Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada mendorong
para praktisi untuk mengembangkan cara baru agar pekerjaan analisa dapat dilakukan
dengan lebih baik dan lebih efektif. Persoalan yang melibatkan model matematika
banyak muncul dalamberbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika,
kimia,ekonomi, atau pada persoalan rekayasa. Seringkali model matematika tersebut
muncul dalam bentuk yang sulit untuk dikerjakan secara analitik dimana analitik disini
adalah metode penyelesaian model matematika dengan rumus-rumus aljabar yang
sudah baku atau lazim digunakan.
Metode analitik unggul untuk sejumlah persoalan yang memiliki tafsiran
geometri sederhana. Misalnya menentukan akar penyelesaian dari menggunakan
rumus abc. Padahal persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu
dalam bentuk sederhanatetapi sangat kompleks serta melibatkan bentuk dan proses
yang rumit. Akibatnya nilai praktis penyelesaian metode analitik menjadi terbatas.
Bila metode analitik tidak dapat lagi digunakan, maka salah satu solusi yang dapat
digunakan adalah dengan metode Numerik. Metode Numerik adalah teknik yang
digunakan untuk memformulasikan persoalan matematika sehingga dapat dipecahkan
dengan operasi perhitungan atau aritmatika biasa (tambah,kurang, kali, dan bagi).
Dalam penyelesaian persoalan rumit fisika penggunaan metode numerik
sendiri sudah banyak diterapkan misalnya saja penyelesaian untuk mengetahui
hubungan kecepatan termal dengan koefisien kekentalan zat cair menggunakan
metode interpolasi,kemudian persoalan gerak peluru dengan spin yang bisa
diselesaikan menggunakan metode runge kutta,dan masih banyak contoh persoalan
rumit fisika yang dapat diselesaikan menggunakan metode numerik.
Dalam hal ini penulis akan membahas mengenai persoalan fisika mengenai
debit air yang dapat diselesaikan menggunakan Metode eliminasi gauss(Upper dan
Lower) dan LU Decomposition (Metode Doolittle). Untuk lebih jelasnya akan dibahas
pada bab-bab selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Eliminasi Gauss
mengoperasikannya.
Setelah
menjadi
matriks Eselon-baris,
(1.a)
(1.b)
(1.c)
Persamaan pertama dibagi koefisien pertama dari persamaan kesatu a11 dan dikalikan
dengan koefisien pertama dari persamaan kedua a21 :
a12
a11
a21x1 + a21
a13
a11
x2 + a21
b1
a11
x3 = a21
(1.1)
(a22 - a21
atau
a13
a11
) x2 + (a23 - a21
b1
a11
) x3 = (b2 - a21
a22 x2 + a23 x3 = b2
)
(1.2)
Langkah berikut, dengan cara yang sama dilakukan pada persamaan pertama dengan
persamaan ketiga, sehingga didapat persamaan :
a12
a11
a31x1 + a31
a13
a11
x2 + a31
b1
a11
x3 = a31
(1.3)
(a32 - a31
atau
a13
a11
) x2 + (a33 - a31
b1
a11
) x3 = (b3 - a31
a32 x2 + a33 x3 = b3
(1.4)
Langkah berikut mengeliminasi persamaan (1.3) dan (1.4) yaitu membagi persamaan
(1.2) dengan koefisien a22 dan dikalikan dengan koefisien pertama dari persamaan
(1.4) hasilnya :
a ' 23
a ' 22
a32 x2 + a32
b' 2
a ' 22
x3 = a33
(1.5)
(a33 - a32
atau
b' 2
a ' 22
) x3 = (b3 - a33
: a33 x3 = b3
(1.6)
(1.a)
a22 x2 + a23 x3 = b2
(1.2)
a33 x3 = b3
(1.6)
Maka hasilnya dapat diselesaikan dengan menyelesaikan persamaan (1.6) didapat nilai
x3 kemudian dengan memasukan nilai x3 ke persamaan (1.2) didapat x2 dan
selanjutnya dengan memasukan nilai x2 dan x3 pada persamaan (1.a) didapatkan nilai
x1 . dengan demikian sistim persamaan dapat diselesaikan .
Ubahlah sistem persamaan linear tersebut menjadi matrik augment, yaitu suatu matrik
Periksalah elemen-elemen pivot. Apakah ada yang bernilai nol? Elemen-elemen pivot
adalah elemen-elemen yang menempati diagonal suatu matrik, yaitu a11, a22,..., ann
atau disingkat aii. Jika aii _= 0, bisa dilanjutkan ke langkah no.3. Namun, jika ada
elemen diagonal yang bernilai nol, aii = 0, maka baris dimana elemen itu berada harus
ditukar posisinya dengan baris yang ada dibawahnya, (Pi) (Pj) dimana j = i + 1, i +
2, ..., n, sampai elemen diagonal matrik menjadi tidak nol, aii 0.
c. Proses triangularisasi.
d. Hitunglah nilai xn
e. Lakukanlah proses substitusi mundur untuk memperoleh xn-1 , xn-2 , ....,x2 , x1
b.
c.
kelemahan :
a.
Untuk function Metode eliminasi gauss yang dapat digunakan dalam menyelesaiakan
persoalan menghitung debit air dalam sebuah pipa dengan menggunakan Sistem
Persamaan Linier yaitu :
function x=gauss(A,b)
[n,n]=size(A);
k=1;
[n1,k]=size(b);
x=zeros(n,k);
for i=1:n-1;
m=-A(i+1:n,i)/A(i,i);
A(i+1:n,:)=A(i+1:n,:)+m*A(i,:);
b(i+1:n,:)=b(i+1:n,:)+m*b(i,:);
end
x(n,:)=b(n,:)./A(n,n);
for i=n-1:-1:1;
x(i,:)=(b(i,:)-A(i,i+1:n)*x(i+1:n,:))./A(i,i);
end
2.2 LU Dekomposisi
LU dekomposisi memiliki tempat dalam memecahkan persamaan linear.metode
dekomposisi LU komputasi ini memiliki kelebihan yakni lebih efisien daripada
eliminasi Gauss. Metode LU-decomposisi bisa dibilang merupakan modifikasi dari
eliminasi gauss, karena beberapa langkah yang mesti dibuang pada eliminasi gauss,
justru harus dipakai oleh LU decomposisi Pada LU dekomposisi ini persamaan linier
Ax=b mengubah matriks A menjadi matriks upper dan matriks lower, A=LU
A=
U 11
U 12
U 13
L21 U 11
L21 U 12+U 22
L21 U 13+U 23
L31 U 11 L31 U 12 + L32 U 22 L31 U 13 + L32 U 23 +U 33
Menghitung vektor x dengan operasi matrik Ux = y. Ini adalah proses backwardsubstitution atau substitusi mundur.
Untuk function Metode LU Decomposition (Metode Doolittle) yang dapat
digunakan dalam menyelesaiakan persoalan menghitung debit air dalam sebuah pipa
dengan menggunakan Sistem Persamaan Linier yaitu :
function x=ludec(A,b)
n=size(A,1);
for k=1:n-1;
for i=k+1:n
if A(i,k)~=0.0
lambda=A(i,k)/A(k,k);
A(i,k+1:n)=A(i,k+1:n)-lambda*A(k,k+1:n);
A(i,k)=lambda;
end
end
end
if size(b,2)>1;b=b';end
for k=2:n
b(k)=b(k)-A(k,1:k-1)*b(1:k-1);
end
for k=n:-1:1
b(k)=(b(k)-A(k,k+1:n)*b(k+1:n))/A(k,k);
end
x=b;
air yang mengalir selama 1 detik yang melewati suatu penampang luas. Ambillah
sebuah selang dan nyalakan kran, air akan mengalir melalui penampang ujung selang
itu. Jika selama 6 detik air yang mengalir adalah lewat ujung selang adalah 12 m 3,
maka kita katakan debit air adalah (12/6) m3/detik = 2 m3/det.
Bila fluida mengalir dalam pipa yang mempunyai luas penampang A dan
mengalir sejauh L maka volume fluida yang ada di dalam pipa adalah Vol = A.L ,
karena selama fluida mengalir dalam pipa sepanjang L, fluida menempuh selang
waktu tertentu selama t.
Q = Volume / Waktu = A.L / t
v=L/t
maka Q = A.(vt) / t
Q = A.v ( Persamaan debit air)
Gbr.1
Gambar di atas menunjukkan aliran fluida dari kiri ke kanan ( fluida mengalir dari
pipa yang berdiameter besar menuju diameter yang kecil ). Garis putus-putus merupakan
garis arus. Jika dicermati, garis-garis pada aliran ini sama sekali tidak berpotongan satu
sama lainnya. Garis alir semacam ini dinamakan Garis alir (stream line) yang
didefinisikan sebagai lintasan aliran fluida ideal. Pada pipa alir, fluida masuk dan keluar
melalui mulut-mulut pipa. Air masuk dari ujung kiri dengan kecepatan v1 dan keluar di
ujung kanan dengan kecepatan v2. Jika kecepatan fluida konstan, maka dalam interval
waktu (t) fluida telah menempuh jarak L= v.t .
Keterangan gambar :
v1 = kecepatan aliran fluida pada bagian pipa yang berdiameter besar
(ms-1)
(ms-1)
( m2 )
( m2 )
( m )
( s )
Selama selang waktu tertentu, sejumlah fluida mengalir melalui bagian pipa yang
berdiameter besar (A1) sejauh L1 (L1 = v1 t). Volume fluida yang mengalir adalah V1 =
A1L1 = A1v1t. Selama selang waktu yang sama, sejumlah fluida yang lain mengalir
melalui bagian pipa yang diameternya kecil (A2) sejauh L2 (L2 = v2 t). Volume fluida yang
mengalir adalah V2 = A2L2 = A2 v2 t
Massa fluida yang mengalir dalam pipa yang memiliki luas penampang A 1
(diameter pipa yang besar) selama selang waktu tertentu adalah sbb :
=
m
V
m1 = 1V1
m = V
V1 = A1 L1 = A1 v1 t
m1 = 1 A1 v1 t
Demikian juga, massa fluida yang mengalir dalam pipa yang memiliki luas
penamang A2 (diameter pipa yang kecil) selama selang waktu tertentu adalah :
m2 = 2V1
m2 = 2 A2 v2 t
V2 = A2 L2 = A2 v2 t
Untuk fluida yang tunak dimana kecepatan aliran fluida di suatu titik sama dengan
kecepatan aliran partikel fluida lain yang melewati titik itu, maka jumlah massa yang
menembus penampang 1 (A1) dan penampang 2 (A2) haruslah sama. Sehingga dapat dibuat
persamaan sbb :
m1
1 A1 v1 t
1 A1 v1
m2
= 2 A2 v2 t
2 A2 v2
Jika fluida tersebut tak termampatkan atau tidak bisa ditekan, maka 1 = 2 (
tidak berubah terhadap tekanan), maka :
Av
Q1
A1 v1
= tetap
= Q2
= A2 v2 (Persamaan kontinuitas)
Keterangan :
v1 = kecepatan aliran fluida pada bagian pipa yang berdiameter besar
(ms-1)
(ms-1)
( m2 )
( m2 )
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Langkah Kerja
BAB 4
HASIL PENGAMATAN dan ANALISIS DATA
4.1 Hasil Pengamatan
v1
v2
A2
A1
v3
A3
A2
Dari gambar tersebut, sebuah fluida mengalir dalam pipa dimana diketahui pipa
tersebut memiliki luas penampang berturut-turut A1=2,9 m2, A2=2.7 m2, A3=2,5 m2
dengan persamaan kecepatan v dalam m/s sebagai berikut:
-2 v1+4 v2+5 v3=3
3 v1 +6 v2+12 v3=10
5 v1+4v2-8v3=2
Tentukan Debit air pada Q1,Q2,Q3 dalam m3/s!
|||
|||
| |
2 4 5 3
2 4
5 3
1,125 6.5 0 4.25
3 6 12 10 10.5 12 0 13 10.5
12
0 13
5 4 8 2
5
4 8 2
5
4
8 2
didapatkan
| |
4.55 0
0 2.783
10.5 12 0
13
5
4 8
2
12+a(-8)=0
a=1,5
6+(1.5)(4)=-12
3+(1.5)(5)=10.5
9+ (1.5)(13)=10.5
5+a(-8)=0
a=0,625
4+(0,625)(4)=6.5
2+(0,625)(5)=1.125
3+ (0,625)(13)=4.25
6.5+a(12)=0
a=-0.541
1.125+(-0.541)(10.5)=-4.55
4.25+(0.541)(13)=-2.783
A.v=b
| || |
1
0
0 v 1 0.610
0.875
1
0 v 2 = 1.083
0.625 0.5 1 v 3 0.25
v1= 0.610
0.875 v 1 +v 2 =1.083
v 2=0.549
0.625 v 0.5 v 2+ v 3=0.25
1
v 3=0.405
Selanjutnya menghitung debit air yang mengalir sesuai dengan hasil perhitungan analitik
yakni :
Q1=A1.v1= 2,9 m3. 0.610 m/s=1,769 m3/s
Q2=A2.v2= 2,7 m3.0.549 m/s = 1.4823 m3/s
|||
| ||
| |
2 4 5 3
2 4
5
3
2 4
5 4.25
3 6 12 10 0 12 19.5 14.5 0 12 19.5 14.5
5 4 8 2
5
4 8 2
0 14 4.5 9.5
Didapatkan
| |
2 4
5
4.25
0 12
19.5
14.5
0
0 18.237 7.407
3+a(-2)=0
a= - 1.5
6+(1.5)(4)= - 12
12+(1.5)(5)=19.5
10+ (1.5)(13)=14.5
5+a(-2)=0
a=2.5
4+(2.5)(4)=14
-8+(2.5)(5)=4.5
2+ (2.5)(3)=9.5
14+a(12)=0
a=-1.166
4.5+(19.5)(-1.166)=-18.237
9.5+(14.5)(-1.166)=-7.407
A.v=b ,v=x
| |
1 4
5 1.5
0 1 19.5 1.208
0 0
1 0.406
v3= 0.610
v 2 +1.625 v 3=1.208
v 2 +0.66=1.083
v 2=0.548
v 12 v 22.5 v 3=1.5
v 1=0.611
Selanjutnya menghitung debit air yang mengalir sesuai dengan hasil perhitungan analitik
yakni :
Q1=A1.v1= 2,9 m3. 0,611 m/s=1,7719 m3/s
Q2=A2.v2= 2,7 m3.0,548m/s = 1,4796 m3/s
Q3=A3.v3= 2.5 m3.0.405m/s= 1,0125 m3/s
Metode LUDEC (dollite)
||
U 11
U 12
U 13
2 4 5
3 6 12 L21 U 11
L21 U 12 +U 22
L21 U 13 +U 23
5 4 8
L31 U 11 L31 U 12+ L32 U 22 L31 U 13+ L32 U 23+U 33
U11= -2
U12= 4
U13= 5
U13= 5
L21. U11= 3
L21.= -1.5
= 12
U23 = 19.5
A = L. U
||
2 4 5
1
0
0 2 4
5
3 6 12 = 1.5
1
0 0 12 19.5
5 4 8 2.5 1.167 1 0
0 18.256
LY= b
|| ||
1
0
0 Y1
1.5
1
0 Y2
2.5 1.167 1 Y 3
3
10
2
Y1= 3
-1.5 Y1+ Y2 = 10
Y2 = 14.5
-2.5 Y1+1.167 Y2+ Y3 = 2
Y3 = 7.421
Uv=Y
, v=x
| || |
v1
2 4
5
3
0 12 19.5 v 2 = 14.5
0
0 18.256 v 3 7.421
18.256 v 3=7.421
v 3=0.406
12 v 2+ 19.5 v 3=14.5
v 2=0.548
2 v1 + 4 v 2 +5 v3 =3
v 1=0.611
Selanjutnya menghitung debit air yang mengalir sesuai dengan hasil perhitungan analitik
yakni :
Q1=A1.v1= 2.9 m3. 0.611 m/s=1,7719 m3/s
Q2=A2.v2= 2.7 m3.0.548m/s = 1,4796 m3/s
Q3=A3.v3= 2.5 m3.0.406m/s= 1,015 m3/s
4
6
4
5
12
-8
3
10
2
gauss(A,b)
ans =
0.611872146118722
0.547945205479452
0.406392694063927
ludec(A,b)
ans =
0.611872146118722
0.547945205479452
0.406392694063927
Untuk mendapatkan hasil Debit air dalam pipa, maka diperlukan fungsi pada mfile,kemudian eksekusi pada command window dengan klik run.
FLOW CHART menentukan debit air :
START
Hitung: Q (debit
air)
OUTPUT: Q=A*v
STOP
M-File
function Q = debitair
A = input('luas penampang: ');
v = input('kecepatan: ');
Q = A*v
end
ans =
1.771900000000000
% Modify expression to add input arguments.
% Example:
%
a = [1 2 3; 4 5 6];
%
foo(a);
debit
luaspenampang: 2.7
kecepatan: 0.547
Q =
1.476900000000000
ans =
1.476900000000000
% Modify expression to add input arguments.
% Example:
%
a = [1 2 3; 4 5 6];
%
foo(a);
debit
luaspenampang: 2.5
kecepatan: 0.406
Q =
1.015000000000000
ans =
1.015000000000000
diary off
Sehingga diketahui debit air Q1= 1.7719 m3/s, Q2=1,4769 m3/s, Q3=1,015 m3/s
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada penyelesaian soal berkaitan dengan menghitung debit air yang mengalir pada sebuah
pipa, menggunakan metode eliminasi Gauss dan LU dekomposisi dimana metode tersebut
digunakan untuk menyelesaikan persamaan dari kecepatan (v) yang diketahui memiliki
persamaan berikut :
-2 v1+4 v2+5 v3=3
3 v1 +6 v2+12 v3=10
5 v1 + 4v2 - 8v3 = 2
Dalam pengerjaan di MATLAB, langkah pertama yakni menuliskan persamaan tersebut
dalam bentuk matrik
>>A=[ -2 4 5; 3 6 12; 5 4 -8]
A=
-2
12
-8
>> b=[3;10;2]
b=
3
10
2
Selanjutnya memanggil function dari gauss dan LU dekomposisi pada common window
dimana function tersebut telah ditulis sebelumnya pada M-File lalu disimpan. Setelah
memanggil fungsi gauss dan LU dekomposisi didapatkan hasil sebagai berikut:
format long
A=[ -2 4 5; 3 6 12; 5 4 -8]
A =
-2
3
5
4
6
4
5
12
-8
b=[3;10;2]
b =
3
10
2
gauss(A,b)
ans =
0.611872146118722
0.547945205479452
0.406392694063927
ludec(A,b)
ans =
0.611872146118722
0.547945205479452
0.406392694063927
Diary off
% Example:
%
a = [1 2 3; 4 5 6];
%
foo(a);
debit
luaspenampang: 2.9
kecepatan: 0.611
Q =
1.771900000000000
ans =
1.771900000000000
% Modify expression to add input arguments.
% Example:
%
a = [1 2 3; 4 5 6];
%
foo(a);
debit
luaspenampang: 2.7
kecepatan: 0.547
Q =
1.476900000000000
ans =
1.476900000000000
% Modify expression to add input arguments.
% Example:
%
a = [1 2 3; 4 5 6];
%
foo(a);
debit
luaspenampang: 2.5
kecepatan: 0.406
Q =
1.015000000000000
ans =
1.015000000000000
diary off
Dari perhitungan tersebut diketahui besarnya debit air yang melalui sebuah pipa yakni:
-
Debit air saat A= 2,7 m2 dan v=0.547 m/s adalah 1.4769 m3/s,
Debit air saat A= 2,5 m2 dan v=0.402 m/s adalah 1,015 m3/s,
Untuk perhitungan secara analitik maupun perhitungan matlab didapatkan hasil yang sama
baik dalam memecahkan persamaan kecepatan (v) maupun perhitungan debit(Q).
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan dimana dari perhitungan
tersebut diketahui besarnya debit air yang melalui sebuah pipa yakni:
-
Debit air saat A= 2,7 m2 dan v=0.547 m/s adalah 1.4769 m3/s,
Debit air saat A= 2,5 m2 dan v=0.402 m/s adalah 1,015 m3/s,
lampiran
LEMBAR PERHITUNGAN
Metode Lower
|||
|||
| |
2 4 5 3
2 4
5 3
1,125 6,5 0 4,25
3 6 12 10 10,5 12 0 13 10,5
12
0 13
5 4 8 2
5
4 8 2
5
4
8 2
(1)
(2
didapatkan
| |
4,55 0
0 2,783
10,5 12 0
13
5
4 8
2
(3
Perhitungan (1)
12+a(-8)=0
-8a=-12
a=1,5
6+(1,5)(4)=6+6=12
3+(1,5)(5)=3+7,5=10,5
10+ (1,5)(2)=10+3=13
Perhitungan (2)
5+a(-8)=0
-8a=-5
a=0,625
4+(0,625)(4)=4+2,5=6,5
-2+(0,625)(5)=-2+3,125=1,125
3+ (0,625)(13)=3+8,125=4.25
Perhitungan 3
6,5+a(12)=0
12a=-6.5
a=-0,541
1,125+(-0,541)(10,5)=1,125-5,6805=-4.55
4,25+(-0,541)(13)=4,25-7,033=-2,783
A.v=b
| || |
1
0
0 v 1 0,610
0,875
1
0 v 2 = 1,083
0,625 0,5 1 v 3 0,25
v1= 0,610
0,875 v 1 +v 2 =1,083
0,875(0,610)+ v 2=1,083
0,533+ v 2=1,083
v 2=0,549
0,625 v 0,5 v 2+ v 3=0,25
1
0,625(0,610)0.5 v 2 + v 3=0,25
0,6555+ v3 =0,25
Metode Upper
v 3=0,405
0,3810,2745+ v 3=0,25
|||
| ||
| |
2 4 5 3
2 4
5
3
2 4
5 4,25
3 6 12 10
0 12 19,5 14,5
0 12 19,5 14,5
5 4 8 2
5
4 8 2
0 14 4,5 9,5
(1)
(2)
Didapatkan
| |
2 4
5
4,25
0 12
19,5
14,5
0
0 18,237 7,407
(3)
3+a(-2)=0
-2a=-3
a=1,5
6+(1,5)(4)=6+6=12
12+(1,5)(5)=12+7,5=19,5
10+ (1,5)(13)=10+4,5=14,5
5+a(-2)=0
-2a=-5
a=2,5
4+(2,5)(4)=4+10=14
-8+(2,5)(5)=-8+12,5=4,5
2+ (2,5)(3)=2+7,5=9,5
14+a(12)=0
12a=-14
a=-1,166
4,5+(19,5)(-1,166)=4,5-22,737=-18,237
9,5+(14,5)(-1,166)=9,5-16,907=-7,407
A.v=b
| |
1 4
5 1,5
0 1 19,5 1,208
0 0
1 0,406
v3= 0,610
v 2 +1,625 v 3=1,208
v 2 +1,625(0.610)=1,208
v 2 +0,66=1,083
v 2=0,548
v 12 v 22.5 v 3=1.5
v 12 ( 0,548 ) 2,5(0,406)=1,5
v 11,0961,015=1,5
v 12.111=1.5
v 1=0.611
||
U 11
U 12
U 13
2 4 5
3 6 12 L21 U 11
L21 U 12 +U 22
L21 U 13 +U 23
5 4 8
L31 U 11 L31 U 12+ L32 U 22 L31 U 13+ L32 U 23+U 33
U11= -2
U12= 4
U13= 5
U13= 5
L21. U11= 3
L21.= -1,5
U22=12
= 1.167
= 19.5
A = L. U
||
2 4 5
1
0
0 2 4
5
3 6 12 = 1,5
1
0 0 12 19,5
5 4 8 2,5 1,167 1 0
0 18,256
LY= b
|| ||
1
0
0 Y1
1,5
1
0 Y2
2,5 1,167 1 Y 3
3
10
2
Y1= 3
-1.5 Y1+ Y2 = 10
Y2 = 14.5
-2.5 Y1+1.167 Y2+ Y3 = 2
-2.5 (3)+1.167 (14.5) + Y3 = 2
-7,5 + 16,921 + Y3
=2
Y3 = 7,421
U v = Y, x= v
| || |
v1
2 4
5
3
0 12 19,5 v 2 = 14,5
0
0 18,256 v 3 7,421
18.256 v 3=7.421
v 3=0.406
12 v 2+ 19.5 v 3=14.5
12 v 2+ 19.5(0,406)=14.5
v 2=0.548
2 v1 + 4 v 2 +5 v3 =3
v 1=0.611