di paksa
untuk di ambil maka akan mengakibatkan perdarahan, oral trush ini sering
terjadi pada masa bayi yang minum susu formula atau ASI (Nursalam
dkk, 2005)
Penyebab oral trush pada umumnya adalah candida albicans yang
di tularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selam persalinan (saat bayi
baru lahir), jamur ini terdapat dalam mulut sebagai flora saprofit dalam
jumlah kecil. Oleh sebab-sebab tertentu misalnya pemakaian antibiotika
spectrum luas, yang membasmi kuman lain dalam mulut, candida ini
dapat berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan spora yang
tumbuh dari tunas dan lebih mudah mengadakan invasi dan memasuki
jaringan atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak
bersih.
a.
Gambaran klinis :
Banyak terdapat pada bayi dan anak kecil, setelah pemberian
antibiotika peroral berupa bercak putih pada mukosa yang tampak seperti
sisa-sisa susu atau melg beslag. Mulanya berupa bintik-bintik putih yang
menyerupai stomatitis aftosa, kemudian berkonfluensi dan akhirnya
menjadi satu. Bercak kecil, putih dan bulat ini menyebabkan rasa sakit
terutama pada waktu makan. Moniliasis dapat menyebar ke esofagus
yang menimbulkan rasa sakit di dada dan sakit di waktu makan.
b.
c.
Penatalaksanaan :
Untuk perawatan mulut bayi, bersihkan lebih dulu dengan jari yang
dibungkus (kain bersih / kasa) yang telah dibasahi dengan larutan garam.
3)
Oleskan gentian violet 0,25 % pada mulut dengan kapas lidi atau
mycostatin (oral mycostatin) 4x sehari atau tiap 6 jam sebanyak 1cc
selama 1 minggu atau sampai gejala menghilang.
4)
Atau diberi obat oral nistatin 3 x 100.000 U untuk sehari, ditanam dalam
mulut baru ditelan, pemberian nistatin tidak boleh bersama dengan obat
lain (Ngastiyah, 1997).
d.
1.
Pada bayi baru lahir jika stomatitis tidak diobati akan menyebabkan
kesukaran
minum
(menghisap
dot
putting
susu)
dan
dapat
Setiap bayi selesai minum susu, berikan 1 -2 sendok teh air matang
untuk membilas sisa susu tersebut.
2.
Sisa susu yang berupa lapisan endapan putih tebal pada lidah bayi ini
dapat dibersihkan dengan kapas lidi yang dibasahi dengan air hangat
(Nursalam dkk, 2005).
Tujuan dilakukan oral hygiene (kebersihan mulut) adalah sebagai
berikut:
Status social-ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan
klien menyediakan bahan-bahan yang penting seperti pasta gigi.
b. Praktik social
Kelompok-kelompok
sosial
wadah
seseorang
berhubungan
dapat
mempengaruhi praktek higiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, anakanak mendapatkan praktik oral hygiene dari orang tua mereka.
c.
Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang dapat membuat orang enggan memenuhi
kebutuhan hygiene pribadi. Pengetahuan tentang pentingnya oral hygiene
dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik oral hygiene.
Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga
harus termotivasi untuk melakukan oral hygiene.
d. Status kesehatan
Klien paralisis atau memiliki restriksi fisik pada pada tangan mengalami
penurunan kekuatan tangan atau ketrampilan yang diperlukan untuk
melakukan hygiene mulut (Phipp, 1995).
e.
a.
Masalah umum
1) Karries gigi
Karries gigi merupakan masalah umum pada orang muda, perkembangan
lubang merupakan proses patologi yang mellibatkan kerusakan email gigi
dikarenakan kekurangan kalsium.
2) Penyakit periodontal
Adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membran
periodontal.
3) Plak
Adalah transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar
kepala gigi pada margin gusi.
4) Halitosis
Merupakan bau napas, hal ini merupakan masalah umum rongga mulut
akibat hygiene mulut yang buruk, makanan tertentu atau proses infeksi.
Hygiene mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali penyebabnya
adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes.
5) Keilosis
Merupakan gangguan bibir retak, terutama pada sudut mulut. Defisiensi
vitamin, nafas mulut, dan salivasi yang berlebihan dapat menyebabkan
keilosis.
b. Masalah mulut lain
1) Stomatitis
Kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi,
defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur atau penggunaan
obat kemoterapi.
2) Glosisitis
Peradangan lidah hasil karena infeksi atau cidera, seperti luka bakar atau
gigitan.
3) Gingivitis
Peradangan gusi biasanya akibat hygiene mulut yang buruk, defisiensi
vitamin, atau diabetes mellitus. Perawatan mulut khusus merupakan
keharusan apabila klien memiliki masalah oral ini. Perubahan mukosa
mulut yang berhubungan dengan mudah mengarah kepada malnutrisi.
10
pertumbuhan bakteri dan jamur di mulut. Adanya sisa susu atau ASI
dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menyebabkan masalah serta
berkembangbiaknya bakteri dan jamur (Ngastiyah, 2005).
Masalah mulut yang sering terjadi pada bayi adalah stomatitis (oral
trush) dimana oral trush itu disebabkan oleh candida albican yang bersifat
saprofit yang dapat berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan
spora yang tumbuh dari tunas dan lebih mudah mengadakan invasi dan
memasuki jaringan terutama pada sudut mulut (Siregar, 2004).
Untuk itu kebersihan mulut pada bayi perlu dijaga karena untuk
menjaga infeksi berulang / stomatitis berulang yaitu dengan cara
melakukan oral hygiene pada bay
gfgnjfgmmnsss
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
Stomatitis akut
Stomatitis akut adalah stomatitis yang disebabkan oleh trauma akibat sikat
gigi, tergigit, dan sebagainya. Bila dibiarkan saja stomatitis ini akan
sembuh dengan sednirinya dalam beberapa hari.
Stomatitis kronis
13
apthous
yang
sifatnya
rekuren
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan karakteristik klinis yaitu ulser minor, ulser mayor, dan ulser
hipertiform:
-Rekuren Apthous Stomatitis Minor
Sebagian besar pasien (80%) yang menderita bentuk minor (MIRAS,
ditandai dengan ulser berbentuk bulat atau oval dan dangkal dengan diameter
yang kurang daro 5 mm serta pada bagian tepinya terdiri dari eritematous.
Ulserasi bisa tunggal ataupun merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau
lima.
Frekuensi RAS lebih sering pada laki-laki daripada wanita dan mayoritas
penyakit terjadi pada usia antara 10 dan 30 tahun. Pasien dengan MIRAS
14
mengalami ulserasu yang berulang dan lesi individual dpapat terjadi dalam
jangka waktu yang pendek dibandingkan dengan tiga jenis yang lain. Ulser ini
sering muncul pada mukosa non-keratin. Lesi ini didahului dengan rasa terbakar,
gatal, atau rasa pedih dan adanya pertumbuhan macula eritematous. Klasiknya,
ulserasi berdiameter 3 sampai 10 mm dan sembuh tanpa luka dalam 7 sampai 14
hari.
-
dari penderita RAS dan lebih hebat dari MIRAS. Secara klasik, ulser ini
berdiameter kira-kira 1-3 cm dan berlangsung 4 minggu termasuk daerah-daerah
yang berkeratin. Tanda adanya ulser seringkali dilihat pada MARAS. Jaringan
parut terbentukkarena keparahan dan lamanya lesi terjadi.
15
terdiri dari atas 100 ulser kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis
herpetic primer tetapi virus-virus herpes tidak mempunyai peranan dalam
etioologi HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aptosa.
16
Etiologi yang utama dari RAS adalah faktor keturunan. Faktor ini
mempunyai pengaruh yang cukup besar, karena itu bila dalam satu keluarga ada
yang memiliki sariwan maka anggota lainnya biasanya juga terkena. Adanya
peningkatan terjadinya RAS pada anak dengan orang tua yang positif RAS.
2. Oral thrush/moniliasis
Yaitu Sariawan yang disebabkan jamur candidas albican, biasanya
banyak dijumpai di lidah. Pada keadaan normal, jamur memang terdapat
dalam mulut. Namun, saat daya tahan tubuh anak menurun, ditambah
penggunaan obat antibiotika yang berlangsung lama atau melebihi jangka
waktu pemakaian, jamur Candida Albican tumbuh lebih banyak lagi.7
3. Stomatitis herpetic
Yaitu sariawan yang disebabkan virus herpes simplek dan berlokasi di
bagian belakang tenggorokan. Sariawan di tenggorokan boasanya langsung
terjadi jika ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan
tubuh sedang rendah, sehingga system imun tidak dapat mentralisir /
mengatasi virus yang masuk sehingga terjadilah ulser.8
II.3 Faktor Penyebab Terjadinya Stomatitis
Sampai saat ini penyebab utama dari Sariawan belum diketahui. Namun
para ahli telah menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya sariawan
ini, diantaranya adalah :9
1. Faktor General antara lain :
-
17
Stres
Infeksi virus dan bkteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya stomatitis
ini. Ada pula yang mengatakan bahwa stomatitis merupakan reakasi imunologik
abnormal pada rongga mulut. Sedangkan yang cukup sering terjadi pada kita,
terutama warga kota yang sibuk, adalah stres. Faktor psikologis ini (stres) telah
diselidiki berhubungan dengan timbulnya stomatitis.9
Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya stomatitis
adalah sebagai berikut :
1. Trauma
Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa trauma pada bagian
dalam rongga mulut dapat menyebabkan RAS. Dalam banyak kasus, trauma ini
disebabkan masalah-masalah yang sangat sederhana. Trauma merupakan salah
satu faktor yang dapat menyebabkan ulser teruatama pada pasien yang
mempunyai kelainan tetapi kebanyakan RAS mempunyai daya perlindungan
yang rlatif dan mukosa mastikasi adalah salah satu proteksi yang paling umum.10
Faktor lain yang dapat menyebabkan trauma di dalam rongga mulut
meliputi :10
-
18
dan melukai jaringan yang ada di dalam rongga mulut. Masalah yang
sama sering pula dialami oleh porang-orang yang menggunakan gigitiruan
kerangka logam. Logam dapat melukai bagian dalam rongga mulut.
-
Trauma makanan
Banyak jenis makanan yang kita makan dapat menorah, menggores atau
melukai jaringan-jaringan yang ada di dalam rongga mulut dan
menyebabkan terjadinya RAS. Contohnya adalah keripik kentang, kue
kering yang keras, apel dan setelah mengunya permen keras.
Prosedur Dental
Prosedur dental dapat mengiritasi jaringan lunak mulut yang tipis dan
menyebabkan RAS. Terdapat informasi bahwa hanya dengan injeksi
novacaine dengan jarum dapat menyebabkan timbulnya RAS beberapa
hari setelah dilakukan penyuntikan.
19
2. Infeksi
Tidak terdapat fakta yang menunjukkan bahwa stomatitis secara langsung
disebabkan oleh mikroba karena hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh
infeksi silang dari Streptococci. Biasanya, untuk mencegah infeksi rongga mulut
dapat digunakan providone-iodine (obat kumur).11
Namun pada dasarnya, providone-iodine merupakan iodine kompleks
yang
berfungsi
sebagai
antiseptic.
Povidone-iodine
mapu
membunuh
mikroorganisme seperti jamur, bakteri, virus, protozoa, dan spora bakteri. Tak
heran agen ini berguna untuk terapi infeksi yang berkaitan dengan makhlukmakhluk renik tesebut. Selain sebagai obat kumur (mouthwash) yang digunakan
setelah gosok gigi, povidone-iodine gargle memang digunakan untuk mengatasi
infeksi-infeksi mulut dan tenggorokan, seperti gingivitis (inflamasi di gusi) dan
tukak mulut (sariawan).11
3. Abnormalitas Imunologi
Abnormalitas imonologi kemungkinan juga dapat menybabkan ulser.
Sirkulasi antibody diduga berhubungan dengan keadaan mukosa dari rongga
mulut. Dimana antibody tersebut bergantung pada mekanisme sitoksik atau
proses penetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh. Sehingga jika system
immunologi mengalami abnormalitas, maka dengan mudah bakteri ataupun virus
menginfeksi jaringan lunak disekitar mulut.11
4. Penyakit Gastrointestinal
Walaupun diketahui bahwa ulser dapat menyebabakn penderitan sukar
mencerna makanan, namun hal tersebut jarang dihubungkan dengan penyakit
20
5. Defisiensi Hematologi
Pasien dengan RAS yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12, folat
atau besi mencapai 20%. Seperti frekuensi defisiensi pada pasien awalnya akan
menjadi lebih buruk pada pertengahan usia. Banyak pasien yang defisiensinya
tersembunyi, hemoglobin dengan batasan normal dan cirri utama adalah
mikrositosis atau makrositosis pada sel darah merah. Defisiensi hematologi juga
dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau folat.11
6. Faktor Hormonal
Pada umumnya penyakit stomatitis banyak menyerang wanita, khususnya
terjadi pada fase stres dengan sirkulasi menstruasi. Dalam sebuah penlitian,
ditemukan kadar hormone progesterone yang lebih rendah dari normal pada
penderita RAS. Sementara kadar hormone Estradiol, LH, Prolaktin, FSH pada
kedua group adalah normal. Pada wawancara didapat adanya riwayat anggota
keluarga yang mengalami RAS pada kelompok penderita dibandingkan bukan
penderita RAS (5% versus 10%, p=0,002). Dari penelitian tersebut dapat
disimpukan bahwa penderita RAS pada umumnya mempunyai kadar hormone
progesterone yang lebih rendah dari normal dan ada salah satu keluarganya yang
menderita RAS.11
7. Stres
Faktor stres dapat memicu terjadinya stomatitis sebab stres
dapat
21
tubuh dan menyebabkan tubuh rentan terhadap serangan penyakit, tidak hanya
kejadian stomatitis bahkan gangguan-gangguan lainnya dapat dapat dipicu oleh
stres.11
Biasanya pasien mengalami ulser pada saat stres dan beberapa fakta
menunjukkan hal tersebut. Namun, stres sulit untuk diukur dan beberapa
penelitian belum dapat menemukan hubungan antara sters dengan munculnya
ulser. Faktor psikologis (seperti emosi dan stres) juga merupakan faktor penyebab
terjadinya stomatitis.12
8. Infeksi HIV
Stomatitis dapat digunakan sebagai tanda adanya infeksi HIV, dimana
stomatitis memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada keadaan defisiensi imun,
seperti yang telah dibahas sebelumnya. Namun infeksi akibat virus HIV biasanya
menunjukkan tanda klinis yang sangat jelas. Dimana jaringan sudah parah.11
Infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan
infeksi kronik, yang memiliki 2 pola pada anak, yaitu :11
-
Pola pertama adalah yang didapati pada bayi dan anak-anak akibat
penularan prenatal.
Pola kedua adalah pada remaja melalui perilaku risiko tinggi seperti orang
dewasa.
9. Kebiasaan merokok
Kelainan stomatitis biasanya terjadi pada pasien yang merokok. Bahkan
dapat terjadi ketika kebiasaan merokok dihentikan.11,12
22
diobati. Sebab jika jamur ikut tertelan, sangat mungkin terjadi diare.11,13
Pengobatan untuk menyembuhkan stomatitis secara umum ada dua,
yaitu :13
-
yang diminum atau yang dikumur sehingga mengurangi keluhan penderita. Ada
sifat unik dari jaringa mulut yang memudahkan proses penyembuhan stomatitis
tetapi juga rentan untuk kambuh kembali yakni banyaknya pembuluh darah.
Sering terkena trauma/ perlukaan, dan terdapat sel-sel yang daya regenerasinya
cepat.13
Dengan mengetahui penyebabnya, diharapkan kita dapat menghindari
timbulnya stomatitis ini, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut
serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12
dan zat besi. Juga selain itu, menghindari stres. Namun bila ternyata stomatitis
timbul, maka dapat mencoba denga kumur-kumur air garam dan pergi ke dokter
23
gigi untuk meminta obat yang tepat. Hal tersebut untuk menghindari kita dari
mengkonsumsi obat yang salah.13
Pengobatan sebaiknya diberika berdasarkan faktor penyebabnya. Dengan
tujuan menghindari efek samping dai obat tersebut, apakah obat tersebut bersifat
karsinogenik, atau merangsang kanker13.
Apabila telah diberi obat dan berkumur dengan obat kumur, anak tidak
juga sembuh, maka harus dicari penyebab lain. Mungkin karena jumlah kuman
bertambah, dosis pemakaian obat kurang, atau akibat mengunyah terjadi lagi
trauma baru di lidah. Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak memang randah
atau karena kebersihan mulut dan gigi tidak terjaga.13
Selain cara penanganan stomatitis yang telah dibahas diatas ada beberapa
bentuk penanganan lain yaitu sebagai berikut :13
-
Olesi bagian yang terkena stomatitis dengan madu, namun hati-hati dalam
mengkonsumsi madu, karena jika kelebihan madu dapat menyebabkan
panas dalam.
Timbulnya sariawan bisa jadi karena pertanda akan sakit flu, oleh karena
itu disarankan mengkonsumsi vitamin C 1000mg agar tidak terkena sakit
flu.
Minum the bunga teratai/chyrantenum, teh ini juga sangat efektif untuk
mengobati panas dalam.
24
Minumlah air kacang hijau setiap pagi. Kacang hijaunya tidak direbus tapi
hanya diseduh dengan air panas sampai airnya warna hijau baru diminum
ditambah denga gula sedikit agar rasanya lebih enak.
visusnya dengan cara mengenal jari (finger counting) dan tangan (hand
movement) dari pemeriksa, maka diminta mengenal pacuan sinar yang biasanya
digunakan lampus senter.14,16
Departemen Kesehatan telah menetapkan batasan dari kebutaan, ialah
golongan social blind bila visusnya finger counting jarak satu meter (visus =
1/60) dan medical ophthahmological blind bila tidak ada persepsi sinar. (visus =
nol)16
Tunanetra itu sendiri adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam
penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan.16
25
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
27
III.8 Data
1. Jenis data : Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil yang diamati
langsung di lapangan.
2. Pengumpulan data : Pengumpulan data diperoleh dari hasil tanya jawab
antara pasien dengan operator berupa anamnesis yang dilakukan pada
pemeriksaan klinik.
3. Penyajian data : Tabel
Bahan :
28
29
POPULASI
Sampel
yang
Diteliti
Anamnesis
dan
Pemeriksa
an Klinis
Sampel
yang Buta
Sejak Lahir
Sampel
yang Usia
Buta
<1tahun
Sampel
yang Usia
Buta
>1tahun
Keterpapar
an dan
Riwayat
Stomatitis
Keterpapar
an dan
Riwayat
Stomatitis
Keterpapar
an dan
Riwayat
Stomatitis
Analisa
Skripsi
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Usia Kebutaan
Jumlah
N
Sejak Lahir
34
55,74
13,11
19
31,15
61
100,0
Total
Sumber : Data Primer
31
Sejak
Keterpaparan
Terpapar
Tidak Terpapar
Lahir
0<n<1
n>1
Jumlah
17,7
12,5
10,5
14,75
28 82,3
87,5 17 89,5
52
85,25
61
100
Total
Sumber : Data Primer
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa responden tunanetra yang buta sejak
lahir terpapar stomatitis sebanyak 6 orang, usia buta kurang satu tahun terpapar
sebanyak 1 orang, dan usia buta lebih dari satu tahun sebanyak 2 orang. Secara
keseluruhan, jumlah responden tunanetra yang terpapar stomatitis sebanyak 9
orang.
Keadaan Stomatitis
1
2
Jumlah
N
Tunggal
33,33
Multiple
66,67
100,0
Total
Sumber : Data Primer
32
Sejak
Derajat OHIs
Lahir
N
0<n<1
Jumlah
n>1
Baik (0 - 1)
12 35,3
25
47,4
23
37,70
Sedang (1,1 - 3)
20 58,8
75 10 52,6
36
59,02
Buruk (3,1 - 6)
3,28
61
100
5,9
Total
Sumber : Data Primer
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa responden tunanetra yang buta sejak
lahir memiliki oral higiene baik sebanyak 12 orang, usia buta kurang satu tahun
sebanyak 2 orang, dan usia buta lebih dari satu tahun sebanyak 9 orang.
Responden
sebanyak 20 orang, usia buta kurang satu tahun sebanyak 6 orang, dan usia buta
lebih dari satu tahun sebanyak 10 orang. Responden tunanetra yang buta sejak
lahir memiliki oral higiene buruk sebanyak 2 orang, usia buta kurang satu tahun
tidak ada, dan usia buta lebih dari satu tahun tidak ada. Secara keseluruhan,
jumlah responden tunanetra yang memiliki oral higiene baik sebanyak 23 orang,
sedang sebanyak 36 orang, buruk sebanyak 2 orang.
Frekuensi Terjadinya
Sejak
Stomatitis
Lahir
0<n<1
Jumlah
n>1
5,9
50
9,84
33
Sebulan sekali
5,9
25
10,5
9,84
Setahun sekali
20,6
25
21,1
13
21,31
23 67,6
13 68,4
36
59,01
61
100
Total
Sumber : Data Primer
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa responden tunanetra yang buta sejak
lahir mengalami stomatitis lebih dari sekali dalam sebulan sebanyak 2 orang, usia
buta kurang satu tahun sebanyak 4 orang, dan usia buta lebih dari satu tahun tidak
ada. Responden tunanetra yang buta sejak lahir mengalami stomatitis sebulan
sekali sebanyak 2 orang, usia buta kurang satu tahun sebanyak 2 orang, dan usia
buta lebih dari satu tahun sebanyak 2 orang. Responden tunanetra yang buta sejak
lahir mengalami stomatitis setahun sekali sebanyak 7 orang, usia buta kurang satu
tahun 2 orang, dan usia buta lebih dari satu tahun sebanya 4 orang. Responden
tunanetra yang buta sejak lahir mengalami stomatitis saat tertentu
saja
( disebabkan oleh faktor eksternal) sebanyak 23 orang, usia buta kurang satu
tahun tidak ada, dan usia buta lebih dari satu tahun sebanya 13 orang. Secara
keseluruhan, jumlah responden tunanetra yang mengalami stomatitis lebih dari
sekali dalam sebulan sebanyak 6 orang, sebulan sekali sebanyak 6 orang, setahun
sekali sebanyak 13 orang, dan saat tertentu saja sebanyak 36 orang
.
Tabel 6. Penyebab Terjadinya Stomatitis
Usia Kebutaan (tahun)
No
Penyebab Terjadinya
Sejak
Stomatitis
Lahir
0<n<1
Jumlah
n>1
Defisiensi Nutrisi
Kebiasaan Buruk
Trauma
50
36,8
27
44,26
16 47,1
34
Alergi
11,8
10,6
9,84
Stress
5,9
25
15,8
11,48
Tidak Tahu
12 35,2
25
36,8
21
34,42
61
100
Total
Sumber : Data Primer
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa responden tunanetra yang buta sejak
lahir mengalami stomatitis karena trauma sebanyak 16 orang, usia buta kurang
satu tahun sebanyak 4 orang, dan usia buta lebih dari satu tahun sebanyak 7
orang. Responden tunanetra yang buta sejak lahir mengalami stomatitis karena
alergi sebanyak 4 orang, usia buta kurang satu tahun tidak ada, dan usia buta
lebih dari satu tahun sebanyak 2 orang. Responden tunanetra yang buta sejak
lahir mengalami stomatitis karena stres sebanyak 2 orang, usia buta kurang satu
tahun 2 orang, dan usia buta lebih dari satu tahun sebanya 3 orang. Responden
tunanetra yang buta sejak lahir dan tidak mengetahui penyebab biasanya mereka
mengalami stomatitis sebanyak 12 orang, usia buta kurang satu tahun 2 orang,
dan usia buta lebih dari satu tahun sebanya 7 orang. Secara keseluruhan, jumlah
responden tunanetra yang mengalami stomatitis karena trauma sebanyak 27
orang, karena alergi sebanyak 6 orang, karena stres sebanyak 7 orang, dan yang
tidak mengetahui penyebabnya sebanyak 21 orang
Tabel 7. Kesembuhan Stomatitis
Jumlah
No
Kesembuhan Stomatitis
N
Diobati
36
59,02
Tidak diobati
25
40,98
61
100
Jumlah
Sumber : Data Primer
1 kali
11,47
2 kali
43
70.49
3 Kali
11
18,03
Jumlah
61
100
Tingkat Pendidikan
N
SD
29
47,54
SMP
20
32,79
SMA
14,75
Tidak Sekolah
4,92
Jumlah
61
100
36
orang, tingkat SMA sebanyak 9 orang, dan yang tidak bersekolah sama sekali
sebanyak 3 orang.
BAB V
PEMBAHASAN
37
38
dilihat bahwa sikap tunanetra pada stomatitis ini tidak terlalu memperhatikan
bagaimana kejadian dari stomatitis ini, dan diyakini mereka tidak melakukan
perhatian khusus untuk mencegah terjadinya stomatitis. Tapi mereka justru
bereaksi ketika mengalami stomatitis dengan melakukan perawatan dan
pengobatan. Dalam kesimpulannya bahwa sikap preventif dari penderita
tunanetra tidak terlalu besar dibandingkan dengan sikap kuratif yang mereka
miliki dalam hal stomatitis.
Dilihat dari frekuensi responden melakukan sikat gigi, ternyata mayoritas
sudah cukup baik. Dimana mereka yang sikat gigi 3 kali dalam sehari. Dan hanya
sedikit kurang dari 2 kali dalam sehari. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian
mereka dalam menjaga kebersihan mulut cukup baik. Tentunya ini berbanding
lurus dengan data sebelumnya tentang kondisi oral hygiene responden yang juga
cukup baik.
Dari segi pendidikan, ternyata mayoritas responden telah mengenyam
pendidikan di panti masing-masing. Sehingga seharusnya sudah lebih memahami
39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
V.I Kesimpulan
1.
Jumlah penderita tunanetra yang buta sejak lahir ternyata begitu dominan
dibandingkan dengan yang baru mengalami kebutaan. Hal ini menunjukkan
bahwa kasus kebutaan sejak lahir memang lebih sering terjadi dibandingkan
2.
3.
4.
5.
40
VI.2 Saran
1. Pelayanan kesehatan gigi pada tunanetra hendaknya lebih intens
dilakukan pada setiap panti,karen kemungkinan penyakit mulut yang bisa
terjadi di kelompok masyarakat ini. Terutama kegiatan pengabdian yang
sangat membantu mereka yang kebanyakan mengalami kesulitan dalam
hal finansial.
2. Sebaiknya penelitian bisa dilakukan di daerah lain juga, agar data yang
terkumpul bisa memberikan gambaran yang lebih umum lagi.
3. Sebaiknya dalam aktivitas penelitian, bisa disertai dengan penyuluhan dan
pembagian paket alat kebersihan mulut, agar bisa memotivasi semangat
menjaga kebersihan gigi dan mulut para penderita tunanetra tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim.
2010.
Sariawan
dan
Stomatitis.
Diakses
dari
2010.
Jenis-jenis
Stomatitis.
Diakses
dari
http://www.wawasandigital.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=17224&Itemid=32 pada tanggal 10 Juli
2011.
5. Policetyawati,Tridara.
Mengenal
Lebih
dekat
Sariawan.
http://www.republika.co.id/cetak_berita.asp?
id=236166&kat_id=105&edisi=Cetak pada tanggal 10 Juli 2011.
41
Diakses
dari
6. Uttiek.
2010.
Sariawan.
Diakses
dari
http://mail-archive.com/milis-
2010.
Penyebab
Terjadinya
Stomatitis.
Diakses
dari
42
19. Somantri, T. Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Penerbit P.T
Refika Aditama
20. Sunanto, J. 2005.
Jakarta : Depdiknas-Dikti
21. Jayakusuma,Ardian. 2008. Tingkat Kejadian Stomatitis pada Anak Usia Sekolah
Dasar dan Penyebabnya Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas
Hasanuddin.
43