Anda di halaman 1dari 35

RERANGKA KONSEPTUAL (CONSEPTUAL FRAMEWORK) DAN

TUJUAN PELAPORAN AKUNTANSI


Disusun sebagai tugas mata kuliah Teori Akuntansi
Dosen Pengampu : Diana Rahmawati M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 8
Tri Wahyunianto
Finlam Kurniasih
Rashintia Afra Nada
Riqi Astuti
Dwi Pebriana Puji Asih

12803241040
12803241027
12803241028
12803241029
12803241030

PENDIDIKAN AKUNTANSI A 2012


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang
berjudul Rerangka Konseptual (Conseptual Framework) dan Tujuan Pelaporan
Akuntansi dengan baik. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah sistem
akuntansi.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bimbingan serta arahan dari orangorang terdekat. Oleh karena itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1
2

Ibu Diana Rahmawati M. Si. dosen pengampu mata kuliah teori akuntansi.
Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah memberikan
bantuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dalam
rangka penyempurnaan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.

Yogyakarta, 18 Februari 2015


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A.

Latar Belakang.................................................................................. 1

B.

Rumusan Masalah.............................................................................. 1

C. Tujuan............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2
BAB III PENUTUP................................................................................... 35
A.

Kesimpulan.................................................................................... 35

B.

Saran............................................................................................ 35

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan adalah arah ke mana segala upaya, tindakan dan pertimbangan
dicurahkan. Oleh karena itu, penentuan tujuan pelaporan keuangan
merupakan langkah yang paling krusial dalam perekayasaan akuntansi.
Tujuan pelaporan menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
relevan yang akhirnya menentukan bentuk, isi, jenis dan susunan statement
keuangan. Untuk menurunkan tujuan pelaporan keuangan, pihak yang dituju
dan kepentingannya harus diidentifikasi dengan jelas sehingga informasi yang
dihasilkan pelaporan keuangan dapat memuaskan kebutuhan informasional
pihak yang dituju. Pada gilirannya pihak yang dituju akan melakukan
tindakan atau mengambil keputusan yang mengarah ke pencapaian tujuan
pelaporan keuangan. Dengan demikian, diharapkan tujuan yang lebih luas
(tujuan ekonomi dan sosial negara) akan tercapai pula.
B. Pemakai dan Kepentingannya
Dalam suatu lingkungan negara, banyak pihak potensial yang dituju atau
berkepentingan dan kepentingan mereka sangat beragam.

Beragam

kepentingan antara lain adalah pertanggungjawaban, kebermanfaatan


keputusan, riset keuangan dan pasar, penentuan tarif, penentuan pajak,
pengendalian sosial, pengendalian alokasi sumberdaya ekonomik dan
pengukuran kinerja entitas. Jadi, penentuan tujuan merupakan suatu proses
yang kompleks.
Masalah penyusunan tujuan adalah menentukan siapa yang dituju, apa saja
kepentingannya, seberapa luas (banyaknya) informasi yang diinginkan,
sumber informasi yang tersedia dan seberapa banyak informasi dapat dilayani
melalui statement keuangan. Karakteristik pemakai keuangan juga harus
dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pelaporan keuangan. Karakteristik
pemakai antara lain kedudukan pemakai terhadap entitas pelapor dan tingkat
pengetahuan pemakai tentang bisnis dan ekonomi.

Dengan masalah di atas. Most (Accounting Theory: 147) menunjukkan dua


pendekatan dalam penentuan tujuan penyediaan informasi (pelaporan
keuangan), yaitu:
1. Menyediakan informasi untuk sehimpunan pemakai umum yang
mempunya bermacam-macam kepentingan keputusan, atau
2. Menyediakan informasi untuk kelompok pemakai tertentu yang
mempunyai kepentingan tertentu yang diketahui (diidentifikasi).
Dengan

pendekatan

1)

pelaporan

keunagan

diarahkan

untuk

menghasilkan satu set data (satu set statement keuangan) untuk berbagai
pemakai dan kepentingan. Pemakai menyusun dan mengolah kembali data
tersebut

menjadi

informasi

yang

relevan

untuk

keputusan

dan

kepentingannya. Dengan kata lain, pemakai harus melakukan analisis untuk


menyerap informasi sematik yang ada dibalik data akuntansi. Pendekatan
inilah yang sekarang banyak ditempuh dan menghasilkan apa yang dikenal
dengan statement keuangan umum (general purpose financial statement).
Karena bersikap umum, seperangkat statement keuangan akan bersifat
ringkasan umum yang tidak terlalu rinci dengan konsekuensi bahwa
kepentingan spesifik atau kelompok tertentu harus dikorbankan. Walaupun
bersifat umum, masih perlu diidentifikasi kelompok yang dianggap menjadi
fokus atau sasaran informasi dengan harapan kelompok yang lain masih
dapat menumpang pakai (free rider) . Hal itu dilakukan untuk menentukan
apa yang dilaporkan atau apa isi seperangkat statement keuangan sehingga
manfaat dan relevansi informasi dapat dievaluasi. Yang dijadikan fokus
biasanya adalah kelompok dominan dalam kegiata ekonomi dan bisnis suatu
negara.
Bila fokus tidak ditentukan, perekayasaan akuntansi tidak dapat
menentukan isi, bentuk, dan susunan tatement keuangan dan akuntansi akan
menciptakan data akuntansi dasar dalam bentuk statistik keuangan.
Pendekatan ini sering disebut pendekatan basis data (database approach).

Pendekatan 2) berasumsi bahwa kebutuhan informasi dan model


pengambilan keputusan pemakai diketahui dengan pasti sehingga dapat
disusun berbagai statement/laporan khusus untuk melayani berbagai
keperluan pengambilan keputusan tiap kelompok pemakai. Dasar pikiran
pendekatan ini adalah beda tujuan beda angka. Sebagai konsekuensi,
seperangkat statement keuangan akan berisi berbagai jenis statement
keuangan rinci karena berbagai jenis atau model pengambilan keputusan
harus dilayani.
C. Aspek Sosial Tujuan Pelaporan
Sebagai teknologi, pelaporan keuangan dalam suatu negara harus
direkayasa sehingga tujuan sosial dan ekonomi negara tercapai. Tujuan
nasional dapat tercapai apabila kegiatan individual dengan berbagai motivasi
untuk mencapai tujuan individualnya juga memaksimumnkan tujuan negara.
Dengan kata lain, terjadi keselarasan antara tujuan/perilaku ekonomi
individual yang membentuk masyarakat dan tujuan ekonomik negara.

Bila akuntansi harus berperan dalam hal ini, maka tujuan pelaporan
keuangan harus dipertimbangkan dalam konteks tujuan kegiatan sosial atau

masyarakat dalam suatu negara. Bila tujuan masyarakat harus dicapai, tujuan
siapa yang harus dipertimbangkan? Berkaitan dengan ini, Bloom dan Elgers
(311:1995) mendeskripsikan tiga macam tujuan kegiatan sosial/masyarakat
dan implikasinya terhadap penentuan tujuan pelaporan keuangan, yaitu:
1. Tujuan Fungsional
Tujuan ini adalah tujuan masyarakat atau organisasi secara
keseluruhan tanpa memperhatikan tujuan/motivasi masing-masing
individual di dalamnya. Tujuan individual tidak dapat diamati
sedangkan tujuan fungsional dapat diidentifikasi dengan mengamati
konsekuensi-konsekuensi dari kegiatan masyarakat atau organisasi
yang nyatanya terjadi. Selain itu, tujuan fungsional juga dapat
erupakan konsekuensi-konsekuensi sebagai hasil ketetapan-ketetapan
atau harapan penguasa. Dengan demikian, tujuan fungsional
merupakan tujuan normatif yang menjadi pedoman dalam pembuatan
kebijakan di tingkat nasional atau organisasi. Sebagai kegiatan sosial,
tujuan fungsional akuntansi dapat terdiri atas satu atau beberapa tujuan
yang berkaitan. Walaupun tujuan/motif individual tidak dapat
diketahui/dipertimbangkan, diharapkan bahwa tujuan fungsional yang
ditetapkan selaras dengan sebagian atau bahkan seluruh tujuan
individual.
2. Tujuan Bersama
Tiap individu umumnya tidak mempunyai satu tujuan saja tapi
banyak. Tujuan bersama adalah satu atau beberapa tujuan individual
yang sama dengan tujuan individual lainnya. Kalau tujuan fungsional
disusun tanpa memeperhatikan tujuan-tujuan indvidual, tujuan
bersama ditentukan dengan mengidentifikasi dahulu tujuan-tujuan
individual kemudian dipilih yang sama untuk dijadikan tujuan kegiatan
sosial.
Penentuan tujuan sosial akuntansi atas dasar tujuan bersama akan
merupakan proses yang sangat kompleks karena dalam kenyataannya
terdapat berbagai kelompok pemakai yang tujuan/motifnya berbeda
serta model pengambilan keputusan tiap kelompok pemakai atau
anggotanya juga sulit diidentifikasi.

3. Tujuan Kelompok Dominan


Bila tujuan dan model pengambilan keputusan semua individual
atau kelompok dapat diidentifikasi , tujuan beberapa individual atau
beberapa kelompok individual yang dominan dalam suatu kegiatan
masyarakat dapat dijadikan tujuan kegiatan sosial (dan ekonomik)
masyarakat bersangkutan. Kelompok atau grup dominan adalah
kelompok

yang

konsekuensi

keputusan

atau

tindakannya

mempengaruhi secara kuat sema anggota masyarakat. Tujuan


kelompok non dominan menjadi tidak relevan atau dianggap terlalu
lemah untuk mempengaruhi kegiatan sosial. Kalau akuntansi sebagai
kegiatan sosial harus menentukan tujuan atas dasar kelompok
dominan, harapannya adalah sebagian tujuan-tujuan kelompok non
dominan ada yang selaras dengan dengan tujuan kelompok dominan.
Dengan demikian, kalau informasi akuntansi ditujukan kepada
kelompok dominan, kelompok non dominan dapat menjadi penumpan
pakai (free rider)
D. Perkembangan Tujuan Pelaporan Keuangan
Atas dasar aspek sosial di atas, tujuan pelaporan keuangan dalam profesi
akuntansi di Amerika mengalami evolusi. Perkembangan terjadi karena
pergeseran kesepakatan dalam siapa hal kelompok yang dituju, apa
kepentingannya dan seperti apa model pengambilan keputusan yang
digunakan.
Wolk, Tearney dan Dodd (2001, bab 6) mendeskripsi dan membahas
perkembangan tujuan pelaporan di Amerika mulai dari dokumen yang
dihasilkan Komite Eksekutif American Accounting Association (AAA)
berupa A Statement of Basic Accounting Theory hingga Conceptual
Framework. Di antara itu, diterbitkan pula dokumen yang membahas tujuan
pelaporan keuangan, yaitu Accounting Principles Board Statement No. 4 dan
Objectives of Financial Statements yang dihasilkan Trueblood Comitte.
Berikut dibahas secara ringkas:
1. Tujuan versi ASOBAT 151
Walaupun berorientasi pada kebutuhan pemakai, komite eksekutif
AAA tidak secara spesifik mengidentifikasi pihak pemakai laporan

keuangan. Komite ini mendefinisi tujuan pelaporan keuangan dengan


menunjukkan manfaatnya untuk:
a. Membuat keputusan-keputusan

yang

berkaitan

dengan

penggunaan sumberdaya (alam, fisis, manusia, dan finansial)


yang terbatas.
b. Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya fisis dan
manusia suatu organisasi secara efektif.
c. Memelihara dan melaporkan pengelolaan sumberdaya yang
dipercayakan kepada manajemen.
d. Memberi kemudahan berjalannya fungsi dan pengendalian
sosial.
Dapat disimpulkan bahwa pemakai yang diarah dan tujuan di atas
adalah berbagai kelompok yaitu, manajemen, investor, kreditor,
pegawai, pemasok dan regulator walaupun tujuan sosial juga menjadi
perhatian sebagaimana terefleksi dalam tujuan keempat. Karena pihak
yang dituju tidak jelas, dapat dikatakan bahwa ASOBAT sebenernya
mendefinisi tujuan pelaporan atas dasar tujuan fungsional. Dapat
dikatakan demikian karena keefektifan pengelolaan sumber daya,
pertanggung jawaban kepengurusan (stewardship) sumber daya dan
tercapainya tu\juan-tujuan sosial merupakan konsekuensi-konsekuensi
yang diharapkan terjadi dari penggunaan informasi akuntansi oleh
kelompok pemakai tersebut.
2. Tujuan versi APB No. 4 152
Tujuan pelaporan keuangan yang dicanangkan dalam APB No. 4
secara umum dinyatakan sebagai berikut:
The basic purpose of financial accounting and financial statements is to
provide financial information about individual business enterprises that is
useful in making economic decisions.

APB No. 4 memuat dua tujuan pelaporan yaitu tujuan umum (general
objectives) dan tujuan kualitatif (qualitative objectives). Tujuan di atas
merupakan tujuan umum yang dijadikan dasar untuk menentukan
kandungan informasi akuntansi (apa yang harus dilaporkan). Tujuan
umum ini dijabarkan lebih lanjut menjadi:

To present reliable financial information about enterprises resources and


obligations, economic progress, and other changes in resources and
obligations,
a. To present information helpful in estimating earnins potential,
b. To present other financial information needed by users, particulary
owners and creditors.

Tujuan tersebut akhirnya menjadi basis APB untuk menentukan


dan mendefinisi elemen-elemen pelaporan keuangan. APB menyadari
bahwa terdapat berbagai kelompok pemakai informasi akuntansi tetapi
APB mengarahkan pelaporan secara khusus ke investor (pemilik) dan
kreditor

sebagai

fokus.

Jadi,

dapat

dikatakan

bahwa

APB

mengembangkan tujuan atas dasar tujuan kelompok dominan, dengan


kata lain, APB berusaha menghasilkan statement keuangan umum
dengan investor dan kreditor sebagai kelompok dominan. Tujuan
dalam APB No. 4 hampir sama dengan tujuan yang dideskripsi oleh
International Accounting Standards Comitte (IASC) dalam rerangka
konseptualnya yang diadopsi oleh IAI.
3. Tujuan versi Trueblood Comitte
Komite yang diketuai oleh Robert M. Trueblood dibentuk oleh
AICPA pada tahun 1971 mendapat tugas untuk menyempurnakan dan
mengembangkan tujuan pelaporan yang telah dihasilkan oleh APB.
Komite Trueblood menjabarkan tujuan APB No. 4 ke dalam dua belas
butir

tujuan

yang

saling

berkaitan

secara

hierarkis

dengan

menunjukkan empat aspek yang melekat pada tiap tujuan yaitu:


informasi tentang apa, siapa yang dituju, untuk apa informasi
digunakan, serta hierarki tujuan dengan tujuan lainnya. Berikut ini
disajikan tabel tujuan pelaporan versi Komite Trueblood.
Butir

Informasi Tentang Siapa Dituju

Untuk Apa

Hierarki

Apa
Aspek perusahaan Umum

Keputusan

yang bermanfaat

ekonomik

Kegiatan ekonomik Yang

Keputusan

perusahaan

ekonomik

menggantungkan
pada

1.1

statement

keuangan

dan

mempunyai akses
terbatas

untuk

mendapat
3

informasi.
kas Investor

Aliran
potensial

kreditor

dan Prediksi,

1.2

komparasi dan
evaluasi aliran

Daya

melaba Investor

(earning power)

kreditor

kas

dari

investasi

dan

pinjaman
dan Prediksi,

1.2.1

komparasi dan
evaluasi aliran
laba

untuk

keputusan
investasi
5

dan

Kemampuan

Investor

kredit
dan Keefektifan

manajemen

kreditor

manajemen

1.2.2

dalam
pengelolaan
6

Deskripsi
analisis

dan Investor
transaksi kreditor

dan kejadian
7

Posisi keuangan

sumber daya.
dan Prediksi,
komparasi dan
evaluasi

Investor
kreditor

1.2.2.1

daya

melaba
dan Prediksi,
komparasi dan

1.2.2.2

evaluasi
8

Laba periodik

Investor
kreditor

daya

melaba
dan Prediksi,

1.2.2.3

komparasi dan
evaluasi

Kegiatan

Investor

perusahaan

kreditor

daya

melaba
dan Prediksi,

1.2.2.4

komparasi dan
evaluasi

10

Aspek perusahaan

Umum

daya

melaba
Proses prediktif 1.3
dalam
pengambilan

11

Aspek

organisasi Umum,

keputusan
Keefektifan

kepemerintahan

pemerintah, ivestor manajemen

dan non laba

dan kreditor.

1.4

dalam
pengelolaan

12

Kegiatan

Umum (publik)

sumber daya
Dampak
dan 1.5

perusahaan

peran

sosial

tertentu.

perusahaan

Tujuan pelaporan yang diajukan oleh Komite Trueblood tidak jauh


berbeda dengan tujuan dalam ASOBAT maupun APB No. 4 kecuali
bahwa tujuan dalam laporan Komite Trueblood lebih rinci dan
mengidentifikasi aspek-aspek tujuan. Dua hal penting yang ditekankan
oleh komite ini adalah daya melaba (earnings power) dan elemen
aliran kas (cash flows). Tujuan pelaporan oleh Komite Trueblood ini
akhirnya menjadi basis penyusunan tujuan pelaporan dalam rerangka
konseptual yang dikembangangkan oleh FASB. Hal tersebut akan
dibahas berikut ini:
4. Tujuan Pelaporan Keuangan FASB

10

Sebagai suatu konstitusi, tujuan pelaporan keuangan merupakan


landasan penting dalam suatu rerangka konseptual. Perekayasaan
pelaporan keuangan dimulai dari penetapan tujuan pelaporan. Sama
dengan tujuan Komite Truebloo, FASB menyatakan secara umum
tujuan pelaporan yaitu to provide information that is useful in making
business and economic decision. Dengan tujuan ini tersirat bahwa
sasaran pelaporan adalah para pelaku dalam dunia bisnis dan
perekonomian suatu negara. FASB mendasarkan penyusunan tujuan
pelaporan pada tiga aspek landasan pikiran yaitu bahwa:
a. Tujuan pelaporan keuangan ditentukan oleh lingkungan
ekonomik, hukum, politis dan sosial tempat akuntansi
diterapkan.
b. Tujuan pelaporan

dipengaruhi

oleh

karakteristik

dan

keterbatasan informasi yang dapat disampaikan melalui


mekanisme pelaporan keuangan.
c. Tujuan pelaporan memerlukan suatu fokus untuk menghindari
terlalu umumnya informasi akibat terlalu banyaknya pihak
pemakai yang ingin dipenuhi kebutuhan informasionalnya.
a. Konteks Lingkungan Tujuan Pelaporan
FASB menyatakan bahwa tujuan pelaporan tidak dapat
steril (immutable) dari lingkungan penerapan pelaporan
keuangan. Ini berarti bahwa tujuan pelaporan harus dikaitkan
dengan tujuan sosial dan ekonomik negara. Oleh karena itu,
tujuan pelaporan harus dikembangkan atas dasar sifat kegiatan
dan keputusan ekonomik yang para pemakai informasi terlibat
di dalamnya. Tujuan pelaporan FASB didasarkan atas
lingkungan ekonomik, hukum, politis dan sosial di Amerika.
Lingkungan penerapan akuntansi di Amerika diberi ciri sebagai
berikut:
1. Sistem ekonomi pasar yang maju (highly developed
exchange economy)
2. Sistem produksi, keuangan, dan perbankan yang
canggih

11

3. Pemisahan antara pemilikan san manajemen; kegiatan


perusahaan dijalankan melalui perusahaan/badan usaha
milik investor (investor owned business enterprisess)
4. Pasar modal sebagai sarana pemenuhan modal utama
selain lembaga keuangan
5. Pemilikan pribadi sumber

ekonomi

diakui

dan

dilindungi pemerintah (private ownership is honored);


sumber

daya

swasta/pribadi

produktif
dari

pada

lebih
oleh

banyak

dikelola

pemerintah

dan

pemerintah bertindak sebagai regulator


6. Pemerintah membantu kegiatan bisnis dan ekonomik
dengan menyediakan informasi publik yang sebagian
berasal dari informas pelaporan keuangan yang
disediakan oleh tiap badan usaha
7. Reliabilitas atau kredibilitas informasi dalam pelaporan
keuangan dicapai melalui pengauditan oleh auditor
independen.
b. Karakteristik dan Keterbatasan Informasi
Pihak yang berkepentingan dengan operasi suatu badan
usaha membutuhkan berbagai informasi relevan tentang badan
usaha

dan

lingkungan bisnis dan ekonomik tempat

beroperasinya badan usaha. Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh


karakteristik dan keterbatasan

tentang jenis informasi yang

dapat disediakan. Karakteristik dan keterbatasan tersebut


adalah bahwa informasi yang disediakan melalui mekanisme
pelaporan keuangan:
1. Lebih berkaitan dengan badan usaha atau perusahaan
dari pada dengan industri atau ekonomi secara
keseluruhan.
2. Lebih merupakaninformasi kuantitatif yang bersifat
pendekatan (approximation) dari pada hasil perhitungan
yang pasti
3. Sebagian besar merefleksi pengaruh transaksi dan
kejadian yang telah terjadi (historis)

12

4. Hanya merupakan salah satu sumber informasi yang


dibutuhkan oleh merka yang mengambil keputusan
tentang badan usaha
5. Penyediaan dan penggunaannya memerlukan atau
melibatkan kos (cost) sehingga pertimbangan kosmanfaat dapat membatasi apa yang harus dilaporkan
Keterbatasan di atas lebih bersifat umum dan inheren dalam
pelaporan keuangan di tiap lingkungan tertentu tidak hanya
terjadi di Amerika. FASB mengajukan keterbatasan tersebut
sebagai bagian dari argumen atau landasan dasar dalam
menetapan tujuan pelaporan.
c. Fokus atau Cakupan Informasi
Walaupun manajemen juga

merupakan

piak

yang

berkepentingan dengan informasi tentang badan usaha yang


dikelolanya,

FASB

membatasi

tujuan

pelaporan

untuk

kepentingan pelaporan kepada pihak eksternal dalam bentuk


pelaporan keuangan umum (general purose external financial
reporting). Bila semua pemakai potensial harus dipenuhi
kebutuhan

informasionalnya,

perlu

diidentifikasi

tujuan

bersama (common objectives). FASB berusaha mencaoai hal


tersebut tetapi FASB menyadari bahwa tujuan bersama tidak
mungkin diidentifiksi sehingga FASB lebih mendasarkan
tujuan pelaporan atas dasar tujuan kelompok dominan yang
dalam hal adalah

investor dan kreditor. Pertimbangan atau

penalaran FASB untuk memfokuskan pelaporan pada pelaporan


keuangan umum diuraikan berikut ini.
1. Tujuan pelaporan didasarkan pada keperluan para
pemakai eksternal yang tidak mempunyai autoritas
untuk menentukan atau akses untuk memperoleh
informasi yang mereka perlukan sehingga mereka harus

13

menggantungkan diri pada informasi yang disampaikan


oleh manajemen kepada mereka.
2. Oleh karena itu, tujuan pelaporan disususn atas dasar
gagasan

bahwa

menciptakan

kemampuan

aliran

kas

perusahaan

yang

untuk

menguntungkan

merupakan fokus atau kepentingan umum/bersama


(common interest) dari berbagai pemakai informasi.
Dengan kata lain, meskipun lingkup tujuan pelaporan
harus cukup luas, berbagai pemakai dianggap banyak
berkepentingan dengan keputusan investasi dan kredit.
3. Tjuan pelaporan berkaitan dengan penyediaan informasi
luas untuk melayani keputusan investasi dan kredit
bukan hanya dengan informasi yang dapat dituangkan
dalam bentuk statement keuangan. Dengan kata lain,
tujuan pelaporan lebih diarahkan

untuk pelaporan

keuangan (financial reporting) dan tidak hanya untuk


statement keuangan (financial statements)
d. Isi Tujuan Pelaporan
Tiga aspek landasan pikiran di atas, yaitu konteks
lingkungan, keterbatasan dan fokus pelaporan, menjadi
pertimbangan FASB untuk merumuskan tujuan pelaporan
keuangan sebagai salah satu komponen rerangka konseptual.
Tujuan tersebut ditangkan dalam bentuk SFAC No. 1. Tiga
rumusan tujuan utama pelaporan keuangan

adalah sebagai

berikut:
1. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi para investor dan kreditor dan pemakai
lain, baik berjalan maupun potensial, dalam membuat
keputusan-keputusan investasi, kredit dan semacamnya
yang rasional. Informasi harus terpahami bagi mereka
yang mempunyai pengetahuan yang memadai tentang
berbagai kegiatan bisnis

dan ekonomi dan bersedia

untuk mempelajari informasi dengan cukup tekun.

14

2. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi


untuk membantu para investor dan kreditor dan
pemakai lain, baik berjalan maupun potensial dalam
menilai

(assessing)

jumlah,

saat

terjadi,

dan

ketidakpastian penerimaan kas mendatang (prospective


cash receipts) dari dividen atau bunga dan pemerolehan
kas (proceeds) mendatang dari penjualan, penebusan
atau jatuh temponya sekuritas atau pinjaman. Dengan
cara lain, pelaporan keuangan harus menyediakan
informasi tentang sumber daya ekonomik suatu badan
usaha,

klaim

terhadap

sumber-sumber

tersebut

(kewajiban badan usaha untuk mentransfer sumber daya


ekonomik ke entitas lain dan ekuitas pemilik), dan
akibat-akibat dari transaksi, kejadian, dan keadaan yang
mengubah sumber daya badan usaha dan klaim
terhadap sumber daya tersebut.

E. Isi Tujuan Pelaporan


Tujuan utama pelaporan keuangan dalam rerangka konseptual FASB;
1. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun
potensial, dalam membuat keputusan-keputusan investasi, kredit, dan
semacamnya yang rasional. Informasi harus terpahami bagi mereka yang
mempunyai pengetahuan mamadai tentang berbagai kegiatan bisnis dan
ekonomik dan bersedia untuk memperlajari informasi dengan cukup
tekun.
2. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para
investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial,
dalam menilai (assesing) jumlah, saat terjadi, dan ketapastian penerimaan
kas mendatang (prospective cash receipt) dari deviden atau bunga dan
pemerolehan kas (proceeds) mendatang dari penjualan, penebusan, atau

15

jatuh

temponya

sekuritas

atau

pinjaman.

Dengan

cara

lain,

pelaporankeuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para


investor dan kreditor dan pemakai lain dalam menilai (assesing) jumlah,
saat terjadi, dan ketakpastian aliran kas bersih ke badan usaha
bersangkutan.
3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya
ekonomik suatu badan usaha, klaim terhadap sumber-sumber tersebut
(kewajiban badan usaha untuk mentransfer sumber daya ekonomik ke
entitas lain dan ekuitas pemilik), dan akibat-akibat dari transaksi,
kejadian, dan keadaan yang mengubah sumber daya badan usaha dan
klaim terhadap sumber daya tersebut.
F. Teori dibalik Tujuan Pelaporan FASB
Akuntansi akan mempunyai peran penting yang nyata dalam kehidupan
sosial dan ekonomi kalau informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dapat
mengendalikan perilaku pengambil keputusan ekonomik untuk bertindak
menuju suatu pencapaian tujuan sosial dan ekonomik negara. Salah satu
tujuan ekonomik negara adalah alokasi sumber daya ekonomik secara
ekonomik sehingga sumber ekonomik yang menguasai hajat hidup orang
banyak dapat dinikmati masyarakat secara optimal. Kebijakan pemerintah
(dalam bentuk undang-undang atau peraturan) yang secara langsung
mempengaruhi perilaku pengambil keputusan ekonomik jelas merupakan
faktor penting dalam alokasi sumber daya ekonomik. Jadi, akuntansi hanyalah
merupakan salah satu wahana untuk pengendalian alokasi tersebut. Oleh
karena itu, tujuan pelaporan keuangan dalam suatu negara harus direkayasa
dengan cermat dan penuh kesadaran akan tujuan ekonomik masyarakat.
G. Tujuan Pelaporan Entitas Non bisnis
1. Tujuan Utama
a. Pelaporan keuangan organisasi non bisnis harus menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi para penyedia dana dan pemakai lain,
baik berjalan maupun potensial, dalam membuat keputusan-keputusan
rasional tentang alokasi dana ke organisasi tersebut.
2. Tujuan-tujuan spesifik
b. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu
para penyedia dana dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial,

16

dalam menilai (assesing) jasa-jasa yang disediakan organisasi dan


kemampuannya untuk terus menyediakan jasa-jasa tersebut.
c. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat
bagi para penyedia dana dan pemakai lain, baik berjalan maupun
potensial, dalam menilai (assesing) bagaimana para manajer
organisasi

non

bisnis

telah

melaksanakan

tanggung

jawab

kepengurusannya dan aspek-aspek lain kinerjanya.


d. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber
daya, kewajiban, dan sumberdaya (aset) bersih organisasi, da akibatakibat dari transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber
daya dan hak atas sumber daya tersebut.
e. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang kinerja
organisasi selama satu periode. Pengukuran periodik perubahanperubahan jumlah dan sifat aset bersih organisasi nonbisnis dan
informasi tentang upaya-upaya dan hasil jasa (servis efforts and
accomplishment) organisasi secara bersama menunjukkan informasi
yang paling bermanfaat dalam menilai kinerja organisasi.
f. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang bagaimana
organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas atau sumber likuid
lain, tentang pinjaman dan pelunasannya, dan tentang faktor lain yang
dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.
g. Pelaporan keuangan harus mencakupi penjelasan penjelasan dan
interpretasi interpretasi untuk membantu para pemakai memahami
informasi keuangan yang disediakan.
Pada mulanya, FASB mempertimbangkan organisasi-organisasi berikut
sebagai nonbisnis :
1. Unit-unit kepemerintahan (state and goevermental units)
2. Organisasi amal dan keagamaan
3. Institusi sosial
4. Organisasi swasta non profit
Klasifikasi Organisasi dan Jurisdiksi Pelaporan Keuangan

17

FASB mengidentifikasi ciri-ciri non bisnis (non business characteristics)


yang menjadikan tujuan pelaporan organisasi non bisnis berbeda dengan
organisasi bisnis. Ciri-ciri tersebut adalah (SFAC No. 4, prg 6):
1. Penerimaan sumber ekonomik yang cukup besar dari penyedia dana
yang tidak mengharapkan untuk menerima imbalan atau manfaat yang
proporsional dengansumber ekonomik yang diserahkan.
2. Tujuan operasi selain menyediakan/menjual barang dan jasa untuk
mendatangkan laba tau setara laba.
3. Tidak terdapatnya hak pemilikan dengan proporsi tertentu/pasti yang
dapat dijual, dipindahtangankan, atau ditarik, atau yang mengandung
hak yuridis atas bagian dari sisa kekayaan dalam hal organisasi
dilikuidasi/dibubarkan.
H. Karakteristik Kualitatif Informasi
Kriteria yang menjadi pedoman kebijakan akuntansi sangat erta kaitannya
dengan masalah apakah informasi suatu objek bermanfaat untuk pengambilan
keputusan bagi pihka pemakai yang dituju. Kebermanfaatan (usefulness)
merupakan suatu karakteristik yang hanya yang hanya dapat ditentukan
secara kualitatif dalam hubungannya dnegan keputusan, pemakai, dan
keyakinan pemakai terhadap informasi. Oleh karena itu, kriteris ini secara
umum disebut karakteristik kualitatif (qualitative characteristics) atau
kualitas (qualities) informasi akuntansi.
Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut berpaut dengan
keputusan yang menjadi sasaran informasi. Informasi akan bermanfaat kalau
informasi tersebut dipahami dan digunakan oleh pemakai. Informasi juga
akan bermanfaat kalau pemakai mempercayai informasi tersebut. Oleh karena
itu, dalam mengidentifikasidan menetapkan karakteristik kualitatif informasi,

18

FASB harus mendasarkan diri pada tiga gagasan tersebut dan mengaitkannya
pada proses penalaran dan pertimbangan (judment) oleh penyusun standar
atau penyusun statment (manajemen) dalam memilih alternatif atau kebijakan
akuntansi. Pertimbangan dalam menentukan kebijakan akuntansi adalah
sebagai berikut:
Pertimbangan 1 berkaitan dengan masalah siapa yang dituju dan
bagaimana kedudukan yang dituju terhadap organisasi atau badan usaha.
Dalam hal ini yang dituju adalah investor, kreditor dan pemakai lain yang
tidak mempunyai akses informasi kecuali dari statemen keuangan. Pemakai
informasi akuntansi (users of accounting information) menjadi pertimbangan
penting apakah suatu informasi harus disediakan dalam pelaporan keuangan.
Pertimbangan 2 berkaitan dengan aspek karakteristik dan keterbatasan
informasi yang melandasi tujuan pelaporan keuangan. Aspek ini adalah
bahwa penyediaan dan penggunaan informasi memerlukan atau melibatkan
kos. Pelaporan keuangan tidak dapat menyediakan segala informasi karena
informasi merupakan barang ekonomik. Makin banyak jenis dan kuantitas
informasi yang dianggap bermanfaat makin besar pula kos untuk meyediakan.
Informasi akan dipertimbangkan untuk masuk ke dalam pelaporan keuangan
kalau manfaatnya melebihi kos penyediaan. Kos-manfaat (benefit>cost)
merupakan kendala atau batas umum (pervasive constraint) untuk meyaring
pertama kali masuknya informasi ke dalam perlaporan keuangan (terutama
via statemen keuangan).

19

Proses pertimbangan penentuan kebijakan akuntansi

20

1. Nilai Informasi
Informasi dikatakan mempunyai nilai (kebermanfaatan keputusan)
apabila informasi tersebut:
a. Menambah pengetahuan pembuat keputusan tentang keputusannya di
masa lalu, sekarang atau masa datang.
b. Menambah keyakinan para pemakai

mengenai

probabilitas

terealisasinya suatu harapan dalam kondisi ketidakpastian.


c. Mengubah keputusan atau perilaku para pemakai.
Hierarki kualitas Informasi Akuntansi

2.

Keterpahaman (Understandingbility)
Keterpahaman adalah kemampuan informasi untuk dapat dicerna
maknanya oleh pemakai. Dua faktor mempengaruhi keterpahaman
informasi yaitu pemakai dan informasi itu sendiri. FASB mengandung
informasi se\bagai alat atau perkakas. Alat akan bermanfaat bagi pemakai
kalau memang alat tersebut alat yang cocok atau teat dan pemakai bersedia
untuk belajar mengenai kemampuan dan cara kerja alat tersebut.
Betapapun canggihnya, suatu alata tidak akan bermanfaat kalau pemakai
tidak mengetahui gunanya. Sebaliknya, alat yang jelas diketahui unanya
menjadi tidak terpakai lantaran pemakai tidak tahu dan tidak bersedia
belajar cara menggunakannya.

3. Keberpautan
Kaberpautan atau kerelevanan adalah kemampuan informasi untuk
membantu pemakai dalam membedakan beberapa alternatif keputusan
sehingga pemakai dapat dengan mudah menentukan pilihan. Bila

21

dihubungkan dengan tujuan pelaporan keuangan, keberpautan adalah


kemampuan informasi untuk membantu investor, kreditor, dan pemakai
lain dalam menyusun prediksi-prediksi tentang beberapa munculan
(outcomes) dari kejadian masa lalu sekarang, dan masa datang atau dalam
mengkonfirmasi ketidakpastian suatu keputusan yang telah dibuat
sehingga keputusan tersebut tetap dipertahankan atau diubah.
4. Nilai Prediktif (Predictive Value)
Sebagai unsur keberpautan, nilai prediktif adalah kemampuan
informasi untuk membantu pemakai dalam meningkatkan probabilitas
bahwa harapan-harapan pemakai akan muncul/hasil (outcomes) suatu
kejadian masa lalu atau datang akan terjadi. Nilai prediski di sini adalah
jenis dan sifat informasi yang menjadi masukan dalam proses prediktif.
Dengan kata lain, nilai prediksi adalah kemampuan informasi dalam
memperbaiki kemampuan atau kapasitas pembuat keputusan untuk
melakukan prediksi. Dari segi apa yang harus disajikan, informasi
akuntansi mempunyai nilai prediksi karena menjadi masukan bagi modal
pengambilan keputusan.
5. Nilai Balikan (Feedback Value)
Sebagai unsur keberpautan, nilai balikan adalah kemampuan informai
untuk membantu pemakai dalam mengkonfirmasi dan mengkoreksi
harapan-harapan pemakai di masa lalu. Jadi, nilai balikan adalah
kemampuan informasi untuk dijadikan basis mengevaluasi apakah apakah
keputusan masa lalu adalah tepat dengan datangnya informasi tersebut.
Sebagai contoh, informasi dalam statemen keuangan mempunyai nilai
balikan kalau investor dapat mengevaluasi bahwa harga saham dan laba
saat statemen diterbitkan dengan sesuai yang diprediksi sebelumnya.
6. Ketepatwaktuan (Timeliness)
Sebagai aspek pendukung keberpautan, ketepatwaktuan adalah
tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan
sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan untuk mempengaruhi
keputusan. Tersedianya informasi lama setelah suatu kejadian yang
memerlukan tanggapan atau keputusan berlalu menjadikan informasi

22

tersebut tidak mempunyai nilai lagi. Secara sendiri, ketepatwaktuan tidak


membut informasi menjadi berpaut tetapi kurangnya ketepatwaktuan
dapat menyita keberpautan yang melekat pada informasi. Dalam hal
tertentu, mengejar keberpautan dan ketepatanwaktuan untuk mencapai
kebermanfaatan harus dibarengi dengan mengorbankan kualitas lain yaitu
keakuratan/presisi atau keterandalan. Jadi, terdapat saling korban (tradeoff)

antara

ketepatanwaktuan

dan

mendapatkan kebarmanfaatan.
7. Keandalan (Realiability)
Keandalan adalah kemampuan

keakuratan/reliabiltas

informasi

untuk

untuk

memberikan

keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid. Informasi akan


mempunyai nilai yang tinggi kalau pemakai mempunyai keyakinan yang
tinggi terhadap kebanaran informasi.
8. Ketapatan Penyimbolan (Representational Faithfulness)
Ketepatan penyimbolan adalah kesesuaian atau kecocokan antara
pengukur atau deskripsi (representasi) dan fenomena yang diukur atau
dideskripsi. Dalam akuntansi, fenomena yang ingin direpresentasi adalah
kondisi fisis, kondisi keuangan, dan kegiatan ekonomik badan usaha
berupa sumber ekonomik, kewajiban keuangan, dan transaksi atau
kejadian yang mengubah sumber ekonomik dan kewajiban tersebut.
Ketepatan penyimbolan dalam akuntansi menyangkut dua hal yaitu
ketepatan deskripsi atau definisional (misalnya aset, kas, piutang, dan
kewajiban) dan validitas pengukuran.
9. Keterujian (Verifiability)
Sebagai unsur keterandalan, keterujian adalah kemampuan informasi
untuk memberi keyakinan yang tinggi kepada para pemakai karena
tersedianya sarana bagi para pemakai untuk menguji secara independen
ketepatan peyimbolan. Secara ringkas, keterujian (verifiabilitas) adalah
kemampuan untuk meyakinkan bahwa informasi merepresentasi apa
yang dimaksudkan untuk direpresentasi sesuai dengan konsensus atau
bahwa cara pengukuran yang dipilih telah diaplikasi tanpa kesalahan atau
bias.

23

10. Kenetralan (Neutrality)


Sebagai unsur sekunder

keterandalan,

kenetralan

adalah

ketidakberpihakan pada grup tertentu atau ketakberbiasan dalam


perlakuan akuntansi. Ketakberbiasan berarti bahwa informasi disajikan
tidak untuk mengarahkan grup pemakai tertentu agar bertindak sesuai
dengan

keinginan

penyedia

informasi

atau

untuk

menguntungkan/merugikan grup pemakai tetentu atau untuk menghindari


akibat/konsekuensi tertentu bagi sekelompok pemakai.
11. Keterbandingan (Comparability)
Keterbandingan merupakan unsur tambahan yang menjadikan
informasi bermanfaat. Keterbandingan adalah kemampuan informasi
untuk membantu para pemakai mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan antara dua perangkat fenomena ekonomik. Informasi tentang
suatu badan usaha akan bertambah tingkat kebermanfaatannya bila ia
dapat dibandingkan dengan informasi yang serupa. Jadi kebermanfaatan
informasi tentang suatu objek akan meningkat jika informasi tersebut
dibandingkan dengan suatu patok duga (benchmark).
Dua hal atau lebih dapat dibandingkan kalau mereka mempunyai
beberapa karakteristik bersama sebagai basis perbandingan. Contohnya
adalah asset, pertumbuhan, ukuran dan lain sebagainya. Perbandingan
biasanya dengan menilai/mengukur karakteristik bersama tersebut secara
kuantitatif.

Perbandingan

akan

bermakna

hanya

jika

kuantitas

karakteristik bersama dihasilkan dengan dasar, standar, prosedur, atau


metode yang sama. Dalam akuntansi, bukan hanya unit pengukur yang
sama yang disyaratkan melainkan juga definisi yang sama tentang suatu
objek. Artinya, pengertian laba bagi perusahaan satu harus sama dengan
pengertian laba bagi perusahaan lain yang dibandingkan.
12. Materialitas (Materiality)
Tidak semua informasi disajikan dalam laporan keuangan, hal ini
disebabkan oleh pertimbangan bahwa investor tidak tertarik pada
informasi yang tidak berpengaruh terhadap keputusannya atau karena
jumlah rupiah informasi akuntansi terlalu kecil untuk mempengaruhi
keputusan. Oleh karena itu, diperlukan batas bawah untuk menyaring

24

informasi mana yang dianggap penting dan tidak, sehingga perlu diakui
atau tidak. Penting tidaknya informasi biasanya dievaluasi atas dasar
besar-kecilnya jumlah rupiah (magnitude) objek informasi dibandingkan
dengan jumlah rupiah objek keputusan. Pada umumnya, hal ini diukur
secara kuantitatif. Ambang batas (threshold) kuantitatif untuk menyaring
informasi untuk diakui adalah materialitas.
Materialitas adalah besar-kecilnya atau magnitude suatu penghilangan
atau penyalahsajian informasi akuntansi yang menjadikan besar
kemungkinan

bahwa

pertimbangan

seorang

bijaksana

yang

mengandalkan diri pada informasi tersebur berubah atau terpengaruh


oleh penghilangan/pengabaian atau penyalahsajian tersebut. Untuk
menjadi material, mangnituda informasi harus dievaluasi bersamaan
dengan kondisi-kondisi yang melingkupi informasi tersebut.
13. Keterpautan dan Keterandalan
Keterpautan dan keterandalan keduanya harus melekat pada suatu
informasi agar informasi tersebut bermanfaat. Kebermanfaatan akan
hilang kalau salah satu karakteristik tidak ada. Karakteristik ini juga
menjadi criteria yang keduanya harus dipenuhi dalam pengakuan
informasi untuk disajikan dalam laporan keuangan. Karena para pemakai
yang berbeda mempunyai kepentingan dan kebutuhan yang berbeda,
dalam kondisi tertentu bobot yang diletakkan pada tiap kerakteristik juga
berbeda-beda. Sehingga di sini terjadi saling korban antara keberpautan
dan keterandalan.
Setelah batas atas (benefit > kos) dilewati dan informasi cukup
material, ambang keterandalan minimal harus ditetepkan dengan cukup
wajar sehingga laporan keuangan tetepa berisi informasi yang cukup
layak berpaut dengan keputusan para pemakai. Dengan demikian,
laporan keuangan tetap bermanfaat, dan keberpautan juga merupakan
criteria pengakuan suatu pos untuk masuk sebagai elemen laporan
keuangan.
I.

Elemen-Elemen Laporan Keuangan

25

Elemen laporan keuangan adalah makna (meaning) atau konstruk yang


sengaja ditentukan dalam perekayasaan akuntansi untuk menyimbolkan atau
merepresentasi realitas kegiatan usaha suatu badan usaha sehingga orang dapat
membayangkan realitas kegiatan tersebut secara keuangan tanpa harus
menyaksikan sendiri secara fisis kegiatan tersebut. Kegiatan badan usaha di
sini meliputi kondisi fisis dan nonfisis serta proses ekonomik badan usaha.
Bila laporan keuangan dianalogi dengan peta jalan, gambar jalan, lebar
gambar jalan, arah, nam jalan, dan jembatan yang tercetak dalam peta
merupakan elemen-elemen fenomena atau realitas fisis jalan dalam wilayah
yang dipetakan. Agar orang yang melakukan perjalanan tidak tersesat, maka
informasi jalan dalam peta harus terandalkan, dan harus berpaut dengan tujuan
pembuatan peta. Peta pariwisata, peta demografi, atau peta geologi jelas akan
berbeda dengan peta jalan.
Elemen laporan keuangan merupakan bahan pembentuk informasi
semantik yang dikandung laporan keuangan. Informasi semantic terdiri atas
elemen (objek), ukuran (size), dan hubungan (relationship). Jadi elemenelemen laporan keuangan harus ditentukan atas dasar informasi semantik yang
ingin disampaikan dalam pelaporan keuangan. Dengan kata lain, tujuan
pelaporan keuangan menentukan informasi semantik yang harus disajikan dan
akhirnya menentukan banyaknya elemen laporan keuangan.
Informasi semantik harus mencakupi :
1. Posisi keuangan
2. Kemampuan menghasilkan laba
3. Kinerja manajemen
4. Pertanggungjawaban manajemen
Elemen elemen yang harus disajikan untuk mempresentasikan informasi
semantik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Aliran kas bersih masa dating ke badan usaha
2. Sumber daya ekonomik badan usaha
3. Klaim terhadap sumber ekonomik tersebut dari :
a.

Entitas atau badan usaha lain

b.

Pemilik

26

c.

Perubahan elemen di atas akibat transaksi, kejadian, atau keadaan

Ada tiga jenis perubahan akibat transaksi, kejadian, atau keadaan, yaitu:
1. Perubahan yang tidak mempengaruhi ekuitas
2. Perubahan yang mempengaruhi ekuitas dan elemen lain
3. Perubahan yang hanya mempengaruhi ekuitas
J. Pengertian Dasar
Untuk memahami konsep-konsep dalam komponen rerangka konseptual
ini, perlu dipahami beberapa pengertian dasar yang terkandung dalam
rerangka ini.
1. Saat Pengukuran
Ditinjau dari saat pengukuran, terdapat dua saat penting yaitu
pengukuran pada saat pengakuan mula-mula (at initial recognition) dan
pada berbagai saat atau periode sesudah pengakuan mula-mula yang
disebut dengan pengukuran baru mulai (fresh start).
Pengukuran saat pengakuan mula-mula adalah pengukuran pada
saat suatu elemen atau pos timbul dan dicatat pertama kali akibat
transaksi, kejadian, atau keadaan. Penentuan dan pencatatan jumlah
rupiah yang melekat pada suatu mesin pada saat diperoleh merupakan
contoh pengukuran ini.
Sedangkan pengukuran baru mulai adalah pengukuran dalam
periode-periode setelah pengakuan mula-mula untuk menenetukan jumlah
rupiah bawaan (carying value) baru yang tidak berkaitan dengan jumlahjumlah rupiah sebelumnya (misalnya kos historis atau atribut pengukuran
lain yang telah tercatat dalam sistem akuntansi).
2. Penentuan Aliran Kas Masa Datang
Pengukuran atribut suatu pos atau elemen saat ini dapat didasarkan atas
aliran kas masa datang. Aliran kas masa datang umumnya harus
diestimasi. Ada beberapa dasar penentuan jumlah rupiah kas masa datang.
3. Taksiran atau Estimat Terbaik (Best Estimate) adalah jumlah rupiah
tunggal yang paling boleh jadi (most-likely) dalam suatu kisar/rentang
beberapa jumlah rupiah estimasian yang mungkin terjadi. Dalam
statistika, jumlah rupiah ini merupakan modus suatu distribusi variabel.
4. Aliran Kas Estimasian (Estimated Cash Flow) adalah jumlah rupiah
tunggal yang akan diterima atau dibayar di masa datang. Penerimaan atau

27

pembayaran dalam aliran kas estimasian dapat terdiri atas beberapa


jumlah rupiah tunggal.
5. Aliran Kas Harapan (expected Cash Flow) adalah gunggung (sum)
beberapa jumlah rupiah berbobot probabilitas (probability-weighted
amounts) dalam suatu kisar rupiah estimasian yang mungkin terjadi.
Dalam statistika, angka ini merupakan mean atau rata-rata berbobot.
6. Nilai Sekarang Aliran Kas Masa Datang
Menggunakan nilai sekarang dan aliran kas masa datang dalam
pengukuran memerlukan pemahaman tentang dua pengertian dasar
berikut.
7. Nilai sekarang (Present value) adalah pengukur sekarang aliran kas
masuk atau keluar masa datang. Pengukur ini adalah aliran kas masa
datang didiskun pada tingkat bunga tertentu selama beberapa periode
antara sekarang dan saat tibanya aliran kas estimasian.
8. Nilai Sekarang Harapan (Expected Present Value) adalah gunggung
beberapa nilai sekarang berbobot probabilitas suatu kisar aliran kas
estimasian yang mungkin terjadi, yang semuanya didiskun dengan tingkat
bunga yang sama.
9. Nilai wajar (Fair Value) adalah jumlah rupiah yang disepakati untuk suatu
objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak bebas
tanpa tekanan atau keterpaksaan. Niali wajar suatu aset (atau kewajiban)
dapat dibeli (atau terjadi/disepakati) atau dijual (atau dilunasi) dalam
suatu transaksi antara pihak berkehendak, yaitu bukan dari penjualan
paksaan atau likuidasi.
1. Tujuan Nilai Sekarang dalam Pengukuran
Tujuan penggunaan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi adalah
untuk menangkap/merefleksi sedapat mungkin perbedaan ekonomik antara
sehimpunan aliran kas masa datang dan untuk mengestiamsi niali wajar.
Nilai sekarang akan mampu membedakan beberapa aliran kas yang
tampak sama besarnya.
Pengukuran atas dasar nilai sekarang aliran kas masa datang akan
menghasilkan informasi yang lebih berpaut daripada pengukuran yang
didasarkan atas aliran kas yang tidak didiskon. Nilai sekarang dapat

28

menangkap perbedaan ekonomik antaraliran kas kalau unsur-unsur berikut


dipertimbangkan. (SFAC No. 7prg. 23):
a. Suatu estimate aliran kas masa datang atau, dalam beberapa kasus
yang kompleks, serangkaian aliran kas masa datang yang tiba pada
saat berbeda.
b. Harapan-harapan tentang variasi yang mungkin terjadi dalam jumlah
dan saat tibanya aliran kas tersebut.
c. Nilai waktu yang ditunjukkan dengan oleh bunga bebas resiko.
d. Harga atau nilai penanggungan risiko atau ketidakpastian yang
melekat pada aset atau kewajiban.
e. Faktor-faktor lain termasuk likuiditas dan ketaksempurnaan pasar.
Pengukuran akuntansi umumnya didasarkan pada jumlah rupiah bentukan
pasar yang teramati (observablemarketplace-determined amount) seperti
kas yang diterima/dibayar dalam jual-beli suatu aset. Jumlah rupiah ini
lebih terandalkan dan lebih efisien ditentukan daripada jumlah rupiah
pengukuran yang menggunakan aliran kas masa datang. Tujuan nilai
sekarang dalam pengukuran pada saat pengkuan mula-mula dan saat baru
mulai adalah untuk mengestimasikan nilai wajar.
Nilai wajar menjadi sasaran pengukuran dengan nilai sekarang karena
pengukuran nilai wajar menangkap secara penuh kelima unsur diatas.
FASB juga membahas pengukuran alternatif yaitu : Pengukuran nilai
terpakai (value-in-use) atau specifik-entitas (entity-specific), penyelesaian
efektif (effective-settlement), dan akumulasi kos(cost-accumulation) atau
akrual kos (cost-accrual). FASB berargumen bahwa ketiga pengukuran
tersebut tidak cukup lengkap atau penuh menangkap kelima unsur
diatas.Jadi, bila tidak terdapat harga pasar, nilai sekarang dapat digunakan
untuk menetukan nilai wajar.

29

K. Prinsip-Prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum yang menjadi pedoman penerapan nilai sekarang
dalam mengukur aset dan kewajiban adalah :
1. Sedapat-dapatnya, aliran kas estimasian dan tingkat bunga harus
merefleksi asumsi-asumsi tentang kejadian dan ketidakpastian masa
datang yang dipertimbangkan dalam memutuskan apakah memperoleh
atau tidak suatu transaksi tunai yang bebas.
2. Tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskon aliran kas harus
merefleksi asumsi-asumsi yang konsisten dengan asumsi-asumi yang
melekat pada aliran kas estimasian agar pengaruh asumsi tidak berganda
atau malahan terabaikan.
3. Aliran kas estimasian dan tingkat bunga harus bebas dari bias dan faktor
yang tidak berkaitan dengan aset atau kewajiban yang bersangkutan.
4. Aliran kas estimasian dan tingkat bunga harus merefleksi kisar munculan
yang mungkin terjadi (possible outcomes) daripada jumlah rupiah tunggal
paling boleh jadi, minimum, atau maksimum.
L. Manfaat dan Keterbatasan Model
Sebagai suatu model, rerangka konseptual (RK) versi FASB di ata
mempunyai manfaat sebagai sumber acuan untuk mengembangkan hal yang
sama untuk lingkungan(negara) yang lain. Karena konteks lingkungan yang
berbeda, RK yang dikembangkan untuk tiap negara dapat sama atau berbeda
bahkan harus berbeda dengan model yang dijadikan acuan.
M. Pengaruh RK FASB
Dalam kenyataanya, RK FASB mempunyai pengaruh (dampak) yang besar
dalam memicu dam melandasi pengembangan RK di beberapa negara lain
pada periode pengembangan atau pada periode setelah RK FASB selesai.
Berbagai organisasi profesi dan badan pemerintah yang berusaha untuk
mengembangkan rerangka untuk negaranya masing-masing. Organisasi
profesi tersebut adalah :
1. Australian Accounting Research foundation (AARF)

30

2. International Accounting Standards Committee (IASC)


3. Canadian Institute of Chartered Accountants (CICA)
4. Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW)
5. (UK) Accounting Standards board (UK ASB)

Dokumen Kebijakan
RK merupakan dokumen kebijakan atau politis. Oleh karena itu, bukan
merupakan teori ilmiah. Sebagai dokumen kebijakan, proses penyusunannya
melibatkan perdebatan atau argumen yang keputusan akhirnya dalam
beberapa kasus melibatkan pemungutan suara. RK FASB penuh dengan
muatan nilai-nilai yang dianut dalm konteks lingkungan Amerika (valueladen). Validitas RK harus diuji atas dasar keefektifannya sebagai alat dan
bukan atas dasar kriteriakebenaran atau dasar kriteria kebenaran atau validitas
ilmiah.
Karena bersifat deduktif-normatif, proses perekayasaan dan penalaran itu
sendiri bebas nilai adalah konteks lingkungan dan parameter yang
dipertimbangkan dalam proses penalaran. Di Indonesia sudah berkembang
organisasi-organisasi syariah yang bergerak dalam bidang bisnis dan
nonbisnis. Proses penalaran dalam penyusunan RK FASB dapat dijadikan
model untuk mengembangkan RK untuk organisasi tersebut tentu saja dengan
memasukkan parameter-parameter yang berpaut/relevan.

31

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rerangka konseptual versi FASB merupakan suatu model hasil perkayasaan
yang dapat dijadikan acuan penalaran untuk pengembangan rerangka acuan
baru untuk konteks lingkungan yang berbeda. Model ini dipilih karena
rerangka ini merupakan model pertama yang disusun dan memuat secara
lengkap penjelasan, penalaran, dan argumen sehingga sosok untuk bahan
pembelajaran dan pendidikan teori akuntansi.
RK FASB memuat empat komponen konsep utama yaitu tujuan pelaporan
(bisnis dan non bisnis), karakteristik kualitatif informasi, elemen statemen
keuangan, dan pengukuran pengakuan (termasuk penggunaan nilai sekarang).
Rerangka ini merupakan kulminasi dari upaya-upaya sebelumnya oleh
berbagai badan dan komite mulai dari Komite Eksekutif AAA sampai Komite
Trueblood. Komponen-komponen tersebut berkaitan secara logis dan koheren
serta menggambarkan tahapan proses perekayasaan pelaporan keuangan

32

Anda mungkin juga menyukai