Anda di halaman 1dari 7

KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS

Pendahuluan
Kandidiasis adalah suatu infeksi dengan manifestasi klinik yang bervariasi,
bersifat akut atau sub akut, yang disebabkan oleh Candida albicans atau kadangkadang spesies kandida lainnya. Kandidiasis vulvovaginalis merupakan infeksi
vagina dan / atau vulva yang disebabkan oleh jamur candida yang didapatkan baik
secara endogen maupun eksogen yang sering menimbulkan keluhan berupa duh tubuh
pada vagina. Pada umumnya infeksi pertama timbul di vagina, yang disebut vaginitis
dan dapat meluas sampai vulva (vulvitis).1,2
Penyebab utama kandidiasis vulvovaginalis adalah spesies Candida albicans
(81%), Torulopsis glabrata (16%), sedangkan 3% lainnya oleh spesies kandida lain
seperti Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida krusei dan Candida
stellatoidea.1,2

Definisi
Kandidiasis vulvovaginalis adalah penyakit kelamin yang disebabkan infeksi
Candida albicabs (85%) pada bagian vagina dan vulva wanita; yang ditandai dengan
adanya pruritus dan keputihan (fluor albus).1,2

Epidemiologi
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia. Pada beberapa negara kandidiasis
vulvovaginalis tetap merupakan penyakit terbanyak diantara infeksi vagina terutama
di daerah iklim subtropis dan iklim tropis. Kandidiasis vulvovaginalis umumnya lebih
banyak pada perempuan dengan status sosial ekonomi rendah dan masa kehamilan.
Berdasarkan umur, 50- 75% perempuan berumur 25 tahun menderita kandidiasis
vulvovaginalis, dan cenderung berulang.1,3
Klasifikasi Kandidiasis Vulvovaginalis1,3 :
1. Kandidiasis vulvovaginalis dengan komplikasi :
Episode gejala sporadic atau infrequent.
Gejala ringan sampai sedang.

Infeksi oleh Candida albicans.


Terjadi pada perempuan normal,
immunochompromized.

tidak

hamil,

dan

non

2. Kandidiasis vulvovaginalis tanpa komplikasi :


Episode gejala rekuren (> 4 kali pertahun).
Ditemukan gejala yang berat.
Infeksi oleh spesise non albicans.
Terjadi pada perempuan abnormal (diabetes yang tidak terkontrol,
imunosupresan, atau perempuan hamil).

Etiologi
Kandidiasis yaitu sejenis infeksi jamur disebabkan oleh Candida albicans;
yang merupakan organisme normal dari saluran cerna tetapi dapat menimbulkan
infeksi oprtunistik. Kandida merupakan organisme yang dimorphic (dua kutub) ,
dimana organisme ini dapat ditemukan pada manusia pada fase fenotip yang berbeda.
Candida tumbuh sebagai blastospora bentuk oval tanpa kapsul, dan bereproduksi
melalui pembentukan tunas, hifa yang pipih, memanjang tidak bercabang dapat
tumbuh dalam biakan atau in vivo sebagai tanda penyakit yang aktif ( budding).1,2

Patogenesis
Kandida terdapat dalam 2 bentuk yaitu bentuk sel (spora) dan bentuk miselia
(hifa). Koloni jamur tumbuh secara aktif menjadi miselia dan umumnya ditemukan
dalam keadaan patogenik. Jika kondisi vagina memungkinkan, proses penyakit
diduga dimuai dari perlekatan sel kandida pada epitel vagina dan selanjutnya menjadi
bentuk miselia. Hifa kandida kemudian bertumbuh dan berkolonisasi pada permukaan
vagina. Percobaan in vitro menunjukkan proses perlekatan ini, hifa yang tumbuh dan
berkolonisasi lebih tinggi oleh adanya perubahan ekstrogen. Penemuan ini dapat
memberi penjelasan bahwa kandidiasis vulvovaginalis simptomatik lebih sering
terjadi pada perempuan yang berada pada periode antara menarche dan menopause.1,3
Selain itu Candida albicans dapat memproduksi enzim protease yang bekerja
optimal pada pH normal vagina. Hal ini dapat mendukung pertumbuhan jamur yang
dapat menghasilkan beberapa faktor yang dapat merusak epitel vagina sehingga
menyebabkan vaginitis. Mekanisme lainnya termasuk reaksi alergi terhadap jamur.1

Sebagian kecil dari jumlah penderita kandidiasis vulvovaginalis ini


mengalami episode kronik atau rekuren. Hal ini disebabkan oleh infeksi berulang
pada vagina, fase interseluler yang menetap dari organisme kandida, serta faktor
imunitas dari penderita.1,3
Dari hasil penelitian bahwa Candida-Ag menyebabkan suatu peningkatan
produksi prostaglandin E2 melalui makrofag. Kerja prostaglandin ini adalah
menghambar produksi sitokin interleukin 2 (IL-2), dimana IL-2 ini yang mengatur
proloferasi limfosit T- normal. Kemudian hal ini akan memicu peningkatan proliferasi
limfosit- T anti- candidal dan akibatnya akan terjadi penurunan Cell mediated
Immunity (CMI). Penurunan CMI ini menyebabkan seseorang lebih mudah terinfeksi
oleh Candida.1,3
Faktor predisposisi :Umur, kehamilan, penggunaan alat kontrasepsi oral,
diabetes mellitus, antibiotik, penggunaan obat- obat immunosupresif, hubungan
seksual, penggunaan produk Feminime Hygine, dan makanan.3

Gejala Klinis
Pruritus akut dan keputihan (fluor albus) merupakan keluhan awal, gejala
yang lebih sering adalah pruritus vulva. Keputihan tidak selalu ada dan seringkali
hanya sedikit. Pada pemeriksaan tampak mukosa vagina kemerahan dan
pembengkakan dari labia dan vulva sering disertai pustule- popular disekelilingi lesi.
Kadang kadang dijumpai gambaran khas berupa vaginal thrush yaitu bercak putih
terdiri dari gumpalan jamur, jaringan nekrosis sel epitel yang menempel pada dinding
vagina.1,3,4
Rasa sakit di daerah vagina, iritasi, rasa panas, dispareunia, dan rasa sakit saat
berkemih adalah gejala yang sering ditemukan.1,2,3,4,5

Gambar 1 : Gejala klinis Kandidiasis Vulvovaginalis pruritus akut dan keputihan 4

Diagnosis
Diagnosis kandidiasis vulvovaginalis ditegakkan berdasarkan keluhan
penderita, pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium berupa sediaan basah
maupun gram, pemeriksaan biakan jamur, dan pemeriksaan pH cairan vagina.
Sayangnya pemeriksaan pH vagina jarang dilakukan untuk menegakkan diagnosis.1,3
Biakan jamur dari cairan vagina mempunyai nilai konfirmasi terhadap hasil
pemeriksaan mikroskopik yang negatif (false negative case) yang sering ditemukan
pada kandidiasis vulvovaginalis kronik dan untuk mengidentifikasi spesies non
candida albicans. Sejak spesies ini sering ditemukan pada sejumlah kandidiasis
vulvovaginalis kronik dan sering timbul resistensi terhadap flukonasol maka
identifikasi jamur dengan kultur menjadi lebih penting.1
Biakan jamur mempunyai nilai sensitivitas yang tinggi sampai 90%
sedangkan pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% kepekaannya hanya 40%.
Apusan sebaiknya diambil dari secret vagina dan dari dinding lateral vagina.1
Pemeriksaan gram tidak terlalu sensitif tetapi bisa sangat menolong untuk
pemeriksaan yang cepat. Pseudohifa, ragi dan miselia memberi reaksi Gram positif
akan tetapi pemeriksaan gram dan KOH yang negatif tidak lebih menyingkirkan
kemungkinan kandidiasis vulvovaginalis dan perlu dikonfirmasi dengan kultur. Kultir
dilakukan pada media saboraud atau media Niderson. Ragi akan tumbuh dalam
waktu 48 jam atau lebih, tetapi kebanyakan dapat tumbuh dalam waktu 24 jam. 1,3

Selain itu terdapat pemeriksaan untuk mendiagnosis infeksi kandidiasis


vulvovaginalis yaitu dengan cara latex aglutinasi. Cara ini adalah sebagai
pemeriksaan tambahan untuk hasil pemeriksaan mikroskopik yang negative tetapu
secara klinis dicurigai suatu infeksi kandidiasis vulvovaginalis. Dibandingkan dengan
kultur, sensitifitas pemeriksaan ini 71,8 81% dan spesifikasinya 98,5%.1,3

Gambar 2 : Pseudohifa pada pemeriksaan


Kandidiasis Vulvovaginalis 4

Gambar 3 : Hasil kultur pada Kandidiasis


Vulvovaginalis

Diagnosis Banding
Dianosis banding dari kandidiasis vulvovaginalis ini adalah termasuk
trichomoniasis dan bacterial vaginosis yang dengan mudah dibedakan dengan
kandidiasis melaui pemeriksaan perkiraan pH dan secara mikroskopik, meskipun
infeksi campuran kadang- kadang terjadi. Lebih sulit memisahkan jika penderita
kandidiasis vulvovaginaliis dengan hasil mikroskopik negatif, dan pH vagina
normal.1

Tatalaksana
Pengobatan kandidiasis vulvovaginalis disesuaikan dengan faktor
predisposisi. Infeksi kandida diobati dengan nistatin oral atau topikal, mikonazole
atau klotrimazole topikal, atau krim amfotersin.1
Anti mikosis untuk pemakaian lokal / topikal tercedia dalam berbagai bentuk,
misalnya krim, lotion, dan supositoria. Tidak ada indikasi khusus untuk pemberian

obat topikal. Untuk itu perlu ditawarkan dan dibicarakan dengan penderita bentuk
yang lebih nyaman digunakan oleh penderita. Untuk infeksi pada vulva, yang
ekstentif mungkin lebih baik dipilih aplikasi lokal maupun krim.1,2
Untuk penderita dengan kandidiasis vulvovaginalis tanpa komplikasi,
berbagai terapi tersedia dapat dilihat pada table berikut, dengan berbagai formulasi
yang dpat diberikan baik topikal maupun sistemik.1
Nama Obat

Formulasi

Dosis

Nystatin

100.000 U tablet vagina

100.000 U / selama 14 hari

Butacunazole

2% dalam bentuk krem

5 gr/ 1 hari

25 krim

5 gr/ 7 hari

1% krim

5 gr/ 7 hari

2%krim

5 gr/ 3 hari

100 mg vag. Supositoria

100 mg / 7 hari

200 mg vag. Supositoria

200 mg / 3 hari

500 mg vag. Supositoria

500 mg / 1 hari

2% krim

5 g / 7 hari

100 mg vag. Supositoria

100 mg / 7 hari

200 mg vag. Sitosuporia

200 mg / 3 hari

1200 mg supositoria

1200 mg / 1 hari

0,4% krim

5 g / 7 hari

0,8% krim

5 g / 3 hari

80 mg vag. Supositoria

80 mg / 3 hari

2% krim

5 g / 3 hari

6,5%krim

5 g / 1 hari

150 mg oral tablet

150 mg / 1 hari

Clotrimazole

Mikonasol

Terconazole

Tioconazole

Fluconazole

Untuk kasus kandidiasis vulvovaginalis kronik atau rekuren, penanganan lebih


sulit. Oleh karena itu adalah penting membuat diagnosis pasti dan meyakinkan
penderita untuk menghindari faktor-faktor pencetus, meskipun hal ini sulit. Terapi
untuk kasus yang rekuren adalah penggunaan rejimen profilaktif intermiten dengan
dosis tunggal atau anti jamur oral. Terapi lokal adalah dengan menggunakan
Clotrimazol dosis tunggal. Terapi intermiten dosis tunggal (150mg) dengan
fluconazole juga efektif.2,3
Penatalaksanaan kandidiasis vulvovaginalis pada kehamilan lebih sulit,
umumnya digunakan antifungal topikal dan cukup efektif, utamanya untuk
pengobatan 1 2 minggu. Terapi topikal dengan Klotrimasol efektif pada kehamilan
dan dapat dianjurkan.1,2,3

Prognosis
Tergantung beberapa faktor, misalnya lokasi infeksi, derajat dan tipe
imunosupresi, kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pemberian terapi yang tepat.
Makin lama pemberian obat- obatan anti jamur, maka angka kesakitan dan kematian
semakin tinggi.1

Anda mungkin juga menyukai