PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan teknologi di berbagai bidang kehidupan terutama di bidang
kesehatan menuntut Sumber Daya Manusi selalu ditingkatkan, terutama dokter
sebagai salah satu unit fungsional bidang kesehatan diharuskan selalu
meningkatkan ilmu pengetahuannya melalui pendidikan maupun pelatihan kursus.
Akhir-akhir ini penyakit degeneratif kronis sering muncul sebagai penyebab
berbagai kematian. Gagal ginjal merupakan salah satu penyakit yang terjadi akibat
komplikasi kronis seperti dibates mellitus ( DM ), Hipertensi dan banyak lagi
penyakit kronis lain. Gagal ginjal yang terjadi akibat komplikasi tersebut biasanya
bersifat ringan, sedang dan berat, sekarang ini Gagal Ginjal Terminal ( GGT ) atau
End Stage Renal Diseas ( ESRD ) ramai di bicarakan karena bukan hanya
menyangkut soal bagian kesehatan saja tetapi juga melibatkan lintas bidang
kesehatan karena biaya penatalaksanaan yang tidak murah.
Barbagai keadaan dan komplikasi penyakit dapat mempengaruhi AV-Shunt
baik sebelum maupun setelah operasi maka dengan itu perawat hemodialisis
berperan penting mulai dari menyarankan dan memotivasi pasien untuk AV-Shunt,
memberikan informasi yang adequate tentang AV-Shunt, mengatasi dan
mengobservasi berbagi komplikasi Selama pengunaan AV-Shunt dan tentunya
memelihara AV-Shunt selama AV-Shunt digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hemodialisis
Pasien-pasien dengan kasus Penyakit Ginjal Kronik (PGK) memerlukan
terapi pengganti ginjal (Renal Replacement Therapy ) antara lain dengan
hemodialisis, peritoneal dialisis, dan transplantasi ginjal.1,2,3
Hemodialisis adalah salah satu modalitas utama untuk terapi pengganti
ginjal pada pasien dengan PGK. Keberhasilan hemodialisis tergantung dari akses
vaskular yang baik. Hal ini dapat dicapai melalui akses vena perifer besar atau
Tunneled Hemodialysis Catheter (double lumen)/ Kateter Perkutan atau Internal
A-V Shunt. Setiap pilihan tindakan memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga
pasien dapat menentukan pemilihan prosedurnya. Kateter perkutan digunakan
sebagai akses hemodialisis sementara, sedangkan Internal A-V Shunt dan graft
dipakai sebagai akses permanen. Pada saat ini internal AV shunt merupakan
prosedur pilihan bagi pasien yang harus menjalani hemodialisis kronik.
B. Definisi A-V Shunt
Operasi A-V Shunt (Arterio-Venous Shunt) adalah suatu tindakan
pembedahan dengan cara menghubungkan arteri radialis dengan vena cephalica
sehingga terjadi fistula arteriovena sebagai akses dialisis.1,2
C.
Ruang lingkup
Operasi A-V Shunt yang dilakukan merupakan implementasi dari panduan
Dialisis Outcomes Quality Initiative (DOQI) pada manajemen penatalaksanaan
akses vaskular tahun 1997. Melibatkan berbagai disiplin ilmu antara lain ahli
nefrologi, ahli bedah, danahli radiologi intervensi.3
Operasi A-V shunt dilakukan secara side to side anastomosis atau side to
end anastomosis atau end to end anastomosis antara arteri radialis dan vena
cephalica padalengan non dominan terlebih dahulu. Operasi dilakukan pada lokasi
paling distal sehingga memungkinkan dilakukan operasi lebih proksimal jika
gagal. Dapat dilakukan pada ekstremitas bawah jika operasi gagal atau tidak dapat
dilakukan pada ekstremitas atas.3
a End-to-end with bent artery. b End vein-to-side artery. c Side-to-side. d End artery-to-side vein.
Darah Arteri
Perbedaan tekanan
antara
Darah Vena
Diameter lumen pembuluh
akan
dilakukan
anastomosis.
Tidak ada obstruksi
stenosis
Kanulasi
dimana
akan
dilakukan
dilakukan
atau
pada
anastomosis.
D. Indikasi operasi
Pasien dengan End Stage Renal Disease (ESRD) yang memerlukan akses
vaskular untuk dialisis berulang dan jangka panjang.4
E. Kontra indikasi operasi
Lokasi pada vena yang telah dilakukan penusukan untuk akses cairan
intravena, vena seksi atau trauma.
Algoritma
Berdasarkan K/DOQI guidelines tahun 2000, pemilihan AV shunt dilakukan pada:
Teknik Operasi
a. Dilakukan desinfeksi lapangan operasi dengan larutan antiseptik, lalu
dipersempit dengan linen steril.
b. Penderita dilakukan anestesi lokal dengan lignocaine 1% (lidocain) yang
dapat ditambahkan epinefrin untuk mengurangi perdarahan. Dapat pula
dilakukan anestesi blok yang mana memberikan keuntungan dengan ikut
dihambatnya sistem saraf simpatis sehingga menghambat vasospasme.
c. Pada pergelangan tangan dilakukan insisi bentuk S atau longitudinal atau
tranversal, lalu diperdalam dan perdarahan yang terjadi dirawat.
d. Flap kulit sebelah lateral diangkat sehingga vena cephalica terlihat lalu
disisihkan sejauh kurang lebih 3 cm untuk menghindari trauma pada
cabang saraf radialis.
e. Arteri radialis dapat dicapai tepat sebelah lateral dari muskulus flexor
carpi radialis dengan cara membuka fascia dalam lengan bawah secara
tranversal tepat diatas denyut nadi.
f. Kemudian arteri radialis tersebut disisihkan sejauh 2 cm dengan
melakukan ligasi cabang-cabang arteri kecilnya. Anastomosis dapat
dilakukan secara end to end atau end to side atau side to side. Pada tehnik
end to side, dengan benang yang diletakkan tepat dibawah arteri radialis
yang disisihkan kemudian arteri tersebut diklem menggunakan klem
vaskular.
g. Menggunakan mata pisau no 11, dilakukan insisi arteri radialis sejajar
sumbu sesuai dengan diameter vena cephalica yang telah dipotong.
Kemudian dilakukan penjahitan anastomosis menggunakan benang
monofilamen 6-0 atau 7-0.
h. Pedarahan yang masih ada dirawat dan kemudian luka pembedahan
ditutup dengan langsung menjahit kulit.
i. Kemudian dilakukan pembebatan sepanjang lengan bawah.4,5
2) Trombosis
trombosis
meliputi
trombektomi
dan
revisi
secara
terjadi
emboli
septik
maka
fistula
harus
direvisi
atau
G. Mortalitas
Angka kematian setelah tindakan A-V shunt 0%. Kematian umumnya
dikarenakan penyakit penyebabnya yaitu end stage renal disease.10
I. Follow-Up
Hari ke 7, ke 14 tentang adanya aliran ( thrill ). Yang dievaluasi: klinis dan
adanya getaran seirama denyut jantung pada daerah yang dilakukan A-V
shunt.
10