Anda di halaman 1dari 20

MPKT B

Perilaku Masyarakat Terhadap Kondisi Alam

Home Group : 6
Kelas : MPKT-B 16

Disusun oleh :
Havel Trahasdani - 1406551840
Yuda Chandra - 1406571451
Richiditya Hindami - 1406551853
Satrio A. Arifianto - 1406551802
Safira Salsabila - 1406552793
Mifta Adiwira - 14065567403

Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Jakarta 2014

I. Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan segala rahmat dan inayahnya kami
diberikan kemudahan untuk membuat makalah ini. Salawat serta salam kita
panjatkan untuk Nabi Muhammad SAW selaku Rasullah yang kita cintai.Makalah
yang berjudul Perilaku Masyarakat Terhadap Kondisi Alam ini disusun sebagai
tugas dari MPKT-B. Selain itu makalah ini dibuat agar kita sebagai mahasiswa
dapat merawat dan mengelola bumi dengan baik. Sehingga kita dapat meminimalisir
bencana alam yang terjadi di bumi kita. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Windri Handayani S. Si., M. Si. selaku dosen yang
memfasilitasi dan membantu kami dalam membuat makalah ini. Tanpa beliau kecil
kemungkinan kami untuk dapat mengerjakan tugas ini karena tidak ada yang
membimbing.Harapan kami makalah ini dapat membantu teman-teman semua yang
memerlukan pedoman dalam mengelola bumi. Selain itu dengan adanya makalah
ini, kami harap kami dapat berkonrtibusi secara tidak langsung bagi bumi yang kita
tinggali saat ini agar bumi menjadi semakin nyaman bagi para penghuninya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga kami selaku mahasiswa dari Ibu Wndri mengharapkan kritik dan saran
yang gunanya menjadi bekal agar kami bisa lebih baik di masa mendatang.

Jakarta, 18 Oktober 2014


Tim Penyusun

II. Daftar Isi


Cover.......................................................................................1
I. Kata Pengantar....................................................................2
II. Daftar Isi............................................................................3
Bab I Pendahuluan..................................................................4
1.1. Latar Belakang ..........................................................4
1.2. Rumusan Masalah......................................................6
1.3. Tujuan Pembahasan...................................................6
Bab II Isi dan Pembahasan.....................................................7
2.1. Kondisi Alam Di Indonesia .........................................7
2.2. Perilaku Masyarakat.....................................................10
2.3. Kerusakan Alam...........................................................12
2.4. Cara Penganganan........................................................16
Bab III Penutup........................................................................18
3.1 Kesimpulan......................................................................18
Daftar Pustaka..........................................................................20

III. Bab I Pendahuluan


1.1. Latar Belakang
Tanpa kita sadari atau tidak bumi sudah memprihatinkan keadaannya.
Banyaknya sampah dan kurangnya air bersih pada beberapa tempat
menyebabkan kesengsaraan bagi para penghuninya. Contohnya angka harapan
hidup yang rendah, kelaparan, dan berbagai persoalan yang saat ini sedang
menjangkiti bumi.
Semakin lama kualitas hidup manusia juga semakin rendah. Karena apa
yang kita makan berasal dari bumi. Jika buminya sudah tidak sehat, maka kita
pun sebagai pengguna berbagai fasilitas dibumi akan ikut menjadi tidak sehat.
Lalu dilihat dari banyaknya bencana yang terjadi menimpa alam di
bumi. Bentuk bumi semakin hancur karena bencana. Selain itu jika terdapat
bencana maka penyakit akan bertebaran dimana-mana. Dan yang menjadi
korban adalah manusia lagi sebagai penghuninya. Padahal manusia juga ikut
andil dalam bencana yang terjadi di bumi.
Seperti yang kita tahu bencana ini ada yang disebabkan oleh alam itu
sendiri dan ada pula yang disebabkan oleh manusia. Contoh bencana yang
disebabkan alam yaitu gunung meletus dan tsunami. Sedangkan untuk bencana
alam yang disebakan manusia contohnya banjir dan tanah longsor. Bencana
yang disebabkan manusia merupakan akibat dari kelalaian manusia sebagai
pengelola bumi.
Banjir disebabkan oleh manusia yang sering membuang sampah
sembarangan. Sehingga sampah pun menumpuk dan tidak memberikan jalan
bagi air hujan untuk terserap ke bumi. Tanah longsor pun kasusnya sama.
Karena manusia terus memotong pohon yang ada di lereng gunung sehingga
tidak ada yang menahan tanah dan tanah pun longsor.
Dilihat dari kasus diatas manusia terlalu memikirkan dirinya sendiri
dan tidak mengindahkan tanda-tanda yang sudah bumi tunjukan sebelum
bencana datang. Padahal seharusnya sebagai makhluk hdup yang sudah
dipercayakan Tuhan untuk memaksimalkan potensi bumi, kita juga harus

menjaga bumi dengan sebaik-baiknya.


Dalam mengelola bumi, sebelumnya kita harus bisa untuk mengelola
diri sendiri sehingga menjadi manusia yang sehat. Karena apabila kita
menjalani pola hidup yang tidak sehat, limbah dari zat-zat yang kita gunakan
atau yang terdapat di tubuh kita akan kembali ke bumi lagi. Jadi bukan hanya
merusak diri sendiri, tapi juga merusak bumi apabila kita tetap melaksanakan
pola hidup yang tidak sehat. Setelah itu baru bisa dikembangkan
pengelolaannya ke lingkungan yang lebih besar lagi seperti rumah dan
lingkungan di sekitar manusia.
Dengan pengelolaan yang baik, bumi akan menjadi tempat yang
nyaman untuk manusia yang ada didalamnya. Karena bencana bisa kita
minimalisir dan bumi pun bisa menjadi lebih ramah terhadap manusianya.

1.2. Rumusan Masalah


1.

Kondisi Alam apakah yang sesuai untuk lingkungan kita?

2.

Apa dampak perilaku masyakat terhadap kondisi alam?

3.

Bagaimana cara masyarakat untuk membenahi alam kita ini?

1.3. Tujuan
Tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah

Melihat kondisi alam kita sekarang.

Mengistropeksi diri

Melakukan perubahan untuk lingkungan alam sekitar kita.

Mengidentifikasi perilaku masyrakat kita sehari-hari

Melihat apakah perilaku kita sudah mencerminkan hal yang baik

Membenarkan jika perilaku kita salah

Membuat perilaku yang peduli terhadap lingkungan sekitar

Mengajak masyarakt untuk peduli terhadap lingkungan

Menmberitahukan masyarakat bagaimana perilaku yang baik untuk alam


sekitar

Menerapkan perilaku yang pedduli terhadap alam bersama-sama dengan


masyrakat sekitar

IV. Bab II Isi dan Pembahasan


2.1. Kondisi Alam Di Indonesia
Indonesia adalah negara yang terdiri dari beribu-ribu kepulauan yang
membentang di garis khatulistiwa hingga memiliki tiga zona waktu yang berbeda.
Kondisi geografis ini telah memberikan berjuta manfaat mulai dari flora, fauna,
hasil laut, pertanian, perminyakan, pertambangan dan sebagainya. Semua itu
harus kita jaga dan memperdayagunakan dengan baik dan benar sesuai dengan
bunyi Pasal 33 UUD 1945 yang mengatur tentang Pengertian Perekonomian,
Pemanfaatan SDA, dan Prinsip Perekonomian Nasional.
Kondisi alam di Indonesia yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) ini ternyata
tidak dikelola dengan baik dan benar oleh kita. Sebagai contoh pengelolaan SDA
yang kurang baik dan benar ialah kontrak izin pertambangan oleh PT. Freeport
Sulphure (sekarang PT. Freeport Indonesia) di Pulau Papua. Kegiatan
pertambangan ini dilakukan oleh pihak asing yang menunjukan bahwa kita tidak
dapat mengelola SDA secara baik dan benar.
Freeport berkembang menjadi perusahaan dengan penghasilan 2,3 miliar
dolar AS. Menurut Freeport, keberadaannya memberikan manfaat langsung dan
tidak langsung kepada Indonesia sebesar 33 miliar dolar dari tahun 19922004.
Angka ini hampir sama dengan 2 persen PDB Indonesia. Dengan harga emas
mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir, yaitu 540 dolar per ons, Freeport
diperkirakan akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar dolar.
Mining International, sebuah majalah perdagangan, menyebut tambang emas
Freeport sebagai yang terbesar di dunia. Freeport Indonesia sering dikabarkan
telah melakukan penganiayaan terhadap para penduduk setempat. Selain itu, pada
tahun 2003 Freeport Indonesia mengaku bahwa mereka telah membayar TNI
untuk mengusir para penduduk setempat dari wilayah mereka. Menurut
laporan New York Times pada Desember 2005, jumlah yang telah dibayarkan
antara tahun 1998 dan 2004 mencapai hampir 20 juta dolar AS.

Konflik Sektor Pertambangan dengan Sektor Lainnya Dalam hal ini misalnya
konflik dalam penataan dan pemanfaatan ruang, pelestarian lingkungan, serta
konflik pertambangan dengan sektor kehutanan dalam penggunaan lahan hutan
lindung untuk kegiatan pertambangan. Penyebab konflik sektor pertambangan
dengan sektor lain, antara karena:
1. Sulitnya Mengakomodasi Kegiatan Pertambangan kedalam Penataan
Ruang Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya terminologi land use dan land cover
dalam penataan ruang. Land use (penggunaan lahan) merupakan alokasi lahan
berdasarkan fungsinya, seperti permukiman, pertanian, perkebunan, perdagangan,
dan sebagainya. Sementara land cover merupakan alokasi lahan berdasarkan
tutupan lahannya, seperti sawah, semak, lahan terbangun, lahan terbuka, dan
sebagainya. Pertambangan tidak termasuk ke dalam keduanya, karena kegiatan
sektor pertambangan baru dapat berlangsung jika ditemukan kandungan potensi
mineral di bawah PETI di sepanjang Sungai Kahayan, KOMPAS, 21 Juli 2001
permukaan tanah pada kedalaman tertentu. Meskipun diketahui memiliki
kandungan potensi mineral, belum tentu dapat dieksploitasi seluruhnya, karena
terkait dengan besaran dan nilai ekonomis kandungan mineral tersebut. Proses
penetapan kawasan pertambangan yang membutuhkan lahan di atas permukaan
tanah membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan proses penataan
ruang itu sendiri.
2. Sering Dituduh sebagai Biang Keladi Kerusakan Lingkungan Kerusakan
akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan pertambangan maupun pasca
pertambangan. Dampak lingkungan sangat terkait dengan teknologi dan teknik
pertambangan yang digunakan. Sementara teknologi dan teknik pertambangan
tergantung pada jenis mineral yang ditambang dan kedalaman bahan tambang,
misalnya penambangan batubara dilakukan dengan sistem tambang terbuka,
sistem dumping (suatu cara penambangan batubara dengan mengupas permukaan
tanah). Beberapa permasalahan lingkungan yang terjadi akibat kegiatan
pertambangan, antara lain masalah tailing, hilangnya biodiversity
akibat.pembukaan lahan bagi kegiatan pertambangan, adanya air asam tambang.

3. Tumpang Tindih Pemanfaatan Ruang dengan Lahan Kehutanan Hutan


merupakan ekosistem alami tempat senyawa-senyawa organik mengalami
pembusukan dan penimbunan secara alami. Setelah cukup lama, materi-materi
organik tersebut membusuk, akhirnya tertimbun karena terdesak lapisan materi
organik baru. Itu sebabnya hutan merupakan tempat yang sangat mungkin
mengandung banyak bahan mineral organik, yang potensial untuk dijadikan
sebagai bahan tambang. Saat ini pertambangan sering dilakukan di daerah
terpencil, bahkan di kawasan hutan lindung. Menurut TEMPO Interaktif (4 Maret
2003), terdapat 22 perusahaan tambang beroperasi di kawasan hutan lindung dan
sempat ditutup. Total investasi 22 perusahaan tersebut mencapai US$ 12,2 miliar
(Rp 160 triliun). Kegiatan pertambangan dinilai akan merusak ekosistem hutan
lindung, yang berfungsi sebagai kawasan konservasi alam.

Sumber: www.ptfi.co.id
Bila kita lihat pada tabel diatas, pajak yang dikenakan adalah 20%, namun
itu tidak sebanding dengan pendapat yang mereka dapat setelah mengolah bijih
emas dan tembaga.Pada kondisi ini seharusnya kita dapat memikirkan langkah
yang jauh kedepan untuk mengelola semua SDA yang kita miliki. Semua yang
ada di Indonesia ini adalah milik rakyat dan untuk kesejahteraan rakyat bukan

semata-mata untuk keuntungan pihak asing. Dengan pandai mengelola,


pendapatan kita akan jauh lebih baik daripada menjual bahan mentah terlebih
melakukan kontrak izin pertambangan di wilayah Indonesia.
Pembahasan ini dilakukan dengan pendekatan LSPB 5 tentang Kita Sebagai
Manajer Pembangunan yang membahas infrastruktur berkelanjutan. Lalu LSPB 6
tentang Kita Sebagai Manajer Penanggulangan Bencana karena pertambangan
jika tidak sesuai dengan prosedur akan berakibat pada rusaknya alam yang
menyebabkan terjadinya bencana.
Daftar Pustaka: Pertambangan, Direktorat Sumber Daya Mineral Dan.
"Mengatasi tumpang tindih antara lahan pertambangan dan kehutanan." (2008).
2.2. Perilaku Masyarakat Indonesia
Dibalik SDA kita yang berlimpah, SDM kita ternyata tertinggal jauh dengan
negara-negara tetangga. Pendidikan karakter dan lingkungan sekitar adalah salah
satu indeks yang menunjukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki
oleh suatu negara. SDM di Indonesia sungguh memprihatinkan. Sebagi contoh yang
ada di kehidupan sehari-hari; kurangnya kesadaran akan pentingnya hidup sehat,
toleransi umat beragama yang kian menipis, tenggang rasa yang kian menghilang,
dan sebagainya.
Wacana dibawah ini ialah contoh prilaku masyarakat Indonesia yang gemar
akan membuang sampah sembarangan dan upaya pemerintah dalam menanganinya.
Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil (RK), sempat berkicau lewat akun twitternya
terkait rencana denda bagi yang membuang sampah di Kota Bandung.
"Yang buang sampah sembarangan di Bandung siap-siap kena denda ya bulan
depan," kata RK melalui akun @ridwankamil. Saat dikonfirmasi, RK mengatakan
pemberlakuan denda itu masih dikaji oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD). "Iya itu lagi dikaji dulu sama BPLHD, saya targetkan paling telat
akhir November," jelas RK, Selasa (14/10/2014).
Kebijakan ini dilakukan karena mengamati perilaku warga Kota Bandung. Syok

10

terapi pun perlu diberikan agar orang tak lagi membuang sampah sembarangan, tapi
kajian terkait hal itu masih membutuhkan waktu. "Masih butuh waktu, kalau
kajiannya beres saya kasih tahu wartawan,"ungkapnya.
Soal denda buang sampah sembarangan itu sebenarnya sudah tertuang dalam Perda
Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan, dan
Keindahan (K3). Tapi hal itu seolah jadi aturan mandul selama ini.
Sumber: http://news.okezone.com/read/2014/10/14/340/1052137/buang-sampahsembarangan-di-bandung-siap-siap-didenda

Sumber: http://sipd.bangda.kemendagri.go.id/
Data diatas adalah grafik batang tentang Angka Harapan Hidup pada tahun
2007. Dari data tersebut, dapat kita simpulkan bahwa AHH di berbagai provinsi
belum merata. Selain kesadaran masyarakat yang rendah, AHH ini juga dipengaruhi
oleh infrastruktur, sanitasi, tata kota, dan faktor lainnya. Hal ini perlu diperhatikan
dan dicari jalan keluar untuk mengatasi ketidakmerataan statistik tentang AHH ini.
Pada pembahasan Prilaku Masyarakat Indonesia ini, sangat terkait dengan LSPB
2 tentang Kita Sebagai Manajer Kesehatan Lingkungan karena membahas tentang

11

prilaku masyarakat hingga grafik angka harapan hidup.


2.3. Kerusakan Alam
Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi atau penurunan mutu
lingkungan dengan hilangnya sumber daya air, tanah, dan udara; kerusakan
ekosistem dan punahnya fauna liar. Hal ini merupakan proses di mana
lingkungan kita yaitu, udara, air, dan tanah semakin terkontaminasi.
Mari kita mengingat aktivitas harian kita. Kita sering memanfaatkan
sumber daya seperti air, tanah, pohon, batu bara, bensin tanpa mempedulikan
kelangsungannya di masa yang akan datang. Kita dengan arogan mengganggu
kelestarian ekosistem dan kadang dengan sengaja membunuh fauna-fauna liar.
Pada kenyataannya, ada banyak bentuk kerusakan lingkungan. Setiap habitat
yang hancur, keanekaragaman hayati yang hilang, dan sumber daya alam yang
habis, lingkungan mengalami kerusakan,
Untuk menangani permasalahan kerusakan lingkungan, kita harus
memahami penyebabnya. Kerusakan lingkungan disebabkan berbagai faktor.
Berikut ini adalah faktor penting dari penyebab kerusakan lingkungan :
a. Faktor Sosial
Pertumbuhan populasi: Populasi adalah sumber daya terbesar dari setiap
negara dan faktor penyumbang utama untuk pembangunan, namun populasi
adalah penyebab utama kerusakan lingkungan. Seperti yang kita temukan,
laju pertumbuhan penduduk telah menyebabkan pemanfaatan yang berlebihan
dari sumber daya alam. Populasi besar juga menyebabkan produksi limbah
besar. Hasil yang dihasilkan adalah hilangnya keanekaragaman hayati, polusi
udara, air dan tanah dan meningkatkan tekanan pada tanah yang subur. semua
ini telah menempatkan tekanan besar pada lingkungan. Jika Anda mengambil
kasus India, mendukung 17 persen dari populasi dunia hanya pada 2,4 persen
dari luas lahan dunia.

12

Sumber:
www.ptfi.co.id
http://censusindia.gov.in/Data_Products/Library/Provisional_
Population_Total_link/PDF_Links/Chart-figures/fig3.gif
Kemiskinan: Kemiskinan dapat dikatakan sebab dan akibat dari kerusakan
lingkungan. Anda mungkin telah melihat bahwa orang-orang miskin
menggunakan sumber daya alam lebih dari orang kaya. Mereka menggunakan
ini untuk membangun gubuk mereka, untuk memasak, untuk makanan
mereka dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Dengan cara ini mereka
menguras sumber daya ini lebih cepat karena mereka tidak memiliki

13

kesempatan untuk mendapatkan akses ke jenis sumber daya yang


dimanfaatkan oleh orang kaya. Seperti yang kita tahu, semakin banyak
sumber daya yang digunakan, semakin menjadi rusak lingkungan. Dan
semakin lingkungan memburuk, akan semakin miskin orang-orang miskin.
Perubahan Pola atau Gaya Hidup: Telah ada perubahan yang luar biasa
dalam gaya hidup orang. Perubahan ini terlihat tidak hanya di kalangan
orang-orang yang tinggal di kota-kota, tetapi juga di antara mereka yang
tinggal di desa-desa. Perubahan gaya hidup masyarakat sangat meningkatkan
tingkat konsumsi mereka. Hal ini juga mengakibatkan peningkatan aktivitas
manusia yang kemudia menyebabkan kerusakan serius pada lingkungan
dalam berbaga cara. Hal ini telah memberikan pengaruh terhadap udara, air,
suara, kendaraan dan polusi industri. Dampak dari cepat meningkatnya
penggunaan dari teknologi modern seperti kulkas dan AC adalah pelepasan
gas berbahaya di atmosfer. Ini telah menyebabkan pemanasan global yang
sangat berbahaya. Bahkan, karena terlalu sering menggunakan teknologi
modern, gas berbahaya seperti karbon monoksida dan karbon dioksida yang
dilepaskan yang menyebabkan pemanasan global.
b. Faktor Ekonomi
Pembangunan Pertanian: Pembangunan pertanian sangat penting
untuk sebuah negara seperti kita. Tapi hal ini telah mempengaruhi lingkungan
secara negatif. Berbagai macam kegiatan pertanian terutama yang diarahkan
untuk meningkatkan produksi pertanian memiliki dampak langsung terhadap
lingkungan. Kegiatan ini telah memberikan pengaruh terhadap erosi tanah,
salinasi tanah, alkalisasi dan hilangnya nutrisi. Seperti yang telah kita alami
di India, revolusi hijau telah menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap
sumberdaya lahan dan air. Penggunaan ektensif dari pupuk dan pestisida telah
menjadi sumber utama pencemaran badan air dan degradasi lahan.
Industrialisasi: Perkembangan industri yang cepat telah menjadi kontributor
utama terhadap kerusakan lingkungan. Berdasarkan informasi yang
dikumpulkan melalui berbagai sumber, kita menemukan bahwa sebagian

14

besar industri mengadopsi teknologi yang tidak ramah lingkungan. Teknologi


ini menyebabkan penggunaan intensif dari sumber daya dan energi.
Berkembang pesatnya industrialisasi mengakibatkan menipisnya sumber daya
alam seperti bahan bakar fosil, mineral dan kayu, dan kontaminasi air, udara
dan tanah. semua ini menyebabkan kerusakan besar terhadap ekosistem dan
menyebabkan bahaya kesehatan.

Sumber :
http://www.aeronautics.nasa.gov/events/tgir/2001/ppt/hammond/img012.gif
Pembangunan Ekonomi: Ini adalah fakta bahwa pola pembangunan ekonomi
juga telah menciptakan masalah lingkungan. Laju pembangunan ekonomi telah
menempatkan tekanan besar pada sumber daya. Ekonomi saat ini telah menjadi
konsumsi intensif yang menuntut lebih banyak penggunaan sumber daya dan
mempromosikan gaya hidup yang mengarah pada pemborosan. Penggunaan yang
tidak rasional terhadap sumber daya dan limbah mengakibatkan menipisnya
lingkungan.

15

2.4. Cara Penagangan


Untuk mengatasi kerusakan lingkungan, diperlukan sebuah strategi yang
tepat. Stategi ini mengadopsi dari strategi penanganan bencana yang disebut
manajemen bencana. Proses ini melibatkan empat tahap yaitu, mitigasi,
kesiapsiagaan, respon, dan pemulihan.
Mitigasi
Mitigasi mungkin muncul untuk Anda sebagai istilah teknis. Ini berarti
upaya yang dilakukan untuk mencegah bahaya berkembang menjadi bencana,
atau untuk mengurangi efek dari bencana untuk minimum, ketika mereka terjadi.
Tahap mitigasi berbeda dari tahapan lain karena berfokus pada langkah-langkah
jangka panjang untuk mengurangi atau menghilangkan risiko. Bahkan sebelum
fase mitigasi, mungkin ada fase identifikasi risiko. Lebih baik untuk
mengidentifikasi risiko sebelum Anda merencanakan dan melakukan upaya untuk
mengurangi dampak bencana. Sebagai contoh, selama musim hujan, mungkin ada
kemungkinan banjir di sungai. Jika kerusakan yang mungkin disebabkan oleh
banjir diidentifikasi, satu dapat merencanakan dan mengambil langkah-langkah
untuk mengurangi kerusakan.
Kesiapsiagaan
Pada tahap kesiapsiagaan, manajer bencana mengembangkan rencana aksi
ketika bencana melanda. Ini termasuk (a) rencana komunikasi dengan terminologi
dan metode yang mudah dimengerti; (b) perawatan yang tepat dan pelatihan
pelayanan darurat; (c) pengembangan penampungan darurat dan rencana
evakuasi; (d) bersiap-siap dan memelihara persediaan dan peralatan bencana; dan
(e) mengembangkan organisasi relawan terlatih dari kalangan penduduk sipil.
Respon
Ketika bencana terjadi, tindakan di bawah fase respon diambil. Hal ini
termasuk mobilisasi layanan darurat yang diperlukan dan juga orang-orang yang
segera merespon di daerah bencana. Hal ini mungkin mencakup layanan darurat,
seperti petugas pemadam kebakaran, polisi dan kru ambulans. Sebuah strategi

16

yang direncanakan dengan baik sebagai bagian dari tahap kesiapsiagaan


memungkinkan koordinasi yang efisien dalam penyelamatan.
Pemulihan
Tujuan dari fase pemulihan adalah untuk memulihkan daerah yang terkena
becana ke keadaan sebelumnya. Ini berbeda dari masa tanggap dalam fokusnya.
Upaya pemulihan terutama berkaitan dengan tindakan yang melibatkan
membangun kembali properti yang hancur, kembali kerja, dan perbaikan
infrastruktur penting.

17

V. Bab III Penutup


Kita sebagai mahasiswa sangat berperan penting karena kita sebagai mahasiswa
mengamalkan tri dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan
pengembangan, dan pengabdian masyarakat. Pendidikan, disini kita mempelajari
tentang bagaimana caranya agar kondisi lingkungan sekitar tetap terjaga dengan
baik, apa saja masalah-masalah yang timbul di lingkungan sekitar dan bagaimana
solusinya, apa tujuan kita mempelajari alam sekitar dan sebagainya. Penelitian dan
pengembangan, disini kita meneliti masalah-masalah yang ada di lingkungan lalu
kita mengembangangkan solusi agar tidak terjadi lagi masalah yang ada. Dan
pengabdian masyarakat, disini kita turun ke lapangan dan mewujudkan tujuan apa
yang sudah kita pelajari agar berguna bagi masyarakat sekitar.
Berdasarkan pembahasan diatas, kami mempelajari kondisi alam lalu apa sebab
perilaku masyarakat sehingga terjadi kerusakan lingkungan dan bagaimana cara
penggulangannya. Sebelum masuk ke yang lebih luas, kami menyarakan agar
memulai sesuatu dari yang kecil seperti,
1. Membuang sampah pada tempatnya, jangan dibuang disembarang tempat.
2. Membersihkan rumah dari kotoran dan debu.
3. Bersihkan halaman rumah secara rutin supaya terlihat bersih dan nyaman bila
dipandang.
4. Membersihkan selokan-selokan yang ada sampahnya agar tidak tersumbat air.
5. Sampah yang sudah dibuang kalau sudah banyak sebaiknya dibakar. Jika sampah
organik bisa Anda manfaatkan sebagai pupuk.
6. Menutup tempat penyimpanan air, mengurus bak mandi secara rutin, mengubur
barang-barang bekas.
7. Buanglah sampah pada tempatnya, bersihkan tempat yang kotor, biasakan hidup
bersih
Setelah melakukan kegiatan tersebut, barulah kita bisa memulai solusi yang lebih
kompleks seperti cara menanggulangi kerusakan lingkungan yaitu,
Mitigasi

18

Mitigasi mungkin muncul untuk Anda sebagai istilah teknis. Ini berarti upaya
yang dilakukan untuk mencegah bahaya berkembang menjadi bencana, atau untuk
mengurangi efek dari bencana untuk minimum, ketika mereka terjadi. Tahap
mitigasi berbeda dari tahapan lain karena berfokus pada langkah-langkah jangka
panjang untuk mengurangi atau menghilangkan risiko. Bahkan sebelum fase
mitigasi, mungkin ada fase identifikasi risiko.
Kesiapsiagaan
Pada tahap kesiapsiagaan, manajer bencana mengembangkan rencana aksi
ketika bencana melanda. Ini termasuk (a) rencana komunikasi dengan terminologi
dan metode yang mudah dimengerti; (b) perawatan yang tepat dan pelatihan
pelayanan darurat; (c) pengembangan penampungan darurat dan rencana evakuasi;
(d) bersiap-siap dan memelihara persediaan dan peralatan bencana; dan (e)
mengembangkan organisasi relawan terlatih dari kalangan penduduk sipil.
Respon
Ketika bencana terjadi, tindakan di bawah fase respon diambil. Hal ini termasuk
mobilisasi layanan darurat yang diperlukan dan juga orang-orang yang segera
merespon di daerah bencana. Hal ini mungkin mencakup layanan darurat, seperti
petugas pemadam kebakaran, polisi dan kru ambulans. Sebuah strategi yang
direncanakan dengan baik sebagai bagian dari tahap kesiapsiagaan memungkinkan
koordinasi yang efisien dalam penyelamatan.
Pemulihan
Tujuan dari fase pemulihan adalah untuk memulihkan daerah yang terkena
becana ke keadaan sebelumnya. Ini berbeda dari masa tanggap dalam fokusnya.
Upaya pemulihan terutama berkaitan dengan tindakan yang melibatkan membangun
kembali properti yang hancur, kembali kerja, dan perbaikan infrastruktur penting.
Uraian diatas ini yang sudah kami diskusikan agar tidak terjadi masalah-masalah
yang ada di lingkungan sekitar.
Berdasarkan materi yang sudah kami bahas dipembahasan, kami menyimpulkan
bahwa sebagai mahasiswa yang berpendidikan patut menjaga lingkungan dengan
berbagai solusi yang kami ambil agar tidak timbul masalah dilingkungan sekitar.

19

VI. Daftar Pustaka


1.

http://sipd.bangda.kemendagri.go.id/

2.

http://news.okezone.com/read/2014/10/14/340/1052137/buang-sampahsembarangan-di-bandung-siap-siap-didenda

3.

Pertambangan, Direktorat Sumber Daya Mineral Dan. "Mengatasi tumpang tindih


antara lahan pertambangan dan kehutanan." (2008).

4.

www.ptfi.co.id

5.

http://sipd.bangda.kemendagri.go.id/

6.

http://www.nios.ac.in/media/documents/SecSocSciCour/English/Lesson-26.pdf

7.

http://www.menlh.go.id

8.

http://www.mongabay.go.id

20

Anda mungkin juga menyukai