ARTIKEL
Oleh :
WAHUD NOOR TRISNA
0921207035
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
ABSTRAK
Ternak itik lokal merupakan ternak unggas penghasil telur, daging dan
bulu. Produksi telur itik lokal mencapai 220 butir pertahun dan persentase karkas
daging itik jantan sangat tinggi mencapai 70%. Sumatera Barat memiliki itik
Pitalah sebagai sumber daya genetik yang dipelihara peternak di Kecamatan
Pitalah Kabupaten Tanah Datar. Namun itik memiliki kadar kolesterol dan lemak
yang tinggi, sehingga perlu upaya untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol
daging itik tersebut. Upaya tersebut adalah dengan melakukan pemberian
probiotik Bakteri Asam Laktat (BAL) yang diisolasi dari dadih Sijunjung. Selain
itu juga perlu dilakukan identifikasi molekuler BAL asal dadih Sijunjung tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik molekuler dan
pengaruh probiotik BAL asal dadih Sijunjung terhadap kadar kolesterol daging
itik Pitalah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan
acak lengkap, empat perlakuan dan empat kali ulangan.Perlakuan A adalah
kontrol (tanpa pemberian probiotik); B (pemberian1,27x107 CFU/g probiotik
Pediococcus pentosaceus); C (pemberian 2,54x107 CFU/g probiotik Pediococcus
pentosaceus) dan D (pemberian 3,81x107 CFU/g probiotik Pediococcus
pentosaceus).Pemberian probiotik dilakukan selama 1 bulan, semenjak itik
berumur 1 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Probiotik BAL dadih Sijunjung
adalah Pediococcus pentosaceus dengan tingkat kesamaan dengan Gen Bank data
mencapai 99% melalui analisis BLAST. Pemberian probiotik Pediococcus
pentosaceus mampu menurunkan kadar kolesterol secara nyata (P<0.01) pada
dosis 2 ml dari 39,50 menjadi 32,19. dan mampu meningkatkan tinggi villi illium
pada dosis 2 ml dari 0,32 menjadi 0,35.
Kata kunci : kolesterol, Pediococcus pentosaceus, 16SrRNA, BLAST, dadih, itik
Pitalah.
PENDAHULUAN
Produk peternakan terutama daging dan telur itik beserta olahannya sangat
disukai oleh masyarakat, seperti kita ketahui pada kehidupan sehari-hari misalnya
: gulai itik hijau, pecel bebek, berbeque, telur asin, martabak telur, tepung telur
dan lain sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa usaha beternak itik masih
berpeluang dan memberi keuntungan yang menjanjikan.
Sumatera Barat memiliki itik Pitalah sebagai sumber daya genetik yang
dipelihara peternak di Kenagarian Batipuh Baruh dan Batipuh Atas di Kabupaten
Tanah Datar. Peternak memelihara itik Pitalah secara ekstensif dengan
melepasnya disawah siang hari dan mengandangkannya pada malam hari. Itik
Pitalah betina dipelihara sebagai penghasil telur dan bibit sedang yang jantannya
sebagai pedaging. Karena kualitas dan kuantitas daging dan telur yang dihasilkan
menjadikan itik Pitalah digemari oleh peternak untuk dipelihara. Disamping itu
pengembangan sumber daya genetik sebagai ciri khas daerah adalah langkah
penting yang perlu mendapat perhatian.
Populasi ternak itik di Sumatera Barat sekitar 1,19 juta ekor pada tahun
2009. Populasi ternak itik di Sumatera Barat mengalami peningkatan, data
statistik menunjukan bahwa, selama tahun 2007-2009 populasinya meningkat dari
1 juta ekor pada tahun 2007 dan menjadi 1,19 juta ekor di tahun 2009.
Daging itik mengandung lemak yang cukup tinggi yaitu 17% (Erlian dan
Jailani, 2001 dalam Samudra dan Arif, 2008) dan kolesterol itik mencapai 50
mg/dl (Setiabudi, 2011). Akan tetapi masyarakat menginginkan daging itik yang
rendah lemak dan kolesterol karena kolesterol dapat mengakibatkan stroke dan
serangan jantung dimana diketahui serangan jantung penyebab kematian nomor
satu didunia. Pada unggas telah dikenal penyakit yang berbahaya terhadap
kesehatan konsumen dan pada ternak itu sendiri yaitu penyakit yang disebut AI
(Avian influenza). Oleh sebab itu perlu upaya menjadikan produk itik yang bebas
AI dan rendah kolesterol, salah satu upaya tersebut adalah dengan pemberian
probiotik pada ternak itik.
Probiotik merupakan bahan tambahan berupa mikroorganisme yang
berpengaruh terhadap peningkatan keseimbangan mikroorganisme dalam usus
apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup, probiotik mempunyai kemampuan
daging itik Pitalah pejantan, sehingga itik Pitalah sebagai Sumber Daya Genetik
Sumatera Barat dapat berdaya saing dengan komoditi peternakan lainnya.
MATERI DAN METODA PENELITIAN
Materi Penelitian
Dadih diperoleh dari Nagari Batang Panjang, Kec. Pematang Panjang,
Kab. Sijunjung. Dadih diambil dari peternak yang memproduksi dadih untuk
diisolasi BAL nya. Itik Pitalah Diambil dari daerah Pitalah, Batipuh baru dan
Batipuh Atas, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat sebanyak 64 ekor untuk Uji
Biologis.
1.
Ternak penelitian
Penelitian ini menggunakan ternak itik Pitalah pedaging jantan 64 ekor yang
berasal dari daerah Pitalah, Batipuh baru dan Batipuh Atas, Kabupaten Tanah
Datar Sumatra Barat. Itik ditempatkan sebanyak 4 ekor pada masing-masing unit
perlakuan.
2.
Kandang penelitian
Kandang yang digunakan dalam penelitian
,Sitiung, Dharmasraya. Bahan kandang terbuat dari bambu yang berukuran 1 x 0,5
per unit berisi 4 ekor itik. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain,
timbangan untuk menimbang ransum, tempat pakan itik dan tempat minum.
3.
mix, daun pepaya dan kangkung. Kemudian Diberikan Bakteri Probiotik dengan
cara dicekokkan atau secara oral.
Kandungan zatzat makanan dan metabolis penyusun ransum dapat dilihat
pada Tabel 4. Komposisi dan kandungan zat zat makanan serta energi ransum
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
8,77
2,4
3,5
0,02
0,27
3400
0,2
0,2
Dedak
11,5
7,0
7,0
15,5
1,40
1,225
0,2
0,5
Tepung ikan
55,0
5,5
1,5
3,80
2,80
2,680
Daun pepaya
Top mix
1,822 5,282
3,800
Sumber :
1. Hardjosworo dan rukmiasih (2005)
2. Sudoro dan siriwa (2005)
Rancangan Percobaan
Metoda penelitian ini merupakan metoda penelitian eksperimental dengan.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 x 4.
Dimana ada 4 perlakuan dengan 4 kali ulangan, sebagai perlakuan adalah dosis
Perlakuan yang diberikan adalah :
Perlakuan A : sebagai Kontrol
Perlakuan B : pemberian 1 ml (1,27x107 CFU/g) Bakteri Probiotik asal dadih
Perlakuan C : Pemberian 2 ml (2,54x107 CFU/g) Bakteri Probiotik asal dadih
Perlakuan D : pemberian 3 ml (3,81x107 CFU/g) Bakteri Probiotik asal dadih
Model matematika dari Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut Steel
dan Torrie (1991) adalah:
Yij = + i+ ij
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j
= Nilai rata-rata sesungguhnya
i = Pengaruh perlakuan ke-i
ij = Galat
i = A, B, C, D, E (perlakuan)
j = 1, 2, 3 (ulangan)
2.
3.
4.
5.
7.
8.
Setelah 24 jam, koloni BAL yang tumbuh dilihat dengan menggunakan alat
quebec colony counter. Hasil perhitungan koloni BAL dikalikan dengan
sepuluh kemudian dihitung total koloni BAL dengan rumus sebagai berikut :
Total koloni bakteri asam laktat (BAL) (CFU (Colony Forming Unit)/g)
= Total Koloni BAL x
1
1
x
Pengenceran BeratSampel
Cara kerja total koloni bakteri asam laktat (BAL) dapat dilihat pada
Gambar berikut ini :
100 l dari serial pengenceran 10-5 diinokulasikan pada media MRS Agar,
dimasukkan dalam anaerob jar, lalu diinkubasi selama 24 jam(37 C)
Total koloni dilihat dengan quebec colony counter dan dihitung dengan rumus
CFU/g
Gambar 1. Skema Total Koloni Bakteri Asam Laktat (Purwati dkk., 2005)
8. Setelah 48 jam, single colony yang mencirikan bakteri asam laktat yaitu bulat
licin berwarna putih kekuningan dipindahkan ke media MRS Agar untuk
pemurnian koloni dengan metode streak yaitu dengan menggunakan jarum ose
kenudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C.
9. Koloni yang menciri BAL dilakukan pewarnaan gram menurut prosedur
Dwidjoseputro (1989) sebagai berikut : 1) Diambil biakan bakteri dan bakteri
diratakan di atas kaca benda (preparat) yang telah dibersihkan dengan
alkohol, 2) lalu dikeringkan di atas bunsen atau alat pengering, 3) ditetesi
dengan zat warna kristal violet, 4) kemudian ditunggu selama 1 menit agar zat
warna meresap oleh bakteri, 5) lalu dibilas dengan air mengalir dan ditetesi
dengan larutan iodin kompleks, kemudian ditunggu selama 1 menit, lalu
dibilas dengan air mengalir, 6) dicuci dengan alkohol dengan cara
mencelupkan ke dalam alkohol encer, 7) ditetesi dengan zat warna safranin,
lalu ditunggu 30 detik, 8) setelah itu dikeringkan dan diperiksa di bawah
mikroskop dengan menggunakan minyak celup (minyak inersi).
Cara kerja isolasi bakteri asam laktat (BAL) dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Enrichment
1 g dadih + 9 ml MRS Broth (Pengenceran 1 : 10), Pengenceran 10 1 , dimasukkan
dalam anaerob jar, diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam dengan suhu 37 C
Serial Pengenceran
1 ml Pengenceran 10 1 + 9 ml MRS Broth
Pengenceran 10 2 10 7
1 ml dari serial pengenceran 10 7 diinokulasikan pada media MRS Agar dengan
metode spread, dimasukkan dalam anaerob jar, diinkubasi dalam inkubator
selama 48 jam dengan suhu 37 C
Single colony yang mencirikan BAL (bulat licin berwarna putih kekuningan)
dipindahkan ke media MRS Agar untuk pemurnian koloni dengan metode streak
dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C
Pewarnaan Gram
Gambar 2. Cara kerja isolasi bakteri asam laktat (BAL)
Bank
dengan
database
searches
(http//www.ncbi.nlm.nih.gov) menggunakan
NCBI
internet
site
Uji Biologi
Persiapan Probiotik
Stok kultur (glicerol stock) Bakteri probiotik dari dadih ditumbuhkan dalam
media MRS Broth dan diinkubasi pada suhu 37 0C dalam shaker inkubator selama
17 jam. Setelah 17 jam, kultur disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan
12.000 rpm. Lalu dibuang supernatannya dan dibilas dengan air saline (NaCl
0,10%). Kemudian atur sampai Optical Density (OD=580) dan absorban
menunjukkan nol dan kemudian berikan ke itik Pitalah sesuai dengan perlakuan.
Pemberian probiotik dilakukan secara oral ke itik satu persatu sesuai dengan dosis
perlakuan. Pemberian dilakukan setiap 10 hari sekali dalam waktu 1 bulan
kemudian dipotong untuk dilakukan pengamatan.
Kolesterol Daging
1.
2.
Pelarut Aceton Etanol dengan sampel diuapkan didalam waterbath pada suhu
60C sehingga volume pelarut separuh dari volume awal atau diuapkan
selama 15 menit.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
2.
18) Diwarnai dengan larutan eosin selama 5 menit dan dicuci dengan
akuades.
19) Dicelupkan sebentar dalam alkohol 70 %, 95 %, absolut I.
20) Direndam dalam alkohol absolut II selama 1 menit.
21) Direndam dalam xylol I, II dan III masing-masing 3 menit.
22) Diangkat dan ditetesi dengan Canada balsam lalu ditutup dengan
cover glass.
23) Diperiksa dan diamati di bawah mikroskop.
Pengukuran tinggi vili usus halus dilakukan dengan mikroskop cahaya
yang diukur dari garis atas muskularis mukosa sampai puncak vili.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nagari Batang Panjang, Kec.Pematang Panjang, Kab. Sijunjung
Kab. Sijunjung
Gambar
3.
Daerah Pengambilan
(bukikgadang.co.cc)
Sampel
Dadih
di
Kab.
Sijunjung
Koloni BAL
Gambar 5. Pewarnaan Gram (Gram Positif) dari BAL Berbentuk Bulat (Coccus)
membran
organisme
gram
positif
memiliki
dinding
sel
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 6. Zona Hambat Komponen Bioaktif BAL Dadih terhadap 5 Jenis Bakteri
Patogen pada Waktu 24 Jam
(a) Lysteria monocytogenesis (b) Bacillus subtilis (c) Staphylococcus
aureus (d) Eschericia coli (e) Salmonella typhii
Dengan adanya fakta di atas maka dapat dilihat bahwa Dadih dapat
digunakan sebagai biosuplement probiotik yang dapat menurunkan pertumbuhan
bakteri patogen seperti B. subtillis, S. aureus, dan Salmonella thypii sehingga
dapat mengembalikan keseimbangan mikroflora (rasio antara bakteri patogen dan
nonpatogen) dalam saluran pencernaan terutama pada usus sehingga nutrisi,
vitamin dan elemen penting lainnya bisa diserap secara sempurna dalam tubuh.
Ketidakmampuan
dadih
Palupuh
untuk
menghambat
pertumabuhan
L.
Monocytogenes dan E. Coli karena dadih difermentasi terlalu lama yaitu 3 hari,
padahal waktu optimum untuk fermentasi dadih adalah 2 hari. Hal ini
mengakibatkan BAL yang terdapat dalam dadih memiliki potensi yang berbeda
dalam menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. Menurut penelitian Melia dan
Juliyarsi (2007) yang mendapatkan zona hambat dadih susu sapi mutan
Lactococcus lactis terhadap bakteri patogen yaitu S. aureus, S. typhii dan E. coli
pada lama waktu fermentasi 48 jam lebih tinggi dibandingkan 72 jam dan 24 jam.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Ibrahim (2002a) yang menyatakan bahwa,
pada lama penyimpanan 48 jam jumlah bakteri asam laktat bertambah karena
bakteri pembentuk asam tumbuh dengan baik tanpa ada saingan, saat itu juga
bakteri patogen tidak dapat hidup karena tidak tahan asam dan bakteri asam laktat
dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
E. Identifikasi Bakteri Asam Laktat dengan 16S rRNA
1. Amplifikasi gen 16S rRNA dengan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Setelah dilakukan isolasi BAL dan uji resistensi kemudian dilanjutkan
dengan amplifikasi gen 16S rRNA PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk
menentukan genus dan spesies BAL secara akurat dengan menentukan DNA yang
diamplifikasi menggunakan PCR 35 siklus. Hal ini sesuai dengan Penelitian
Mustopa (2009) yang menyatakan dalam 16S rRNA menggunakan primer: 8 F:
AGAGTTTGATCCTGGCTAG dan primer 1541 R: AAGGAGGTGATCCAGCC
dapat menghasilkan genus dan spesies yang spesifik. Gambar 10 berikut ini
merupakan gambar hasil amplifikasi gen 16S rRNA PCR.
2 kb
1 kb
M
Gambar 7. Hasil Amplifikasi Gen 16S rRNA
Pada Gambar 7 terlihat hasil elektroforesis menunjukkan kegiatan PCR
yang telah dilakukan berhasil mengamplifikasikan daerah gen 16S rRNA dengan
dapat dilihat oleh munculnya fragmen produk PCR dengan ukuran 1 500 base
pare (bp) (1.5 kilo bite (kb)) yang merupakan ukuran yang diharapkan dengan
menggunakan kombinasi primer 8F : GAGTTTGATCCTGGCTCAG untuk arah
forward dan primer 1541 R : AAGGAGGTGATCCAGCC untuk arah reverse.
Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa intensitas fragmen yang dihasilkan cukup
tinggi dan layak digunakan untuk kegiatan sekuensing pada tahap berikutnya.
2. Analisis Sekuen Gen 16S rRNA 7 Isolat dari Dadih
Proses sekuensing gen 16S rRNA yang diperoleh dari kegiatan amplifikasi
dilakukan oleh PT. Genetika Science Jakarta. Sekuensing dilakukan secara two
road direction menggunakan primer yang sama dengan amplifikasi gen 16S
rRNA dengan PCR. Hasil sekuensing berupa grafik elektrophoregram dengan
peak-peak yang berwarna-warni untuk membedakan jenis basa nitrogen
(nukleotida) yang dicirikannya. Nukleotida A (Adenin)
berwarna hijau,
Gambar 8.
Gambar 11. Hasil Reverse Antisense Sekuen Hasil Primer Reverse Isolat 3D
Tabel 6. Hasil Analisis BLAST
Tabel 3.
Perlakuan
Kolesterol daging itik Pitalah
A (kontrol/tanpa pemberian)
39,50a
B (1 ml Pediococcus pentosaceus )
35,07c
C (2 ml Pediococcus pentosaceus)
32,19d
D (3 ml Pediococcus pentosaceus)
38,00b
Keterangan: Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat
nyata (P<0,01)
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian probiotik Pediococcus
pentosaceus memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap
kolesterol daging itik Pitalah. Sesuai uji Duncans Multiple range (DMRT),
terlihat bahwa perlakuan B, C dan D sangat nyata (P<0,01) menurunkan
kolesterol daging Itik disebabkan karena adanya kandungan Bakteri Asam Laktat
(BAL) dalam saluran pencernaan Itik. BAL dalam saluran pencernaan mampu
mengikat kolesterol dan akan terbuang bersama feses. BAL mampu memproduksi
asamasam organik yang mencegah kolonisasi bakteri patogen dalam usus
sehingga kemampuan bakteri patogen dalam usus berkurang dengan demikian
bakteri patogen hanya berada dalam lumen dan akan dikeluarkan bersama feses.
Pendapat
Petterson
dan
Burkholder
bahwa
pemberian
probiotik
epitel usus. Hal ini dikarenakan asam lemak rantai pendek yang diproduksi rantai
pendek merupakan kompunen fosfolipid membran epitel. Pirufat dalam
fermentasi bakteri asam laktat homofermentatif tidak seluruhnya diubah menjadi
asam laktat. Sebagian pirufat mengalami dehidrogenasi menghasilkan asetil-CoA
yang selanjutnya mengalami serangkaian reaksi biokimiawi menjadi asam lemak
rantai pendek (Greulach, Atlas, 1996).
Tinggi villi illeum unggas berkisar antara 0,4 0,6 mm (Sturkies, 2000).
Menurut Hartono (1988) pada ileum lebih banyak terdapat sel mangkok dan
folikel getah bening yang membentuk Payer Patch. Pada ileum terjadi penyerapan
asam-asam empedu, vitamin B12, elektrolit dan air (Murray, 1999). Dengan
meningkatnya vili usus dengan pemberian probiotik Pediococcus pentosaceus ini
diharapkan dapat memperbaiki proses penyerapan makanan (nutrisi) pada itik
Pitalah karena luas permukaan penyerapan usus menjadi lebih besar, sehingga
dihasilkan itik Pitalah yang sehat dan meningkatkan berat badan. Telah
diperkirakan bahwa vili memperluas permukaan usus halus sepuluh kali lipat
(Purwati dan Syukur, 2006). Makin luas permukaan usus, maka penyerapan
makananpun menjadi lebih baik. Peningkatan tinggi dan lebar vili diasosiakan
dengan lebih luasnya permukaan vili untuk absorbsi bahan makanan masuk ke
dalam aliran darah (Mile et al., 2006). Yakhkeshi et al. (2011) menyatakan bahwa
pemberian probiotik memperbaiki karakteristik morfologi usus halus, yang
selanjutnya mampu meningkatkan penyerapan makanan dan performa pencernaan
ayam broiler.
Pediococcus
pentosaceus pada dosis 2 ml pada itik agar dapat dilakukan oleh masyarakat guna
pelestarian sumber daya genetik dengan probiotik, kemudian untuk lebih lanjut
dapat dilakukan penelitian lanjutan pada Bakteriosin dari Pediococcus
pentosaceus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiarto, S. 2002. Kualitas fisik daging itik pada berbagai umur pemotongan.
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian.
BPPT.
Alam, I. P. 2007. Budidaya peking duck (Itik Peking). Pegawai Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat.
Arbi, D. Tami, W. Azhari dan Dj. Dt. T. Bandaro. 1980. Pengaruh manajemen
terhadap produksi telur itik di Sumatra Barat. P3T Universitas
Andalas, Padang.
Batty, J. 1985. Domesticated Ducks and Geese. 2 nd Ed. Francier Suppliers. Ltd,
England.
Bharoto, K.D. 2001. Cara Berternak Itik. Aneka Ilmu, Semarang.
Cahyono, B. 2004. Ayam buras pedaging. Trubus Agriwidia, Semarang
tentang
unggas
lokal.
Fak.
Peternakan
Universitas
Diponegoro, Semarang.
SHM. 2000. Prosedur Reagensia Kimia Klinik. PT. Segara Husada Mandiri,
Jakarta.
Srigandono, B. 1986. Ilmu Unggas Air.Gajah Mada University Press, Jogyakarta.
Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statiska Suatu
Pendekatan Biometrik. Ed ke-2 Cet-2 Alihbahasa B. Soemantri. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Suhaemi, Z. 2007. Tinjauan keragaman itik Pitalah berdasarkan warna bulu di
Kab.
Tanah
Datar.
Laporan
penelitian.
LP3M
Universitas
Tamansiswa, Padang.
Warwick, E. J., J. M. Astuti dan W. Harjo Subroto. 1980. Pemuliaan Ternak.
Gajah Mada University Press, Jogyakarta.
Widodo, A. D. 2003. Bioteknologi Industri Susu. Cetakan ke-1. Yogyakarta :
Lacticia Press. P 114.
Wiley. EO. 1981. Phylogenetic: The Teory and Practice of Phyligenetic
Sistematics. Jhon Wiley and sons Inc, Canada.
Yelita, Y. 1998. Pola polimorfisme protein darah itik lokal di Sumatera Barat.
Tesis. Progam Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.