Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

TUBA KATAR DAN BAROTRAUMA

Pembimbing:
dr. Renie NZ, Sp.THT
Disusun oleh:
Umar Syarif
030.06.263

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT THT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
14 MARET - 16 APRIL 2011
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN

Referat dengan Judul


TUBA KATAR DAN BAROTRAUMA
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing,
sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit THT
di RSUD Budhi Asih periode 14 Maret 16 April 2011

Jakarta, Juni 2012

(Dr. Renie NZ, Sp.THT)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala nikmat
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Referat yang berjudul TUBA KATAR DAN
BAROTRAUMA ini. Adapun penulisan referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah
satu tugas kepaniteraan Ilmu Penyakit THT di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih periode
14 Maret 16 April 2011.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Renie NZ, Sp.THT
selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan referat
ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut serta membantu
penyusunan referat ini yang tidak mungkin diselesaikan tepat waktu jika tidak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak.
Demikian kata pengantar ini penulis buat. Untuk segala kekurangan dalam referat ini,
penulis memohon maaf dan juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif bagi
perbaikan referat ini. Terimakasih.

Jakarta, juni 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel Dan Gambar

i
ii
iii
iv

BAB I Pendahuluan

BAB II Tuba Katar dan Barotrauma

BAB III Kesimpulan

26

BAB IV Daftar Pustaka

27

DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GAMBAR


DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Perbedaan tekanan kavum timpani di dalam dan
di luar serta gejala yang terjadi

2. Tabel 2. Tekanan udara berdasarkan ketinggian dari permukaan laut

DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1. Derajat barotrauma telinga tengah dinilai dengan otoskopi

20
21

24

BAB I
Pendahuluan
kata Catarrh berasal dari bahasa yunani katarrhein. katar yang berarti turun
dan rhein berarti mengalir. Dan kalau diartikan dapat berarti lapisan eksudat yang tebal
yang tediri dari mukus dan sel darah putih yang disebabkan oleh pembengkakan dari
membran mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu infeksi. Ini merupakan
gejala peradangan yang biasa ditemukan pada flu dan batuk, tetapi dapat pula ditemukan
pada pasien dengan infeksi dari adenoid, infeksi telinga tengah, sinusitis atau tonsilitis.
Keluhan yang sering tampak pada tuba katar adalah tersumbatnya hidung dan tuba yang
menyebabkan penderitanya dapat mendengar suaranya sendiri Dan ini sangat
mengganggu. Beberapa usaha yang terus dikembangkan oleh pendahulu kita, adalah
bagai mana mengurangi atau menghilangkan sumbatan tuba tersebut 1,2,3
Pada tahun 1704, Valsava menemukan otot yang berfungsi untuk membuka tuba
Eustachius dan menyangka bahwa otot ini aktif sebagai bagian dari proses pendengaran.
Manuver Valsava dinamakan atas namanya setelah ia menemukan cara untuk
mengeluarkan pus dari telinga tengah ke telinga luar dengan cara ditiup oleh penderita itu
sendiri. Pada tahun 1724, Guyot adalah orang pertama yang mencoba untuk membuat
kateterisasi lewat hidung, dan Wathen pada tahun 1756, setelah melanjutkan studinya, ia
menggambarkan secara detail bagaimana prosedur berjalan 1,2,3
Pada tahun 1853, Toynbee menemukan bahwa, saat beristirahat tuba Eustachius
tertutup dan terjadi suatu penyerapan udara yang konstan pada ruang telinga tengah. Tuba
tersebut dapat terbuka hanya pada saat menelan, dan udara diperbolehkan masuk. ia
percaya dengan menggunakan manuver ini, akan membuat tekanan positif pada ruang
telinga tengah 1,2,3
Banyak usaha telah dikembangkan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan
gejala ini. Tetapi pada referat ini akan dibahas apa penyebab terjadinya tuba katar dan
akan membahas lebih dalam juga tentang barotrauma yang merupakan akibat dari
ketidakseimbangan tekanan telinga tengah dan telinga luar akibat perubahan tekanan fisik
1,2,3

BAB II
TUBA KATAR
Sebelum membahas tentang tuba katar lebih lanjut ada baiknya kita mengetahui
struktur dari tuba Eustachius itu sendiri. Tuba Eustachius yaitu sebuah bangunan yang
berbentuk tabung yang berjalan dari telinga tengah ke nasofaring. Tuba Eustachius telah
di kenal sejak jaman yunani kuno oleh Aristoteles, tetapi kemudian di namakai oleh
Bartolomeus Eustachius (1520 1574) sebagai ketua ahli anatomi di Roma dan orang
yang pertama kali mendeskripsikan anatomi tuba Eustachius. Hal ini tidak
dipublikasikan sampai 200 tahun kemudian setelah kematiannya, didapatkan suatu buku
yang berjudul Epistola de Auditus Organis 1,2,3
Fungsi tuba Eustachius adalah untuk proteksi, aerasi dan drainasi telinga tengah.
Bila terjadi oklusi dapat menyebabkan peradangan pada telinga tengah (otitis media).
tuba Eustachius juga disebut tuba otofaringeal karena menghubungkan telinga ke
faring1,2,3

Tuba Eustachius
Anatomi
Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada dua pertiga kearah nasofaring dan
sepertiganya terdiri atas tulang. Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka
apabila oksigen diperlukan masuk kedalam telinga tengah atau pada saat mengunyah,
menelan dan menguap. Otot-otot dari sistem tuba Eustachius membantu membuka dan
menutup tuba agar berfungsi sebagaimana mestinya.1,2,3
Panjang tuba pada orang dewasa sekitar 36 mm dan terbentang pada bagian
depan, bawah dan medial dari dinding anterior kavum timpani terhadap nasofaring. Aksis
tuba membentuk sudut 30 terhadap bidang horizontal dan 45 terhadap bidang sagital
median. Daerah tuba dibagi menjadi 2, yaitu bagian tulang dan kartilago. Bagian tulang
merupakan bagian posterior sepertiga tuba, di lapisi oleh mukosa, panjangnya sekitar 12
mm, berhubungan langsung dengan timpani anterior dan hampir selalu dalam keadaan

terbuka, kemudian kebawah dan menyempit disebut ismus. Bagian tulang hanya
mempunyai peran sedikit atau bahkan tidak ada dalam mekanisme pembukaan tuba.
Fungsi ismus adalah membantu melindungi telinga tengah dari sekret nasofaring.
Schwartzbart (1994) mengatakan bahwa bagian tulang dari tuba disebut sebagai
protimpanum.1,2,3
Bagian kartilago merupakan bagian anterior duapertiga tuba memiliki panjang
sekitar 24 mm yang terdiri dari jaringan fibrokartilago berbentuk triangular dengan
diameter vertical 2 - 3 mm dan diameter horizontal 3 4 mm, pada bagian apeks akan
menyempit yang juga merupakan bagian tersempit dari tulang. Ke bawah secara langsung
menjadi membran mukosa dari bagian lateral nasofaring, umumnya bagian kartilago ini
dalam keadaan tertutup oleh tekanan jaringan tuba Eustachius.1,2,3
Tuba Eustachius dilapisi oleh mukosa yang mengandung sel-sel goblet dan
kelenjar mucus. Lapisan paling luar adalah epitel bersilia yang bergerak kearah
nasofaring. Makin dekat ke telinga tengah terlihat sel-sel goblet dan kelenjar mucus
makin berkurang dan mukosa silia juga menghilang. Jumlah sel goblet pada dasar tuba
lebih banyak dibandingkan dengan pada bagian atap, dengan konsentrasi terbanyak
berada di area tengah tuba bagian kartilago. Bagian superior tuba banyak berperan pada
fungsi ventilasi telinga tengah, sedangkan bagian inferior tuba berperan dalam fungsi
proteksi telinga tengah. Mekanisme pertahanan mukosilier tuba Eustachius menetap
segara setelah lahir.1,2,3
Pada bagian inferolateral tuba terdapat lapisan lemak yang disebut lemak
Ostmann yang ikut membantu proses menutupnya tuba. Selain itu lemak ini membantu
melindungi tuba Eustachius dan telinga tengah terhadap sekret nasofaring.1,2,3
Bagian kartilago dari tuba di tunjang oleh otot-otot yang berfungsi untuk
mengontrol patensi tuba. Otot-otot tersebut adalah tensor veli palatini, levator veli
palatini, salphingopharyngeus dan tensor tympani.1,2,3

Otot tensor veli palatini berasal dari dinding tulang fossa scaphoid dan dari
seluruh panjang ujung tulang rawan yang pendek yang membentuk bagian atas dinding
depan dari tuba kartilago. Otot memanjang kebawah, membentuk tendon pendek yang
membelok ditengah-tengah dan sekeliling pterygoid humulus. Tensor veli palatini
memisahkan tuba Eustachius dari ganglion optic, saraf mandibular dan cabangnya, korda
timpani dan arteri meningea media 1,2,3
Salphingopharingeus adalah otot lembut yang menyentuh pada ujung faring dari
tuba Eustachius dan bercampur dengan otot bawah palatofaringeus. Levator veli palatini
berasal dari 2 bagian, antara lain bagian bawah permukaan kartilago tuba dan bagian
bawah permukaan tulang petrosa. Pada awalnya, levator terletak dibawah tuba kemudian
menyilang ke tengah dan bergabung menjadi palatum mole 1,2,3
Persarafan berasal dari cabang faringeal ganglion sfenopalatina yang merupakan
cabang dari nervus maksilaris ( V2 ) yang mensuplai persarafan ostium. Saraf spinosus
berasal dari saraf mandibular ( V3 ) mensuplai persarafan bagian kartilago, plexus
timpani berasal dari nervus glossopharingeal mensuplai persarafan bagian tulang tuba
eustachius 1,2,3

Fungsi fisiologi dari Tuba Eustachius


Fungsi fisiologi dari tuba Eustachius adalah : 1,2,3

Ventilasi atau pengatur tekanan dari telinga tengah

Perlindungan telinga tengah dari sekresi nasofaring dan tekanan suara

Pembersihan atau penyaluran sekresi telinga tengah ke nasofaring

Ventilasi dan regulasi tekanan


Tuba Eustachius yang normal pada saat istirahat menutup, kira kira ada sedikit
tekanan udara telinga tengah negatif. Pembukaan yang berulang dari tuba Eustachius
secara aktif mengatur tekanan atmosfir agar tetap seimbang 1,2,3

Tuba Eustachius membuka pada saat menelan atau menguap dengan kontraksi otot
tensor veli palatini. Tensor veli palatini yang tidak berfungsi efektif pada palatum durum
menyebabkan disfungsi Eustachius. Cara kerja dari otot levator veli palatini tidak jelas.
Kontribusi pada pembukaan tuba Eustachius masih dipertanyakan 1,2,3
Fungsi ventilasi dari tuba Eustachius anak kurang efisien pada daripada orang
dewasa. Infeksi sistem pernafasan bagian atas yang berulang-ulang dan pembesaran
adenoid pada anak-anak akan menyebabkan terjadinya penyakit telinga tengah pada
anak. Bagaimanapun pada saat anak tumbuh, fungsi tuba Eustachius membaik dan
sebagai bukti berkurangnya frekuensi terjadinya otitis media dari masa kanak-kanak
menuju dewasa 1,2,3
Normalnya, tuba Eustachius membuka berulang-ulang, secara stabil mengatur
tekanan bagian tengah antara +50 mm dan -50 mm H2O. Tekanan di atas dan dibawah
+50 mm dan -50 mm H2O, tidak mengindikasikan akan terjadi penyakit telinga tengah,
Sekitar 1 ml udara dapat diserap dari bagian tengah telinga dalam jangka waktu 24 jam.
Sel-sel sistem mastoid berfungsi sebagai penyimpanan gas bagian tengah telinga 1,2,3

Perlindungan
Tuba Eustachius menyalurkan secara normal sekresi dari telinga tengah dengan
sistem pengangkutan mukosiliari dan dengan berulangnya pembukaan atau penutupan
aktif tuba yang memperbolehkan sekresi mengalir ke nasofaring 1,2,3
Kekacauan pada sistem penutupan bagian tengah telinga, seperti perforasi membran
timpani atau setelah operasi mastoid, terkadang menyebabkan refluks dari sekresi
nasofaring ke dalam tuba menyebabkan otorhea. Demikian juga dengan mengenduskan
hidung yang kuat dapat menciptakan tekanan tinggi pada nasofaring menuju telinga
tengah 1,2,3
Sebaliknya, tekanan negatif bagian tengah telinga seperti saat berada dipesawat
atau saat penyelaman dapat menyebabkan penyumbatan tuba Eustahius. Hal ini dapat

menyebabkan stagnasi dari sekresi dan efusi berkumpul ditelinga tengah menyebabkan
barotrauma 1,2,3
Bagian tengah telinga juga diproteksi oleh pertahanan lokal imunologi dari epitel
respiratori dari tuba Eustachius, begitu juga pertahanan mukosiliari yang melakukan
fungsi pembersihan. Protein surfaktan imunoreaktif yang ada di paru diisolasi dari
bagian tengah telinga dari hewan dan manusia ternyata mempunyai fungsi proteksi yang
sama pada bagian tengah telinga 1,2,3

Drainase
Penyaluran sekresi dan pengeluaran benda asing dari telinga tengah dikerjakan
oleh sistem mukosiliari dari tuba Eustachius. mukosa bagian tengah telinga bekerja sama
dengan otot tuba Eustachius melakukan fungsi pembersihan dan juga membantu
mengatur tekanan permukaan didalam lumen tuba 1,2,3
Model flask yang diperkenalkan oleh Bluestone dan rekannya menjelaskan lebih
baik konfigurasi dari anatomi tuba Eustachius dalam proteksi dan drainase telinga
tengah. Pada model ini, tuba Eustachius dan sistem bagian tengah telinga menyerupai
botol dengan leher yang panjang dan sempit. Mulut dari botol mempresentasikan ujung
nasofaring, bagian sempit leher mempresentasikan isthmus, bagian tengah telinga dan
sistem sel mastoid mempresentasikan badan dari botol tersebut. 1,2,3
Cairan yang mengalir melalui leher botol tersebut tergantung dari tekanan pada
ujung botol, radius dan panjang dari leher botol serta kekentalan dari cairan. Aliran
cairan berhenti pada bagian leher yang sempit kerena diameter leher botol yang sempit,
juga karena tekanan udara positif pada ruang dari botol. Tetapi hal ini tidak menjadi
pertimbangan tugas dari otot tensor veli palatine pada pembukaan nasofaringeal
orifisium tuba Eustachius. 1,2,3

Tuba Eustachius dapat tersumbat karena beberapa alasan, penyebab yang paling
umum adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas. Infeksi sinus atau alergi dapat juga
menyebabkan pembengkakan tuba Eustachius, Sebagai akibatnya hidung yang
tersumbat dapat menyebabkan tuba Eustachius juga tersumbat. Pada Anak sangat rawan
terjadi penyumbatan tuba karena anatomi tuba pada anak lebih sempit dan lebih dekat ke
adenoid. Itulah sebabnya mengapa pada anak-anak dengan otitis media kronik sering
direkomendasikan untuk dilakukan operasi adenoid. Jarang sekali, massa atau tumor
didasar tengkorak atau nasofaring dapat menyebabkan penyumbatan tuba Eustachius.

1,3

Permasalahan tuba Eustachius dan infeksi terkait merupakan permasalahan yang


biasa dijumpai dokter. Banyak orang memiliki masalah kronis pengaturan tekanan telinga
tengah yang biasanya dijumpai disebabkan mulai dari alergi sampai tuba Eustachius yang
terlalu sempit. Pasien sering mengeluh telinga terasa penuh, telinga sepereti berbunyi klik
atau cracking, kehilangan pendengaran ringan (atenuasi suara), telinga berdengung
(tinitus), dan terkadang gangguan keseimbangan. 1,3
Perubahan ketinggian yang cepat dan tekanan udara disamakan melalui gendang
telinga dengan fungsi normal tuba Eustachius. Tuba yang sehat membuka sehingga cukup
untuk menetralkan perubahan tekanan ini. Yang mana terjadi pada saat di pesawat,
tekanan udara menjadi naik pada saat pesawat tersebut turun. 1,3
Orang dengan penyumbatan tuba Eustachius dapat menyebabkan rasa tuli yang
diakibatkan perubahan tekanan udara yang mendorong gendang telinga kedalam sehingga
dapat terisi dengan darah atau cairan. Dan mereka yang mengalami gangguan fungsi tuba
dapat pula merasakan ketika mereka berada didalam elevator, berkendara dipegunungan
atau menyelam.

1,3

Proses peradangan
Sesungguhnya tuba katar merupakan hasil dari reaksi peradangan, maka ada
baiknya kita mengenal juga beberapa jenis peradangan. Reaksi peradangan sebenarnya
merupakan suatu proses dinamik dan kontinu pada kejadian-kejadian yang terkoordinasi
dengan baik. Untuk memunculkan manifestasi suatu reaksi peradangan, sebuah jaringan
hidup harus memiliki jaringan fungsional. Pada jaringan dengan nekrosis yang luas, maka

reaksi peradangan tidak ditemukan dibagian tengah jaringan, tetapi pada bagian tepinya,
yaitu diantara jaringan mati dan jaringan hidup yang memiliki sirkulasi utuh. 4
Selain itu, jika terjadi cedera dan menyebabkan kematian mendadak pada
penjamu, maka tidak ada bukti reaksi peradangan karena untuk timbulnya respon
memerlukan waktu. 4
Berbagai pola peradangan dapat timbul berdasarkan atas jenis eksudat yang
terbentuk, organ atau jaringan tertentu yang terlibat dan lamanya proses peradangan. Tata
nama proses peradangan memperhitungkan masing-masing variabel ini. Berbagai tipe
eksudat diberi nama deskriptif. Lamanya respon peradangan disebut sebagai Akut selama
fase eksudat aktif; disebut kronis jika ada bukti perbaikan lanjut disertai eksudasi; dan
disebut Subakut jika bukti awal perbaikan bersama dengan eksudasi. Lokasi reaksi
peradangan dinamakan menurut nama organ atau jaringan, yang ditambahkan akhiranitis. Berikut dibahas beberapa jenis eksudat. 4

Eksudat Seluler
Eksudat Neutrofilik
Eksudat yang paling sering dijumpai terutama terdiri atas PMN, dalam jumlah
yang begitu banyak sehingga lebih menonjol daripada bagian cairan dan proteinosa.
Eksudat neutrofilik semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen biasanya terbentuk
sebagai respon terhadap infeksi bakteri; eksudat ini juga terdapat dalam respon terhadap
banyak cedera aseptik dan secara mencolok terjadi hampir disemua tempat pada tubuh
yang jaringannya telah menjadi nekrotik. 4
Infeksi bekteri sering menyebabkan konsentrasi PMN yang sangat tinggi yang
tertimbun didalam jaringan, dan banyak sel-sel ini mati serta membebaskan enzim-enzim
hidrolitiknya yang kuat kesekitarnya. Dalam keadaan ini, enzim-enzim PMN secara
harafiah mencerna jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi
neutrofil dan pencairan jaringan-jaringan dbawahnya ini disebut supurasi. 4

Dan dengan demikian eksudat yang terbentuk disebut eksudat supuratif, atau
lebih sering disebut pus. Jadi, pus terdiri atas PMN yang hidup, mati dan yang hancur;
jaringan yang mencair dan tercerna; cairan eksudat pada proses peradangan; dan sering
bakteri-bakteri penyebabnya. 4
Perbedaan yang signifikan antara peradangan supuratif dan purulen adalah bahwa
pada peradangan supuratif terjadi nekrosis liquefaktif pada jaringan dibawahnya. 4
Eksudat Campuran
Seperti namanya, eksudat ini merupakan campuran eksudat seluler dan nonseluler
non seluler, dan dinamakan sesuai dengan campurannya. Campuran ini meluputi eksudat
fibrinopurulen, yang terdiri atas fibrin dan PMN, eksudat mukopurulen terdiri atas musin
dan PMN, eksudat serofibrinosa dan seterusnya. Eksudat-eksudat tertentu seperti eksudat
musinosa dan mukopurulen khas untuk membran mukosa. 4
Kadang-kadang, pada kerusakan membran mukosa, daerah nekrotik dapat
mengelupas, menimbulkan celah pada permukaan mukosa. Defek semacam ini disebut
ulkus. Paling sering, eksudat fibrinopurulen yang berasal dari pembuluh darah
dibawahnya membentuk permukaan dasar ulkus. Terkadang daerah membran mukosa
yang luas akan mengalami nekrotik dan sel sel yang mati dapat tertangkap didalam jala
yang dibentuk eksudat fibrinopurulen, yang melapisi permukaan mukosa. 4
Daerah seperti ini umumnya menyerupai membran mukosa yang kasar, dan oleh
karena jenis proses ini disebut sebagai peradangan pseudomembranosa. 4
Contoh klasik peradangan pseudomembranosa adalah pseudomembran pada
difteri disaluran pernafasan. Dengan demikian membran semacam ini kadang disebut
sebagai difteritik. Peradangan pseudomembranosa dapat dijumpai didalam saluran cerna,
khususnya kolon, sebagai akibat gangguan ekologi mikroba saluran cerna, biasanya
disebabkan oleh pemberian antibiotik. 4

Eksudat Non Selular


Eksudat Serosa
Pada beberapa radang, eksudat hampir seluruhnya terdiri atas cairan dan zat-zat
yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat non-selular yang paling
sederhana adalah eksudat serosa yang pada dasarnya terdiri atas protein yang bocor dari
pembuluh-pembuluh darah yang permeabel didaerah peradangan bersama dengan cairan
yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan pada luka
lepuh. Penimbunan eksudat serosa yang serupa sering ditemukan pada rongga tubuh,
seperti rongga pleura atau rongga peritoneum dan walaupun tidak mencolok eksudat
serosa sering menyebar melewati jaringan ikat. 4
Terkadang terjadi penimbunan cairan di dalam rongga tubuh yang bukan karena
peradangan, biasanya peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan kadar protein
plasma. Pengumpulan bukan karena peradangan semacam ini disebut transudat dan
sedikit protein serta sel dibandingkan dengan eksudat. 4

Eksudat Fibrinosa
Eksudat fibrinosa terbentuk saat protein keluar dari pembuluh darah didaerah
peradangan mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, berupa
jalinan yang lengket dan elastik (Mungkin dikenal sebagai bekuan darah).
Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang seperti
pleura dan perikardium, tempat fibrin yang diendapkan mengeras menjadi lapisan atas
membran yang terkena. Jika lapisan tebal semacam ini tertimbun di atas permukaan
serosa, sering disertai dengan gejala rasa nyeri jika satu permukaan bergesekan dengan
permukaan yang lain. 4
Jadi misalkan pasien pleuritis merasa nyeri ketika bernafas dikarenakan
permukaan yang kasar itu saling bergesekan selama inspirasi. Gesekan pada permukaanpermukaan kasar juga menimbulkan friction rub, yang dapat didengar dengan stetoskop
diatas daerah yang terkena. 4

Eksudat Musinosa
Eksudat Nonselular

yang lain adalah eksudat musinosa atau kataral. Jenis

eksudat ini hanya terbentuk diatas permukaan membran mukosa, tempat sel-sel yang
dapat mensekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini
merupakan sekresi seluler bukannya dari sesuatu yang keluar dari aliran darah. Sekresi
musin merupakan sifat normal membran mukosa, dan eksudat musinosa tidak lebih
merupakan percepatan proses fisiologis dasar. Contoh eksudat musin yang paling dikenal
dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi pernafasan bagian atas. 4
Dari beberapa bahasan diatas, kita mengetahui tuba katar disebabkan oleh
peradangan membran mukosa. Yang menyebabkan membran mukosa tersebut menjadi
hipersekresi sebagai upaya untuk mengurangi peradangan itu sendiri. Tetapi proses
peradangan tersebut tidak akan berdiri sendiri tanpa sebab. Berikut beberapa keadaan
yang dapat menyebabkan proses peradangan pada membran mukosa. 4

keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya tuba katar


1. Hipertrofi adenoid
Pembesaran adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada tuba Eustachius yang
akhirnya menjadi tuli konduktif karena adanya cairan dalam telinga tengah akibat tuba
Eustachius yang tidak bekerja efisien karena adanya sumbatan. 5
2. Celah langit
Langit-langit atau palatum merupakan atap rongga mulut yang memisahkan
rongga mulut dan hidung. Palatum terbagi dua, yaitu palatum durum di sebelah anterior
dan palatum mole di sebelah posterior. 6
Palatum durum dibentuk oleh prosessus maksila (2/3 anterior), pars horisontalis
osis palatina (1/3 posterior). Palatum mole merupakan lanjutan dari palatum durum, di
sebelah lateral melekat pada dinding faring dan sebelah posterior sebagai suatu
pinggiran bebas. 6

Celah langit-langit dapat merupakan defek kongenital karena tidak bersatunya


prosessus palatinus, penyambungan antara prosessus palatinus berjalan dari anterior ke
posterior dimana proses ini dapat berhenti tiba-tiba. 6
Menurut macamnya celah langit-langit dibagi dua:

Congenital cleft palate, yaitu celah langit-langit bawaan. 6

Acquired cleft palate, yaitu celah langit-langit yang didapat misalnya karena
trauma, penyakit atau kanker. 6

Menurut derajatnya celah langit-langit dibagi dua:

Complete cleft palate, yaitu celah langit-langit lengkap dimana kelainan yang
terdapat pada langit-langit juga linggir alveolar dan bibir terkena baik
unilateral maupun bilateral. 6

Incomplete cleft palate, yaitu celah langit-langit tidak lengkap. Kelainan


bentuk hanya terjadi pada palatum durum maupun palatum mole. 6

3. Tumor Nasofaring
Gangguan pendengaran merupakan salah satu gejala dini dari penyakit ini,
disamping gejala dini lain yang berupa hidung buntu atau hidung keluar darah, tetapi
gejala tersebut sering tidak terpikirkan oleh dokter pemeriksa bahwa penyebanya
adalah tumor ganas di nasofaring, sehingga baru di ketahui bila penyakit sudah dalam
keadaan lanjut. 7
Gangguan pendengaran kadang-kadang disertai juga keluhan rasa penuh di
telinga , telinga berbunyi atau rasa nyeri di telinga. Banyak penulis mengatakan, bahwa
lokasi permulaan tumbuh tumor ganas nasofaring, tersering di fosa Rosenmuller, sebab
daerah tersebut merupakan daerah peralihan epitel. Dalam penyebarannya, tumor dapat
mendesak tuba Eustachius serta mengganggu pergerakan otot Levator Palatini yang
berfungsi membuka tuba, sehingga fungsi tuba tergangu dan mengakibatkan gangguan
pendengaran berupa menurunnya pendengaran tipe konduksi yang bersifat reversibel. 7

4. Peradangan
Sering menyerang pada balita, salah satu faktor penyebabnya adalah karena
saluran penghubung antara telinga tengah dengan atap tenggorok yang berdekatan
dengan lubang hidung bagian belakang (Eustachius) pada anak balita, yang masih
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, belum sempurna. 8
Anatomis yang lebih pendek, lebih sempit dan lebih mendatar dibandingkan
orang dewasa. Akibatnya, saluran ini dengan mudah dapat tersumbat, misalnya karena
terjadinya infeksi atau alergi. Dengan adanya cairan atau pembengkakan selaput lendir
di dalam saluran Eustachius yang tersumbat itu dapat berlanjut jadi peradangan.
Penyebab peradangannya antara lain karena adanya infeksi pada cairan yang
menyumbat bagian telinga tengah ini. 8
5. Alergi
Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan
lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi
faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal. 9
Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE, mediator
sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperanan inflamasi. Gejala klinis terjadi
karena reaksi imunologik melalui pelepasan beberapa mediator tersebut dapat
mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran dan pada alergi sering terjadi
proses inflamasi kronis yang kompleks. 9
6. Barotrauma
Barotrauma adalah kerusakan di bagian dalam telinga yang disebabkan oleh tidak
samanya tekanan udara di kedua gendang pendengar. Yang selanjutnya akan dibahas
dalam bab berikutnya. 10

Terapi
Terdapat beberapa manuver yang dapat dilakukan untuk memperbaiki fungsi tuba
Eustachius. Hal yang sederhana dapat dengan menelan, sehingga mengaktifkan otot-otot
dibelakang tenggorokan yang membantu membukannya tuba Eustachius. Mengunyah
permen karet, minum atau makan membantu penelanan. Menguap lebih baik kerena
mengaktifkan otot lebih kuat.11
Jika telinga terasa penuh, kita dapat memaksa untuk membuka tuba Eustachius
dengan cara mengambil nafas dalam, dan menghembuskan sembari menutup hidung dan
mulut. Jika terasa berbunyi pada telinga berarti tuba Eustachius terbuka dengan baik.
Tetapi jika permasalahan masih ada walaupun sudah dilakukan manuver harus segera
diperiksakan ke dokter. 11
Jika kita sedang terganggu fungsi tubanya seperti sedang flu, sinusitis, infeksi
telinga atau serangan alergi, disarankan untuk menunda perjalanan menggunakan pesawat
atau menyelam, karena dapat menyebabkan keadaan yang dapat membahayakan,
terutama organ pendengaran. Pada Bayi dan balita, mereka tidak dapat menyamakan
tekanan sendiri secara aktif sehingga harus diberikan minuman atau permen. Karena
dengan menelan tuba Eustachius terbuka dan fungsi menyamakan tekanan dapat terjadi.11
pengobatan untuk rhinosinusitis virus pada orang dewasa didasarkan pada
vasokonstriktor, sering dikaitkan dengan agen anti-histamin dan dengan tindakan
atropinergik. Kontribusi yang mungkin timbul dari agen atropinergik murni saat ini
sedang dalam evaluasi. Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) tampaknya tidak
memiliki pengaruh dan penggunaan preparat kortikosteroid tidaklah tepat karena tidak
memiliki indikasi. 11
pada seorang pasien yang datang dengan sumbatan pada hidung upaya yang
pertama adalah menegakan diagnosis yang benar. Karena pengobatan tidak selalu
diperlukan, dan apabila diberikan pengobatan haruslah seimbang dengan resiko
terapinya. Jika pasien memiliki masalah yang akut, seperti pilek atau sinusitis. Sebuah
dekongestan topikal mungkin merupakan pengobatan yang paling efektif, tetapi ini tidak

boleh berlangsung lebih dari beberapa hari dan pasien harus diperingatkan agar tidak
membeli obat serupa untuk dipergunakan lebih lama 12
Dalam kasus yang lebih kronis, seperti alergi atau rhinitis vasomotor, pengobatan
oral adalah yang terbaik. Simpatomimetik secara oral (pseudoefedrin atau phenylephrine)
mungkin sudah cukup, atau antihistamin saja sudah dapat membantu dalam rhinitis alergi.
Kombinasi produk sering efektif tetapi haruslah diingat tentang kontraindikasi dan
pencegahan untuk masing masing bahan. 12

BAROTRAUMA
Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik yang terjadi
pada saat menyelam atau saat terbang. Hukum Boyle menyatakan bahwa suatu penurunan atau
peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu
volume gas dalam ruangan tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur gas yang lentur, maka
struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma dapat terjadi
bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup
dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal. 13
Perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau
menyelam, yang menyebabakan tuba Eustachius gagal membuka. Apabila perbedaan tekanan
melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada
keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan yang keluar di
pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah,
sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah. 14

KLASIFIKASI
BAROTRAUMA TELINGA
Barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena terdapat
kantong udara yang sensitif terhadap perubahan tekanan udara. Dalam telinga, setiap orang
memiliki lapisan membran yang tipis di ujung saluran telinga yang dapat bergetar dan
mengirimkan suara ke telinga tengah. Membran ini disebut membran timpani.15
Pada keadaan normal tekanan udara di dalam dan diluar adalah sama. tuba Eustachius
yang menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring bekerja untuk menjaga keseimbangan
tekanan udara pada kedua sisi membran timpani dengan memungkinkan udara mengalir ke
dalam dan keluar membran timpani.15
Barotrauma telinga disebabkan saat tuba Eustachius ini tersumbat dan terjadi kegagalan
dalam menyeimbangkan tekanan udara di dalam dan di luar membran timpani.15
Barotrauma telinga biasanya tidak berbahaya atau menjadi berat dan mudah di
tatalaksana tetapi seringkali memicu komplikasi seperti ketulian, infeksi telinga bahkan perforasi
membran timpani.13,14

BAROTRAUMA SINUS
Sinus merupakan kantong berisi udara dalam tulang di sekitar hidung. Barotrauma sinus
terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan udara dalam sinus dan di luar sinus. Pasien dapat
merasakan nyeri di sekitar tulang pipi atau di atas mata. Pasien juga merasakan adanya sakit
kepala.15

BAROTRAUMA PULMONAL
Barotrauma pulmonal merupakan trauma disebabkan ketika tekanan udara di luar berbeda
dengan tekanan udara di dalam paru-paru. Penyelam atau Scuba diving menyelam dengan
canister udara untuk pernafasan di dalam air. Jika penyelam mengalami terlalu banyak
compressed air tanpa ekspirasi yang sesuai maka paru akan mengalami overinflasi. Salah satu
komplikasinya ialah paru menjadi kolaps.15
Decompression sickness merupakan komplikasi lainnya. Terjadi akibat nitrogen, bahan
kimia yang terlarut dalam darah pada tekanan tinggi akhirnya membentuk gelembung saat

tekanan menurun misalnya saat berenang menuju permukaan dengan cepat setelah menyelam.
Gelembung ini akan masuk dalam aliran darah sebagai emboli udara. Emboli udara ini sangat
berbahaya karena dapat menyumbat pembuluh darah seperti jantung, paru maupun otak.15
Decompression sickness diklasifikasikan sebagai tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 bila emboli
mengenai jaringan di sekitar persendian. Biasanya pada lutut, siku dan bahu. Tipe 2 lebih serius
dan dapat mengenai sistem saraf pusat, paru-paru maupun jantung.15

INSIDENS DAN FAKTOR RESIKO


Banyak orang pernah mengalami barotruma biasanya barotrauma terjadi karena
perubahan ketinggian, seperti pada saat terbang, Scuba diving, atau mengendara di pegunungan.
Bila sedang mengalami hidung tersumbat karena alergi, flu atau ISPA,barotrauma akan lebih
mudah terjadi. Obstruksi tuba Eustachius dapat juga congenital, atau karena pembengkakan di
tenggorokan.16
Sampai saat ini belum diketahui bahwa geografis suatu Negara mempengaruhi terhadap
banyaknya insidens barotrauma. Tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh status penyakit seseorang
dan perbedaan dari ventilator management dari setiap etnis atau daerah itu sendiri.16
Penelitian terbaru internasional menemukan bahwa pasien dengan acute respiratory
distress syndrome atau ARDS meningkat faktor insidens terjadinya barotrauma yaitu sekitar 8-15
%.16
Sampai saat ini belum di temukan bahwa faktor ras atau etnis dan faktor jenis kelamin
mempengaruhi faktor terjadinya barotrauma. Sedangkan faktor usia berpengaruh terhadap
compliance dari paru , dimana makin tua seseorang maka compliance parunya makin menurun
dan inilah yang meningkatkan faktor risiko terjadinya barotrauma pada pasien-pasien lanjut
usia.16
Peningkatan tekanan atmosfer untuk kecepatan 60 km/jam ialah 0,11 ATA/menit. Hal ini
setara dengan kecepatan penurunan 1 meter pada air laut per menit, yang merupakan 1/10
standar normal dan aman bagi penyelaman ( 10 msw atau 1,1 ATA/menit). Sedangkan di udara
kecepatan penerbangan saat turun hendaknya tidak melebihi 180 km/jam atau 50 m/menit (setara
dengan 0,329 ATA/menit) yang merupakan kondisi normal dan tidak memicu barotrauma. Risiko
barotrauma meningkat pada pekerja penambang yang melakukan pekerjaannya di tempat
sedalam 5000 meter di bawah permukaan air laut.17

PATOFISIOLOGI
Perbedaan sebesar 90 mmHg atau 11,96 kPa (pada penurunan setinggi 1.087 m) dapat
menyebabkan nyeri atau penutupan tuba Eustachius sehingga menghambat ekualisasi. Pada
kondisi telinga tengah yang sehat, membran timpani akan mengalami ruptur bila terpajan
perbedaan tekanan 100 hingga 500 mmHg atau 13,28-66,42 kPa atau setara dengan penurunan
ketinggian/kedalaman 1200-6000 meter.17
Proses ekualisasi perbedaan tekanan ini dapat dicapai dengan mengunyah atau membuka
dagu ke bawah untuk membuka tuba Eustachius. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan catatan
tidak ada kongesti pada tuba Eustachius atau pembengkakan pada jaringan sekitar. Bila aktivitas
ini tidak memberikan manfaat maka dapat dicoba manuver Valsava untuk memaksa udara
melalui telinga tengah.17
A. Barotrauma pada telinga
Telinga tengah merupakan suatu rongga tulang dengan hanya satu penghubung ke dunia
luar, yaitu melalui tuba Eustachius. Tuba ini biasanya selalu tertutup dan hanya akan membuka
pada waktu menelan, menguap, Valsava manuver. Valsava manuver dilakukan dengan menutup
mulut dan hidung, lalu meniup dengan kuat. Dengan demikian tekanan di dalam pharynx akan
meningkat sehingga muara dapat terbuka.17
Beda tekanan

Gejala-gejalanya

(mmHg)
Plus 3 5

Rasa penuh

Plus 10 - 15

Rasa penuh yang nyata, pendengaran berkurang

Plus 15 30

Rasa tidak enak dan tinnitus (suara


berdesis/meraung/letusan). Rasa sakit dan vertigo

Plus 30 atau lebih

Beda tekanan

Rasa sakit, vertigo, tinnitus meningkat

Gejala-gejalanya

(mmHg)
Minus 3 5
Minus 10 15

Sama dengan yang di atas

Minus 15 30
Minus 60
Minus 60 80

Rasa sakit berat, tinnitus dan nausea


Rasa sakit yang hebat menjalar ke daerah temporal,
glandula parotis pipi.
Ketulian, vertigo dan tinnitus meningkat tapi tinnitus

Minus 100 500

dapat menghilang
Membran timpani pecah

Tabel 1. Perbedaan tekanan kavum timpani di dalam dan di luar serta gejala yang terjadi18

Secara anatomis, ujung tuba di bagian telinga tengah akan selalu terbuka, karena terdiri
dari massa yang keras/tulang. Sebaliknya ujung tuba di bagian faring akan selalu tertutup karena
terdiri dati jaringan lunak, yaitu mukosa faring yang sewaktu-waktu akan terbuka disaat
menelan. Perbedaan anatomi antara kedua ujung tuba ini mengakibatkan udara lebih mudah
mengalir keluar daripada masuk ke dalam kavum timpani. Hal inilah yang menyebabkan
kejadian barotrauma lebih banyak dialami pada saat menurun daripada saat naik penerbangan.18
Berdasarkan besarnya perbedaan tekanan, dapat terjadi gejala hanya rasa sakit (karena
teregangnya membran timpani) hingga pecahnya membran timpani.18
Disamping perbedaan tekanan, ada faktor lain yang perlu diperhatikan. Bila seseorang
awak pesawat sedang tidur, maka dia akan menelan sekali dalam 5 7 menit, sedangkan bila
dalam keadaan bangun, dia akan menelan beberapa kali dalam satu menit. Jadi dalam keadaan
bangun reflex menelan masih memungkinkan untuk mencapai keseimbangan tekanan daripada
sewaktu tidur.18

B. Barotrauma pada sinus paranasal


Sinus paranasal bermuara di rongga hidung. Lubang muara tersebut relatif sempit.
Dinding rongga ini dilapisi oleh mukosa dan selalu dalam keadaan basah, maka di dalam rongga
sinus itu selalu ada uap air yang jenuh. Cara terjadinya serangan pada semua sinus adalah
sama.17,18
Sewaktu di permukaan laut, tekanan udara di sinus paranasal misalnya sinus maksilaris
sama dengan di rongga hidung/di udara luar sekitar tubuh, yaitu 760 mmHg. Bila kemudian

orang ini dibawa ketinggian tertentu, misalnya 5,5 km, dimana tekanan udara kira-kira atm,
maka akan terjadi perbedaan tekanan di dalam rongga sinus dan di rongga hidung. Bila
kecepatan naiknya secara perlahan-lahan, perbedaan tekanan tersebut akan dapat diatasi dengan
adanya aliran udara dari rongga sinus ke rongga hidung. Tetapi bila kecepatan naik dari pesawat
demikian besar, maka mengingat sempitnya lubang muara sinus itu, aliran udara yang terjadi
tidak akan dapat mencapai keseimbangan tekanan, berarti tekanan di dalam rongga sinus lebih
tinggi daripada di rongga hidung, dengan akibat terjadinya penekanan terhadap mukosa sinus.
Inilah yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit dan inflamasi, yang disebut Barosinusitis.17,18
Ketinggian
0 km

Tekanan udara
1 atm

16 km

0,1 atm

31 km

0,01 atm

48 km

0,001 atm

64 km

0,0001 atm

Tabel 2. Tekanan udara berdasarkan ketinggian dari permukaan laut18

Hal yang sebaliknya akan terjadi pada waktu pesawat menurun. Besarnya lubang muara
sinus turut menentukan proses terjadinya barosinusitis. Semakin kecil muara sinus itu, makin
besar kemungkinan terjadinya barosinusitis. Jadi pada seseorang yang menderita sakit di saluran
pernafasan bagian atas, pembengkakan/penebalan mukosa mengakibatkan penyempitan muara
sinus, sehingga akan mengalami kesulitan dalam mencapai keseimbangan tekanan.18
Mengenai presentase kejadian sewaktu naik/turun, Adler berpendapat bahwa presentase
waktu turun lebih besar daripada waktu naik. Sebenarnya hal ini tergantung pada bentuk mukosa
di muara sinus tersebut. Pada orang normal muara ini terbuka rata. Sedang pada beberapa orang
mukosa di muara sinus itu terbentuk seperti bibir, maka hal ini akan mengakibatkan aliran udara
cenderung untuk lebih mudah keluar daripada memasuki rongga sinus. Dalam kondisi seperti ini
presentase barosinusitis akan lebih besar pada waktu pesawat menurun daripada waktu naik.18

DIAGNOSIS
Gejala barotrauma meliputi clogging pada telinga, nyeri telinga, ketulian, berdenging,
tinnitus dan adanya perdarahan atau hemorrhagi dari telinga.17
Vertigo dapat terjadi selama proses menyelam akibat fenomena yang disebut alternobaric
vertigo yang disebabkan oleh perbedaan tekanan antara dua telinga tengah yang merangsang

keseimbangan (vestibular) secara asimetris sehingga memicu vertigo. Respons alternobarik ini
dapat diatasi dengan upaya menyeimbangkan tekanan telinga tengah, manuver Politzer.17
Diagnosis barotrauma ditegakkan secara klinis dan pada dasarnya pemeriksaan
penunjang seperti pencitraan tidak banyak bermanfaat.17
A. Barotrauma pada telinga tengah
Telinga dibagi atas tiga bagian, yaitu : telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Yang
sering menderita akibat adanya trapped gas adalah bagian teling luar dan telinga tengah.
Presentase kejadian 7,86 %.18
Kelainan di telinga terjadi karena ketidakmampuan dalam menyesuaikan perubahan
tekanan. Hal ini dapat diperberat oleh adanya gangguan pada muara tuba Eustachius, misalnya
penyakit tractus respiratorius bagian atas. Trapped gas atau barotrauma ini dapat
mengakibatkan:18

Barotalgia
Barotitis media

Barotitis media ini ada yang akut dan kronis.


Barotitis externa
: kelainan pada telinga luar berbentuk inflamasi dan/atau pecahnya

membran timpani.
Tuli barotrauma

: rasa sakit yang ringan pada telinga tengah.


: rasa sakit pada telinga tengah yang disertai adanya inflamasi.

: ketulian karena membran timpani teregang, hingga kemampuan

bergetar/digetarkan berkurang. Ketulian ini sifatnya sementara, tetapi bila barotraumanya


sering/berulang-ulang dapat menjadi permanen.
Barotrauma ini memiliki dua gambaran klinis yaitu barotitis media dan baromiringitis.
Barotitis media ialah inflamasi mukosa telinga tengah, perdarahan dan kebocoran menuju telinga
tengah yang dipicu oleh adanya tekanan membran timpani yang relatif lebih rendah daripada
lingkungan sekitarnya. Baromiringitis ialah kerusakan struktural membran timpani dengan nyeri
hebat yang disebabkan perbedaan tekanan yang begitu besar.18
B. Barotrauma pada sinus paranasal
Barotrauma sinus terjadi dalam dua bentuk yaitu bentuk akut dan rekuren. Bentuk akut
ditandai dengan adanya serangan terbatas barotrauma sinus dan berhubungan dengan ventilasi
sinus sementara yang biasanya dipicu oleh adanya infeksi saluran pernafasan atas oleh virus.
Kondisi ini biasanya memberikan respon dengan pemberian dekongestan, pembatasan aktivitas

penerbangan sementara dan antibiotik. Barotrauma sinus akut merupakan kondisi yang lebih
sering dijumpai.17,18
Barotrauma sinus rekuren ditandai dengan adanya serangan barotrauma yang memicu
rasa nyeri dan berhubungan dengan ventilasi sinus kronis seperti infeksi kronis atau penyakit
polipoid yang terdapat dalam regio ostium sinus. Penatalaksanaan konservatif dalam hal ini
sering tidak banyak membuahkan hasil. Tatalaksana bedah sinus juga belum dapat memberikan
perbaikan bermakna pada semua kasus dan seringkali memeberikan komplikasi bermasalah
terutama bila pasien adalah penerbang.17,18
Adapun diagnosis barotrauma diklasifikasikan berdasarkan beratnya gambaran klinis
yang dikenal sebagai klasifikasi Teed yang resmi digunakan oleh Angkatan Laut Amerika
Serikat, yaitu:17

Derajat 0
Derajat I
Derajat II

membran timpani Teed II


Derajat III
: gross hemorrhagi di antara zat dalam ruang membran timpani

Teed III
Derajat IV

bulging Teed IV
Derajat V
: perforasi membran timpani

: gejala tanpa tanda


: injeksi membran timpani dan sepanjang tulang maleus Teed I
: injeksi dengan hemorrhagi ringan di antara zat dalam ruang

: adanya darah bebas dalam telinga tengah, bluish drum dan

Gambar 1. Derajat barotrauma telinga tengah dinilai dengan otoskopi 19

PENATALAKSANAAN
Tuli, pening dan suara mendenging dalam telinga yang disebabkan oleh
barotrauma telinga merupakan hal yang serius dan harus segera dikonsultasikan kepada
dokter yang berpengalaman dalam bidang ini. Dengan pemeriksaan telinga biasanya
akan diketahui penyebab dan tingkat beratnya cedera. Gendang telinga mungkin akan
terlihat berdarah dan tersumbat, dan lubang kecil atau robekan mungkin terlihat.
Istirahat, menghindarkan penyelaman, penerbangan dan melakukan manuver Valsava
harus dilaksanakan sampai pulih sama sekali. Ini mungkin memakan waktu sampai satu
minggu. Pendengaran harus diperiksa pada kasus yang berat dan mungkin harus diulang
beberapa kali. Lubang kecil dan biasanya menutup dengan sendirinya dalam waktu 4-8
minggu, tapi perlu kontrol lebih lanjut untuk memastikan bahwa pemulihan sudah cukup
sebelum melakukan penyelaman selanjutnya. 17

Dokter dapat memberikan dekongestan atau antihistamin, atau keduannya, karena


obat-obat tersebut dapat mempercepat proses pemulihan. Antibiotik diperlukan pada
kasus yang berat dimana terdapat perdarahan atau perforasi gendang telinga. 12
Pencegahan
Penyelam harus dapat melakukan ekwalisasi telinga dengan mudah sebelum
memulai penyelaman. Kebanyakan penyelam dapat melakukannya dengan cara
melakukan prosedur Valsava di permukaan, yaitu dengan jalan meniup dengan mulut
dan hidung tertutup. 17
Jika diperlukan tenaga atau jika terdapat kesulitan pada tiap kedalaman waktu
menyelam, penyelam harus segera menghindarkan penyelaman lebih lanjut atau ia harus
naik pada kedalaman dimana telinga terasa enak. 17
Penyebab sumbatan tuba Eustachius antara lain kerena infeksi pada telinga bagian
tengah. Jarang sekali sumbatan mekanis atau kelainan bawaan dapat menyebabkan
tertutupnya tuba Eustachius. 17
Dalam prosedur Valsava yang tepat amat penting dan semua penyelam harus
dilatih secara teratur agar dapat melakukan prosedur ini dengan baik. Kombinasi dari
meniup dengan hidung tertutup dan menjaga agar mulut tetap rapat akan lebih berhasil
jika sekaligus menelan pada waktu yang sama. Semua faktor penyebab sumbatan yang
ada harus diatasi secara medis sebelum menyelam, dan jangan turun dengan cepat bagi
penyelam yang belum berpengalaman. Penyelam tahan nafas sering mengalami
gangguan ini kerena mereka menghemat udara dan turun dengan secepat mungkin.17

BAB III
KESIMPULAN

Tuba Eustachius menghubungkan rongga tengah telinga ke belakang hidung

Pada kondisi normal, tuba Eustachius tertutup

Sumbatan tuba Eustachius sebagian atau total dapat menimbulkan gejala telinga
terasa penuh

Perubahan ketinggian dapat menyebabkan perbedaan tekanan antara telinga


tengah dan luar telinga sehingga pada seseorang yang memiliki gangguan fungsi
tuba dapat terjadi sensasi rasa penuh.

Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti hipertrofi adenoid,
celah langit, tumor nasofaring, barotraumas, peradangan, alergi ,dll.

Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik yang


terjadi pada saat menyelam atau saat terbang

Perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat


terbang atau menyelam, yang menyebabakan tuba Eustachius gagal membuka.

Barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena
terdapat kantong udara yang sensitif terhadap perubahan tekanan udara

Barotrauma sinus terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan udara dalam sinus
dan di luar sinus

Barotrauma pulmonal merupakan trauma disebabkan ketika tekanan udara di luar


berbeda dengan tekanan udara di dalam paru-paru. Penyelam atau Scuba diving
menyelam dengan canister udara untuk pernafasan di dalam air.

Dokter dapat memberikan dekongestan atau antihistamin, atau keduannya, karena


obat-obat tersebut dapat mempercepat proses pemulihan. Antibiotik diperlukan
pada kasus yang berat dimana terdapat perdarahan atau perforasi gendang telinga.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. FKUI: Buku ajar THT; Gangguan fungsi tuba; Penerbit FKUI, edisi ke-enam;
tahun 2007
2. Boeis, Adam ; Buku ajar penyakit THT; Embriologi, Anatomi dan Fisiologi
telinga; Penerbit ECG, edisi 6; tahun 1991
3. Alpen patel, MD ; Patologyous Eustachian Tube.[online]. Diakses tanggal 8
Desember 2011. Diunduh dari: Http://www.emedicine.com/ENT/topic208.html
4. Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses penyakit.
Edisi keenam. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 2005 : 87-91
5. Johnson RW. Medical Encyclopedia. Adenoid Hypertrophy [online]. Diakses
tanggal 8 Desember 2011. Diunduh dari:
http://www.HealthAto.com.br/otor/otor.html
6. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/11/penanganan_bayi_celah_bibir_dan_langit-langit.pdf
7. Soepardi EA, Iskandar N. Dalam : Karsinoma Nasofaring. Buku Ajar THT. Edisi
Kelima. Balai Penerbit FK UI. Jakarta, 2000 : 146-150
8. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/cegah.radang.telinga.te
ngah/001/001/229/203/-/4
9. Tanaka A, Ohashi Y, Kakinoki Y, Washio Y, Kishimoto K, Ohno Y, Sugiura Y,
Okamoto H, Nakai Y. Influence of the allergic response on the mucociliary system
in eustachian tube. Acta Otolaryngol Suppl. 1998;538:98-101. Pubmed PMID:
9879408.
10. Setiawan, H.W ;Pengantar Ilmu kesehatan penyelaman; Barotrauma hal.52-57;
Penerbit PT.Gramedia Jakarta; 2000
11. Stoll D. Inflamatory acute rhinosinusitis. Presse Med. 2001 Dec
22-29; 30 (39-40 pt 2) : 33-40. Review. French. Pubmed PMID : 11819910

12. Empey DW, Medder KT. Nasal decongestants. Drugs. 1981 Jun;21 (6) : 438-43.
Pubmed PMID: 6166444
13. Higler, Adams Boies. Buku Ajar Penyakit THT BOIES edisi ke-enam. EGC
Penerbit Buku Kedokteran. 1997: Jakarta. Hal 91-93
14. Soepardi, Eflaty Arsyad, Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala Leher edisi ke-lima. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: 2003. Hal 50.
15. Ballantyne J, Groves Disease of the Ear, Nose and Throat 4 th Volume 1.
Butterworths.1997. P 220-259
16. http://www.emedicine.com/med/TOPIC209.HTM
17. Franz RM. Mining 5000m Below Surface and the risk of Barotrauma. Proceeding
of 7th International Mince Ventillation Conngress.
18. Supartono G. Trapped Gas pada Penerbangan Tinggi. Cermin Dunia Kedokteran.
Jakarta: 1981
19. http://www.scuba.net.hk/medicine/v001.jpg

Anda mungkin juga menyukai

  • Bone Healing
    Bone Healing
    Dokumen13 halaman
    Bone Healing
    Sherhaniz Melissa Abidin
    Belum ada peringkat
  • Anemia Pada Kehamilan
    Anemia Pada Kehamilan
    Dokumen2 halaman
    Anemia Pada Kehamilan
    Sherhaniz Melissa Abidin
    Belum ada peringkat
  • Trauma Capitis
    Trauma Capitis
    Dokumen13 halaman
    Trauma Capitis
    Aditya Angga Dharma
    Belum ada peringkat
  • Bone Healing
    Bone Healing
    Dokumen13 halaman
    Bone Healing
    Sherhaniz Melissa Abidin
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Sherhaniz Melissa Abidin
    Belum ada peringkat
  • Sinobronchitis Pada Anak
    Sinobronchitis Pada Anak
    Dokumen9 halaman
    Sinobronchitis Pada Anak
    Sherhaniz Melissa Abidin
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Sherhaniz Melissa Abidin
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Sinus Paranasal
    Anatomi Sinus Paranasal
    Dokumen5 halaman
    Anatomi Sinus Paranasal
    Sherhaniz Melissa Abidin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Referat
    Daftar Isi Referat
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Referat
    Sherhaniz Melissa Abidin
    Belum ada peringkat
  • Operasi Sinus
    Operasi Sinus
    Dokumen5 halaman
    Operasi Sinus
    Sherhaniz Melissa Abidin
    Belum ada peringkat
  • Operasi Sinus
    Operasi Sinus
    Dokumen5 halaman
    Operasi Sinus
    Sherhaniz Melissa Abidin
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Sinus Paranasal
    Anatomi Sinus Paranasal
    Dokumen5 halaman
    Anatomi Sinus Paranasal
    Sherhaniz Melissa Abidin
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Sinus Paranasal
    Anatomi Sinus Paranasal
    Dokumen5 halaman
    Anatomi Sinus Paranasal
    Sherhaniz Melissa Abidin
    Belum ada peringkat